BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Night, and The Day - END - page 111

1102103105107108117

Comments

  • @masdabudd tuhh udah apdett
    @yuzz pulsa abiss
    T T
  • untung jam segini apdetnya :) bisa dapet pertamax deh!! :D
  • iihh sebel.
    kentang dehhh... beberapa hari ga buka bf, sekali buka udah di kasih kentang ajahh.. huftt..
  • jadi ini permintaan marty kesemua bishop.. o_O skrg tinggal pertarungan trakhir antara Rex vs Bishop &Marty vs Cardinal
  • Benarkah ini permintaan Marty ? Apa mereka berlima kena pengaruh zarafin seblom ketemu Marty ? Edmund n zerafin itu bishop kembar yg selalu ªϑª di belakang Marty ya ? -,-"
  • waahhhh..... :-SS
  • Wow keren... Rex VS 5 bishop kl dibuat adegan filmnya pasti keren :D
  • Up up . Jangan sampe tenggelam jauh ~ ~ ~(\ ‾o‾)/
  • edited February 2013
    Rex's View

    Aku melompat mundur saat empat tombak dari es segera menghujam tempatku berdiri.
    "Ah, masih sigap seperti dulu, ya, Rex?"
    Pixel memutar tongkatnya dan segera maju menyerangku.
    Aku dengan sigap segera menyilangkan sabitku menahan pukulannya.
    "Jaga belakangmu, Lord Rex..."
    Arsais mengayunkan belatinya, menyayat punggungku.
    "Ugh..."
    Aku menghentakkan Pixel hingga ia terlempar mundur menghantam Arvyn, dan melanjutkannya dengan mengayunkan ujung sabitku pada Arsais.
    Arsais yang menerima pukulanku terlempar dan menabrak dinding.
    BLARR
    "EEAGH..."
    Kilatan petir mendadak menyambar tubuhku, membuatku jatuh berlutut di tanah.
    "Perhatikan lebih baik Lord Rex, kau tidak memiliki sihir menyembuhkan sama sekali, jadi jangan sampai kau menerima damage besar..."
    Aku menoleh ke belakang, Greg berdiri tegap di belakangku dengan pedang terusung ke lantai, ia mengarahkan telunjuknya yang mengeluarkan asap ke arahku.
    "Greg..."
    Aku berseru berang sambil menatapnya.
    Apa maksud mereka dengan semua ini?
    "Lord Rex. Ayo, berdiri, kau tidak mungkin menyerah kan?"
    Pixel memutar tongkatnya dan membenturkannya ke tanah.
    Aku menatap berang ke arah mereka.
    "Jelaskan padaku.."
    "Apa yang harus kami jelaskan?"
    Pixel memiringkan mukany, menatapku dengan pandangan bingung dan bertanya tanya.
    "JANGAN BERTINGKAH BODOH! JAWAB PERTANYAANKU APA YANG KALIAN LAKUKAN??!!"
    Aku mengangkat tubuhku dengan susah payah, tampaknya serangan barusan cukup menguras kekuatanku.
    "Bertarung denganmu tentu saja..."
    Arvyn mengangkat tangannya, dan menghunjuk ke arahku
    Aura keunguan muncul disekitarku, membuatku merasakan lelah dan ngantuk yang tiba tiba menyeruak.
    Aku dengan sisa kesadaranku segera berguling menjauh dari wilayah itu, dan berusaha keras untuk kembali mendapatkan kesadaranku.
    Dari mataku yang terasa sangat berat aku melihat Greg menghentak pedangnya, dan bergerak ke arahku.
    TRANG!
    Tepat waktu!
    Greg mendadak melesat maju dengan kecepatan tinggi, ia mengayunkan pedangnya, membuatku harus menahannya dengan sabit bersarku.
    Greg segera menarik pedangnya, mengayunkannya bertubi tubi padaku, membuatku harus kembali berkonsentrasi mengarahkan sabit beratku untuk menahannya.
    "Jangan tahan seranganmu!"
    Greg berseru marah, dan mendadak matanya berkilat.
    "R... Aggh.."
    Greg mengaliri tubuhnya dengan listrik, dan menyengatku saat sabit hitamku dan pedang besar miliknya bertemu.
    Aku melompat mundur dan mengatur kembali nafasku.
    "Tempest Blade!"
    Puluhan sabit bercahaya dari angin terlempar dari tangan Arvyn ke arahku, aku melompat lompat, berusaha menghindar dari puluhan sabit angin yang melesak ke arahku, memotong pillar pillar kecil di sekitarku hingga terbelah menjadi beberapa bagian.
    "Jangan cuma bertahan, kami harus dikalahkan, kau mau masuk dan menemui Lord Marty bukan...?"
    Aku menatap Arsais dengan berang, tapi dia tampaknya tidak mengerti arti tatapanku, dan segera menjejakkan kakinya ke tanah, membuat tumpukan tanah terangkat ke udara.
    Arsais menggerakan tangannya dan memberikan komando pada tumpukan batuan yang segera melesat satu persatu ke arahku.
    Aku dengan sigap segera mengelak, dan menebaskan sabitku beberapa kali untuk menghancurkan batu yang melesat terlalu dekat padaku.
    "Cukup! Jelaskan! Kalian tadinya begitu berang pada Marty dan ingin menghancurkannya! Kalian tadinya ingin menghabisinya bukan? Kenapa sekarang mendadak kalian melakukan ini? Kenapa kalian menghalangiku! Jelaskan!"
    Aku berteriak marah sambil berlari menjauh dari beberapa ekor naga api yang dipanggil oleh Pixel untuk menerkamku.
    "Hanya jika kau bisa mengalahkan kami..."
    Wyatt menatapku geli.
    "Sebaiknya kamu mulai berpikir melawan, cutie, karena kami tidak berniat menyerah begitu saja..."
    Wyatt mengedipkan matanya, dan dengan segera membuatku menghentikan langkahku untuk berlari ke dinding tepi karena ia membuat semua dinding dipenuhi oleh duri duri es tajam.
    "Kalau kalian kalah kalian akan menjawab pertanyaanku...?"
    Aku melesat ke arah Arvyn yang masih mengepalkan kedua tangannya di tongkat sihirnya, tapi dengan segera Wyatt dan Greg menghalauku dan melemparkanku ke dinding yang dipenuhi duri duri es.
    Sialan!
    Mereka benar benar serius ingin membunuhku!
    Aku dengan segera berusaha menggenggam ke tanah, dan membuatku berhenti terlempar sebelum tubuhku tertusuk di tumpukan es yang berjajar di dinding.
    Pegangan sabitku berdenting kencang saat ia menabrak dan menghancurkan beberapa ujung lancip es yang nyaris saja merobek tubuhku
    "Menyerang yang lemah duluan? Ide bagus. Tapi kami tidak tinggal diam...."
    Arsais menempelkan segumpal tanah pada kesepuluh belatinya, membuatnya melayang di udara.
    Arsais melemparkan belatinya tepat ke arah punggungku yang terbuka lebar.
    "Ahh..."
    Belati itu bersarang di pinggangku tanpa perlawanan, aku hanya bisa mengerang merasakan nyeri yang menyobek tubuhku.
    Aku meremas belati itu, menariknya, tapi tampaknya belati itu menolak untuk dicabut.
    "Aku menempelkan tanah di belati itu, membuatku bisa mengontrolnya dengan Rune ku, efisien kan...?"
    Arsais menjentikkan jarinya, dan dengan segera pedang itu melesat kembali setelah menyobek pinggangku.
    "Ahh..."
    Mereka berlima memandangiku, aku berusaha berdiri sambil meremas pinggangku yang terus mengalirkan darah.
    Aku tetap menjaga kontak mataku dengan mereka, dan diam diam melafalkan mantra dengan berbisik agar mereka tidak menyadarinya.
    "Controller of Life and Death, Steal Their Soul, and Grant me Immortallity! Stealer Soul!"
    Aku menghunjuk ke arah Wyatt dan Greg berdiri, dan segera tanah di bawah mereka menyala, ratusan tangan transparan bermunculan dari bawah mereka menarik gumpalan gumpalan cahaya dari tubuh mereka.
    "Ahhh..."
    Wyatt terpekik pelan, segaris darah segar muncul mengalir dari mulutnya.
    Greg hanya memegangi dadanya, nafasnya tampak memburu, pedangnya sudah terjatuh dari genggamannya.
    Tangan tangan itu terbang dan menubruk tubuhku, menyembuhkan luka lukaku.
    Aku tersenyum saat melihat tingginya jumlah penyembuhan yang mereka lakukan.
    Sesuai dugaanku, walau Wyatt dan Greg adalah bishop, tapi karena latar belakang mereka yang adalah Warrior, membuat mereka lemah pada serangan magic, apalagi yang berelemen kegelapan yang bertentangan dengan elemen cahaya bishop.
    Aku melesat maju, ke arah Arvyn yang sekarang terlepas dari pertahanan Greg dan Wyatt.
    TRANG!
    Sabit yang kuayunkan pada Arvyn yang masih tampak terkejut menghantam dua belati.
    Aku melirik ke arah sampingku, Arsais menggunakan kedua tangannya untuk menahan seranganku pada Arvyn.
    "Aku masih ada disini, Rex..."
    Arsais dengan cepat menyentakkanku kembali ke belakang.
    "Landitude Impale!"
    Arsais meremas genggamannya dan mengacungkannya ke udara sambil menatapku tajam.
    Secepat itu juga, tanah datar yang kuinjak mendadak menyeruak naik, menjadi sebuah tombak dari tanah.
    Aku berguling mundur, dan segera tombak lain muncul di tempatku berdiri, membuatku harus melompat untuk mencegahnya menembus tubuhku.
    Tombak demi tombak bermunculan setiap aku menginjak tanah. Sejenak aku kewalahan untuk menghindarinya, sampai akhirnya aku menggunakan salah satu dari mereka untuk melemparkanku ke udara dan melesat ke arah Arsais.
    "Kalau aku ga menginjak tanah, kamu bisa apa? Bodoh...?"
    Aku mengayunkan sabitku, menghantam kepalanya dengan pangkal sabitku yang berbentuk tengkorak.
    "Soul Swarm!"
    kubuka genggamanku, dan kuarahkan pada Arsais, sementara sebelah tanganku kuarahkan kembali pada Wyatt dan Greg yang sedang tergopoh ke arahku.
    Dengan segera ratusan arwah berbentuk kepala manusia muncul dari tubuhku, melesat ke arah mereka, menabrak dan menembus tubuh mereka.
    "Aaaa, Sakit..."
    Arsais mengejang hebat di lantai, ia memegangi sekujur tubuhnya
    "Wind Rune! Bring the Agh..."
    "Berisik."
    Aku menghantam Arvyn yang tampak sedang melafalkan mantranya saat aku menyerang ketiga Bishop lain, kemudian mengayunkannya kembali dan membuat Pixel yang tak siap menerima seranganku tersungkur ke arah tanah.
    Aku terus menyarangkan pukulanku kepada Pixel dan Arvyn yang mati matian mencoba menahannya tapi tetap harus menerima beberapa serangan karena aku terus mengungguli mereka dalam kecepatan, sementara ketiga bishop lainnya masih berusaha menahan rasa sakit yang ditimbulkan dari roh roh yang terus menembusi dan menggerogoti tubuh mereka.
    Kelimanya tampak terdiam sesaat, dengan nafas memburu. Baru beberapa saat kemudian mereka akhirnya dengan susah payah berdiri, memberiku cukup waktu untuk merapalkan mantraku.
    "Rune of Life and Death, Lock their soul and bring their slavish body as well! Soul Binder!"
    Kelimanya menjerit kesakitan saat aku mengangkat tanganku, mengepalkannya, dan menarik cahaya putih dari tubuh mereka, membuat mereka terseret berdiri dan berkumpul tepat di depanku.
    Aku meremas tanganku, membuat mereka semua terikat menjadi satu.
    Dengan telapak tanganku, aku membenturkan tanganku ke tanah, tubuh para bishop segera terjatuh ke tanah, mereka tampak mengerang kesakitan.
    "Main main kita selesai..."
    Serangan tadi tampaknya cukup menguras kekuatan mereka.
    Arvyn yang memiliki pool HP paling sedikit tampak begitu pucat dan lemas. Beberapa kali ia harus terbatuk darah, sementara Arsais masih meringis kesakitan.
    Aku memutar sabitku, kemudian maju ke arah mereka dengan santai.
    Jurusku barusan akan mengunci mereka untuk setidaknya lima belas menit kedepan.
    "Sudah mau bicara...?"
    "Kami belum kalah...!"
    Ujar Pixel dengan senyuman santainya.
    Aku memejamkan mataku, dan menghela nafasku dengan jengah
    Benar benar keras kepala.
    Apa setelah ini mereka masih bisa keras kepala...?
    Aku membuka mataku dalam kemarahan, dan segera pemandangan sekeliling kami menghilang menjadi kegelapan berselimut kobaran api.
    "Wah..."
    Wyatt meringis ngeri karena mengerti apa yang akan aku lakukan.
    "Judge of Life, Punisher of Dead, Unleash your enraging power towards my enemy! JUDGEMENT!"
    Segera mereka dikelilingi oleh cahaya berbentuk heksagram, dan keenam malaikat kematian yang terbang di langit menghujani mereka dengan ribuan sinar kebiruan.
    "RR ARGH...."
    Kelimanya tampak bernafas dengan berat setelah serangan itu mereda. Arvyn tampak sudah begitu lemah, dan darah mengucur deras dari mulut dan hidungnya.
    "Ternyata sakit! Ini rasanya melawan orang terhebat di Harmonia rupanya..!"
    Wyatt meringis ke arahku. Aku menggeleng marah, menatap mereka dengan penuh kemarahan.
    "Jangan membuatku membunuh,sekarang bicara! Kalian sudah kalah!"
    "Bunuhlah! Augh!"
    Aku menghantam mulut Arsais yang menjawab seruanku.
    Sungguh anak yang menyebalkan!
    Bisa bisanya dia membalas peringatanku!
    "Kalian sudah kalah, dan sesuai dengan perjanjian, kalian harus memberitahuku, bukankah begitu?"
    Arvyn baru membuka mulutnya saat Pixel menahannya.
    "Kami akan bicara..."
    "Bagus..."
    Mereka terdiam sejenak, saling berpandangan satu sama lain.
    "Jangan membuatku menunggu! Jelaskan arti pengkhianatan kalian!"
    Arvyn akhirnya menengahi kami, menatap ke arahku dengan tegas.
    "Kami melakukan ini semua atas permintaan Marty..."
    Aku melebarkan mataku, seakan tak percaya.
    "Kapan Marty meminta kalian untuk melakukan semua hal bodoh ini?!"
    "Kemarin malam, pada saat kau tak sadarkan diri..."
    Arsais membuang mukanya sambil menjawab pertanyaanku, tampak tak menerima kekalahannya barusan.
    Aku kembali bertanya tanya mendengar perkataan mereka.
    "Marty masuk ke perkemahan kita? Tanpa diketahui?!"
    Kelima orang itu mengangguk, dan Arvyn kembali membuka mulutnya.
    "Aku yang membawanya, setelah ia berbicara padaku..."
    "A..Apa...?"
    ================flashback=================
    Silver's View

    Arvyn tampak termagu, pandangannya menatap kosong ke depan.
    Ia barusaja tersadar, dan segera pergi keluar tenda.
    Tanpa bersuara Arvyn mendadak membuat sebuah cakram bersinar di udara, kemudian melemparkannya tepat ke arah bebatuan di dekatnya.
    Cakram itu melesat. kemudian menghilang setelah sebuah telapak tangan yang terbuka menahan cakram itu.
    "Apa yang kau lakukan disini, Marty...?"
    Arvyn terus menatap ke arah depannya, sementara sosok Marty perlahan menyeruak keluar dari bebatuan di sampingnya.
    "Arvyn, tetap sigap seperti biasanya..."
    "Angin memberitahuku..."
    "Ah, Wind Rune mu? Tentu saja..."
    Marty bergerak mendekat, tapi Arvyn segera menghunuskan tongkat sihirnya ke arah Marty.
    "Bergerak lagi, tongkat ini akan membuat angin memotongmu menjadi potongan kecil..!"
    Ancamnya geram.
    Marty hanya tertawa kecil.
    "Sangat percaya diri! Kalau aku mau, dari tadi kau sudah mati, Arvyn. Kau pikir siapa yang mengendalikan Wind Rune mu untuk memberitahumu tentang aku..?"
    Marty meremas pergelangannya, kemudian segera bergerak maju.
    Arvyn tampak kebingungan saat ia mencoba mengeluarkan runenya, tapi tak ada apapun yang terjadi.
    "Sia sia saja, Aku mengunci semua Rune mu... Rune itu dulunya berada di bawah kontrak denganku, dan sampai sekarangpun masih...!"
    Marty bergerak maju, kemudian memegang pundak Arvyn.
    "Arvyn, aku hanya perlu bicara, tentang saudara kembarmu, Alvin, bisakah? Aku tak akan mengganggu kalian..."
    Arvyn melotot mendengar perkataan Marty.
    "Bagaimana kau bisa tahu?!"
    "Ahaha! Arvin! Kamu ga kenal denganku...?"
    "Logat ini.."
    "Aku, Christ, Dokter Richard Christian, ingat?"
    Arvyn melongo lebar, sedangkan Marty hanya tertawa renyah melihat reaksinya.
    "Pantas saja aku tidak menyukaimu saat melihatmu di rumah sakit!"
    "Dendam lama mungkin...?"
    Marty mengedikkan matanya ke arah Arvyn.
    "Apa yang kau inginkan..?"
    "Aku hanya perlu bantuan kalian, para bishop, bisakah aku bicara dengan bishop lainnya?"
    "Tentang apa?"
    Arvyn menatapnya dengan curiga.
    "bawa saja aku kesana, aku berjanji tidak akan melakukan apapun..."
    "Tapi tidak mungkin aku bisa membawamu tanpa diketahui penjaga!"
    "Wind of Sleepmu pasti ada gunanya kan...?"
    Arvyn mendengus sebal, membuat Marty tertawa lebar.
    "Kau jadi sering tertawa sekarang, Marty! Wind of Sleep!"
    Ujar Arvyn sembari melambaikan tangannya, membuat seisi penjaga kemah tertidur pulas.
    "Entahlah, mungkin sikapku jadi semakin baik...?"
    Ujarnya sambil mendelik ke arah Arvyn yang hanya menggeleng.
    "Kau tampak berbeda..."
    Ucap Arvyn lagi sambil berjalan menyusuri kemah yang sunyi senyap.
    Marty hanya diam sambil tersenyum, ia mengikuti Arvyn ke sebuah tenda yang tampak ramai.
    "Mereka semua ada di dalam..."
    Arvyn menutup matanya, menggunakan Wind Runenya untuk memeriksa isi kemahnya.
    "Aku masuk lebih dulu, nanti aku akan membukakan pintu untukmu..."
    Arvyn segera masuk ke dalam, sedangkan Marty berdiri santai di depan pintu.
    Tak lama kemudian pintu itu terbuka, dan Marty segera masuk ke dalamnya, membuat keributan kecil di dalam tenda.
    Keempat bishop lainnya dengan sigap segera mencabut senjata mereka, sementara Marty melepaskan Mitranya dengan santai, dan meletakkannya di dadanya.
    "Apa yang kau mau? Apa ini salah satu dari rencana licikmu...? Aku akan memanggil penjaga!"
    Pixel menatap sinis ke arahnya, Wyatt yang wajahnya memerah tampak tetap mempertahankan kesadarannya dan sekarang sudah menghunuskan tombaknya dengan mantap.
    "Tidak perlu tegang, dan tidak perlu penjaga, aku hanya akan berbicara, setelah itu aku segera pergi..."
    Ujarnya.
    Jubah Keemasannya berkibar tanpa tertiup angin, wajah teduhnya masih terus menatap kami dengan ramah.
    "Apa yang kau inginkan? Bicaralah..."
    "Tidakkah gaya bahasamu sedikit kasar untuk seseorang yang pernah menjadi atasanmu, Wyatt?"
    "Jangan bertingkah Marty!"
    "Kalau aku mau, aku bisa membunuh kalian semua disini sekarang, tapi bukan itu yang jadi intensiku saat ini..."
    Ujarnya sambil merapikan jubah putihnya.
    "Apa yang kau mau...?"
    Pixel kembali bertanya. Diam diam Pixel merapalkan mantranya dengan berbisik, memerintahkan Fire Rune untuk membakar Marty tanpa sisa.
    "Circle Rune! Put down all of their power, and set them to sleep!"
    Marty tampak lebih sigap, ia memerintahkan Circle Rune untuk mematikan kelima rune para bishop. Lambang rune Pixel segera meredup.
    "Aku sudah bilang jangan ada kekerasan, Pixel, anakku, bisa kau turunkan senjatamu? Kau juga, Greg, bisa kau berhenti mencoba menggorok leherku?"
    Marty dengan santai menyentuh pedang Greg yang saat ini mengalungkan pedangnya dari belakang Marty.
    "Aku datang tidak untuk bertarung, tapi untuk minta bantuan kalian...."
    "Apa maksudmu bantuan? Kau tahu siapa dirimu dan kau masih berani meminta bantuan pada kami...?"
    "Walaupun kalian melawanku sekarang, tapi ingatlah, lambang Harmonia yang tercetak di dada kalian, aku masih kepala negara kalian, dan aku tidak meminta sesuatu yang sulit, aku hanya akan meminta satu hal terakhir sebagai Pontiff dari kalian, Bishops Council. Bisakah? Setelah itu aku akan pergi..."
    Pixel mengangguk, kemudian memberikan aba aba pada yang lain untuk menurunkan senjata mereka.
    "Bicaralah, kami mendengarkan..."
    Marty tersenyum, ia kemudian mengelus rambut cokelatnya.
    "Duduklah.."
    Arsais menggeleng dengan mantap.
    "Tidak perlu, bicara dengan cepat dan pergilah...!"
    Marty menatapnya dengan datar, kemudian menghela nafasnya.
    "Baiklah kalau kalian tampak begitu benci dengan kedatanganku, Aku hanya ingin kalian membantuku mengaktifkan segel lima elemen yang menjadi pertahanan terkahir menuju ruanganku..."
    Pixel segera menatap Marty dengan wajah remeh.
    "Hah, sudah kuduga, kau ingin menyelamatkan dirimu! Apa kau sadar siapa yang kau ajak berkhianat?"
    Marty menatap Pixel lembut.
    "Aku tidak memintamu untuk berkhianat, Pixel, kalian akan mengaktifkan segel itu setelah Cardinal memasuki ruanganku..."
    "Dan kau akan membuat ia menghadapimu sendirian, benar bukan? Kau bisa dengan mudah membereskannya tanpa diganggu orang lain, dan mengalahkan kami secara sah?!"
    "Bukan, Arvyn, kau juga, dengarkan aku..."
    Marty menghela nafasnya.
    "Aku dan Yue membuat perjanjian untuk bertarung satu lawan satu, dan aku meminta bantuan kalian untuk melakukan hal itu, karena aku tahu Rex pasti akan menerobos masuk ke dalam, mungkin kalian berlima hanyalah satu satunya harapan untuk mampu menahannya...!"
    "Mengapa kalian harus bertarung?"
    Arsais bertanya dengan tidak sabar, tapi Marty mengangguk ke arahnya.
    "Ada yang kami pertaruhkan di pertarungan ini..."
    "Ya! Dan itu adalah kemenangan, Betul kan? Kau sunggu licik!"
    Arvyn menyergah Marty dengan gusar, membuat Marty sedikit kebingungan.
    "Apa yang kau takutkan, Arvyn? Tidakkah kau melihat Harmonia sudah hancur sekarang? Waktulah yang sekarang masih menahan kehancuran kami. Esok, Harmonia akan resmi menemui kehancurannya, kita akan terus bersikap sebagai musuh satu sama lain, hanya saja aku minta kalian untuk menahan Rex selama aku bertarung dengan Cardinal. Kalaupun Cardinal kalah, Rex pasti akan dengan mudah membunuhku yang suah kelelahan karena pertempuran dengan Cardinal."
    "Dengan kata lain, kau menjamin kami akan menang esok...?"
    "Ya, Masaku sudah selesai, dan sudah waktunya untuk orde yang baru menggantikanku..."
    "Lalu apa keuntunganmu?"
    Pixel kembali bertanya.
    "Kami bertaruh sesuatu yang berharga bagi kami, tapi tidak bisa dibagi, sehingga satu dari kami harus mengalah. Aku tahu aku tidak pantas meminta hal ini apalagi kekalahanku sudah jelas. Aku tidak mengajukan syarat pada kalian, ini semata mata adalah permohonanku, aku meminta kalian agar mau membantuku..."
    Marty membungkukkan badannya, membuat kelima Bishop menjadi salah tingkah.
    "Bisakah kalian mengabulkan permintaanku sebagai mantan kepala negara kalian...?"
    Para Bishop kembali berpandangan, mereka saling bertukar pandangan bingung satu sama lain.
    "Bila kami mengabulkan permohonanmu, kau berjanji tidak akan menggunakannya untuk mengalahkan Rex...?"
    Pixel menatapnya penuh selidik.
    Marty mengangguk mantap.
    "Ya, kalian tidak perlu takut, Aku hanya perlu membereskan urusanku dengan Cardinal."
    Kelima bishop mengangguk paham.
    "Bisakah janji ini kami pegang...?"
    Marty mengangguk.
    "Aku tidak akan mengkhianati perjanjian ini. lagipula, kalau aku berkhianat, apa kalian ragu kalau Rex bisa membunuhku dengan mudah...?"
    Kelima bishop kemudian saling berpandangan.
    "Yang aku tanyakan dari kalian adalah, apakah kalian siap mati menghadapi Rex? karena mungkin saja dia akan membunuh kalian sebagai satu satunya jalan untuk membuka segelnya..."
    Kelima bishops kembali berpandangan.
    "Aku tidak memiliki masalah apapun, asalkan semua perang ini selesai dan kembali damai, dan kalau memang dengan nyawaku kau bisa menjamin kedamaian itu kembali, aku tidak ada masalah..."
    Ujar Arsais santai, dan segera disambut dengan senyuman dari Marty.
    "Aku pun sama, lagipula aku sudah lelah dengan semua peperangan ini..."
    Ujar Pixel perlahan.
    "Apapun itu, kalau berarti aku bisa menghabisi Rex, bukan masalah untukku!"
    Arvyn dengan menggebu berbicara.
    Greg hanya mengangguk datar, kelima orang di ruangan itu segera menatap Wyatt
    "Apa? Kalau empat lawan satu apa yang bisa kulakukan? Lagipula aku sudah lelah dengan semua pertempuran ini...!"
    Marty tersenyum lebar.
    "Kalau begitu, semuanya sudah dipastikan, terimakasih..."
    Ujarnya kemudian memasang kembali Mitranya, dan menatap Arvyn.
    "Bisa kau membawaku keluar dari sini? Tampaknya para penjaga sudah terbangun..."
    Arvyn mengangguk paham, Ia segera pergi keluar mendahului Marty.
    "Apa yang barusaja kita lakukan...?"
    Wyatt mengusap wajahnya seakan tak percaya.
    Pixel mengangkat bahunya.
    "Apa dia menggunakan Circle Runenya untuk mempengaruhi kita...?"
    Wyatt kembali mengajukan pertanyaan yang disambut dengan gelengan dari Arsais.
    "Entahlah, tapi aku merasa membuat keputusan itu sesuai dengan keinginanku sendiri..."
    Pixel, Wyatt dan Greg ikut mengangguk.
    "Entah kenapa rasanya aku ingin mengabulkan permintaannya..."
    Pixel tersenyum santai.
    "Tapi dia bisa saja menggunakannya untuk rencananya, bisa saja kan dia ternyata memiliki rencana sendiri!"
    Wyatt kembali berbicara dengan nada tak senang.
    Pixel hanya tersenyum santai.
    "Entahlah, tapi apa kau tak merasa? Dia orang berbeda dengan orang yang kita layani beberapa tahun ini..."
    Wyatt terdiam sesaat, kemudian mengangguk.
    "Ya..."
    "Aku juga merasa begitu, dia berbeda..."
    Greg berjalan mengambil sebotol minuman dari meja, dan menenggaknya sambil menaikkan kakinya ke meja.
    "Lagipula, apa yang lebih menarik daripada mencoba kekuatan kita secara serius dengan Rex...?"
    Pixel mengedipkan matanya, kemudian ikut mengambil botol yang berjajar di meja.
    "Ayo kita lanjutkan pesta kita!"
    =============end of flashback================
    Rex's View

    "KONYOL!"
    Aku berseru geram.
    "BISA BISANYA KALIAN MENGIYAKAN PERKATAANNYA!"
    Arvyn hanya terdiam menatap saudaranya yang tampak diliputi kemarahan.
    "Dia menjamin perang ini akan segera selesai, dan menurutku, kalau dengan begini dia akan menyerah, kenapa tidak..."
    "DIAM!"
    Aku menghunuskan sabitnya ke arah Pixel yang membalas menatapnya ngeri.
    "Bagaimana kalau dia berbohong?"
    "Maka kau akan masuk dan membunuhnya...!"
    "Sekarang, aku akan menghabisinya sekarang! Buka segelnya!"
    Kelima bishop menggeleng
    "Kami sudah berjanji, dan sampai pertarungannya selesai, segel ini tak akan kami buka kecuali kami mati..."
    Aku menatap mereka tidak percaya.
    Benar benar keras kepala!
    Apa mereka tidak curiga dengan pertempuran yang terjadi di dalam sana?
    Apa mereka tidak berpikir apa yang sedang dipertaruhkannya?!
    "Alvin..."
    Aku menatap garang ke arah Arvyn yang memanggilku.
    "Marty menyebut namamu saat ia berbicara berdua denganku. Kupikir, aku tahu apa yang mereka pertaruhkan, apalagi setelah aku mendengar semua yang pernah kau ceritakan padaku saat kita ngobrol di internet..."
    Arvyn mengedip pelan, memberikan signal padaku, kemudian kembali terbatuk dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
    Aku terpana.
    Mereka bertempur demi memperebutkan aku?
    Omong kosong!
    Tidak mungkin mereka melakukan hal sebodoh itu!
    "Buka segel ini sekarang...!"
    Kelimanya menggeleng.
    "Tidak sampai kami mati....!"
    Aku menghela nafasku dengan berat.
    "Kalau begitu kalian tidak memberiku pilihan..."
    Aku memutar sabitku, kelimanya hanya tersenyum dan memejamkan matanya.
    "Maaf..."
    Ucapku lirih.
    =======================================
  • para bishop mati... :'( :-\
  • WOW (lagi) . Keren ~ ~ ~(\ ‾o‾)/ , jd itu toh masalahnya -,-". Tp kayaknya kurang pas alasannya . Tanpa mereka "iyakan" permintaan Marty pun masih bisa menang dengan mudah kan ya ? Hahahah . Ya klo Ъk negitu pasti langsung tamat --"
  • hahahahahahaaa........ :))
Sign In or Register to comment.