BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ITEM (TAMAT)

1383941434482

Comments

  • alabatan wrote: »
    admmx01 wrote: »
    :-O gak terimaaaa.....hiks..hiks..
    sabar ya isal...istighfar....... o:-)
    gini caranya coming out dah dr silent reader ^:)^ dah sama @alabatan setelah di gempakan ma warungnya @metropolichz ma warungnya @bunny.blue
    lam kenal ya..

    8-> walah cak dadi eling dalane uripku ae rek... # :-ss koq curcol xixixixixi...

    BTW keep lanjoooot..... tumb up wis....

    eh..ono mamax..aku ra terlalu ngerti karo ucapan sampeyan. turu maning turu maning ngertine.hahah

    :)) =)) it's mean jd inget perjalanan hdp w kang..... ajarin dong sundanese by translate di storynya..... [-O<
    wah.. kl sensasi warnet tuh gak ada yg nandingin dah.. :-\"
    kangen item nih... sama gak yaa ma yg dirasain @alabatan :))
  • Langit masih gerimis. Dan aku memeluknya erat, erat sekali. Seperti dulu ketika aku memeluknya. Tapi kenapa di kepalaku masih saja terngiang tawa saat bersama nabil? Kenapa aku mencium bau tubuhnya? Apa benar sekarang hatiku lebih condong ke nabil?

    Dia melajukan motornya tanpa bicara. Aku masih memeluknya dan sesekali mengusap air mataku. Setelah melewati jalan yang lengang, kami samai didepan kostanku. Aku masih memeluknya erat dan mataku terus saja mengalirkan air mata.

    “sal..kita udah sampe..” katanya setengah berbisik.

    Aku masih enggan melepas pelukanku. Dan sekarang aku merasakan rambutku yang sedikit basah dielus olehnya. Nyaman ini yang kurindukan. Nyaman ini yang dulu sangat aku harapkan sebelum dia menikah dengan nabil. Dan sekarang dia melakukannya, dia mengelus rambutku dengan lembut. Aku merasakan kasih sayang yang begitu hangat ketika dia mengelus rambutku.

    “sal..kita masuk dulu..”

    Aku lantas membuka mataku kemudian turun. Dia memasang standar satu dan merangkul pundakku dan kami berdua berjalan ke kostanku.

    “kunci..” katanya sambil menengadahkan tanganku dan aku memberikannya kunci.

    Dia lantas membuka pintu kamarku dan memeluk pundakku lagi. Kami berdua masuk dan dia segera menyalakan lampu. Aku duduk sambil memeluk lututku. Kulihat dia berjalan ke arah dapur dan tak lama kemudian dia membawakan handuk untukku dan mengusap rambutku yang basah. Kutatap wajahnya, dia tampak kusut. Dan badannya sekarang jadi lebih kurus.

    “lo..kenapa sal?” katanya sambil masih mengusap rambutku yang basah tanpa melihatku.
    “…”
    “cerita ke gua sal. Walaupun lo udah gak sayang lagi sama gua, tapi lo bisa anggap gua sahabat kan? Sahabat yang ada saat lo sedih, itu udah lebih dari cukup buat gua.”

    Aku memandangnya dan dia masih mengusap rambutku dengan handuk tanpa melihatku. Ada ketulusan dari senyumnya. Ya, kamu adalah sahabat terbaik buat aku tem.

    “kamu..dikhianati pacar kamu?” katanya kini melihat ke arah mataku.

    Aku menunduk. Dan bayangan nabil yang sedangn bermain cinta kembali muncul di otakku.

    “itu adalah resiko dari cinta sal. Bahagia atau sedih, itu adalah fitrahnya cinta. Ketika lo berani mencintai, terlepas dari benar atau salah cinta itu, lo harus berani menikmati resikonya. Sama seperti apa yang aku lakuin sekarang. Gua berani menentang kodrat dengan sayang sama lo, dan gua siap menikmati sakitnya saat lo gak lagi sayang sama gua dan mencintai yang lain.”

    Kenapa kamu bilang seperti itu? Mendengarnya membuat hatiku merasa sakit dan muncul perasaan aneh. Perasaan yang membuatku merasa tak nyaman. Ya, aku merasa bersalah, aku tak berani menyambut cintanya. Aku tak mau kembali ke pelukannya, pelukan yang dulu sangat aku harapkan.

    “ Sekarang lo mandi air anget dulu. .Gerimis tadi bisa bikin lo sakit. Dan gua gak mau ngeliat lo sakit.. Gua udah masak air, dan kayaknya airnya udah mendidih “ katanya lalu pergi ke dapur.

    Aku mengikutinya. Kulihat dia menuangkan panci berisi air panas itu kedalam ember lalu membawanya ke dalam kamar mandi dan menuangkan beberapa gayung air dari dalam bak. Beberapa kali dia memasukkan tangannya ke dalam ember itu, mungkin untuk memastikan air itu tak terlalu panas. Dan dia menatapku sambil senyum.

    “sekarang lo mandi dulu, gua tunggu diluar.” Katanya
  • baik banget item
  • Lalu dia mengeluarkan hapenya dan setelah itu kudengar lagu itu. Lagu yang kuanggap sebagai kenanganku dengannya. ya, dia tau lagu ini setidaknya bisa menenangkan hatiku.

    Espsecially for you.
    I wanna let you know what i was going through
    All the time we were apart
    I thought of you
    You were in my heart
    My love never changed
    I still feel the same

    Dia lantas tersenyum. Dan lirik itu kembali menghangatkan hatiku. Alunan gitar akustik itu bermain-main dengan indah di telingaku. Dia tersenyum lagi padaku, senyum termanis yang dia berikan. Kutatap matanya, teduh sekali. Matanya cekung dan ada lingkaran hitam disekelilingnya. Aku merangsek maju dan memeluk erat tubuhnya.

    Especially for you
    I wanna tell you i was feeling that way too
    And if dreams were wings, you know
    I would have flown to you
    To be where you are
    No matter how far
    And now that I’m next to you
    No more dreaming about tomorrow
    Forget the loneliness and the sorrow
    I’ve got to say
    It’s all because of you
    And now we’re back together, together
    I wanna show you my heart is oh so true
    And all the love I have is
    Especially for you


    “tem..”
    “hhh?” katanya sambil menundukkan kepalanya menatap mataku.
    “gimana lo tau gua ada di danau dan bisa secepat itu lo dateng? Apa lo ngikutin gua seharian ini?”
    Dia lantas tersenyum lagi.
    “hhh.. gua gak tau. Tadi tiba-tiba perasaan gua gak enak. Tiba-tiba gua inget lo. Dan satu hal yang mengisi otak gua itu, danau. Entah kenapa gua ngerasa kalo gua harus ke danau. Dan gua langsung meluncur ke danau..”
    Aku hanya memandangnya. Dia masihtersenyum.
    “udah, sekarang mandi dulu, keburu dingin airnya”

    Aku hanya diam. Tatapan teduh itu..senyum manis itu..bau tubuhnya..

    Especially for you
    I wanna tell you, you mean all the world to me
    How I’m certain that our love was meant to be
    You changed my life .. oOh
    You showed me the way
    And now that I’m next to you
    I’ve waited long enough to find you
    I wanna put all the hurt behind you
    Oh, and I wanna bring out all the love inside you, oh

    “tem, kalo waktu di kamar motel, gua milih buat ngelakuinnya, apa semuanya bakal jadi kayak gini?”
    “sstt..udah lo se..”
    “gua ..gua mau elo tem, gua mau elo”
    “sstt..lo lagi emosi sekarang. Pikiran lo lagi gak tenang. Sekarang lo mandi dulu dan...”

    Belum selesai apa yang dia omongkan, bibirku sudah mendarat di bibirnya, kulumat bibirnya yang ikal itu. Kumasukan lidahku berusaha menelusuri semua rongga di mulutnya. Dia hanya diam tak membalas. Kulepas ciumanku dan lantas membuka bajuku didepannya. Dia tampak salah tingkah. Aku mencium bibirnya lagi tapi dia hanya diam saja lalu melepaskan ciumanku dan berjalan mundur menjauhiku.

    “gua gak mau sal. Gua gak mau kita ngelakuinnya. Lo lagi kacau sekarang sal. Lo lagi emosi. Bukan ini yang gua mau..”

    Aku menatapnya. Ya, mungkin dia benar, aku sedang kacau. Tapi kenapa dia tak mau melakukannya saat ini?

    “kenapa tem?”
    “gua mau ngelakuinnya dengan cinta, bukan emosi kayak gini. Gua gak mau ketika kita ngelakuinnya, tiba-tiba lo nyebut namanya. gua gak mau..”

    Aku hanya diam. Ya, benar, kalaulah kami melakukannya, bayangan nabil pasti akan memenuhi pikiranku.

    “sekarang lo mandi dulu sal..” katanya sambil mencium keningku.

    Kupejamkan mataku, dan air mata ini meleleh kembali. Lantas dia meninggalkanku. Maafin aku tem, maafin aku.

    ******
  • Kamar kost isal, 00.15 wib

    Kutatap lagi tubuh yang sedang meringkuk itu. Dia menangis, meski tak mengeluarkan suara. Aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang. setelah dia mandi aku menyuruhnnya untuk segera tidur. Terlalu berat hari ini buat dia. Aku mungkin tak tau dan tak bisa merasakan apa yang sedang dia rasakan, tapi aku aku ingin sekali meluk dia, tapi rasanya aku tak pantas. Ya, dia sudah jadi milik orang lain. Bukan raganya, tapi hatinya. Hal yang sangat aku takutkan akhirnya terjadi. Air matanya jatuh, air matanya jatuh bukan karena menangisiku, tapi menangisi orang lain.

    Ya, sekarang hatinya bukan milikku. Hatinya sudah jadi milik orang lain. Aku sempat dilanda rasa cemburu yang sangat. Tapi apa aku berhak untuk melarangnya setelah aku menyakiti dia dengan menikahi Sabrina? Aku tahu dia sakit, pasti sakit sekali melihat aku bersanding dengan Sabrina. Tapi aku juga sakit. Dulu aku memang terlalu ego dan terlalu mengedepankan logika daripada hati. Dan sekarang aku harus menikmati sakit ini, ya, sakit ini harus aku nikmati.

    Kulihat matanya masih terpejam, tapi air mata masih terus mengalir dari sudut matanya. Bibirnya masih bergetar. Dan tiba-tiba air mataku jatuh. Ya, aku merasakan rasa sakit di dadaku. Dadaku sesak oleh rasa sakitnya. Apakah ini yang dinamakan cinta sejati itu? Ketika orang yang kita sayangi merasa sakit, meski bukan sakit karena kita, tapi karena mencintai orang lain, tapi hati kita ikut sakit, jiwa kita ikut menangis. Ada rasa yang meluap-luap untuk melakukan semua hal untuk mengembalikan tawanya. Katakan sal, apa yang harus aku lakukan sekarang?

    Aku dekati dia. Kuusap rambutnya, dia masih menangis dan kini dia tersedu. Dia lalu mengambil tanganku dan mendekapnya. Dadaku bergetar. Kenapa cinta kita tak pernah bersambut? Dulu kamu selalu berusaha memancingku unntuk mengungkapkan, tapi aku terlalu ego. Sekarang, saat aku menyerah pada perasaanku, kamu menangisi orang lain?

    Kutatap lekat wajahnya. Kemudian kulihat dia mulai membuka matanya. Aku mencoba tersenyum untuk menenangkannya. Tapi dia tak juga tersenyum. Untuk pertama kalinya dia tak tersenyum melihat senyumku. Aku tahu, sekarang rasa sakitnya sudah teramat sangat. Seberapa sakitnya kamu Sal? Apakah rasa sakit itu mengalahkan rasa sakit karena kekalahanku sekarang?

    “tem..” katanya lirih.

    Akhirnya keluar juga kata itu dari mulutnya. Tapi kenapa aku merasa sakit? Aku mendengar kata itu tak seperti dulu. Bukan panggilan karena dia merindukanku. Tapi panggilan datar yang hanya berupa sapaan saja.

    “sal, lo kenapa?”
    “....”
    “yaudah, kalo lo masih belum mau cerita. Sekarang lo tidur dulu, besok gak usah kerja. Lo istirahat aja” kataku.

    Dia menatapku lama.

    “lo..mau balik ke bekasi..kapan?”
    “gua...besok juga gak masuk. Gua mau disini nemenin lo.” Kataku sambil beranjak ke arah meja kerjanya.
    “lo..bolos?” katanya.

    Aku lantas mengambil jam pasir yang dulu kuberikan padanya.

    “lo jauh lebih penting dari apapun. Udah, gak usah banyak ngomong dulu, sekarang lo tidur..” kataku sambil mengelus rambutnya.
    “lo masih inget dulu, waktu gua bilang, ‘kalo lo lagi sedih, ambil jam pasir ini, balikan, liat butiran pasir yang jatuh ke ruang di bawahnya. Tarik nafas dalam-dalam, cobalah tersenyum. Secepat pasir ini habis, kesedihan lo akan hilang.’? Sekarang coba lo balik jam pasir ini” kataku sambil menyerahkan jam pasirnya.

    Dia mengambilnya sambil rebahan. Dia menarik nafas dalam-dalam, beberapa kali lalu mencoba tersenyum, kemudian membalikan jam pasir itu. Kuperhatikan matanya sayu dan terus melihat ke arah butiran pasir yang jatuh. Aku tersenyum melihatnya. Dan setelah butir pasir terakhir jatuh, dia tampak tersenyum lega.

    Dia letakkan jam pasir itu disampingnya lalu dia mencium tanganku lalu mendekapnya. Aku ikut rebahan di sampingnya dan dia mulai merapatkan badannya mendekatiku seperti dulu. Aku hanya tersenyum. Kucium keningnya, dan dia memelukku erat sekali.

    Mataku mulai terasa berat. Kudengar dia mulai mendengkur halus. Aku tersenyum melihatnya, setidaknya dengan tertidur, dia bisa melupakan sejenak kesedihannya. Aku sayang kamu sal, meski hati kamu sudah jadi milik yang lain.

    *******
  • Kamar kost Isal, 05.00 wib

    Mataku masih terasa berat, tapi bunyi nada dering hape ini terasa mengganggu sekali. Kubuka mataku sambil tanganku mencari-cari dimana letak hapeku. Setelah kutemukan, kupicingkan mataku dan aku tersentak kaget, pesan singkat dari sabrina.


    Dengan ragu kubuka isi pesannya.

    “aku dirumah. Ada banyak hal yang mesti kita omongin. Cepat pulang”

    Aku tertegun. Sejak kapan dia dirumah? Dia tak mengabariku bahwa dia akan pulang malam ini. Kalau dia mengabariku, aku pasti akan jemput da.

    Dengan ragu kuputuskan untk menelponnya.

    “hallo, salam’alaykum..sab..”
    “..”
    “kamu..dirumah?”
    “iya” jawabnya singkat.
    “tunggu ya, aku shubuh dulu, habis sholat aku langsung pulang”
    “...”
    “..”
    “kamu..dimana?” tanya dia dengan ragu.

    Aku terdiam. apa aku mesti bilang aku lagi di kostan isal?

    “udahlah, cepet pulang ya. Klik”

    Diputus. Aku hanya diam terpaku. Dia pasti tau kalau aku sedang disini, aku menemui isal. Tapi ya, sudahlah, memang ada banyak hal yang mesti kita omongin sab. Aku gak mungkin selamanya menjadi mahluk paling munafik. Aku harus akui kalau aku sayang sama isal. Dan aku harus mengambil keputusan. Ya, aku harus mengambil keputusan.

    Kupandangi wajahnya, sekarang tampak teduh. Kucium keningnya dan dia tampak bergerak sedikit lalu kembali tidur. Aku beranjak dari kasur lantas segera ke kamar mandi untuk mendirikan sholat. Ya, aku harus semakin mendekatkan diri pada sang pencipta. Aku harus memohonkan petunjuk pada-Nya untuk menjalani ini semua.

    ****

    05.20 wib

    Setelah sholat, kurapikan sajadahku dan kulipat lalu kutaruh diatas lemari. Kupandangi lagi wajahnya. Maaf sal, aku harus pergi dulu. Ya, aku harus pergi dan menyelasikan masalahku. Aku harus berani mengambil keputusan.

    Kusobek block note lalu kutuliskan sesuatu dan kutaruh di samping jam pasir itu. Aku berdiri dan memandangnya lagi, aku sayang kamu sal. Dan aku bergegas keluar dan menutup kembali pintu kamarnya dan kunaiki ninjaku dan kulajukan ke rumahku, sabrina menungguku. Sab, kita harus membicarakan banyak hal.

    *****
  • yap, mungkin segitu dulu ya. warnet lemot, editing part-nya nabil belum oke, dan pertimbangan billing (hadeh..) menjadi pertimbangan-pertimbangan penulis. ntar dah besok sugan posting lagi. pict jam pasirnya insya Alloh nyusul.
    jangan lupa kiripiknya ya.
    selamat menikmati karya gak jelas dari seorang Garuterz lah.
  • Mengharu biru nih...
    Ternyata bahagia itu butuh banyak pengorbanan.
    Good story dech..
  • hmmm....
  • kiki_h_n wrote: »
    hmmm....

    gitu mulu komenna. gak suka ah
  • Ajied84 wrote: »
    Mengharu biru nih...
    Ternyata bahagia itu butuh banyak pengorbanan.
    Good story dech..

    yah, begitulah hidup
  • wah isal bener2 terpuruk ni
  • @pokemon blognya aku buka ya hahaha
  • pokemon wrote: »
    wah isal bener2 terpuruk ni

    yap, mudah"an dia masih bisa bersabar..thx dah mampir bang poke poke mon
  • nice story. Karakter nabil as player bagus banget hehe. Dari pertengahan udah ga suka sama nabil, Manis banget dan player banget :)
Sign In or Register to comment.