BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

JOURNAL (end)

1101113151645

Comments

  • abadi_abdy wrote: »
    @chocholate10185 critanya enak huuuupppz

    Terimakasih ya, udah baca cerita ini...Semoga bisa menghibur.
  • habiebie wrote: »
    Mantabs , monitor terus nih, lanjut , dari kuwait memantau dan menunggu kelanjutanx.

    Wuaaa....senangnya. Ada pembaca mancanegara juga.
    Merasa tersanjung nih.

    Bentar lagi mau di upload part selanjutnya
  • hikaru wrote: »
    bi_ngung wrote: »
    Jembatan gondolayu, jalan dikit ada P**** Hut. Di situkah kerjanya ?

    Betul nama jembatannya. Tapi kerjanya bukan P***Hut, yang jual ayam goreng
    yang jual ayam goreng ada 2 di timur jembatan.McD kanan jalan dan KFC kiri jalan.
    Cuma aku agak heran,mhs kedokteran kok santai amat sih,tiap malam jalan, setahuku tugas2 mhs kedokteran tuh se abreg, gak cukup 24 jam sehari.

    Antara 2 tempat itu rumah makannya.

    Katanya sih memang sibuk banget mahasiswa kedokteran. Tp Agam terlalu santai. Makanya ada beberapa matakuliah yang masih harus diambil. Sedangkan teman seangkatannya (Andi), sudah mau wisuda dan sedang menjalani koas.
    Agam terlalu sibuk dengan lelaki.
  • edited May 2012
    15

    Kaliurang

    Pagi sekali aku sudah sampai di depan jalan yang menuju kosnya Reskha. Aku sama sekali belum pernah masuk ke dalam kamarnya.
    Aku coba menghubungi dia melalui ponselku.

    Tut.... Tut.... Tut....

    “Halo Mas...”

    “Kha...Gue udah ada di depan kos loe...”

    “Iya Mas....Saya langsung keluar ya.”
    “Tunggu bentar.”

    “Sippp...”

    Tidak beberapa lama kemudian, Reskha keluar dari mulut jalan ini. Dia mengenakan kaos dan celana panjang jeans.

    “Loe bawa celana pendek ngga ?”

    “Bawa kok Mas....”
    “Saya taro di dalam tas.”

    “Ok kalau begitu...”
    “Berangkat sekarang yuk..”

    “Iya Mas...”

    “Loe udah sarapan belum ?”

    “Belum lah Mas...”
    “Warungnya belum ada yang buka Mas....”

    “Ya udah kita sarapan bubur Mangkubumi aja ya.”

    “Mau...Mau....Mas...”

    Akupun melajukan mobilku menuju jalan Mangkubumi melalui jalan Brigjen Katamso dan harus memutar melalui jalan Sudirman, karena jalan Mangkubumi searah dari Tugu Jogja menuju arah jalan Malioboro.

    Kuparkirkan mobilku tepat di depan tenda yang menjual bubur khas jakarta. Setelah memesan 2 mangkok bubur ayam dan teh tawar, aku duduk lesehan menghadap jalan yang di seberangnya terdapat salah satu bank yang orang rela untuk antri.

    “Mas...buburnya disini enak banget.”
    “Saya jarang banget sarapan bubur.”
    “Kalau di daerah saya, hanya orang sakit saja yang makan bubur.”

    “Iya Kha....di Jogja juga menganggap kalau bubur itu hanya untuk orang sakit.”
    “Makanya di sini jarang sekali orang yang jual bubur.”
    “Tapi kalau di daerah Jawa Barat atau Jakarta, orang terbiasa sarapan bubur setiap hari.”
    “Coba sate ususnya Kha...”

    “Iya Mas...” ucap Reskha sambil mengambil sate usus.
    “Satenya juga enak banget Mas...”

    “Iya Kha, kalau loe datangnya agak siang, satenya suka habis duluan.”

    Reskha sangat menikmati bubur ayam ini.
    Setelah selesai sarapan, aku melajukan mobilku menuju Kaliurang.
    Jaraknya sekitar 25 km ke arah utara.

    Cuaca pagi hari ini cukup cerah, sama cerahnya dengan hatiku.
    Setelah melewati kampus UII Jogjakarta, jalanan lebih menanjak dan berkelok-kelok.
    Tidak banyak mobil yang melintas di jalanan ini.
    Sekitar 1 jam, kami sudah sampai di air terjun Kaliurang.
    Belum ada satu pengunjungpun yang datang ketempat ini.

    “Kha...loe ganti celana pendek dulu.”

    “Gantinya di mana Mas ?”

    “Di dalam mobil aja, gue juga mau ganti celana pendek.”
    “Kursinya dimundurin dulu, supaya lebih luas.”

    “Ok Mas....”

    Kulihat Reskha mulai membuka celana jeansnya. Sebenarnya aku sudah biasa melihat lelaki telanjang di hadapanku, dan akupun sudah sering menikmati tubuh-tubuh lelaki. Tetapi mengapa hatiku berdebar ketika melihat Reskha hanya mengenakan celana dalam saja.

    Walaupun dia tidak pernah melakukan olahraga di pusat kebugaran, tetapi Reskha memiliki paha yang besar dan kencang. Betisnya pun terbentuk alami. Ada sedikit bulu halus yang tumbuh dari unjung kaki sampai dengan lutut. Terlihat sangat seksi sekali. Rasanya ingin aku memegang gundukan yang berada di antara kedua pahanya Reskha.

    “Mas Agam....”
    “Kok malah bengong...”
    “Mas Agam ngga jadi ganti celana pendek ?”

    “Ehh..ii...iya...”

    Akupun mulai menurunkan celana jeansku dan kemudian menggunakan celana pendek.

    “Kha...Loe suka olahraga apa ?”

    “Sekarang ngga pernah olahraga Mas...”
    “Dulu waktu SMA, saya suka lari pagi.”

    “Oh...pantes...”

    “Kenapa memangnya Mas ?”

    “Betis loe bentuknya bagus banget.”

    “Mas Agam bisa aja.”
    “Dulu saya malah sering diledekin, betisnya seperti tukang bangunan.”

    “Tapi kalau menurut gue, seksi Kha...”

    “Hehehe...”
    “Mas Agam tuh yang seksi banget.”
    “Yuk Mas....kita mandi di air terjun.”

    “Ok Kha...”

    Kamipun keluar dari mobilku. Untuk menuju ke air terjun, jalanan agak sedikit licin dan sempit.

    “Wuuaaa....” Jerit Reskha.
    Hampir saja Reskha terpeleset, aku segera menahan badannya.

    “Licin banget jalanannya Kha...”
    “Loe mesti hati-hati.”

    “Iya Mas...”
    “Makasih ya Mas, udah pegangin aku.”

    “Gue pegang terus ya, supaya loe ngga jatuh lagi.”

    “Iya Mas....”

    Lebih tepatnya aku merangkul badannya Reskha.
    Andaikan aku bisa menghentikan waktu.
    Aku ingin berlama-lama memeluk tubuhnya Reskha.

    “Mas Agam...saya mau berdiri pas di air terjunnya.”
    “Dalam ngga disana ?”

    “Agak dalam sedikit.”
    “Tapi ngga masalah kalau berdiri di sana.”

    “Airnya dingin banget.”
    “Bbrrrrrrr.....”

    Bagaikan anak kecil, kamipun bercanda sambil menciprat-cipratkan air. Kepenatan dan berbagai macam masalah seolah sirna. Hembusan angin melalui pepohonan menambah kesegaran pada tubuh kami.

    “Wuuuuaaaa.....”

    Byuuurrr.....

    “Reskhaaa.....!!!”

    Kulihat Reskha terpeleset kembali. Kini seluruh badannya berada di dalam air. Akupun segera menghampirinya.

    “Loe ngga apa-apa Kha ?” tanyaku cemas.

    “Ngga apa-apa Mas.”
    “Cuma kaget aja.”

    “Ada yang sakit ngga ?” Ucapku sambil memeriksa tubuh dan kakinya.

    “Kakinya aja agak perih sedikit.”

    Ada sedikit lecet pada pergelangan kakinya. Namun tidak mengeluarkan darah terlalu banyak.

    “Ya udah, obatin dulu kakinya sekalian ganti baju.”

    “Iya Mas...”

    Kamipun keluar dari air terjun ini dan berjalan menuju mobilku.
    Sesampai di mobil, aku mengeluarkan handuk.

    “Loe buka baju dulu...”

    “Iya Mas...”

    Setelah Reskha membuka baju, aku mengeringkan kepala dan badannya dengan handukku. Dia seperti anak TK yang hanya diam pada saat tubuhnya dikeringkan.
    Gilang mana mau aku perlakukan seperti ini.

    Sambil mengelap tubuhnya Reskha, terkadang aku mencuri-curi untuk menyentuh dada dan perutnya yang tidak buncit.

    “Sekarang celananya dibuka ya...”

    “Saya malu Mas...”

    “Kan ngga ada siapa-siapa.”
    “Tutupin deh pake handuk.”

    “Iya Mas...”

    Kemudian Reskha melepaskan celana pendek dan celana dalamnya. Aku tidak bisa melihat tubuh Reskha secara utuh, karena tertutup oleh handuk.

    Setelah Reskha selesai berganti pakaian, akupun melakukan hal yang sama.

    “Kakinya gue obatin dulu ya...”

    “Ngga apa-apa kok Mas.”

    “Dikasih antiseptik dulu Kha, supaya kumannya mati.”
    “Loe duduk dulu.”

    “Iya Mas...”

    Reskha kemudian duduk di jok belakang, aku mengambil obat-obatan yang aku taruh di bagasi belakang.

    Tanpa sepatah katapun, Reskha hanya menatapku yang sedang sibuk mengobati luka di kakinya.
    Bagaikan terhipnotis oleh matanya, kudekati wajahnya Reskha, kemudian dengan perlahan aku mencium bibirnya.
    Tak ada reaksi sedikitpun dari Reskha.

    Seolah aku tersadar, aku langsung menjauhkan bibirku dari bibirnya Reskha.

    “Kamu ngga apa-apa kan Kha...”
    “Maafin gue ya.”
    “Gue terbawa emosi.”

    Kulihat Reskha diam tanpa suara sedikitpun.

    “Loe marah ya sama gue Kha ?”

    Masih tak ada suara yang keluar dari mulutnya Reskha, akupun membereskan baju dan celana basah yang berserakan di tanah. Kumasukkan ke dalam kantong plastik, dan kutaruh di bagasi beserta kotak obat yang baru saja kugunakan.

    “Kha.....ngomong dong.”

    “Eh...iy...iyyaa..Mas...”

    “Loe marah ya ?”

    “Eng...eengg...enggak Mas.”

    “Kok diem aja.”

    “Saya baru sekali dicium Mas.”
    “Jadi saya kaget banget.”

    “Kamu suka ngga ?”

    “Kayak melayang-layang Mas...”
    “Saya ngga bisa menggambarkan rasanya seperti apa.”

    “Ya udah...duduknya pindah ke depan ya.”

    “Iya Mas...”

    Akupun melajukan mobilku meninggalkan parkiran. Sebelum turun dari Kaliurang, aku mampir dulu di warung Mbah Carik, untuk membeli jadah tempe.

    Pada saat masuk kedalam warung ini, aku seolah teringat dengan film “Ada Apa Dengan Cinta.”
    Di salah satu dindingnya, ada foto sepasang insan manusia yang umurnya diperkirakan 70 tahun. Dindingya pun dicat dengan garis vertikal berwarna warni.
    Mungkin lebih tepatnya, warung ini dinamakan “Ada Apa Dengan Mbah Carik”

    Aku memesan 2 porsi jadah tempe. Penyajiannya tidak jauh berbeda dengan burger atau sandwich, tempe bacem diletakkan di tengah-tengah antara dua jadah. Jadah sendiri terbuat dari beras ketan dicampur dengan kelapa parut dan garam. Sangat lezat dimakan jika masih hangat.

    “Enak ngga jadah tempenya Kha ?”

    “Enak banget Mas....”

    “Kha.....Loe marah ngga sama gue ?”

    “Marah kenapa Mas ?”

    “Kejadian barusan.”

    “Ngga marah kok Mas...”
    “Tapi kenapa Mas Agam cium saya ?”

    “Ah...Eh...ngg...ngga apa-apa Ka...”
    “Mungkin gue kangen aja sama mantan gue.”

    “Hahahahaha.....”

    “Kok ketawa Kha ?”

    “Mas Agam ini lucu banget.”
    “Memangnya muka saya kayak perempuan ya Mas ?”
    “Mantannya Mas Agam kulitnya hitam juga ?”

    “Eh..bukan itu maksudnya.”
    “Kelakuannya saja yang sama kayak loe.” Kilahku agar tidak menimbulkan kecuriaan.

    Setelah aku membayar makanan di warung Mbah Carik, aku melajukan mobilku kembali ke kota Jogjakarta.

    Selama dalam perjalanan dari Kaliurang menuju kota Jogjakarta, tanganku tidak lepas dari pahanya Reskha. Dia sama sekali tidak menghindar atau merasa risih.

    “Loe besok masuk kerja jam berapa Kha ?”

    “Besok saya masuk kerja sore Mas…”
    “Dari pertama kerja saya minta sift sore.”

    “Nanti malam ada acara ngga ?”

    “Ngga ada acara kalau nanti malam.”
    “Saya biasa di kos aja kok Mas”
    “Memangnya kenapa Mas ?”

    “Loe mau ngga gue ajak jalan nanti malam ?”

    “Mas Agam mau ngajak saya kemana ?”

    “Makan malam, setelah itu kita dugem.”

    “Masuk ke klab malam gitu ya Mas ?”

    “Iya Kha…”
    “Loe udah pernah masuk belum ketempat kayak gitu ?”

    “Belum pernah Mas…”

    “Tapi kalau gue ajak mau kan ?”

    “Mau…Mau…Mas…”
    “Eh tapi saya belum gajian Mas.”
    “Ngga jadi deh Mas.”

    “Memangnya kenapa kalau belum gajian ?”

    “Ehh…ngga sih Mas…”
    “Kan masuknya harus pake uang.”

    “Santai aja kalau jalan sama gue Kha…”

    “Ngga enak kalau Mas Agam terus yang bayarin.”

    “Ngga apa-apa kok Kha..”
    “Nanti gue jemput loe jam 7 malam ya.”
    “Sekarang kita pulang aja dulu ya.”
    “Sekalian loe istirahat dulu.”

    “Iya Mas…”

    Mobilku pun aku arahkan menuju kosnya Reskha yang berada di Jalan Parangtritis.
    Banyak sekali rencana yang aku persiapkan untuk nanti malam.
    Aku ingin membuktikan apakah Reskha gay atau bukan.

    ***
  • Lanjut kang. Gw sih yakin kerjanya di K*C , kalo M*D mah jualan burger.
  • huah... kang yg di air terjun romantis pisan euy.. tp sayang tlalu bentar gara2 reskha luka.

    ga sabar nunggu lanjutannya..

    reskha.. aku aku aku.. suka reskha..
  • waduh jd penasaran next stepnya ni

    mau diapain tu nanti ya?
  • bi_ngung wrote: »
    Lanjut kang. Gw sih yakin kerjanya di K*C , kalo M*D mah jualan burger.

    Iya ya...kayaknya sih kerja disitu.

    Lanjut lagi ya
  • kiki_h_n wrote: »
    huah... kang yg di air terjun romantis pisan euy.. tp sayang tlalu bentar gara2 reskha luka.

    ga sabar nunggu lanjutannya..

    reskha.. aku aku aku.. suka reskha..

    Iya nih...pake acara kepleset Reskhanya. Jadi aja sebentar. Padahal kalau lama, bisa terjadi sesuatu.

    Lanjut ya Ki...
  • pokemon wrote: »
    waduh jd penasaran next stepnya ni

    mau diapain tu nanti ya?

    Ada di part selanjutnya, apa yang bakal terjadi kepada Reskha

    lanjut ya...

  • edited May 2012
    16

    Sabtu 18 Februari 2006

    Hai Journal !!!

    Aku pulang….
    Kamu pasti dari tadi kangen sama aku ya…

    “Maksudnya apa dikasih tanggal ?”

    Bilang dulu, kangen ngga sama aku ?

    “IYA, AKU KANGEN SAMA KAMU”
    *dalam hati sih, ngga rela bilang kangen.

    Tuh ya…
    Itu dalam hatinya, aku bisa tau.
    Udah ah…aku ngga mau nulis lagi.

    “Weiiiitt……”
    “Iya deh aku kangen sama kamu”
    “Itu maksudnya tanggal apaan ?”
    *Penasaran segede gaban

    Hehehehehhe……
    Tau ngga Journal
    Hari ini aku baru pertama kali ciuman.

    “HAAAA…!!!!”

    Duh…kamu bikin kaget aja.
    Aku kan tadi dicium sama Mas Agam.

    “KOK BISA…”

    Jangan keras-keras ngomongnya Journal.
    Nanti aku bisa jantungan loh.

    “Iya…iya…”
    “Terus gimana kelanjutannya ?”

    Ngga sengaja sih dianya cium aku.
    Katanya sih lagi kangen sama mantan pacarnya.

    Tapi Journal
    Walaupun ciuman itu bukan untukku.
    Aku senang sekali.

    Aku liat wajahnya Mas Agam sewaktu menciumku.
    Matanya tertutup.
    Mukanya makin lama makin mendekat.
    Cup…ajah.
    Nempel tuh bibirnya ke bibirku.

    Wajahnya sangat cakep Journal.
    Bibirnya sangat lembut dan hangat.
    Aku berasa seperti terbang ketika bibirnya menyentuh bibirku.

    Ah..andakata Mas Agam sama sepertiku.
    Aku mauuuu…

    “Mau apa ?”

    Emmmm….Emmmm….
    Mau apa ya Journal ?
    Aku juga ngga tau mau apa.
    Tapi aku merasa sangat nyaman jalan sama Mas Agam.

    “Eh…….”
    “Jangan-jangan kamu jatuh cinta ya sama Mas Agam.”

    Ngga mungkin Journal.
    Dia kan kakaknya Gilang.
    Aku bisa digampar bulak balik kalau ketahuan sama Gilang.
    Serem…..

    “Tapi suka kan ?”

    Ahhhh……
    Aku malu Journal.

    Pokoknya aku lagi bahagia.
    Ntar malam aku mau diajak jalan-jalan lagi loh….

    Udah ya Journal.
    Aku mau ngebayangin Mas Agam aja.

    Dadah Journal.

    ***
  • mengeringkan "kelapa" dan badannya reskha??hahaha.. tp gk masalah..hehe.. top markotop.. :-bd
  • yuzz wrote: »
    mengeringkan "kelapa" dan badannya reskha??hahaha.. tp gk masalah..hehe.. top markotop.. :-bd

    Maap...maap....Salah ketik :D
  • Akang author @chocolate 010185 knapa dr part 15 langsung lompta k part 17..hhehheheh
    mash lanjut kgak nich????
Sign In or Register to comment.