It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Aww, perasaan gue numbur seseorang dah! Mati gua, baju gua basah, kena tumpahan minum, ya tuhan siapa ini orannya” kataku dalam hati.
“ANJ*NG, pakek mata dong, kalo jalan!” kata Dirga sambil matanya melotot ke arah gue, hampir keluar malah. Eh, tunggu, gue nggak nubruk dia, lho. Gue nubruk temennya kok, yang berdiri disamping dia. Kok, malah dia yang sewot. Huh.
“Sori kak, sori-sori, gue bener-bener ga liat,” kataku lirih. Duh, kejem banget nih orang.
“Lo nggak kenapa-kenapa, kan?” kata kakak senior yang berdiri di samping Dirga.
“Ngga kok, kak, maaf ya,” balasku pelan.
“Nggak kenapa-kenapa lagi, baju gua cuma basah dikit kok, malah kamu yang bajunya basah bener,” katanya. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Manis banget dah. Ada lesung pipi di wajahnya.
Kulirik bajuku sebentar. Iya, basahnya banyakan gue.
“O, iya, gue Rizal” katanya dengan memamerkan senyumnya lagi.
“Gue....,” belum selesai gue bicara Dirga memotongnya.
“Udah, Rizal, kita ini dari tadi udah di panggil sama kak Astro. Nanti dia ngamuk lagi, gawat,” kata Dirga sambil menarik lengan kak Rizal. Kudengar Dirga masih saja bergumam tidak jelas.
Aku berusaha bangkit dari dudukku. Kubersihkan tumpahan minum yang masih tersisa di bajuku.
“Lo nggak kenapa-kenapa, kan, Grey ” tanya Tristan yang sedang berdiri dibelakang gue.
“Nggak kok, Cuma basah aja baju gue,” jawabku. “Lo liat geh, orang yang di samping kakak itu, yg pakek baju warna biru.”
“yang mana?”
“Itu yang lagi megang minuman.”
“iya,emang kenapa, itu tetangga baru gue.”
“Ya ampun, dia senior yang baru gue ceritain tadi.”
“Oh, itu senior yang ngospek lo tadi, Gey.”
“Aigoo, sejak kapan dia pindah? Perasaan rumah yang di deket ruamh lo, masih kosong, dah”
“Lo terakhir maen ke rumah gue kapan? Sebulan yang lalu, iya juga!”
Gue nyengir kuda.
“Iya dia tinggal sendiri di rumahnya itu!”
Gue manggut-manggut aja.
“Ih, tapi lo mesti hati-hati, dah. Soalnya tetangga lo itu rada psikopat gitu, nyeremin abis,” gue bergidik ngeri.
“Dia orangnya friendly kok, asal kita udah kenal sama dia,”
“O,”jawab gue singkat.
“ Eh, Gey, tadi pagi gue ketemu mantan elu,” kata Tristan pelan-pelan.
Nggak nyangka gue, Tristan udah ketularan Poppy, doyan gosip.
Raut wajah gue berubah seketika.
“Hmmm, terus..., ” kata gue sok nggak peduli.
“Ya, dia cuma senyum-senyum sok ramah gitu. Tadinya sih mau gue samperin, abis itu gue tonjok-tonjok. Tapi Poppy ngelarang gue,” jelas Tristan sambil tangan kanannya di tonjok-tonjokan ke tangan kirinya.
“Udah lah, nggak usah di apa-apain tuh anak. Sampe lo nyentuh dia. Gue kawinin lo, hahaha,” kata gue sambil tertawa kecil.
“NAJISSS! Tapi lo udah nggak cinta lagi kan sama dia? sampe masih gua cincang-cincang lo,”
“Hmmm, gimana ya,” balas gue sok-sok mikir. “Udah ah, gue cabut dulu, masih banyak tugas.”
Gue sendiri sampe sekarang masih bingung, sebenarnya gue masih cinta sama Marcel apa udah ngga cinta lagi. karena sampai sekarang pun gue ngga bisa lupain, semua kebiasaannya, tingkah lakunya, perhatiannya dan semua tentang dirinya. Gue udah berusaha untuk menghapus semua kenangan gue dengan Marcela. Tapi hasilnya nihil. Malah yang ada gue tambah kangen sama dia. Tapi kalo gue inget, saat-saat dimana dia ninggalin gue, rasanya gue mau bunuh dia dengan tangan gue sendiri. Menurut kalian gue masih cinta apa nggak sama Marcel? Duh ,kok gue malah curcol.
bahasanya enak
alurnya enak
smuanya enak...
“Bangun!” kata seseorang dengan suara yang berbeda lagi.
Aku merasa tubuhku seperti diguncang-guncangkan.
Aku menggeliat, munguap, mengerjap-ngerjapkan mata dulu sebelum akhirnya aku bangun.
“Eh, pop, ngapain kalian disini?” tanyaku kaget. Seolah ada UFO yang menyergap rumahku.
“LO LIAT JAM! Mentang-mentang minggu!” perintah Poppy.
“Jam 9, kiraiin masih jam 6, haha,” aku tertawa kecil. “Btw, kalian, kok, bisa masuk ke rumah gue?”
“Kostan lo nggak dikunci, nyet.”
“YA AMPUN!” gue langsung beranjak dari tempat tidurku menuju ke segala sudut ruangan, mengecek barang-barang gue, kalo ada yang hilang.
“Lain kali jangan lupa!” nasihat Tristan.
“Iya-iya, eh tunggu.....” gue mengedarkan pandangan gue keseluruh ruangan. “Semua ini kalian yang ngerapihin?” tanyaku sedikit kaget.
“Tentu, siapa lagi kalo bukan kami? Lo liat oranglain disini! Abisnya kostan elo berantakan banget. Piring-piring yang kotor udah gue bersihin. Lantai udah gue pel. Kalo baju cuci sendiri,” cerocos Poppy.
“Iya makasih ya!” kata gue sambil merangkul Tristan.
“Eh, gue yamg beberes rumah elo, malah dia yang dipeluk, dasar lu,ya!” ujar Poppy kemudian menjitak pelan kepala gue.
“Eh, lo masa ngga kebangun sih, dari tadi kami beberes rumah lo?” tanya Tristan kemudian.”Dasar kebo!”
“Ish, gue itu abis ngetik tugas semaleman, baru tidur pas azan subuh!” terang gue. “Eh, btw, ngapain kalian pagi-pagi kesini?”
“Kami mau culik kamu, kerumah Tristan. Kita bantuin dia, nanti malem adeknya yang paling kecilkan ulang tahun,” jelas Poppy.
“Ya udah, gue mandi dulu, kalian tunggu!” kata gue sambil berjalan menuju kamar mandi.
“Iya jangan lama-lama!”
“Iyalah ngapain lama-lama, emang gue mau mandi kembang 7 rupa!” teriakku dari dalam kamar mandi.
“Eh, Gey! Punya lo besar juga ya!” teriak Poppy.
“Anj*ng lo Pop,” teriak gue.
“HAHAHAHA,” ledakan tawa mereka.