It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
let's talk about love
-Bagus POV-
sebulan sudah tanpa aku sadari aku berada disemarang. rasa jenuh yang dulu pernah ada, kini sedikit demi sedikit sudah mulai sirna. entah karena aku sudah terbiasa atau karena ada orang-orang yang kini dekat denganku. benar sekali, aku kini semakin dekat dengan Lee, meski aku belum menceritakan siapa diriku sebenarnya. selain itu, aku juga dekat dengan Garda, bahkan sangat dekat. meski Garda masih susah untuk dihubungi, tapi tak bisa dibohongi rasa kedekatanku dengannya semakin terasa.
"Gar, aku tanya ya, kenapa koq nomermu sering nggak aktif dan susah dihubungi ya Gar?" tanyaku, saat itu Garda sedang berkunjung kekostku sewaktu pagi.
"kan aku masih kuliah Gus, jadinya hapeku sering aku matiin biar bisa konsentrasi." jawabnya.
"mang kamu kuliahnya sampe malem?" tanyaku lagi.
"ya nggak. kuliahku sampe sore aja. kalo malem mang jarang aku aktifin, soalnya aku nggak enak sama tanteku, aku nggak dibolehin keluar malem soalnya."
Garda bercerita padaku bahwa dia disemarang tinggal dengan tantenya. dia juga bercerita bahwa tantenya memang tidak mengijinkan dia keluar malam-malam karena menurut ceritanya, dia menpunyai sebuah penyakit yang lumayan parah. aku tak tahu sakit apa itu.
semakin hari semakin kurasakan sikap Garda yang begitu perhatian padaku, meski terkadang berkesan berlebihan bahkan mendekati posesif, tapi aku senang-senang saja, mungkin itu dikarenakan aku yang memang mulai memikiki rasa suka padanya. tapi, terkadang sikapnya juga kurasakan begitu menyebalkan. setiap ada sms yang aku terima, dia juga harus ikut tahu apa isinya. dan setiap nama yang ada dikontak hapeku dia harus tahu. bahkan kadang dia marah saat ada teman kenalanku yang sms dengan kalimat-kalimat mesra.
aku menjadi bingung, ada apa sebenarnya.
pagi ini aku harus tanya sama Garda tentang sikapnya padaku.
"Gar, sikapmu koq begitu sama aku, mang kenapa Gar?" tanyaku.
"kenapa ya Gus, aku juga nggak tahu." jawabnya.
"nggak tahu gimana?" tanyaku lagi.
"nggak tahu aja. aku kadang refleks aja dengan semua sikapku itu. aku juga nggak tahu kenapa kadang aku ada rasa nggak suka aja kalo kamu dapat sms dari siapa itu nggak jelas. apalagi kalo isi smsnya kata-kata mesra. jengkel aja..." katanya menjelaskan.
"kamu cemburu ya?" tanyaku ingin lefbih tahu. Garda diam, tapi dari reaksi dan juga wajahnya, aku bisa menarik kesimpulan bahwa dia memang cemburu.
@AwanSiwon
update
cerita
-Garda POV-
aku bingung dengan perasaanku pada Bagus. aku bahkan tak bisa berkata apa-apa saat dia bertanya padaku apakah aku cemburu atau tidak. sebenarnya aku sangat cemburu, tapi aku tidak boleh merasakan rasa cemburu itu. ada satu hal yang membuatku harus membuang jauh-jauh rasa itu.
"Bagus, i would like to say to you I LOVE YOU" hanya itu yang bisa aku ucapkan padamu, meski hanya dalam hatiku.
seminggu sudah aku tak bertemu Bagus, sumpah, rasa rindu dihatiku ini sungguh begitu menyiksaku. sebenarnya aku ingin, bahkan sangat ingin bertemu dengannya, tapi aku tak bisa. aku tak mau mengambil resiko, aku tak berani. kudiamkan saja rasa ini, berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi lebih berani dari ini.
-Bagus POV-
aku senang sekali karena aku kini sudah begitu dekat dengan Lee. bahkan aku berencana akan mengatakan siapa diriku sebenarnya padanya, bahwa aku seorang gay. aku harus siap dan aku harus berani apapun hasilnya nanti. aku berharap semoga Lee tetap bisa menerimaku sebagai temannya, entah karena apa, tapi yang jelas aku sudah merasa nyaman dengannya.
malam ini semarang agak dingin, mungkin karena siang tadi telah diguyur hujan yang lumayan deras. bahkan dibeberapa tempat masih ada yang tergenang air. Lee sedang mengajakku jalan-jalan keliling kota semarang, mulai dari simpang lima, terus ke tugu muda dan berakhir dengan nongkrong di gereja blendug.
DAG DIG DUG....
mungkin begitu gambaran hatiku saat aku sedang ingin memulai untuk menceritakan siapa diriku pada Lee. bibirku rasanya begitu kelu, kaku. susah banget buat ngomongnya. tapi, setelah sekian lama, dengan Lee yang masih setia menanti ceritaku, karena aku sudah berjanji padanya ingin bercerita sesuatu, finally i told him about who i am.
"Lee, i am a gay." kataku dengan suara yang agak pelan bahkan hampir tak terdengar. suhu yang awalnya terasa dingin kini menjadi terasa hangat.
"how come?" tanya Lee.
"i dont know." jawabku. "tapi yang jelas aku memiliki rasa suka terhadap cowok, seperti yang biasa aku rasakan saat dulu aku suka pada cewek. just it." kataku menjelaskan.
Lee diam. aku juga jadi ikut diam. aku takut, aku khawatir.
"so, how about your opinion Lee? you know me right now." aku berharap cemas sambil berkata begitu.
"maksudnya?" tanya Lee seperti tak mengerti.
"kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya, dan biasanya orang akan menghakimi ataupun menjauh. karena gay itu masih tidak lazim." kataku.
"dont be worry my friend. i dont care who you are. once i said you are my friend, so you will always be my friend. trust me." kata Lee.
bahagia? absolutely i am happy.
akhirnya aku bisa memdapatkan seorang yang bisa menerimaku apa adanya.
"thanks ya Lee." ucapku. aku tersenyum.
rindu
-Bagas POV-
Tak dapat aku pungkiri, bahwa hati ini begitu merindukan sesuatu. Sesuatu yang dulu selalu aku rasakan, rasa cinta, kasih, sayang serta perhatian. Padamu aku menaruh rinduku yang teramat dalam dan takkan ada yang dapat menggantikan posisimu dihatiku. Selamanya aku akan tetap mencintaimu. I love you Bagus. You will always in my heart.
"Kamu kemana aja Gus? Aku telpon daritadi koq baru diangkat sekarang?" Tanyaku pada Bagus yang akhirnya mengangkat telponnya setelah lebih dari sepuluh kali kuhubungi.
"Maaf." Bagus hanya berucap seperti itu.
"Bukan maksudku menyalahkan kamu, aku cuma tanya aja Bagus sayang." Kataku, berharap Bagus bisa mengerti. Tapi, yang ada dia malah diam. "Koq malah diem? Nggak suka ya kalo aku telpon kamu?"
"Iya nggak apa-apa. Makasih sudah mau menelponku dan maaf aku nggak pernah kasih kabar kekamu."
Mendengar suaranya saja, membuatku semakin rindu. Ingin aku bisa memeluknya, sekali saja.
"Gus, aku kangen banget sama kamu sayang." Ucapku, berharap Bagus bisa mengerti dan bisa membuatku sedikit bisa mengurangi rasa rindu yang rasanya sudah membeku dan hanya bisa dicairkan olehnya. "Apa kamu juga merasakan yang sama denganku, Gus? Rasa rindu yang kini kurasakan dalam hatiku?" Tanyaku. Sungguh aku sudah tak bisa lagi membohongi setiap inchi hatiku bahwa aku padamu, rindu.
Tak ada jawaban, tak ada kalimat yang terucap kecuali kesunyian yang berucap berjuta bahasa. Kecewa? Sudah pasti.
"Kamu kenapa sih Gus? Kenapa kamu sekarang beda? Kamu sudah nggak pernah mau mengerti aku. Aku sayang kamu Gus, sayang." Aku sudah nggak kuat menahan rasa ini, aku sudah tak peduli. Yang aku mau sekarang Bagus bisa tahu dan bisa mengerti. Tapi yang ada, Bagus masih saja diam.
"Please Gus, ngomong. Jangan hakimi aku seperti ini." Aku benar-benar mengiba berharap dia bisa mengerti. "Gus, please."
Telpon terputus.
Kucoba menelpon Bagus lagi, nomernya aktif tapi tidak dijawab. Sekali, dua kali, bahkan berkali-kali, dan tidak juga dijawab. Perih hati ini.
---Gus, maafin aku, ku hny ingin berkata jujur padamu tntg perasaanku ini. Aku syg ma km Gus, aku rindu, aku msh cinta ma km. Plis Gus, jgn diam---
Kukirim sebuah sms, pesan terkirim. Satu menit kemudian, lima menit, sepuluh menit, bahkan setengah jam kemudian, tak ada balasan darinya.
---Gus....---
kukirimkan lagi sebuah sms. Pesan terkirim.
---telpon aku---
Bagus membalas sms yang aku kirim. Aku hubungi lagi nomernya.
"Aku harus bagaimana Gas?" Tanya Bagus.
"Maksudnya apa sayang?" Aku balik tanya karena aku nggak mengerti apa yang dimaksud olehnya.
"Apa aku harus bilang rindu juga sama kamu? Apa aku harus bilang sayang dan cinta juga seperti yang kamu bilang keaku?" Tanyanya lagi. Kali ini aku semakin tak mengerti. "Maaf Gas, aku nggak bisa. Aku nggak mau sakiti hati seseorang yang kini menjadi milikmu. Aku nggak bisa Gas."
"Kenapa harus membahas dia lagi Gus? Please, ini hanya antara aku dan kamu." Kataku menjelaskan.
"Tapi tak bisa dipungkiri Gas, sekarang ada dia, istrimu Gas." Ujar Bagus, sepertinya dia sedang menahan tangis, suaranya begitu berat dan serak.
"I know that. Tapi meski gitu, apa aku nggak boleh tetap rindu sama kamu? Nggak boleh sayang? Nggak boleh cinta?" Aku benar-benar menahan emosiku, emosi karena aku begitu berharap Bagus bisa mengerti.
"Tapi Gas, aku...."
"Atau kamu memang nggak pernah suka sama istriku? Kamu nggak pernah ikhlas aku menikah dengannya? Kalo sekarang kamu ingin aku tinggalin istriku demi bisa terus sama kamu, aku mau Gus. Saat ini juga akan aku ceraikan dia." Aku sudah tak bisa lagi berpikir jernih. Entah benar ataupun salah, yang jelas hatiku memaksaku untuk berucap seperti itu.
"No!. Please dont leave her. Please." Aku tahu Bagus kini sedang menangis, suara isakannya terdengar jelas ditelingaku. "Aku juga sayang sama kamu Gas. But please, jaga istrimu, sayangi istrimu."
"Oke. I will. Asalkan kamu janji bahwa kamu tetap sayang sama aku."
"Oke. I promise."
Aku masih mendengar suara isak tangis Bagus tapi kini tak sekeras tadi. Ada lega dihatiku mendengar katannya.
"Kapan kamu libur kerja sayang?" Tanyaku.
"Hari sabtu. Kenapa?" Suaranya kini lebih tenang.
"Kirimi aku alamatmu di Semarang, aku akan kesana untuk menemuimu sayang."
Cobalah Mengerti
-Bagas POV-
Mencintaimu, takkan pernah ada habisnya. Dan akan aku lakukan terus, mencintaimu sampai aku tak bisa lagi merasakannya dalam hati ini. Bagus, I Love You.
-Bagus POV-
Seandainya aku boleh memilih, antara mencintai dan dicintai, aku akan memilih mencintai meski aku tak dicintai. Meski sakit, tapi yang jelas aku bisa merasakan rasa cinta itu.
-Garda POV-
Aku hanya tak bisa membohongi hatiku, aku sangat mencintaimu Bagus, tapi aku tak bisa harus memilikimu dan membagi cintaku denganmu. Tapi, aku benar-benar tak bisa mendustai hati dan nurani. Bagus, I Love You.
-Lee POV-
Mungkin memang beginilah hidup, setiap manusia memiliki ceritanya masing-masing. Ada kebaikan dan keburukan seseorang. Ada kelebihan dan kekurangan. Saat ini, mungkin aku harus mulai bisa membuka diri, hati dan segalanya untuk hidupku ini.
Cinta Itu
-Bagas POV-
Benar kebanyakan orang bilang, Semarang itu jauh lebih panas dari Jogja. Rasa-rasanya nggak betah deh kalo aku harus lama-lama di Semarang. Tapi demi Bagus tersayang, apapun deh.
Seperti siang ini, aku yang sudah berangkat dari Jogja sejak pagi hari, akhirnya aku sampe juga di Semarang. Dikost Bagus yang lumayan besar kamarnya, dengan perabotan yang seadanya. Sumpek sih, tapi kalo dengannya, rasanya lapang dan nyaman.
"Lagi mikirin apa sih Gas? Koq kayak lagi ngelamun gitu?" Tanya Bagus melihatku yang memang tampak bengong.
"Nggak apa-apa koq, lagi nyoba buat beradaptasi sama ruangan ini." Jawabku. "Sayang, duduk sini dong deketku." Pintaku karena Bagus duduk dikursi sedangkan aku duduk diatas kasur.
"Nggak ah, lagian dari sini juga masih bisa ngobrol, kan?" Katanya menolak permintaanku. Bukannya aku marah, tapi aku jadi semakin gemes dengannya.
Aku menghampiri Bagus, aku memeluknya dari belakang. Tak ada respon darinya kecuali diam.
"Koq dicuekin sih sayang?" Tanyaku. Bagus masih diam. Aku melepas pelukanku, aku tarik badan Bagus hingga berdiri. Aku memutar badannya, aku lihat wajahnya yang tertunduk. Kusentuh pipi-pipinya.
"I love you Gus." Ucapku. Kucium bibir lembutnya. Meski tak seperti dulu, tapi aku masih bisa rasakan luapan cinta dari setiap sentuhan lembut bibirnya. Rasa ini yang aku rindukan, rasa ini yang membuatku tak bisa lupakan.
Aku tersentak, aku yakin Bagus pun juga tersentak. Pintu terbuka dan seorang cowok berdiri diambang pintu, mungkin cowok itu adalah teman Bagus.
"Garda...." Bagus menyapa cowok itu dengan suara seolah tak percaya.
"Maaf, aku udah mengganggu." Kata cowok yang dipanggil Garda oleh Bagus. Cowok itu kembali menutup pintu.
Bagus setengah berlari mengejar Garda, meninggalkanku sendiri disini dengan hatiku yang kini merasakan benci, meski aku belum tahu kenapa.
-Bagus POV-
Aku tinggalkan Bagas sendiri, aku tak tahu kenapa, aku seperti tertarik sebuah kekuatan besar yang membuatku harus mengejar Garda. Ada rasa takut dihatiku, rasa takut seperti akan kehilangan seseorang.
"Gar, kamu mau kemana?" Tanyaku, aku memegang tangan Garda yang tak mau berhenti meski aku sudah menariknya.
"Aku mau pulang." Jawab Garda judes.
"Why? Kamu kan baru aja dateng." Kataku. Sepertinya Garda tak mempedulikannya.
"Nggak apa-apa koq. I wanna go home." Garda tampak begitu tak peduli, aku lihat diwajahnnya terbersit garis emosi. "Udah sana balik lagi kekamar, udah ada yang tungguin kamu tuh." Garda berusaha keras melepas tanganku yang memegang tangannya.
"Gar, aku sayang sama kamu." Ucapku akhirnya, entah apa yang aku pikirkan, tapi tiba-tiba saja aku berucap demikian.
"Maaf aku nggak bisa." Ujar Garda, terdengar seperti tikaman yang tajam dihatiku. Sakit sekali.
"Kenapa?" Tanyaku tak percaya. "Bukannya kamu juga suka sama aku? Dari sikapmu itu kupikir kamu...." Aku benar-benar tak percaya.
"Kamu salah mengerti tentang sikapku."
Garda tinggalkanku yang terpaku diam dan bibir yang kelu.
Bagas merangkul pundakku, dia mengajakku untuk kembali kekamar. Tak ada sepatah katapun yang kami ucapkan, hanya diam. Bagas memelukku erat, aku tahu dia rasakan sakit dihati, dia tahu aku sayang dengan orang lain.
"Ini janjiku sayang, apapun yang terjadi, aku aka tetap mencintaimu." Ucapnya.
@AwanSiwon
@hananta
update....
sempet kepikiran gitu sih, tp tadi agak bingung mau diketik kayak gimana.
jadinya ya gitu deh.
trs menurutmu ceritanya gimana?
brakk..!
Gitu kan jd kelihatan lebih dramatis tuh, skalian menunjang emosinya si garda kan itu..
Untuk sementara ceritanya masih agak flat ya mnurutku.. Pdhl idenya udh bgus sbenernya, konfliknya jg sdh muncul..
Saran sih byk2 baca aja.. Dsini byk story2 bgs lo..biar bs nambah ilmu untuk bs nulis yg lbh greget dan menguras emosi pembaca..hehehe
siap