It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
T.T
haha. w akuin part tongkat ajaib adalah part terburuk w.hahaha. ntar kalo dah dibikin ebooknya bakal ada part yang w rombak.
woy..bikinin w ebook donk..
kanjoot?
wah, w mesti ganti foto nih
hehehe. ni lanjutany
nih lanjutannya. kiripiknya atuh
kentang jeruk..serebuan serebuan..
hahha.tenang bro, w masih sibuk nih, sibuk ngarantang sama ngamen
eh..ono mamax..aku ra terlalu ngerti karo ucapan sampeyan. turu maning turu maning ngertine.hahah
oke, w kasih lanjutannya dikit, coz tadi waktu editing ada temen w maen ke warung w (curcol dikit gapapa kan?)
@igoigo, @Boyorg, @halaah, @firmanE, @jaydodi, @blueguy86, @mahardhyka, @ajied84, @urth, @tobleron, @dewo_dawamah, @dityadrew2, @yoedi16, @adinu, @redbox, @joe_senja, @alfaharu, @kiki_h_n, @jockoni, @habibi, @pria_apa_adanya, @zimad, @adam08, @dhie_adram, @boljug, @4ndh0, @aDvanTage, @autoredoks, @dollysipelly, @sly_mawt, @trinity93, @pokemon, @fansnyaAdele, @05nov1991, @the_jack19, @co_ca_co, @iamyogi96 @chocolate010185 @adacerita @prahara_sweet @rainbow_bdg, @sagida,xchoco_monsterx,
ditunggu lah kripikna. yang gak kemensyen, jangan marah ya, w cuma copas. da lupa lagi atuh yang komen teh sapa ajah.
Malam ini terasa dingin sekali. Apa karena hujan? Rasanya bukan. Tapi karena hatiku terasa beku. Ya, kejadian tadi membuat aku tak percaya lagi sama yang namanya cinta sejenis. Tak ada setia dalam hubungan terlarang ini. Cinta itu bullshit, yang ada Cuma nafsu, ya, Cuma nafsu.
Aku duduk meringkuk diatas batu disamping anjungan. Air mataku tak mau berhenti. Dan sekarang ternyata senyapnya danau inipun tak mampu menenangkan perasaanku. Rasanya hatiku remuk seremuk-remuknya. Betapa tidak, aku menyaksikan orang yang kusayang bermain cinta dengan orang lain, dan itu adalah adik pacarnya sendiri. Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin mereka menghkhianati nadia. Kenapa bil, kenapa? Kenapa kamu tega ngelakuin ini? Kalian berdua adalah mahluk paling munafik yang kukenal. Dan kenapa arif tega mengkhianati kakaknya sendiri?
Jadi selama ini aku tak ada artinya buat kamu? Ternyata apa yang kamu lakukan selama ini tuh Cuma main-main aja?kenapa bil, kenapa?
Aku meremas rambutku sendiri. Dan bayangan-bayangan kebersamaanku dengan nabil terbayang di kepalaku. Ketika kami tertawa di angkringan, ketika dia memboncengku dengan ninjanya, ketika dia menggendongku di ujung genteng, ketika kami berciuman di acara renungan camping ground cikarang, ketika kami berciuman sambil menjalankan motor, ketika aku memeluknya erat dan begitu banyak kenangan manis yang tak mungkin mampu kulupakan begitu saja.
Dan disela-sela ingatanku akan kebersamaanku dengan nabil, sekilas muncul bayangan si item. Item, kamu dimana tem? Aku lagi sedih tem..aku lagi sedih..Kamu benar tem, aku mencintai orang yang salah. Sekali lagi kamu benar. Di luar banyak sekali kelinci berjiwa ular. Dan nabil brengsek itu adalah salah satunya.
Item..apa yang harus aku lakuin sekarang tem? Apa aku harus telpon kamu? apa aku boleh kabarkan padamu kalau aku sedang sedih?
Aku memejamkan mataku dan air mata masih saja meleleh. Tangan dan bibirku bergetar.
Lalu aku merasakan hapeku bergetar. Kuambil dari saku celanaku dan kulihat, item.. Dia menelponku? Apakah dia tau apa yang sedang kurasakan? Apa kamu merasakan apa yang kurasakan sekarang tem? Apa kamu merasakan kesedihanku?
Ragu sekali untuk kuangkat. Gak, gak boleh. Aku gak boleh lagi berhubungan dengan dia. Dia harus memperbaiki hubungannya dengan Sabrina. Ya, aku gak mau memperumit masalah mereka. mereka harus kembali bersama. Biar aku yang merasakan rasa sedih dan sakit ini sendiri.
Setelah cukup lama, nada dering itu berhenti. Lalu satu pesan singkat masuk.
“angkat telponku sal, plis..” aku membacanya dalam remang dan mataku masih berair.
Lantas panggilan masuk dari dia muncul lagi. Apa aku harus bilang ke dia, bahwa aku baru saja meliaht nabil bermain cinta? Tidak, aku harus mulai belajar menyelesaikan masalahku sendiri. Kuputuskan untuk menolak panggilan masuknya.
Lalu satu pesan singkat masuk lagi.
“sal..plis..angkat sal,angkat”
Dan panggilan masuk darinya masuk lagi. Dengan ragu kuangkat.
“sal..”
“…”
“kamu kenapa sal..?”
“aku..gak papa tem..” kataku sedikit bergetar.
“sal..kamu gak bisa boong sal, kamu kenapa?”
“beneran tem, aku gak papa..” kataku dengan suara tertahan.
“kamu gak bisa boongin aku sal. Kamu lagi dimana sekarang?” katanya lagi.
“….”
Aku hanya mampu diam, karena kalau aku bicara, pasti aku akan menangis.
“apa aku perlu minta kamu nutup mata kamu?”
“….” Kenapa kamu selalu tahu kalau aku lagi sedih tem, kenapa? Apa hati kita emang telah terpaut? Badanku bergetar hebat..
“sal...lo baik-baik aja?”
“item..“ kataku bergetar dan mulai sesenggukan.
“Sal, kenapa sal..?” dia terdengar panik sekali, panik yang lirih. Ada kesakitan yang kudengar dari suaranya.
Aku malah menangis tersedu-sedu lalu kumatikan telponku.
Hapeku bergetar lagi
“sal..lo kenapa sal..?”
“...” aku masih menangis. Kudekap mulutku biar tak kedengaran olehnya.
“sal..please..jangan nangis sal..”
“kenapa? Kenapa gua gak boleh nangis? Kenapa tem?”
“please..”
“gua benci sama lo tem, gua benci..”
“sal...”
“gua benci sama lo? Gua benci semuanya, gua benci dunia ini. Gua benci yang namanya cinta. Cinta itu bullshit. Yang ada Cuma nafsu. Cinta itu bullshit..”
“...” dia diam, mungkin ingin mendengar keluh-kesahku.
“Lo bohong sama gua..lo itu pembohong..dulu lo bilang, kalo gua butuh lo, cukup sebut nama lo. “
“sal...”
“sekarang gua lagi butuh lo..lo dimana, hah? lo dimana..?”
“sal, gua...”
“gua sedih tem, gua sedih. Gua fikir setelah kehilangan lo, dia bisa gantiin posisi lo di hati gua. Dia dengan segala sikap manisnya, rayuan gombalnya, dan dengan semua keistimewaannya dulu, gua pikir dia bisa bikin gua bahagia. Tapi enggak tem, enggak. Dia itu bajingan, dia itu brengsek...”
“....”
“dan gua...gua...gua butuh lo disini...” kataku lirih.
“You and I must make a pact
We must bring salvation back
Where there is love
I'll be there
I'll reach out my hand to you
I'll have faith in all you do
Just call my name
And I'll be there
You’ll be here? Benarkah? itu Cuma lagu tem, itu Cuma gombalan, lirik untuk menenangkan, dan aku butuh lebih dari sekedar lirik, aku butuh bahu untuk bersandar...
I'll be there to comfort you
Build my world of dreams around you
I'm so glad that I found you
I'll be there with a love that's strong
I'll be your strength you know I'll keep holding on
If you should ever find someone new
I know he'd better be good to you
Cos if he doesn't
Then I'll be there
Just call my name..and I’ll be there...
“bohong...”
“just close your eyes...and I’ll be there..”
Aku menutup mataku rapat-rapat.
“item..item..”
Aku menyebut namanya dengan lirih, lalu tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang dengan erat.
“please..dont cry anymore..”
Aku tersentak. Suara itu? Benarkah setelah kupanggil namanya dia datang? Si itemkah yang sekarang sedang memelukku?
“jangan nangis sal, please..gua bakal selalu ada buat lo...”
“kenapa gua gak boleh nangis...? kenapa?”
“karena kalo lo nangis, hati gua sakit...” katanya sambil membalikkan tubuhku dan memelukku, lalu menyenderkan kepalaku didadanya.
Kurasakan dadanya bergemuruh. Kurasakan rasa hangat itu, bau tubuhnya yang telah lama tak pernah kucium. Kupejamkan mataku dan aku sesenggukan di dadanya.
“jangan nangis sal, please..”
Mendengarnya mengatakan hal itu membuat dadaku semakin sesak. Apakah kamu merasakan apa yang kurasakan? Apakah benar setiap aku sedih kamu merasakannya? Kenapa tem, kenapa kamu bisa merasakan?
“please Sal. Jangan nangis lagi. Gua disini buat lo. Gua selalu ada buat lo...”
“kenapa Tem, kenapa? Kenapa selalu begini..? apa gua gak berhak dapat cinta yang tulus? Gua tau ini cinta yang salah, tapi...kalaupun salah, kenapa tuhan biarkan?”
Aku masih sesenggukan. Tapi, kenapa dia ada disini sekarang? aku melepaskan pelukanku dan menatapnya tak percaya.
“lo...kenapa...disini? kenapa lo tau gua disini?”
“apa perlu gua bilang kenapa gua bisa tau lo lagi dimana dan kenapa?”
“...” aku hanya diam.
Apakah sebegitu dalamkah perasaan kami sampai dia selalu merasakan apa yang kurasa? Atau jangan-jangan dia mengikutiku seharian ini? Tidak, tidak mungkin.
“apa perlu gua bilang, setiap lo nangis, di seberang lautan sekalipun, tiba-tiba hati gua ngerasa sakit? Apa perlu gua bilang, setiap kali lo manggil nama gua, gua pasti ngerasain sesuatu?”
Aku menatap matanya yang mulai merah.
“lo pernah bilang kan, ketika dua orang saling mencintai, bahkan dengan tatapan mata sekalipun, itu sudah mewakili ribuan kata? Dengan senyuman kecilpun itu sudah mewakili sejuta perasaan? Gua sayang lo sal...gua sayang sama lo”
Deg, aku tahu bahwa cepat atu lambat kata-kata itu akan kudengar lagi. Dan dulu kata-kata itu begitu mampu menggetarkan hatiku, menggetarkan jiwaku yang rapuh, menggetarkan semua rasa. Tapi entah kenapa, ketika dia mengucapkan kata-kata itu lagi, seakan tak ada yang mendesir didadaku. Kenapa? Bukankah aku mencintai si Item dari dulu? Apa karena rasa sakit ini sudah terlalu sakit? Apa karena sekarang aku sudah terlalu kadung mencintai nabil?
“tanya gua sal. Tanya gua, apa gua bahagia?”
“...” aku hanya diam menatap matanya yang kini mulai berair.
“sal, tanya gua, apa gua benar-benar hidup bahagia?”
“...”
“apa gua gak menderita?”
Kuperhatikan dia, ya, dia kuyu sekali. Semakin kurus tak terurus. Dulu orang bilang, ketika seorang lelaki telah menikah, dia akan tampak segar setiap hari dan akan tambah subur. Tapi omongan itu tak sedikitpun kiulihat dari si item. Dia kini makin kurus, dan lingkaran hitam disekitar matanya tampak menjelaskan kondisi hatinya.
“gua udah capek sal. Gua capek mesti terus hidup pura-pura kayak gini. Gua pengen hidup bahagia sal..hidup bahagia ...sama lo..”
Tuhan, kata-kata ini yang dari dulu kurindukan. Tapi..sekelebat bayang sabrina, orang tuanya, abah sama mbu...tidak, aku gak boleh egois, dia gak boleh egois. Kami berdua tak boleh egois.
“tem, kita gak boleh egois...inget sabrina, inget orang tuanya, inget abah sama mbu...”
“dan gua mesti ngorbanin kebahagiaan gua sendiri demi mereka? ini gak adil buat gua sal..please, izinin gua egois sal..gua mau lo. Itu aja. Gua udah gak mau peduli lagi sama semuanya...”
Aku menarik nafas dalam-dalam. Ntahlah, inilah kata-kata yang sangat kurindukan. Tapi haruskah kami egois demi kebahagiaan kami? Haruskah aku mengorbankan kebahagiaan orang-orang disekitar kami?
Aku menarik nafas dalam-dalam. Kutatap matanya yang sudah mulai meneteskan air mata. Kupegang bahunya.
“tem, terkadang hidup itu gak semanis cerita di pilm-pilm, seindah kata-kata pujangga, happy ending itu tak mutlak. Happy ending itu relatif, dan itu ada di diri lo, di hati lo. Seberapa kalahpun elo, ketika lo yakin akan skenario tuhan, lo ikhlas nerima skenario tuhan, semua bakal terasa indah, semua itu ada hikmahnya, itu kan yang sering lo bilang dulu..dan sekarang, lo mes...”
“lo..udah gak sayang lagi sama gua?” kata dia memotong perkataanku.
Deg. Aku masih sayang sama kamu..tapi..
“gua...”
“gak sal. Lo udah berubah sekarang... tatapan mata lo gak sama kayak dulu..suara lo ketika manggil nama gua gak kayak dulu..lo udah berubah..”
Benarkah, apa aku udah berubah? Apa aku sudah tak mencintainya seperti dulu? Apakah nabil benar-benar sudah mengambil tempat di hatiku yang dulu penuh olehnya?
“lo sayang sama pacar lo?”
“....” aku sayang nabil? Setelah dia menyakitiku dengan segala rupa?
“sal...”
“gua gak tahu tem, gua gak tau..”
“cukup bilang. ‘ya, gua sayang sma dia’..dan..”
“dan?’
“dan gua bakal ikhlasin lo...”
Kamu akan ikhlasin aku? Kenapa mendengarnya hatiku terasa sakit? Kenapa kamu mesti akhlasin aku? Aku..aku tak tau tem, aku tak tau..
“...”
“gua Cuma pengen lo bahagia..dengan gua, atau dengan yang lain...”
Ada getar dan getir dari kata-katanya. Hatiku semakin sakit. Sakit karena melihat nabil mengkhianatiku dan lebih sakit ketika dia mengucapkan itu.
“...”
Aku bingung. Apa aku harus bilang bahwa aku mencintai nabil setelah apa yang dia lakukan? Tapi setelah melihat kejadian tadi, apakah aku masih mencintainya? Apa dia masih layak aku cintai?
“sekarang kita pulang sal. Ini udah malem.. Gua anterin ke kostan lo ya?”
Aku hanya terdiam sambil mengusap pipiku. Aku lantas memeluknya dan kembali sesenggukan. Kutumpahkan kesedihanku dipundaknya.
“udah sal, udah. Lo jangan nangis lagi”
Dia lantas mengusap pipiku dan menarik tanganku ke motornya.