It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Semua yang ada di dunia memiliki batas...
Batas untuk seseorang bersabar...
Batas untuk mencintai seseorang...
Batas untuk meminta dan memberi...
Batas untuk melangkah...
Batas untuk mengejar...
Dan batas udia untuk hidup......
Kali ini ku akui... Mimpi memberikan suatu gambaran akan apa yang akan terjadi...
Walau sebenarnya, aku bukan pemimpi...
Cuti ku perpanjang...
Aku seakan hidup dalam rona pelangi hitam-putih...
tidak ada merah, biru, atau kuning...
Semua serba gelap...
Hanya bayang-bayang wajah dua orang yang kucintai yang seringkali terbersit dalam benak...
Bertahun-tahun ku pasrahkan Ayah di peraduan Tuhan...
Kini, Yang Jembatan Hidup pun menyisakan kenangan akan setiap curahan kasih yang selalu kuingat...
Aku duduk di antara dua pusara, yang lama dan yang baru... yang basah dan yang berbatu... yang pria dan wanita...
"Kenapa tak kau biarkan aku merasakan kasihnya lebih lama, Tuhan?"
Nyaris aku histeris, nyaris aku menghujat dan memaki sang pencipta, andai tidak ada tangan yang meraih pundakku....
"Sabar Ted....."
"Kamu.......?!"
Terimakasih Untuk Hadir di Waktu yang Tepat
...................................................................................................................................................
Kubiarkan kau menelanjangi emosiku...
Kubiarkan kau melihat alirat sungai air mataku...
Kubiarkan kau mendengar setiap isakan ku...
Kubiarkan kau merasakan aura kesedihan yang terpancar dariku...
Kubiarkan kau menyentuh pundakku...
Semua karena sebenarnya aku meninginkannya...
karena sebenarnya aku membutuhkannya...
"Aku tahu dari personalia, katanya kamu memperpanjang cutimu dengan alasan ini...", Pak Ridwan memulai percakapan setelah dirasanya isakanku mulai mereda.
"Maaf, aku meminta alamatmu tanpa sepengetahuanmu..."
"ma...maaf pak", aku menjawabnya dengan tatapan mata yang masih mengarah ke pusara yang masih basah.
"kamu tidak peru meminta maaf Tedy, kecuali untuk satu hal....", pak Ridwan tidak melanjutkan kalimatnya dan membuat aku sedikit bertanya..aku tidak suka..
"kamu tidak memberitahu ku Tedi...kamu mencurangiku.", lanjutnya pelan.
"mencurangi..." aku mengulang kata terakhirnya dengan pelan...
"ya mencurangi...", tegas nya...
"aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi harus sekarang Tedy, atau tidak sama sekali!"
....
Semua yang dikatakannya membuatku semakin bingung... Aku belum bisa menebak kemana pembicaraan ini diarahkannya.
"kamu tidak sadar tedy... semenjak kamu masuk dan duduk di tempat persis didepan ruanganku, kamu telah menodongku dengan wujudmu, mengikatku dengan pesonamu, dan memejarakanku dalam suatu harapan Tedi!",
"aku menyayangi mu Tedi....", suaranya yang lirih namun tegas mengucapkannya dengan pasti.
Seolah aku ditikam dengan belati berlumur cinta...
Seakan aku terhunus busur beracun yang dibuat dari metal terkuat sehingga mampu meruntuhkan benteng pertahananku...
Mematikan, namun sekali lagi...sebenarnya aku menginginkannya....
"tapi pak....", Ridwan menahanku untuk melanjutkan kemunafikanku, bukan dengan telunjuknya atau telapak tangannya yang membekapku, namun kediamannya yang membuatku gugup.
"Jangan menolak jika itu hanya suatu kebohongan Tedi... Aku yakin kamu sebenarnya tau apa yang aku rasakan, dan katakan aku mengetahui apa yang sebenarnya kamu inginkan...",
Tuhan.... semuanya serba mendadak... apa yang sebenarnya kau ingin perlihatkan padaku?
Aku masih mngarahkan pandanganku kearah pusara ibu dan ayahku...
"Aku masih belum sendiri ayah... ibu...", aku berkata tanpa bersuara.
Aku belum berani menoleh... Aku belum siap membiarkannya melihat tatapanku yang akan berkata: "YA" tanpa harus aku ucapkan.
"kamu tidak perlu menjawab Tedi, karena kediamanmu dan bahasa tubuhmu telah memberikan jawabannya."
Aku berbalik... Dia mendekapku... Tak kuasa menahan tangis, derai air mata kembali melaju...
Sejenak kupejamkan mata, dan berharap apa yang baru saja kudengar dan kualami bukan mimpi yang akan hilang ketika aku membuka kelopak mataku... Bukan khayal yang sirna ketika aku tersadar...
Jauh dibalik pepohonan kamboja bermeter-meter jaraknya...
Sepasang orang tua tersenyum melihat bahwa anaknya tidak sendiri...
Bahwa tugas mereka telah ada yang melanjutkan...
Mereka melangkah menjauh diiringi cahaya cinta dan
dihiasi rona asmara yang kuncupnya mulai merekah...
Love may heal every wound people felt...
And love may kill loneliness which may come to everyone...
No matter how strong he is...
No matter what he can do...