It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Lanjut ya ke next part
Restauran cepat saji
Hari ini aku harus membereskan urusanku dengan Beni. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dadaku. Kucoba menghubungi dia melalui ponselku.
Tut….tut…tut….
“Halo Mas….”
“Ben, loe dimana sekarang ?”
“Masih dikampus….”
“Kenapa Mas ?”
“Beres kuliah jam berapa ?”
“Sudah beres kok mas.”
“Kok Mas Agam serius banget, ada masalah apa mas ?”
“Bisa ketemu di restauran cepat saji yang di jalan Sudirman ngga ?”
“Ada yang mau gue bicarakan.”
“Jam berapa ketemu disananya ?”
“Sekarang aja Ben.”
“Ok Mas….aku segera kesana.”
Kuakhiri pembicaraan dengan Beni, kemudian kupacu mobilku menuju restauran cepat saji yang berada di jalan Sudirman. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di restauran ini. Setelah mobilku terparkir dengan sempurna, aku bergegas menuju kasir untuk memesan makanan.
Kucari tempat duduk di dekat kaca, agar aku bisa melihat keluar gedung ini. Udara di kota Jogja sore ini terasa sangat panas
“Mas Agam….?”
“Reskha….!!!”
“Loe kerja disini ?”
“Iya Mas…udah setahun lebih kok kerja disini.”
“Loh kok gue ngga tau kalau loe kerja disini.”
“Hehheheh…..Mas Agam kan ngga mungkin perhatikan pelayan restauran lah…”
“Lagi nunggu teman-temannya ya Mas ?”
“Ah..Eh…Ngg…iya, lagi nunggu teman gue.”
“Ya udah lanjut makannya mas, nanti saya malah ganggu Mas Agam lagi.”
“Kha….Loe sibuk ngga ?”
“Ngga mas, kalau sore begini kan masih sepi.”
“Temenin gue bentar ya.”
“Loe duduk dulu disini.”
“Saya ngga boleh duduk mas.”
“Sambil berdiri aja ya.”
“Loe kerja sampai jam berapa Kha ?”
“Jam sebelas malam Mas.”
“Tapi ada liburnya kan ?”
“Ada mas,minggu ini saya kebagian libur hari minggu.”
“Jalan yuk hari minggu, gue jemput loe.”
“Memangnya mau kemana mas ?”
“Nonton di bioskop sekalian ngopi bareng ya…”
“Nonton di bioskop Mataram, terus makannya di cak koting ya Mas ?”
“Jangan di bioskop Mataram lah, filmnya berbau mesum dengan kedok horror.”
“Lah terus nontonnya dimana Mas ? Atau di bioskop Permata ?”
“Walah….lebih parah itu sih.”
“Di Solo Grand Mall aja Kha…Disana bioskopnya lebih bagus.”
“Mau ngga ?”
“Boleh juga mas…”
“Gue minta no hp loe dong.”
“Eh tapi jangan bilang Gilang ya.”
“Emang kenapa Mas ?”
“Gilang ngga diajak sekalian ?”
“Ntar gue kasih tau alasannya kenapa.”
“Ok Kha…”
“Iya deh Mas….”
Akupun mencatat nomor handphone Reskha. Akhirnya aku bisa juga mengenal Reskha lebih dekat. Entah dia gay, bisex atau straight, yang jelas ini satu tantangan baru untuk mendapatkan Reskha. Karena selama ini aku tidak pernah sama sekali menemukan kendala untuk melampiaskan hasrat sex ku kepada lelaki yang aku suka.
“Mas Agam….saya dipanggil supervisor saya. Kayaknya mau briefing dulu.”
“Ok Kha…Sampai nanti ya…”
“Iya Mas…”
Tidak lama berlalunya Reskha dari hadapanku, Beni pun datang ke restauran ini dan langsung menuju mejaku.
“Ben, pesen makanan dulu sana.”
“Ntar aja Mas, aku masih kenyang.”
“Mas Agam mau bicara apa ?”
“Kayaknya serius banget.”
“Loe kemarin sore ada dimana ?”
“Ada di kos mas, ngga kemana mana kok ?”
“Loe sama siapa di kos ?”
“Eh..emm…sama teman kampus mas..” Jawab Beni grogi.
“Teman kampus atau teman ml ?”
“Teman kampus mas, beneran deh…”
“Oooo…gue kemarin sore ke kos loe.”
“Haa……Emang Mas Agam datang ke kosku ?” Tanya Beni. Kulihat mukanya agak sedikit pucat.
“Gue denger loe lagi ml.”
“Gue rasa, hubungan kita sampai disini aja ya Ben.”
“Gue sudah ngga ada nafsu untuk pacaran lagi dengan loe.”
“Ehh…Emm…Mas Agam, maafin aku ya.”
“It…ittu teman aku yang menggoda terus.”
“Gue sih udah maafin loe, tapi kayaknya ngga baik juga kalau hubungan ini diteruskan.”
“Tapi Mas, aku kan masih sayang sama Mas Agam.”
“Gue sebenarnya juga masih sayang sama loe, tapi daripada kedepannya kita saling menyakiti, lebih baik kita temanan saja ya.”
“Kalau menurut Mas Agam, ini yang terbaik, aku ngikut aja Mas.”
“Iya Ben…Sepertinya kita lebih cocok jadi teman saja.”
“Iya Mas…”
“Adalagi yang masih ingin Mas Agam sampaikan ?”
“Ngga Ben..”
“Ya udah, aku pamit dulu ya Mas…”
“Ok Ben….Sampai ketemu lagi ya Ben…”
“Ok Mas….”
Beni pun berlalu dari hadapanku. Dari dalam lubuk hatiku, ada sesuatu hal yang hilang. Tetapi aku sekarang mempunyai tujuan yang baru, yaitu bagaimana caranya untuk mendapatkan Reskha.
Pemandangan di depanku jauh lebih menarik dibanding melihat keluar melalui kaca pembatas ini. Reskha dengan cekatan sedang melayani pelanggan yang memesan makanan.
Drett….Drettt….
Ponselku yang berada di saku celanaku bergetar. Sepertinya ada yang menghubungiku. Setelah kukeluarkan ponselku, Indra nama yang tertera di layar ponselku.
“Hai Dra….”
“Lagi dimana Wuk….”
“Wak…wuk…wak wuk…”
“Gue udah tau artinya apa.”
“Hahahaha…..Kok kamu bisa tau ?”
“Jangan panggil gue Agam Pratama kalau ngga tau segala macam.”
“Loe lagi dimana ?”
“Masih di rumah wuk…”
“Fitness yuk…”
“Gue juga rencananya mau fitness sekarang.”
“Loe mau jam berapa berangkatnya ?”
“Sekarang aja wuk…”
“15 menit lagi aku sudah sampai.”
“Ok Dra…Gue sekarang langsung kesana deh.”
Setelah kuakhiri pembicaraan dengan Indra, aku beranjak dari restauran cepat saji ini.
“Kha…”
“Gue pamit dulu ya…”
“Mau kemana Mas ?”
“Mau fitness di Novotel.”
“Iya Mas….”
“Sampai ketemu lagi ya…”
“Ok Kha…”
Setelah berpamitan dengan Reskha, aku berjalan menuju mobilku yang terparkir di depan gedung ini. Kulajukan mobilku menuju Novotel yang juga berada di jalan Sudirman. Berhubung jalannya searah, aku harus memutar melewati jalan Sagan.
Kuparkirkan mobilku di basemant, kemudian aku bergegas menuju tempat fitness yang berada di lantai 2. Aku lebih menyukai berenang dibandingkan harus mengangkat beban. Oleh karena itu setelah meminta kunci loker, aku langsung menuju kolam renang yang terdapat di lantai satu. Sambil menunggu Indra, aku duduk di kursi yang terdapat di pinggir kolam renang ini.
Tidak lama aku duduk, kulihat Indra sedang berjalan ke arah tempatku.
“Mba…..”
“Husss…..”
“Itu mulut belum pernah sekolah ya !!!”
“Kan sekolahnya lagi libur Mba…”
“Mba..Mbe…Aku malu wuk…”
“Eh….emang masih punya kemaluan ?”
“Bukannya kemarin habis di operasi di Thailand.”
“Lama-lama kusumpel juga pake t*titku.”
“Mau dong Dra….Udah lama gue merindukan momen-momen itu..”
“Hiiyyyy….jijay.”
“Bisa impoten seumur-umur.”
“Gimana urusan dengan bojomu* ?”
*bojo = pasangan
“Barusan gue putusin Dra…”
“Lagi sedih dong wuk....”
“Sekarang sih udah ngga begitu.”
“Wajarlah kamu ngga sedih. Namanya juga perek.”
“Putus hari ini, besok juga udah dapat lagi.”
“Loe tu Dra…ngga ada empatinya sama sekali sih.”
“Eh…tapi gue punya kecengan baru loh….”
“Walah…..siapa wuk ?”
“Ada deh…temen kuliahnya adik gue.”
“Kulitnya agak gelap, tapi sangat menarik Dra…”
“Siapa sih yang ngga menarik menurut kamu.”
“Sumpah atas nama Pablo Ruiz Picasso pelukis aliran kubisme, cakep banget Dra…”
“Tapi gue ngga tau di gay atau ngga.”
“Udah dapat nomor hp nya belum ?”
“Baru aja gue dapat.”
“Tinggal di prospek dong kalau begitu.”
“Aku pengen liat wuk..”
“Kenalin dong.”
“Emut dulu kemaluan gue. Baru gue kenalin ama loe…”
“Yiiiakkk….bisa bisu seumur hidup kalau aku sampi ngemut kemaluan kamu.”
“Hahahahah….Bagus deh.”
“Loe mau berenang atau mau angkat beban.”
“Renang aja wuk….”
“Ya udah, ganti baju dulu yuk.”
Kami berdua beranjak dari kursi ini dan berjalan menuju tempat ganti yang berada dekat dengan tempat sauna.
***
5
Pagi ini mataku terasa lengket sekali. Namun harus kupaksakan untuk bangun, karena hari rabu aku ada kuliah pagi. Kulirik jam yang tertera pada layar ponselku, waktu menunjukkan pukul 5.30.
Dengan malas, aku keluar dari kamar menuju kamar mandi.
“Pagi Kha….”
“Eh..Pagi Di…” Jawabku gugup. Tiba-tiba saja rasa kantukku lenyap entah kemana.
“Tumben pagi-pagi udah mandi Di ?”
“Kamu ngga liat apa celanaku basah.” Ucap Andi sambil memegang celananya.
“Haaa…..” ucapku kaget. Aku langsung melihat kearah celana boxernya. Ternyata memang ada noda yang sudah mengering sebagian.
“Ya ampun, matamu Kha…”
“Mau liat dalamnya ngga ?”
“Ah…Eh….iy..eh ngga Di.” Jawabku salah tingkah.
“Bener nih…ngga nyesel ?”
“Mandi bareng aja yuk.”
“Eeh…Ng…ngga Di….”
“Kan kamar mandinya ada dua.”
“Saya mandi dulu ya…”
“Kalau kamu mau tinggal bilang aja Di…”
“Ngga usah malu gitu..”
“Eh..Iy..iyaa Di.”
Akupun langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Belum sempat aku masuk, Andi memegang bahuku.
“Ke..kenapa DI ?”
“Kamu mau kemping dimana ?”
“Haaa….Ngga kok Di”
“Say…saya… mau kuliah…”
“Kok ada tenda di bawah perutmu.”
“Besar juga ya punyamu.”
“Wuaaaa…..”
Brakkkk!!!
Kubanting pintu kamar mandi ini. Mukaku terasa memanas menahan malu. Aku benar-benar tidak sadar jika sedari tadi kemaluanku mengeras karena membayangkan sesuatu yang ada dibalik celana pendeknya Andi.
Tok…Tok…Tok….
“Siapa !!!!” Jawabku setengah menjerit.
“Kok kabur sih Kha ?”
“Andi…..saya mau mandi.”
“Takut telat…”
“Takut telat atau malu…”
“Arrrggghhh….”
“Iya..iya…” Jawab Andi.
Terdengar suara pintu kamar mandi sebelah tertutup. Akupun ingin segera menyelesaikan kegiatan mandi ini, agar tidak bertemu dengan Andi. Hanya butuh waktu 5 menit, aku sudah selesai mandi. Pasti Andi masih berada di dalam kamar mandi sebelah.
“WUUUAAAAA……!!!!”
“Kenapa Kha ?”
“Kok kayak lihat hantu aja. Sampai matamu terbelalak.” Ucap Andi yang hanya mengenakan handuk saja.
“Kam..kamu udah beres mandinya ?”
“Belum mandi kok.”
“Nunggu kamu beres mandi.”
“Haa…….!!!”
“Aku mau dimandiin dong Kha..”
“Waaaaa….Saya kesiangan Di..”
“Duluan ya…” Ucapku sambil berlari dari hadapan Andi.
Gawat jika aku berlama-lama berada di hadapan Andi, bisa buat tenda lagi kayak tadi. Aku malu sekali.
Setelah mengenakan pakaian, aku langsung menuju ke kampus menggunakan motorku.
***
6
===ANDI HANGGARA===
Kecurigaanku terbukti sudah
Sudah beberapa bulan ini, jika aku berpapasan dengan Reskha, dia selalu terkesima dengan tubuhku.
Awalnya aku agak sedikit risih dengan pandangan Reskha, tapi lama kelamaan aku menikmatinya. Jangan-jangan aku sudah mengidap penyakit eksibisionis.
“Tidak…tidak….!!”
Aku bukan seorang eksibisionis. Atau mungkin saat ini aku sudah menjadi gay, yang menyukai sesama lelaki. Tapi itu juga tidak mungkin. Sejauh ini aku masih menikmati berhubungan sex dengan Erni pacarku.
Jangan-jangan aku seorang bisexual yang menyukai wanita dan lelaki.
“Aarrrggghhh….”
Lebih baik aku segera pergi ke kampusku untuk mengurus wisudaku yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi.
Sambil melajukan motorku menuju kampus yang lokasinya tidak jauh dari RS Sardjito, kembali pikiranku teringat kepada Reskha.
Reskha begitu lugu namun mempunyai semangat hidup yang tinggi. Aku masih teringat sewaktu dia baru beberapa bulan menghuni kos ini. Bencana alam tsunami Aceh yang merenggut seluruh keluarganya membuat dia terpuruk. Namun dia sangat cepat untuk bangkit kembali.
Dulu aku hanya mengagumi ketegaran Reskha saja, dan jarang sekali memperhatikan tingkah lakunya. Tapi semenjak melihat Reskha terasangsang melihat badanku, aku pun merasakan hal yang berbeda. Entah apa itu.
Aku akan coba menanyakan kepada salah satu teman kampusku yang menyukai sesama jenis. Aku ingin memastikan apakah aku akan menjadi gay.
Biasanya dia ada di kampus pagi hari, karena masih ada beberapa sks yang harus dia ambil. Aku coba menghubungi dia melalui ponselku.
Tut….tut….tut….
“Halo….”
“Gam…kamu ada dimana ?”
“Lagi sarapan Di…”
“Loe dimana ?”
“Baru aja sampai kampus.”
“Kamu sarapan dimana Gam ?”
“Di tempat biasa.”
“Aku kesana ya…”
“Iya Di…Gue tunggu di sini.”
Akupun bergegas menuju kantin yang berada di samping RS. Sardjito.
Kulihat Agam sedang menyantap nasi rames.
“Woiiii….”
“Busyet deh…pagi-pagi udah bikin kaget. Tumben loe ke kampus pagi-pagi gini.”
“Baru selesai stase jiwa. Jadi bisa kelayapan di kampus pagi-pagi.”
“Sekalian mau ngurus pembayaran wisuda Gam.”
“Gam….aku mau tanya sesuatu sama kamu.”
“Kamu ada kuliah ngga pagi ini ?”
“Ada, tapi masih 1 jam lagi.”
“Emang loe mau tanya apa ?”
“Kayaknya serius banget.”
“Ngobrolnya di kampus aja ya…”
“Di sini banyak orang Gam.”
“Ok deh….gue bayar dulu ya.”
“Loe ngga sarapan ?”
“Ntar aja, masih terlalu pagi.”
Setelah Agam membayar kepada pemilik kantin, kami berjalan menuju taman yang berada di tengah-tengah gedung kampus.
“Loe mau tanya apa Di ?”
“Gini Gam…..”
“Aku punya teman kos yang akhir-akhir ini suka memperhatikan aku pada saat aku keluar kamar mandi.”
“Memang loe telanjang kalau keluar dari kamar mandi ?”
“Ngga lah, masih ada handuk yang menutupi kemaluanku.”
“Itu kan biasa Gam.”
“Iya menurut loe biasa, mungkin menurut orang lain, loe ngga sopan kali.”
“Kan itu tempat umum, bukan rumah pribadi.”
“Aku sih curiga kalau dia itu sama seperti kamu.”
“Haaa….maksud loe gay ?”
“Cakep ngga orangnya ?”
“Umurnya berapa tahun ?”
“Tingginya berapa ?”
“Badannya bagus ngga ?”
“Kenalin dong….”
“Wooiiii…..!!!”
“Dasar homo jalang….!!!”
“Gini nih, langsung bergairah kalau dengar kata lelaki.”
“Orangnya kayak gimana Di ?”
“Cakepan mana dengan gue ?”
“Hus….!!!”
“Gini nih kalau mulut keseringan ngemut phallus*, ngoceh melulu kalau ngga ada barang.”
“Maksudku bukan itu dodol…”
*phallus = bahasa latin artinya alat kelamin jantan
“Hehehehe….”
“Jadi gimana maksudnya Di ?”
“Tadi pagi aku coba pancing dia dengan menunjukkan celanaku yang sedikit basah akibat mimpi semalam.”
“Aku juga menawarkan dia untuk melihat kemaluanku.”
“Gue mau liat dong Di….”
“Pasti besar ya…”
“Husss….!!!”
“Heheheheheh…..Lanjut…”
“Kulihat dia mulai terangsang, karena ada yang tiba-tiba mengeras dibalik celana boxernya.”
“Terus dipegang ngga sama loe ?”
“Ngga lah…!!!”
“Tetapi semenjak kejadian tadi pagi, kok aku mulai terangsang juga melihat temen kosku itu.”
“Haaa….Berarti loe gay dong Di ?”
“Nah itu maksudku Gam….”
“Apa gue sekarang udah ketularan kamu ya ?”
“Moyong loe…”
“Gay itu bukan penyakit menular.”
“Kecuali kalau loe udah pernah berhubungan dengan seorang lelaki, dan loe menikmatinya.”
“Loe bisa jadi gay.”
“Atau jangan-jangan loe dasarnya sudah jadi gay kali. Tapi loe baru sadar sekarang.”
“Loe udah pernah ml sama perempuan belum ?”
“Udah lah…”
“Sama pacarku kan…”
“Sama lelaki loe udah pernah belum ?”
“Nah itu yang ngga pernah sedikitpun terlintas dalam benakku.”
“Jadi aku ngga tau kalau aku bisex atau straight.”
“Gampang kalau gitu.”
“Loe coba aja ml sama lelaki.”
“Kalau loe terangsang dan menikmati, berarti loe bisex.”
“Simpel kan….”
“Sama siapa Gam ?”
“Sama gue aja, mau ngga ?”
“Hehehehe…”
“Najis…..”
“Kamu bekas banyak orang.”
“Ehh…loe kan belum pernah ngerasain goyangan gue.”
“Tugas loe cuma nungging terus merem melek deh…”
“Tetep aja aku ngga nafsu.”
“Ya udah, teman kos loe aja kenalin sama gue.”
“Enak aja…kamu aja cari sendiri sana.”
“Pelit amat loe Di…”
“Tapi gue sekarang lagi ada kecengan baru loh.”
“Haaa…Si Beni mau dikemanain Gam ?”
“Gue udah putus sama si Beni.”
“Kamu tuh kerjaannya putus nyambung melulu.”
“Siapa lagi korban kamu selanjutnya ?”
“Rahasia dong…”
“Jiaaahhhh…..Udah main rahasia kali ini.”
“Ntar gue kasih tau kalau gue udah jadian sama dia.”
“Aku kenal ngga ?”
“Ngga lah….ini teman kampus adik gue kok.”
“Kamu tuh, anak orang cuma dibuat mainan aja.”
“Ehh kalau yang ini gue serius kok.”
“Paling serius kamu ngga lebih dari setengah tahun.”
“Dulu juga loe bilang, kalau sama Beni bakalan serius.”
“Dianya sih selingkuh dengan orang lain.”
“Emang kamu ngga selingkuh apa ?”
“Hehehehehe….selingkuh juga sih.”
“Nah tuh, kamu kan sama saja.”
“Gue kan bermain cantik, jadi ngga pernah ketahuan sama Beni.”
“Tetep aja jalang dodol…..”
“Hahahahaha…..”
“Di…Gue masuk kelas dulu ya.”
“Iya Gam….Sampai ketemu nanti siang ya.”
“Ok Di…”
Kami pun berpisah, Agam berjalan menuju kelas, sedangkan aku menuju ruang admisi.
Mulai keliatan alur cinta segi 3 Andi - Reskha - Agam (atau mungkin 4 sama Gilang?)
Hmmm . . Segi 5 aja deh sama aku.
@chocolate010185 & @alabatan nuhun ah..
diawal part awal agak bingung ma dari sudut tokoh siapa
di akhir2 udah kelihatan
Benerankan feeling aku Reskha jd target berikutnya.
Mending Reskha sama Andi ajah