lagi pengen buat cerita nih, please left yout comment ya....
cerita 1
-author POV-
kadang kita tak pernah bisa memahami apa yang terjadi dengan hidup kita, termasuk salah satunya adalah mengenai cinta. siapa yang mencintai kita dan juga siapa yang kita cintai, bahkan siapa yang menjadi cinta sejati bagi kita.
cerita ini hanya sebuah cerita tentang seseorang yang mencoba merasakan sebuah cinta sejati yang mungkin sulit dirasakan. dengan berbagai cara hingga akhirnya jenuh. dia bernama Bagus, seorang cowok yang biasa saja.
-Bagus POV-
akhirnya aku injakkan kakiku juga dikota semarang, kota yang merupakan salah satu kota yang ada dijawa tengah, yang terkenal udaranya yang panas dan juga sering banjir. begitulah setidaknya beberapa istilah yang sering aku dengar dari kebanyakan orang tentang kota ini.
dan ternyata memang benar apa yang dikatakan orang, semarang itu panas. kalo soal banjir sih aku belum tahu, karena semarang saat ini sedang musim panas.
"jadi begini ya semarang?" gumamku. "nggak buruk-buruk amat sih, lagian juga aku belum tahu semua hal tentang semarang."
baru beberapa jam aku berada dikostku yang baru disemarang, sudah banyak pesan yg masuk di inbox hapeku, termasuk salah satunya adalah Bagas. dia sudah berkali-kali mengirimkan pesan padaku lebih dari dua puluh, dan satupun belum ada yang aku balas. aku baca lagi semua pesan darinya. aku menghela nafas panjang. lalu aku pejamkan mataku, kurebahkan badanku diatas kasur, dan aku kembali mengingatnya, wajahnya dan semua hal tentang dirinya.
---sehari sebelum keberangkatanku ke semarang---
yogyakarta, nologaten, belakang ambarukmo plaza.
aku diam, aku enahan rasa kebingungan yang ada dihatiku, aku masih belum bisa sepenuhnya meninggalkan kota yogyakarta yang sudah hampir enam tahun aku tinggali. tapi aku harus segera pergi, aku merasakan sudah nggak kuat lagi menuruti kata hati.
Bagas memelukku dari belakang dengan eratnya, aku menunduk.
"kenapa kamu harus pergi? kenapa kamu harus tinggalin aku?" tanya Bagas, dari suaranya aku tahu dia menahan tangis. aku diam, aku hanya menghela nafasku.
"kamu sudah nggak sayang sama aku? kamu sudah nggak cinta?" tanya Bagas lagi.
"bukan karena itu." jawabku."karena aku sayang makanya aku harus pergi." kataku menambahi.
"harusnya kalo kamu sayang ma aku, kamu nggak pergi dan tinggalin aku. kamu bertahan disini dan menjagaku." ujar Bagas dengn penuh harap.
"kamu sudah berani memilih, dan aku harap kamu juga bisa bertanggung jawab dengan pilihanmu itu." kataku dengan suara pelan, jujur saja karena aku menahan tangis.
"iya, aku tahu itu." ujar Bagas, kali ini dengan suara yang dipertegas. " tapi aku juga memilihmu"
"Gas, kali ini saja aku mohon sama, jagalah apa yang sudah kamu pilih, cintai dia, sayangi dia sepenuh hatimu seperti dia mencintaimu dan menyayangimu sepenuh hatimu. cintai dia yang telah kamu pilih sebagai istrimu." pintaku. airmataku tak terasa mengalir membasahi pipiku.
Bagas membalik badanku dan dia mengusap airmata yang ada dipipi-pipiku dengn jarinya yang lembut.
"aku sayang kamu, selamanya aku akan menyayangimu." ucap Bagas. dia memelukku dengan erat serta bibirnya mencium bibirku dengan lembutnya. aku tahu dia juga menangis.
---saat ini, disemarang, dikostku di indraprasta---
aku masih terpejam, airmataku mulai meleleh. yang aku rasakan sakit, meski tak teramat sangat sakitnya, tapi aku merasakan rasa yang amat sangat sedih.
"aku percaya bahwa kamu akan bahagia bila kamu bersamanya, istri yang telah kamu pilih." gumamku.
Comments
-Bagus POV-
baru beberapa hari di semarang, rasa jenuhku mulai hadir mengisi setiap relung hati. karena jujur saja, aku tak mempunyai kenalan sama sekali dengan siapapun. sedangkan aku baru akan memulai kerja tiga hari lagi. aku jenuh, sangat jenuh, tapi aku harus tetap bertahan, aku yakin aku pasti mampu.
aku nyalakan laptopku, aku aktifkan mirc. aku iseng aja masuk di salah satu chatroom yang memang khusus untuk para gay.
aku mulai menyapa beberapa orang yang ada disitu yang berada disekitar area semarang. dari sekian banyak orang yang aku sapa, ada beberapa orang yang membalasnya, dan salah satunya adalah seorang cowok yang memakai nama Garda. seru bisa chat berasamanya, hingga akhirnya kita janjian untuk bertemu. berhubung aku tak begitu paham dengan semarang, akhirnya dia yang datang kekostku.
setelah hampir setengah jam kemudian, seorang cowok datang kekostku yang aku tahu, dia adalah Garda. cowok hitam manis dengan tinggi 167cm, berambut jigrak dan menurutku manly banget deh. is it a love at first sign? kayaknya iya deh.
percakapanpun terjadi antara aku dan dia, selain asyik, dia juga pintar bercanda, wah aku semakin menyukainya. kenanganku tentang Bagas bisa sedikit terlupakan karena hadirnya Garda,
meski tak lama aku bisa bercakap-cakap dengannya, tapi entah kenapa rasa cinta sepertinya mulai tumbuh dihatiku, senyumnya membuatku serasa meleleh. sepertinya aku jatuh cinta lagi. tapi, apakah aku secepat itu melupakan Bagas? entahlah, aku sedang tak ingin mengingat Bagas.
-Bagus POV-
sepertinya aku memang menyukai, atau mungkin lebih tepatnya mencintai Garda, buktinya, aku benar-benar merasakan rindu padanya, padahal baru beberapa hari saja tidak bertemu.
sebenarnya aku sudah beberapa kali mencoba berkomunikasi dengan Garda, setiap ada kesempatan aku kirim pesan singkat padanya, entah itu hanya menulis kalimar selamat pagi, siang ataupun menanyakan hal apa yang sedang dilakukannya. tapi tak sekalipun ada balasan darinya. jangankan balasan, laporan pengirimannyanya saja tidak ada. sempat aku coba hubungi dirinya, tapi ternyata nomernya tidak aktif. pantesan saja.
setelah tiga hari aku tidak melakukan apa-apa, akhirnya aku akan memulai kerjaku disemarang, disalah satu hotel berbintang. aku bekerja sebagai pastry attendant, kerjaku membuat berbagai macam cake, bread, cookies dan berbagai macam olahan makanan dessert atau hidangan penutup. aku suka dengan pekerjaanku, karena menurutku sangat mengandalkan keahlian serta sentuhan seni yang kuat.
di pastry section dihotel aku bekerja, jumlah karyawannya ada empat orang, ditambah aku jadinya lima sekarang. salah satu diantaranya adalah perempuan. dari mereka berempat, ada salah satu cowok yang menurutku cakep. setelah aku berkenalan dengannya, akhirnya aku tahu bahwa dia bernama Lee. dia adalah cowok keturunan jawa, cina dan belanda, berbadan atletis, berkulit putih, bermata agak sipit dan tinggi badannya 175cm. lebih tinggi dariku yang hanya 170cm.
seharian ini, aku belum sepenuhnya diberikan kebebasan untuk bekerja sendiri, aku masih diminta untuk pengenalan alat-alat yang akan aku gunakan saat bekerja, serta ritme atau pola kerja yang ada dipastry section. jadinya, aku hanya memperhatikan Lee yang sedang bekerja, meski sesekali aku diminta untuk membantunya.
ternyata Lee lebih suka menggunakan bahasa inggris saat berkomunikasi, dan itu membuatku kurang merasa nyaman dan agak minder karena aku tidak begitu mahir dengan bahasa inggris. alhasil aku lebih banyak diamnya saat dia mengajakku berbicara.
"where are you from, Gus?" tanya Lee padaku saat aku disebelahnya sedang membantunya membuat cake.
"i am from kalimantan, pontianak exactly." jawabku sebisanya. "how about you?" kataku balik tanya.
"i am from surabaya, but i have stayed in semarang since i was in class five in elementary school.
"oh, are you Chinese" tanyaku lagi.
"yup. is it a problem for you?" katanya balik tanya.
"no." jawabku. "what kind of cake u make? tanyaku mengalihkan percakapan soal ras.
"it is opera cake. do you know it?" tanya Lee.
"yeah, a cake with coffee cream inside, chocolate, and sponge with almond ground, right?"
"you know well about it. do you like it?" tanya Lee sambil tangannya memproses cake tersebut.
"no. i like to make it but i dislike to eat it." jawabku.
Lee, masih sibuk dengan opera cake. aku yang disebelahnya hanya bisa melihatnya beraksi. lapis demi lapis sponge serta cream disusunnya menjadi satu hingga akhirnya, setelah tertumpuk semua menjadi satu, dia menyiramkan ganache cair diatas cake itu. jadilah opera cake yang sepertinya enak.
hari pertamaku kerjapun akhirnya selesai. aku pulang. dijalan, aku melihat di hapeku ada beberapa pesan yang masuk, salah satunya dari Garda.
=hai Gus, apa kbr?
lg ap?=
aku lalu mengetik beberapa kalimat untuk membalas pesan dari Garda.
=aku baik. br plg krja nih. km?=
pesanku gagal terkirim. kucoba mengirimnya hingga beberapa kali tapi gagal lagi dan lagi. akhirnya aku coba menghubungi nomer tersebut tapi ternyata tidak aktif.
"ya sudah." ujarku dalam hati.
-Bagus POV-
aku sedang benar-benar menahan emosiku, emosi karena sebenarnya aku sangat merindukan seseorang yang sedang menelponku, yaitu Bagas. aku sangat merindukannya, tapi aku harus benar-benar kuat untuk bisa melepaskannya.
suara Bagas terdengar sedang menahan emosi juga, aku tahu itu dari intonasi suaranya.
"kamu nggak tahu sakitnya aku disini kamu tinggalkan Gus." ujar Bagar melalui hape. "sakit Gus. dan aku masih berharap kamu akan kembali lagi kejogja, kembali lagi padaku, aku masih benar-benar sayang sama kamu Gus. please."
mendengar suara Bagas yang memohon padaku, semakin membuat hatiku gundah, aku benar-benar galau, karena aku sebenarnya masih sangat mencintainya. bahkan disaat aku pergi tinggalkannya, aku meninggalkannya masih dalam cintaku padanya. keadaanlah yang memaksaku harus pergi darinya.
"Gus, aku mohon padamu. aku benar-benar nggak bisa jauh darimu." kata Bagas, kegundahanku semakin menjadi. tapi aku harus benar-benar kuat. kini, aku menahan tangisku.
"kenapa kalimat itu tidak kamu ucapkan saja pada istrimu? dialah yang kini berhak untukkamu cintai, kamu sayangi. bukan aku." kataku sambil menahan tangis.
"tak hanya sekali aku katakan itu padanya, dan aku juga harus katakan itu padamu karena aku juga sayang sama kamu Gus. aku nggak bisa kehilangan kamu." ujar Bagas mengiba.
"jangan katakan nggak bisa, percayalah pada diri sendiri bahwa kita bisa." kataku mencoba kuatkan hatinya meski hatiku sendiri benar-benar sangat lemah saat ini.
"Gus, kamu tega sama aku, kamu jahat." ujar Bagas pelan.
"mungkin saat ini aku yang jahat, tapi apa bedanya jika aku masih tetap bersamamu, menjalin cinta denganmu, sedangkan disana ada Ucy, istrimu yang dengan setia mencintaimu disana. mungkin aku bisa menolongmu, tapi itu artinya aku jahat dengan istrimu." kataku dengan hati yang benar-benar hancur. "aku juga sayang sama kamu Gas, amat sangat sayang. kamu nggak akan pernah tahu sakitnya aku disini, hatiku hancur. tapi aku harus Gas, harus lakukan semuanya ini, karena aku ingin kamu bahagia dan ingin kamu bisa menghargai setiap keputusan yang telah kamu ambil. oke?" pintaku mengharap Bagas bisa mengerti.
Bagas diam, begitu pula denganku, yang kini mulai berurai air mata. tak ada kata hingga sekian lama.
"aku benar-benar sayang kamu Gus. aku nggak bisa jauh darimu." ucap Bagas pelan. "kamu tahu akan hal itu kan?" tanya Bagas.
"aku tahu Gas. aku juga rasakan hal yang sama. tapi Gas, satu hal yang kamu harus tahu, aku hanya akan meninggalkan ragamu, tidak untuk cintamu. meski kita kini tak lagi bersama, tapi kamu tetap aku cinta." ucapku. lalu aku matikan hapeku. sungguh aku sudah tak kuat lagi dengan perasaan ini. aku lelah, air mataku semakin menjadi.
<img src="https://us.v-cdn.net/5016325/uploads/FileUpload/f2/05bdcf9ea7a6f2a984abffd89fc304.jpg" />
ini Bagas
<img src="https://us.v-cdn.net/5016325/uploads/FileUpload/bf/70642136e02bc60ea0059c976722b0.jpg" />
ini Lee
<img src="https://us.v-cdn.net/5016325/uploads/FileUpload/da/bf17dacc408d95e325b05eca1bd77b.jpg" />
ini Bagus
<img src="https://us.v-cdn.net/5016325/uploads/FileUpload/ec/9bba1c8bdbccf1707998d4146c01e5.jpg" />
pagi ini, aku merasakan sedih yang teramat dalam. selain mataku yang kurasakan masih sembab, karena hampir semalaman aku menangis, membayangkan ceritaku dengan Bagas yang membuatku benar-benar memainkan hati serta pikiranku. aku masih enggan untuk segera bangkit dari tempat tidurku, padahal jam didinding kamarku sudah menunjukkan jam enam pagi.
aku harus berusaha agar aku bisa segera bangun, karena tak lama lagi aku harus segera berangkat kerja. aku tak boleh terlambat.
kupaksakan diriku untuk segera bangun. aku menuju kamar mandi, lalu aku basuh tubuhku, aku membersihkan diriku, aku harus tampak segar saat aku bekerja nanti. meski saat aku bekerja nanti, aku akan bergelut dengan tepung, coklat dan masih banyak lagi yang notabene akan membuatku kotor dan bau.
waktu menunjukkan jam setengah tujuh pagi, aku segera bergegas untuk segera berangkat kerja. setibanya aku diloker hotel tempatku bekerja, aku segera mengganti pakaianku dengan seragam hitam khas seorang koki, lengkap dengan topi. kutinggalkan hapeku diloker, karena memang dihotel tempatku bekerja, tak diijinkan untuk membawa hape.
pagi ini, aku bertugas dengan Lee, hanya berdua saja. sedangkan dua karyawan yang lainnya bertugas pada sore hari dan seorang lagi sedang libur.
-di pastry area-
"apa yang harus aku lakukan kalo aku masuk pagi Lee?" tanyaku pada Lee yang ternyata sudah datang dari jam lima pagi.
"first of all...." belum selesai Lee menjawab pertanyaanku, aku sudah berkata lagi.
"indonesian please. i can't speak english well" kataku.
"oke." ujar Lee.
Lee menjelaskan banyak hal mengenai apa saja yang dilakukan saat pagi, mulai dari prepare untuk membuat hidangan penutup untuk menu lunch, membuat cake dan masih banyak lagi. tapi, berhubung hari ini nggak ada lunch, jadinya aku hanya prepare dan membuat cake. dan hari ini aku akan membuat tiramizu cake.
aku mulai mempersiapkan apa saja yang aku butuhkan untuk membaut tiramizu cake. aku mulai dengan membuat sponge terlebih dahulu. setelah selesai (dihotel ini, untuk tiramizu cake terdiri dari empat layer sponge). aku mulai membuat tiramizu creamnya. setelah jadi, aku menumpuk setiap sponge yang diantaranya aku beri cream tiramizu serta sponge yang diberi simple sirup dan kopi cair biar nggak seret saat dimakan dan lebih manis serta nggak bikin eneg. setelah lapisan yang paling atas aku beri cream tiramizu, lalu diatasnya aku taburi dengan cocoa powder, biar lebih cantik.
"begitulah yang namanya suatu hubungan, harus dibuat sebagus dan sekokoh mungkin." kata Lee yang ternyata sudah berada disebelahku tanpa aku sadari.
"maksudnya?" tanyaku tak mengerti.
"ini harus dirapikan, biar menjadi cantik." kata Lee tak menjawab pertanyaanku.
Lee mengambil Valet yang aku pegang, lalu dia merapikan cream yang ada disetiap sudut cake.
"iya, cinta itu harus dibuat dengan penuh pertimbangan, berhati-hati agar tak salah dan menghasilkan sesuatu yang sempurna. terakhir buat cinta itu menjadi indah. seperti kamu membuat cake ini." kata Lee menjelaskan, dan aku masih tak mengerti.
"kenapa kamu ngomong gitu Lee? jujur saja aku tak mengerti apa yang kamu maksud." kataku sambil mengernyitkan keningku.
"oneday you will understand about it." kata Lee. "dan, kamu jangan terus bersedih, wajahmu jadi terlihat nggak fresh."
"aku semakin nggak mengerti Lee." ujarku.
"aku tahu kamu sedang patah hati kan?" ujar Lee.
"how could you know that?" tanyaku heran.
"tuh kan bener. padahal tadi aku hanya menebak saja. ternyata kamu sedang patah hati." kata Lee. aku kaget.
"oh my good, dia permainkanku." gumamku dalam hati.
"kamu tahu nggak, saat kita patah hati, cake yang kita buat itu rasanya akan menjadi hambar." kata Lee, lalu ia tinggalkanku sendiri yang menjadi bingung.
"cakenya disimpan di chiller ya." kata Lee. setelah ia beberapa langkah meninggalkanku.
aku pinjem potone @danu_darkangelz untuk memperkuat karakter cerita aja. danunya mau ya udah ga pa pa.
yang penting udah ijin dulu.
kalo potonya bagas itu sahabat tersayangku yang ada dijogja waktu aku kuliah dulu.
maksudnya?
soalnya setting tempatnya real & detail,
fotonya juga
up up up...
gak koq cm fiksi aja.
aku bs sebut nama tempatnya karena aku pernah tinggal dijogja n skrg lg disemarang.
@AwanSiwon
sabar ya....
on process