It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sepertinya ada kisah cinta segitiga. Eh boleh jadi segi 5.
Jarang terjadi kan...
Lanjut ya bacanya
@kiki_h_n : Kayaknya rada mirip sifat Reskha mah
@adinu : penulisan part selanjutnya akan lebih diperhatikan lagi tanda bacanya. Untuk kalimat yang tidak menggunakan tanda kutip, merupakan monolog dari salah satu karakter.
terimakasih ya kritikannya.
Lanjut lagi ya......
@pokemon : sengaja untuk part awal agak membingungkan. Karena hanya penjelasan dari masing-masing karakter.
lanjut lagi ya...
sekarang mau dilanjut.
Siap....!!!
Pengennya sih setiap hari, tapi kerjaannya gila-gilaan. jadi seminggu aja ya updatenya
Lanjut ya ke part 7
Seperti biasanya, setelah selesai perkuliahan, aku mampir dulu ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas kuliah dan mencatat NAB harian yang bisa didapat dari koran Bisnis Indonesia.
Hari ini pengunjung restauran pasti akan ramai seperti malam sabtu dan malam minggu. Terkadang aku bertanya, mengapa orang-orang lebih menyukai gaul di Rabu malam. Kan ngga ada bedanya dengan malam-malam lainnya. Kecuali kalau malam sabtu atau malam minggu, karena besoknya hari libur.
Selesai sudah tugas kampusku. Aku lihat jam yang tertera pada ponselku. Masih ada waktu 1 jam lebih 15 menit untuk mulai bekerja.
Hai Journal !!!!
Kamu tau ngga teman kosku yang bernama Andi.
Mahasiswa kedokteran yang sekarang sedang koas.
Tingginya sekitar 175cm, kulitnya putih, badannya atletis.
Aku sering mencuri pandang jika melihat dia selesai mandi.
Dia hanya mengenakan handuk yang dia lilitkan dibawah perut yang rata berkotak-kotak.
Baik di dada maupun di kakinya, tidak ada sedikitpun tumbuh bulu.
Namun terdapat bulu-bulu halus yang tumbuh dari balik handuk menuju pusar.
Awalnya aku hanya kagum melihat keindahan tubuh Andi
Tapi tadi pagi aku benar-benar malu sekali.
Aku tidak sadar jika aku terangsang pada saat Andi menunjukkan celananya yang basah akibat mimpi semalam.
Sehingga pikiranku menjadi sibuk dengan hal-hal yang menggairahkan.
Journal,
Mau ditaruh di mana mukaku jika aku berpapasan lagi dengan Andi.
Pasti Andi akan marah kepadaku jika mengetahui aku sering mengagumi badannya.
Mana ada lelaki yang mengagumi lelaki lain.
Andaikata ada, ya mungkin cuma aku saja.
Sepertinya aku harus menghindar dari Andi, tapi bagaimana caranya ?
Apakah setiap hari aku harus bangun pagi lebih awal, dan mandi pada pukul 5 pagi.
Karena kebiasaan Andi, mandi pada pukul 6 pagi.
Tapi apa aku kuat bangun lebih pagi.
Setiap hari saja, baru pulang kerja pukul 11 malam.
Belum lagi mengerjakan tugas kuliah.
“Pindah kos aja Kha…”
Haaa….!!!
Ngga mungkin aku pindah kos.
Mana ada tempat kos semurah itu sekarang.
Arrrgghhh…..
Aku bingung
Aku mau pulang saja ke Aceh
Terkadang aku sangat rindu kepada kedua orangtuaku dan saudaraku.
Awalnya aku optimis jika mereka semua selamat dari bencana itu
Tetapi kejadian itu sudah satu tahun lebih berlalu
Dan sampai detik ini pun aku sama sekali tidak mendapat kabar dari mereka.
Oh Tuhan….
Berilah kekuatan kepada hambaMu ini
Hanya Engkaulah yang mengerti isi hati dan jalan hidupku ini
Aku hanya bisa berpasrah padaMu
Aku serahkan hidupku, rizkiku, jodohku dan matiku padaMu
“Yang sabar ya Kha…”
“Hidup harus tetap semangat.”
“Hapus dulu air mata kamu”
“Setelah itu berangkat kerja”
Iya Journal…..
Aku harus tetap semangat
Aku harus tetap ceria
Walaupun aku bagaikan bola yang menggelinding tanpa arahan
Aku harus bisa menjadi orang yang berhasil
Kututup buku coklat ini yang kuberi nama Journal. Kuhapus air mataku yang terasa panas dan perih. Aku keluar dari perpustakaan ini menuju kamar mandi untuk membilas wajahku agar terlihat segar. Kemudian aku lajukan motorku menuju tempat kerja.
Sesampai di tempat kerjaku, aku melihat Gilang sedang antri untuk memesan makanan.
“Hei Lang….tumben kamu mau datang kesini ?”
“Sama siapa kesininya ?”
“Tuh sama Endah..” Ucap Gilang sambil menunjuk ke arah Endah yang sedang duduk di dekat kaca.
Akupun menyapanya dengan bahasa isyarat tangan kepada Endah, dan dia pun membalasnya.
“Tumben bukan malam minggu kamu bisa jalan dengan dia ?”
“Sebelum magrib, dia sudah harus berada dirumahnya.”
“Lumayan Lang….Masih dua jam lagi untuk berduaan.”
“Kamu mau pesan apa Lang ? Saya ambilkan saja. Ngga usah ngantri di kasir.”
“Ngga usah Kha, ntar gajian kamu dipotong deh gara-gara aku makan disini.”
“Ya ampun….kamu kok begitu dengan saya, kan selama ini saya banyak banget dibantu kamu Lang.”
“Sudahlah Kha….Kamu kan sahabat aku.”
“Kita kan harus saling bantu.”
“Iya Lang, tapi untuk sekarang saya yang ambilkan makanan buat kamu dan Endah ya.”
“Iya deh Kha….Tapi awas loh ya kalau sampai kamu kekurangan uang gara-gara aku makan disini.”
“Dijamin 100% ngga akan kekurangan kok Lang.”
“Kamu mau apa ?”
“Aku mau paket ayam dan ice lemon tea ya…”
“Kalau Endah mau makan apa ?”
“Sama aja dengan punyaku.”
“Ok Lang…kamu tunggu disana ya. Nanti saya antar makanannya kesana.”
Setelah berganti baju seragam kerja dan mengambil makanan yang diinginkan Gilang dan Endah, aku menuju tempat mereka yang tidak jauh dari pintu masuk restauran ini.
“Hei Dah….tumben nih jalan sore-sore.”
“Mumpung ada waktu Kha….
“Semuanya berapa Kha ?”
“Khusus hari ini gratis Dah…”
“Duh, aku kok jadi merepotkan kamu sih Kha…”
“Kamu kan jarang-jarang mau main ke sini Dah..”
“Susah banget kalau diajak kesini Kha.”
“Sering-sering diajak kesini Lang…”
“Supaya saya tambah semangat kerja kalau ada kalian berdua.”
“Pastinya Kha..”
“Ya udah, saya kerja dulu ya, ntar malah ganggu kalian berdua lagi.”
“Terimakasih ya Kha…”
“Sama-sama Dah…”
Akupun berlalu dari Gilang dan Endah. Mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Terkadang aku iri melihat kemesraan mereka berdua. Aku juga ingin punya pacar.
Tetapi kapan aku punya waktu untuk berpacaran. Pulang kerja saja badanku sudah sangat lelah. Belum lagi kalau pacaran pasti membutuhkan dana extra.
Sudahlah ngga usah berfikir yang aneh-aneh. Jalanin saja apa adanya.
***
Rabu Malam Gaul
Baru saja kemarin aku bertemu dengan Reskha, tapi mengapa hari ini aku sudah kangen ingin bertemu dengannya. Wajahnya begitu memikat hatiku.
Aku segera membilas badanku sehabis berenang. Setelah menggunakan baju casualku, kulajukan mobilku menuju restauran tempat Reskha bekerja. Sangat dekat sekali lokasinya. Berjalan kaki juga sebenarnya bisa.
Kulihat Reskha sedang melayani pelanggan yang akan memesan makanan di restauran ini. Setelah dia selesai melayani pelanggan tersebut, akupun menghampirinya.
“Hai Kha…”
“Eh Mas Agam….Dari mana Mas ?”
“Tadi habis berenang di Novotel Kha…”
“Mau pesan apa Mas ?”
“Paket ayam sama cola ya Kha…”
“Duduk aja dulu mas…Nanti saya antar kesana.”
“Ok Kha…Ntar temenin gue makan ya”
“Iya Mas, tapi sebentar aja ya.”
“Sipppp….”
Akupun mencari tempat duduk, sudah mulai ramai malam ini. Sambil menunggu Reskha tiba, aku coba menghubingi Indra melalui ponselku ini.
Tut…tut….tut….
“Halo…”
“Lagi di mana Mba ?”
“Lagi di rumah wuk…”
“Kamu lagi ada dimana ?”
“Lagi makan di Sudirman.”
“Ntar malam mau dugem ngga Mba ?”
“Pastinya wuk…”
“Kita kan harus tetap eksis….”
“Kabarin gue ya Mba kalau loe mau berangkat.”
“Ok Wuk….Ntar aku kabarin.”
“Sippp…”
Akupun mengakhiri pembicaraan dengan Indra. Aku coba menghubungi Beni, siapa tau dia mau diajak dugem malam ini.
Belum sempat aku menekan nomor telepon Beni, Reskha sudah datang menghampiriku.
“Ini Mas makanannya….”
“Berapa semuanya Kha ?”
“Ngga usah, untuk Mas Agam gratis…”
“Ngga ah…Loe sudah cape-cape kerja, hasilnya masa untuk bayar makanan gue.”
“Ini pegang uangnya…” ucapku sambil memberikan selembar uang pecahan seratus ribu.
“Beneran mas…ngga usah.”
“Ya sudah, gue ngga mau makan kalau gitu, dan ngga akan datang lagi kesini.”
“Eehh…kok begitu mas…”
“Jangan marah dong mas….”
“Loe sih ngga mau terima uang dari gue.”
“Ya udah deh, saya terima uangnya”
“Bentar ya mas, saya ambil kembaliannya dulu.”
“Ngga usah Kha….Kembaliannya buat loe.”
“Loe disini aja dulu.”
“Mas Agam, kembaliannya jauh lebih banyak dibanding harga makanan itu.”
“Ngga apa-apa Kha…”
“Terimakasih ya Mas Agam…”
“Sama-sama Kha…”
“Eh loe kapan ulang tahun ?”
“Tanggal 2 Maret Mas….”
“Bentar lagi kalau gitu ?”
“Pasti yang ke 22 ya…”
“Kok Mas Agam bisa tahu ?”
“Ya iya lah tahu, kan loe seumuran dengan adik gue.”
“Oh iya ya…”
“Eh Mas….Tadi Gilang datang kesini sama pacarnya.”
“Jam berapa dia datang kesini ?”
“Jam 4 sore”
“Tapi jam setengah enam juga sudah pulang mas…”
“Untung aja ngga papasan disini.”
“Memangnya kenapa Mas ?”
“Ngga apa-apa Kha…”
“Loe ngga bilang kan kalau gue kemarin ketemu loe disini.”
“Ngga Mas…”
“Kan Mas Agam yang minta.”
“Iya Kha…Jangan bilang Gilang ya…”
“Eh loe mau gue kasih apa pas ulang tahun ?”
“Ngga usah repot mas…”
“Saya ngga pernah merayakan ulang tahun kok.”
“Ya minimal loe syukuran gitu…”
“Iya sih mas…Tetapi biasanya cuma berdoa aja dirumah.”
Aku buka kalender yang ada di ponselku untuk melihat hari ulang tahun Reskha
“Loe ulang tahun kan hari kamis tiga minggu lagi.”
“Libur ngga ?”
“Minggu ini kan saya libur hari minggu, minggu depan saya liburnya hari sabtu.”
“Berarti 3 minggu dari sekarang, saya liburnya hari kamis Mas…”
“Pas banget kalau begitu Kha…”
“Kita jalan-jalan keluar kota aja yuk…”
“Kuliah saya kan ngga libur mas…”
“Kayaknya saya ngga bisa jalan-jalan keluar kota.”
“Ya udah, kita makan di pantai depok aja.”
“Ehhmmmm…..Saya ngga mau Mas kalau ke pantai.”
Kulihat muka Reskha yang ceria berubah menjadi murung. Sepertinya ada sesuatu yang ia sembunyikan.
“Kha…Loe baik-baik aja kan ?”
“Kok tiba-tiba loe murung begitu…”
“Ehh…ngga apa-apa Mas…”
“Saya baik-baik aja kok..” Ucap Rakha ceria yang dipaksakan.
“Ya sudah kalau begitu, nanti saja kita pikirkan kalau sudah dekat waktunya ya Kha…”
“Tapi hari minggu jadi kan kita nonton di Solo.”
“Jadi dong mas…mumpung saya lagi libur.”
“Tapi ke Solonya pakai pramex aja ya Mas..”
*Pramex = singkatan dari Prambanan Express, kereta yang melayani jalur Jogja – Solo Jebres.
“Pake mobilku aja Kha…”
“Tapi saya pengen naik kereta mas, belum tau rasanya seperti apa mas…”
“Haaa….Loe sama sekali belum pernah naik kereta api ?”
“Belum mas, kan di Aceh ngga ada kereta api.”
“Ok deh kalau begitu, kita pake pramex aja.”
“Tapi loe udah pernah naik pesawat kan ?”
“Belum juga Mas…”
“Loh waktu perjalanan dari Aceh ke Jogja, loe pake apa ?”
“Pakai bis lintas Sumatra”
“Busyet deh…itu kan berhari-hari Kha…”
“Ngga jenuh apa di dalam bisa sampai berhari-hari lamanya ?”
“Iya Mas….Tapi saya kan baru melakukan perjalanan jauh seperti itu.”
“Jadi ngga merasa jenuh mas….”
“Eh Mas….Saya dipanggil atasan saya.”
“Ok Kha…Met kerja ya.”
“Makasih ya Mas Agam…”
Reskha pun berlalu dari hadapanku.
Kamis, Jumat, Sabtu akan menjadi hari-hari beratku.
Rasanya lama sekali menunggu hari Minggu.
Sudah tak sabar ingin jalan berdua dengan Reskha.
Suasana di restauran ini sangat ramai sekali.
Nyaris tidak ada meja yang kosong.
Di depan tempat dudukku, ada sepasang muda-mudi saling menyuapi satu sama lainnya.
Di belakangnya terdapat serombongan wanita yang sibuk bergosip sana sini.
Di halaman luar, ada segerombolan mahasiswa yang sedang asik menikmati makanan khas restauran ini sambil bersenda gurau.
Hampir 3 jam aku duduk disini memperhatikan tingkah laku pelanggan restauran cepat saji ini.
Tetapi sesekali aku memperhatikan Reskha yang sibuk melayani pelanggan.
Terkadang dia melihatku sambil tersenyum.
Reskha mempunyai semangat kerja yang cukup tinggi.
Dia selalu tersenyum jika ada pelanggan yang ingin memesan makanan.
Dreettt….Dreettt….
Ada yang memanggilku melalui ponsel. Kuambil ponselku yang tergeletak di meja makan. Tertera tulisan Indra yang menghubungi ponselku.
“Halo….”
“Halo Wuk…”
“Kamu lagi dimana ?”
“Masih di Sudirman Mba…”
“Loe lagi dimana ?”
“Lagi di rumah Wuk..”
“Jadi ke Hugos café kan Wuk “
“Jadi dong Mba….”
“Ok wuk….aku jalan sekrang ya..”
“Sippp…Ketemu disana ya Mba”
Kuakhiri pembicaraan dengan Indra. Kemudian aku menghubungi Beni.
Tuttt…. Tuttt….Tuttt…
“Halo Mas….”
“Ben….loe mau dugem ngga malam ini ?”
“Mau Mas….”
“Mas Agam mau jemput ngga ?”
“Ok Ben, gue jemput sekarang ya…”
“Loe buruan siap-siap.”
“Ok Mas…”
Setelah kuakhiri pembicaraan dengan Beni, aku beranjak dari kursiku menuju kasir tempat Reskha bekerja.
Ada dua orang yang sedang mengantri di kasir. Akupun urutan ketiga.
Tidak lama Reskha melayani kedua orang ini, setelah mereka berlalu, akupun menuju hadapan Reskha.
“Mas Agam mau pesan makanan lagi ?”
“Gue cuma pesan coke 2 gelas ya.”
“Ok Mas….tunggu sebentar ya…”
“Reskha mengambil 2 gelas coke.”
“Berapa Kha ?”
“Ngga usah Mas…Kan tadi uang kembaliannya masih banyak.”
“Mulai deh….”
“Itu kan buat loe Kha, yang ini gue bayar lagi.”
“Iya Mas Agam…”
“Semuanya 15ribu.”
Aku pun memberikan selembar uang pecahan 20ribu.
“Kha…loe mau kemana setelah pulang kerja ?”
“Mau langsung pulang aja Mas”
“Ada tugas kampus yang harus saya kerjakan.”
“Oh ya udah kalau begitu.”
“Gue pulang dulu ya Kha…”
“Iya Mas…Makasih ya mas Agam.” Ucap Reskha sambil memberikan selembar uang 5ribuan.
“Sama-sama ya Kha…”
Aku beranjak dari hadapan Reskha menuju mobilku yang terparkir di depan restauran ini.
Kulajukan mobilku menuju kosnya Beni melewati tugu jogja, kemudian belok kanan ke arah jalan AM.Sangaji.
Biasanya aku langsung masuk menuju kamar kosnya Beni, berhubung aku sudah putus dengannya, lebih baik aku panggil dia menggunakan ponselku.
Tut….Tut….Tu…..
“Halo Mas…”
“Ben….Gue udah di depan kos loe.”
“Udah siap belum ?”
“Udah Mas….”
“Bentar ya…”
“Siiippp…”
Kulihat jam yang melingkar di tangan kiriku, waktu sudah menunjukkan pukul 11.20 malam. Tidak beberapa lama, Beni masuk kedalam mobilku
“Wangi bener Ben…”
“Namanya juga mau gaul Mas….”
“Hehehe….”
“Mas….aku minta maaf ya.”
“Minta maaf kenapa lagi Ben ?”
“Sebenarnya aku masih sayang banget sama Mas Agam.”
“Bisa ngga kita balikan lagi Mas ?”
“Ben…”
“Bukannya gue sudah tidak sayang lagi sama loe.”
“Tapi buat apa kita berpacaran kalau masing-masing saling selingkuh.”
“Haaa…..”
“Jadi Mas Agam juga suka selingkuh ya ?”
“Iya Ben…tapi loe yang pertama kali ketahuan kan.”
“Aku kan jarang menyelidiki Mas Agam.”
“Kemarin juga gue ngga ada maksud untuk menyelidiki loe Ben…”
“Tapi ya kebetulan aja loe lagi selingkuh.”
“Jadi lebih baik kita temanan saja.”
“Saling menyakiti kan juga ngga baik.”
“Iya Mas….”
“Tapi kalau aku minta tidur bareng, masih boleh kan ?”
“Boleh aja sih Ben.”
“Selama gue masih belum punya pacar ya.”
“Makasih ya Mas….”
Tanpa terasa kami sudah sampai depan Hotel Sheraton Mustika Jogja.
Sudah ada beberapa mobil yang terparkir di depan Hugos Café.
Aku pun memarkirkan mobilku tidak jauh dari pintu masuk Café.
“SELAMAT PAGI HUGOS” Sapa dua orang karyawan Hugos yang bertugas menyambut tamu yang baru saja datang.
Aku membeli 2 tiket masuk, untukku dan Beni. Kemudian kami masuk ke dalam café ini.
Terdengar alunan musik missing yang sedang di lantunkan oleh Dj’s café ini.
Beni langsung bergabung bersama teman-temannya yang sudah datang terlebih dahulu.
Aku mencari Indra yang biasa berdiri tidak jauh dari ruang Dj’s.
“Mba…!!!”
“Ta sumpel mulutmu Wuk…!!!”
“Aku malu wuk, kalau dipanggil Mba…”
“Salah sendiri, loe panggil gue gawuk”
“Hahahaha…..”
“Sama siapa kesininya Wuk ?”
“Tuh sama Beni”
“Eh…..Kamu balikan lagi sama Beni ?”
“Ngga lah Mba….Gue ngga mau hubungan kita menjadi musuh, hanya gara-gara putus.”
“Lebih enak kan jadi teman.”
“Iya juga Wuk.”
“Terus kecengan kamu kok ngga diajak ?”
“Ngga mungkin Mba…Dia kan kerja.”
“Loh katanya masih kuliah ?”
“Iya, kuliah sambil kerja.”
“Jam 11 malam baru beres kerjanya.”
“Wuk….Kenalin dong sama aku…”
“Ntar gue kenalin ya…”
“Kalau sekarang gue masih belum tau kalau di gay atau tidak.”
“Masa kamu masih belum bisa bedakan laki yang gay atau yang normal ?”
“Kalau yang ini susah nebaknya Mba…”
“Ngga ada sedikitpun tanda-tanda dia gay.”
“Aku jadi penasaran wuk…”
“Kerja dimana dia ?”
“Loe mau tau orangnya kayak gimana ?”
“Mau wuk….”
“Loe bawa kondom ngga ?”
“Buat apaan kondom wuk ?”
“Gue tunggungin dulu loe nya, setelah itu baru gue kasih tau.”
“Setan iprit, sundel bolong, kuntilanak. Najis…!!!!”
“Hahahahaha….”
Kami pun larut dalam canda dan tawa di tengah hingar bingarnya alunan musik kencang yang dilantunkan oleh Dj’s café ini.
***
Suasana kos ini sudah sangat sepi sekali.
Tidak sedikitpun terdengar suara televisi maupun musik.
Tidak ada satu penghuni kos yang masih terjaga.
Aku berjalan mengendap-endap menuju kamarku.
Aku sangat takut sekali berpapasan dengan Andi.
Kulirik kamarnya Andi yang berseberangan dengan kamar kos ku.
Lampu kamarnya telah padam.
Perlahan aku buka pintu kamarku, nyaris tanpa suara.
Tanpa menutup pintu kamar, karena aku harus membersihkan badan sebelum tidur.
Setelah kuambil peralatan mandi, aku langsung menuju kamar mandi.
Pelan sekali aku membilas badanku, agar air yang menetes dari tubuhku tidak terdengar dari luar.
Terasa segar sekali setiap bulir-bulir air merayap di tubuhku.
Setelah selesai mandi, akupun keluar dari kamar mandi.
Perlahan sekali kubuka gagang pintu ini.
“Wuaaa…..!!!”
“Kenapa Kha ?” ucap Andi yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamar mandi.
“Ah…ehh…aku duluan ya Di.” Ucapku sambil berlalu dari hadapan Andi.
Aku sangat kaget luar biasa, bagaikan melihat hantu di depan kamar mandi.
Setengah berlari aku menuju kamarku tanpa menghiraukan Andi yang menatapku curiga.
Seharusnya aku tadi bisa bersikap normal.
Dengan caraku seperti tadi, akan menimbulkan kecurigaan yang lebih dalam.
“Arrrggghhhhh….”
Mengapa hari ini aku sangat sial sekali.
Biasanya aku sangat bahagia jika berpapasan dengan Andi.
Namun semenjak kejadian tadi pagi, aku harus menghindarinya.
Kembali kubuka buku coklat yang bernama Journal.
Hai Journal !!!!
Kamu tau permen nano-nano rasa rujak.
Rasanya sangat berantakan sekali.
Manis, asem, pedes, asin tapi ngga pahit.
Sama seperti perasaanku hari ini.
Kesal !!!
Kesal kepada diriku sendiri.
Kesal karena aku mengagumi lelaki.
Kesal aku bisa terangsang melihat kemaluan lelaki.
Apakah aku gay ?
Malu !!!
Malu bertemu dengan Andi
Malu karena ketahuan aku menyukainya
Malu untuk melihat badannya yang selalu aku kagumi
Apakah aku jatuh cinta padanya ?
Tapi Journal, hari ini aku bahagia juga.
Tadi Mas Agam datang ke tempat kerjaku.
Dia memberikan uang tips yang sangat besar kepadaku.
Baru kali ini aku mendapatkan uang tips dari pelanggan.
Eh tapi kenapa Mas Agam tadi hanya sendiri datangnya.
Dia menghabiskan waktu berjam-jam sambil memperhatikan pengunjung lainnya.
Terkadang dia melihat ke arahku yang sedang bekerja.
Wajah Mas Agam terlihat sangat menarik. Tidak kalah tampannya dengan sahabatku Gilang.
Keduanya sangat baik terhadap diriku.
Tapi mengapa aku tidak boleh bercerita kepada Gilang ya
Sepertinya ada yang disembunyikan Mas Agam
Tapi selama mereka baik kepadaku, akupun harus bersikap baik kepada mereka.
Saatnya untuk beristirahat Journal.
Badanku sudah remuk redam.
Selamat malam.
Kututup buku coklat ini, kemudian aku menuju kasurku untuk beristirahat.
Dulu gw pernah beli diary, tapi berhubung gak ada something special jadi gak pernah nulis. Kalo mo curhat juga malah takut kalo ada yang baca. Jadinya selama ini penderitaan gw pendem sendiri ... makan ati Sia-sia gw beli diary
Tambah lagi dong
ngalir bgt kang critannya.. suka......
Gak sabar nunggu Reskha jalan ma Agam, kira2 apa yg terjadi ya ? Trus Andi , apa juga suka sama Reskha ?
Tengkyu yah kang dah di mention.. Tetap cemenged !!