It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hohoho. manawi teh neon..
sip..
insya Alloh..
“masih belum puas meluknya?” katanya.
Aku pura-pura tak mendengarnya. Rasanya aku tak mau lepas darinya. Ya, bau tubuhnya mulai menjadi candu bagiku.
“hey, kita udah sampai nih...” katanya lembut.
Hah? Aku lalu melepas pelukanku lalu turun dengan malu-malu.
“yadah, gua balik dulu ya..” katanya sambil senyum.
Aku hanya diam saja. jujur, aku mau dia tidur disini, tapi...
“bil..” kataku sambil nunduk.
“kenapa?”
“kamu...” kataku gelagapan.
“apa...?” tanya dia penasaran.
“ini kan udah malem...ka..” kataku masih malu-malu.
“kamu mau minta aku nginep disini?” tanya dia dengan nada tak percaya.
“mmm...gak mau ya?” kataku dengan nada sedikit kecewa.
“bukannya gak mau. Tapi besok kan kamu msti kerja. Aku juga..kalo kita tidur bareng, aku jamin kamu pasti gabisa tidur..” katanya dengan senyum nakal.
“apaan sih...besok aku bolos aja...atau bikin surat sakit..” kataku sedikit memaksa.
Entahlah, rasanya aku ingin sekali menghabiskan malam ini bersamanya. Aku masih dilingkupi atmosfir kebahagian yang berlapis lapis dan masih enggan melepasnya.
Dia tersenyum hangat.
“bukannya aku gak mau. Tapi..”
“tapi kenapa?” kataku mendesak.
“sal...kita itu harus bertindak sesuai logika. Jangan terlalu mengedepankan perasaan. Aku gak mau malah bikin kamu jadi malas kerja. Cinta itu justru menguatkan, bukan melemahkan..” katanya sambil memegang pundakku.
“...” lagi-lagi aku tak mampu berkata-kata.
Aku lalu memeluknya.
“aku pasti gabisa tidur malem ni..” kataku malu-malu.
Dia lalu melepaskan pelukanku dan hanya tersenyum simpul.
“masuk gih, udah malem nih..” katanya.
Aku merengut. Aku dilanda rasa selalu ingin bersama dia. Terdengar klasik, tapi ini yang aku rasakan. Terdengar norak, tapi apa boleh buat.
Dia lalu berlalu meninggalkanku.
“bil...” kataku.
Dia lalu berbalik dengan raut muka heran.
“ga ada cipika-cipiki dulu..?” tanyaku malu-malu. Bukankah setiap kali berpisah dua orang yang saling mencintai itu selalu diakhiri dengan good bye kiss?
“kamu ini...banyak orang yang baru pulang shift dua..” katanya lalu menghampiriku.
Kuedarkan mataku kesekeling. Benar, orang-orang baru pulang kerja.
“eh..itu siapa?” kata dia menunjuk ke arah pintu kostan ku. Aku sontak menengok ke arah dia menunjuk. Dan cup, dia mencuri cium pipiku lalu tertawa sambil berlari ke arah motornya. Aku hanya melongo sambil memegang pipiku. Rasanya wajahku memanas. Aku lihat sekeliling. Jangan-jangan tadi ada yang lihat. Hwa...aku malu..dia hanya senyum-senyum melihatku. Lalu dia menjalankan motornya lagi.
Aku lalu cepat-cepat masuk kamar dan kukunci pintuku. Aku lalu ambil hapeku dan kuketik pesan singkat.
“ati-ati ya. Luv u my man...^_^” kukirim sambil senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Benar kata orang, orang yang sedang jatuh cinta dan orang gila itu samar, susah dibedakan.
*****
“isal monitor isal..”
“masuk pak..”jawabku.
“ini mesin Tien jin trouble lagi.” Kata seseorang dibalik suara HT (Handy Talky) itu.
“kenapa lagi pak?” tanyaku
“ini cutter-nya gak panas sal..” katanya lagi.
“oke, ditunggu aja dulu Pak. Masih nanganin trouble mesin printing..” kataku.
Fyuh, hari ini lumayan juga. aku lalu kembali ke laptopku yang dilayarnya terpampang program. Yap, tinggal upload programnya, langsung beresin alat dan ke mesin Tien Jin deh. Okelah, habis ini ngaso dulu, pikirku.
Di ruangan electric, 11.30
Aku duduk di kursi panjang di ruangan electrik selepas kembali dari mesin Tien Jin. Lumayan juga, tapi rasanya lebih cape jadi mekanik ketimbang electrik. Mereka bongkar pasang alat-alat yang ukurannya gak tanggung-tanggung. Tapi tentu saja semua itu sama, ada enaknya dan ada gak enaknya.
Buat mekanik, analisa masalah gampang, tapi proses pengerjaannya yang rumit. Sedangkan electric sepertiku, proses analisanya yang jangan main-main meskipun pengerjaannya gak terlalu rumit. Kenapa gak main-main? Karena kalau salah analisa, fatal sekali akibatnya, karena ini hubungannya dengan power. Ukuran alatnya memang kecil, tapi harganya ampun-ampunan.
Kuperhatikan beberapa orang tampak sibuk mencari spare part. Mungkin mereka sedang melakukan preventive maintenance alias tindakan perawatan mesin dan pencegahan trouble.
“sal, liat spare proportional valve gak?” tanya tamam setelah mengaduk-aduk isi rak.
(proportional valve = katup yang mengatur masuknya fluida berdasarkan input / perintah dari PLC)
“kemarin sih masih ada satu. Mang gak ada?” tanyaku.
“gak ada. Dipake orang shift kali ya tadi malem?” katanya sambil masih mengaduk-aduk rak.
“check aja di gudang..di on hand” kataku sambil menyenderkan punggungku. Rasanya cukup pegal juga.
“heheh, lo cariin donk..gua kan belum ngerti cara carinya.” Katanya cengengesan.
Aku lalu geleng-geleng. Dasar, baru minggu kemarin ditraining sama orang IT.
“sini lo gua ajarin.” Ktaku lalu duduk di depan komputer.” Buka aja axapta (Microsoft Dynamic), nih muncul kan tampilan home-nya, lo klik tanda panahnya, muncul opsi kan, lo pilih yang inventory. Trus klick yang on hand.”
Dia hanya manggut-manggut, ntah ngerti ato enggak.
“nah muncul tampilannya kan? Sekarang lo masukin item number ato item name-nya. Kalo proportional valve kan masuk klasifikas valve, lo input tanda bintang atau string (*) terus ketik S-Valve, kasih tanda string lagi, enter. Nah, muncul kan.” Kataku menjelaskan.
Dia yang berdiri dibelakangku melihat daftarnya.
“ini msih ada satu stocknya.” Katanya.”eh sal, sama sekalian PT100” pintanya lagi.
(PT100 = alat pembacaan temperatur, biasanya untuk mengukur temperatur fluida seperti gas, kalau temperatur logam atau metal digunakan thermocouple, sejenis thermometer)
“yadah, lo siapin aja RIS-nya dulu, baru minta tanda tangan Pak Jamal.” Kataku lagi.
(RIS = Request and Issue Slip, kertas permohonan/ pengajuan barang, diserahkan ke gudang untuk pendataan sparepart yang digunakan)
“Yadah, gua ke gudang dulu ya..” katanya.
Aku lalu kembali ke kursi panjang. Kusenderkan lagi punggungku. Tiba-tiba hapeku bergetar lagi. Sms nih, pasti dari nabil. Kuambil hapeku lalu kubuka pesannya.
“dah mamam?” begitulah isi smsnya.
“idih..mamam. geli bgt baca’y. Hehe” balasku.
“wkwkkwk.ntar keluar yuk?” ajaknya.
“kmn?”
“km yang pilih deh...”
“ke ellysium mau gak?” tanyaku.
Tak berselang lama, dia membalas lagi.
“dimana tuh?”. hah,dia belum tahu?
“deket lippo.” Balasku singkat.
“yadah, kmanapun yg penting sama kamu.” Balasnya lagi gombal. Aku senyum senyum sendiri.
“mulai deh gombalnya..” balasku lagi. Dia memang paling pintar kalau sms romantis.
“tapi seneng kan digombalin..?” balasnya lagi.
“hehe. Iyya iyya..g pa?”
“mkirin km..”
“tuh kan..”
“eh, ntar dulu ya, da kerjaan. Ati2 gawe’y. Jgn mkirin orang ganteng mulu..”
“idih...pedenya selangit..yadah, kerja yg bener sono..miss u my man..”
“miss u too my baby boy..”
Aku senyum-senyum sendiri lagi. Aku sangat senang dipanggil Baby Boy sama dia, meski terdengar childish tapi aku senang sekali. Aku juga senang memanggilnya my man, terkesan dia bisa melindungiku.
Setelah cukup lama tak ada kabar dari dia setelah pernikahannya dengan Sabrina baru kali ini dia sms.
Dengan ragu kubuka dan..kosong. Dia mengirimiku sms kosong. Aku bingung, kenapa dia mengirimiku sms kosong? Apakah hanya sekedar basa-basi, atau dia ingin aku yang memulai? Aku tak tahu. Yang pasti tiba-tiba aku merasakan rasa yang aneh didadaku. Ada kerinduan yang sangat. Tapi stop, itu sudah gak boleh. Dia sudah punya sabrina, aku punya nabil. Aku gak boleh buka luka lama. Tapi, harus kuakui, seberapapun aku mulai sayang sama nabil, ketika si item muncul dihadapanku, aku pasti tak mampu berkata-kata.
Tiba-tiba pikiranku melayang ke setahun yang lalu.
****
Setahun yang lalu. Kota Harapan Indah, bekasi.
“tem..gak mau ah...takut gua..” kataku.
“gapapa. Namanya juga belajar...palingan jatuh dikit..” katanya.
“mending kalo Cuma jatuh..kalo misalnya nabrak orang, gimana?” kataku takut-takut.
“nyante aja..kan ada gua..lo cemen amat sih jadi orang..”
“tapi..” kataku ragu.
“udah..lo tinggal tarik kopling, masukin gigi satu, tarik gas sambil lepas kopling pelan-pelan..ayo..” jelasnya.
Ake gemetar. Ya, aku sedang ada di sentra Ponsel Kota Harapan Indah Bekasi, tempat nongkrong kawula muda bekasi. Hampir setiap malam disini penuh dengan anak-anak muda. Dan kalau tengah malam, di jalanan sini jadi surga bagi mereka yang hobi menjajal adrenalin dan adu gengsi. Terutama saat malam minggu, tempat ini penuh dengan motor yang terparkir di sepanjang jalan. Rata-rata motor laki. Dan tentu saja, item sering ikut gabung dan ikut ngtrack. Ketika yang lain bonceng cewek, dia dengan santainya memboncengku. kadang aku merasa risih dengan tatapan yang lain, tapi kulihat si item juga lempeng-lempeng aja. whatever lah mereka mau nganggap apa.
Tadi magrib, selepas pulang ngantor, dia langsung menarikku yang sedang ngobrol sama Ragiel. Aku memang lagi libur. sedang dia sabtu minggupun masih masuk. Dia memang workaholic, tapi tak terlalu akut. Tadinya dia mau pulang malam, tapi karena Ragiel ngasih tau kalo aku ada dikostnya, dia langsung pulang.
Ternyata dia ngajak aku ke HI, salah satu tempat favoritnya.Setelah minum sop buah khas Cirebon, dia menyuruhku untuk belajar naik motor kopling. Aku yang biasa pake matic ngerasa ngeri.
“tem...jangan disini lah...kalo jatoh apa nabrak kan malu banget...” kataku merengut.
“mang maunya dimana? Di GOR Bekasi biar sekalian digodain yang lagi pada mangkal?” katanya ketus.
GOR bekasi emang tempat mangkal waria.
“Udah, sini pindah ke depan” katanya sambil menyuruhku turun.
Aku lalu turun dan dia menggeser posisi duduknya ke belakang. Aku dengan ragu naik dan duduk dengan canggung. Hmm...aku lebih suka duduk di belakang aja dibonceng ma dia...T_T
“kenapa?” tanya dia lagi.
“...” aku masih diam.
“ayo, tinggal tarik kopling, tarik gas dan lepas kopling pelan-pelan..” katany mulai gemas.
Aku lalu dengan ragu melakukan apa yang dia instruksikan. Aku tarik kopling, kumasukkan gigi satu, kutarik gas dan kulepas kopling lalu dep, badanku tersentak. Motornya malah mati. Arrgght..
“tuh kan...malah mati..” kataku setengah manja.
“hahaha..nyante aja atuh ih. Koplingnya jangan langsung dilepas, pelan-pelan aja..gasnya juga jangan langsung difull..ayo ulang lagi. Tapi netralin dulu...” katanya sambil menahan tawa.
“...”
“kenapa lagi...?” tanya dia.
“gua gak mau belajar motor kopling ah?” kataku sambil mendekap tangan di dada.
“lho kenapa? Lo gak mau boncengin cewek lo pake motor kopling? Sewaktu-waktu ntar ada touring atau family day, masa lo boncengin pake matik?”
Aku merengut. Emang aku pikirin? aku gak peduli aku bisa pake motor kopling apa enggak. Aku kan maunya kamu yang boncengin tem..
“netralin dulu. tarik dulu koplingnya, majuin dikit nyampe kedenger bunyi klek, lalu injek tuas gigi..ayo coba lagi”
Aku coba melakukan apa yang dia instruksikan dan ternyata, gak mudah. Huft, mungkin ini emang bawaan lahir kali ya.
Begitupun ketika aku coba masuk gigi satu, selalu saja menghentak lalu mati. Akhirnya dia buang nafas. Dia lalu bergeser maju dan terasa sekali dadanya menempel ke punggungku. Terasa hangat sekali, karena aku hanya memakai kaos tanpa menggunakan sweeter. Aku mulai gelagapan dan salah tingkah. Tangan kanannya bergerak maju dan kemudian menggenggam tanganku yang ada di handle gas sedang tangan kirinya menggenggam tanganku yang sedang menggenggam handle kopling.
Aku semakin salah tingkah. Aku merasa seperti dipeluk olehnya. Terasa nyaman sekali. Aku lalu senyum-senyum sendiri.
“napa lo?” tanya dia ketika meliht aku senyum-senyum sendiri.
“hehe. Gak papa. Lucu aja. “ kataku sambil menahan tawa.
“kok lucu?”
“gak jadi deh..”
“idih...dasar aneh. Gini nih..” katanya lalu dia menarik handle kopling.” Masukin giginya” kutekan tuas gigi kedepan dan terasa tangan kanannya menarik handle gas dan tangan kirinya terasa mengendur. Lalu ninjanya pun meluncur dengan pelan.
“gampang kan?” katanya enteng.
“heheh..” aku hanya cengengesan. Gampang kan karena dia udah sering.
“coba sendiri” perintahnya.
“gak mau..”kataku.
“kenapa?”
“takut jatuh” bohongku.
Sebenarnya aku masih ingin dipeluk seperti ini, terasa sangat dan nyaman sekali. Lalu tiba-tiba tenggg..oh no...dedeku tiba-tiba on. Aku gelagapan. Apalagi posisinya menekan tangki dan si item terasa mendorong badanku. Posisi dedeku terjepit antara tanki dan si item..dan parahnya, dedeku masih menjulur ke bawah. Kebayang kan? Aku mulai dilanda rasa nyaman dan tak nyaman. Nyaman karena dia memelukku dan tak nyaman karena posisi dedeku. Kalau misalnya aku minta berhenti dan membetulkan posisi dedeku, aku akan merasa malu sekali. Dan yang paling aku gak mau, dia melepas pelukannya. Dengan sangat terpaksa, aku aku biarkan posisi ini.
Setelah beberapa putaran, dia melepas tangannya dan aku mulai terbiasa. Dan untungnya dedeku sudah gak on lagi. Fyuh. Gigi satu, gigi dua, gigi tiga. aku mulai dilanda rasa senang. Rasanya seperti ketika kita baru bisa naik sepeda. Lalu aku belokan motorku ke jalan utama. Dadaku deg-degan sekali. Aku masih takut-takut. Kecepatan 20, 30, 40, wah, kayaknya aku udah lancar. Kuoper ke gigi empat dan kutarik gas lebih dalam. Aku melaju semakin kencang. Ternyata gampang juga, pikirku.
Tiba-tiba aku melihat ada kucing melintas jalan dan aku kaget dan tak bisa mengendalikan motor. Aku oleng dan bruk, aku menabrak pohon lalu motor terjatuh. Masih untung, karena ini pas tikungan ke kanan dan aku menabrak pohon dan terlempar ke lapangan rumput. Kami berdua terjatuh dan tertimpa motor. Berat sekali rasanya. Kakiku terjepit.
“sal, lo gapapa?” tanya item panik.
Aku meringis dan item lalu bangun dan mengangkat motornya lalu menyetandarkannya. Aku masih meringis kesakitan.
Dia lalu menghampiriku. Beberapa orang tampak memperhatikan kami, tapi tak ada yang punya itikad menolong. Indonesia sekali.
Dia lalu jongkok dan melihatku dengan raut wajah yang sangat cemas sekali.
“lo gapapa sal?” tanyanya lagi sambil melihat dan mencari-cari apakah ada yang terluka.
“gapapa tem..” kataku sedikit bohong. Kakiku memang masih terasa sakit karena tertimpa tadi. Tanganku juga lecet-lecet.
“gapapa gimana? Ayo, ke rumah sakit” katanya panik.
“apaan sih? Gini doank ge. Sorry tem, tadi gua..”
“ssstt..gapapa. ganti ruginya ntar aja” katanya.
“ganti rugi?” tanyaku tak percaya. Aku terluka dan dia masih memikirkan ganti rugi?
“motor gua lecet tuh..” katanya.
Aku cemberut dan masih tak percaya apa yang dia katakan.
“bangun.” katanya
“gak mau ke rumah sakit tapi. Dibersihin di rumah aja ya?” kataku. Malas sekali harus ke rumah sakit. Luka kecil suka dibesar-besarkan.
“iya iya..” katanya sambil memapahku. “masih bisa dibonceng?” tanya dia lagi.
“masih lah” jawabku ketus. Masih kesal dengan omongan tentang ganti rugi tadi.
Dia lalu menjalankan motornya dengan pelan. Takut jatuh lagi kali. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Aku masih penasaran dengan ganti rugi itu.
“tem, kira-kira habis berapa buat benerin motornya?” tanyaku
“hmmm..gatau juga sih. Waktu itu sih gua abis dua juta” katanya enteng.
Hah, dua juta? Gila aja.
“yadah, ntar gua nyicil aja ya..” kataku.
“hahaha. Lo ini. Lo pikir gua gua minta ganti rugi materi?” katanya
“terus?”
“gua mau minta ganti rugi, lo mesti boncengin gua ke Danau Ellysium bulan depan” katanya sambil senyum.
“Danau ellysium yang dimana?” tanyaku.
“lo gak tau? Masa tinggal di cikarang gak tau dimana danau Ellysium?”
“gua kan jarang maen tem..” kataku sambil merengut.
“yadah..ntar kita kesana..” katanya.
Aku lalu tersenyum lagi. Fyuh, ternyata. Kupikir dia minta ganti rugi materi. tapi ternyata...aku gak menyesal tadi dah jatuh. Kenapa? Karena dengan terjatuh tadi, kamu mau ngajak aku ke tempat yang namanya Danau Ellysium. Aku lalu memeluknya lagi, memeluknya dengan erat.
****
Dia lalu mengambil nafas dalam-dalam.
“yadah, daripada lo berisik” katanya.
Aku lalu meminggirkan motornya dan kunetralkan. Aku lalu turun dan dia bergeser maju kedepan. Aku lalu naik ke jok belakangnya. Nah..kalau gini kan aku bisa peluk dia..dia lalu melajukan motorku. Mungkin karena belum terbiasa, tanganku terasa pegal. Maklum jalanan dari Bekasi ke Cikarang itu macetnya sering bikin emosi dan perut lapar. Terutama di Pasar Induk Cibitung.
Sesampainya di lippo cikarang, dia terus melajukan motornya. Ntah kemana dia akan membawaku. Aku palingan kalau main nyampe Mall Lippo Cikarang doank. Tapi dia terus melajukan melewati motornya. Dan aku merasa kaget, ternyata setelah Mall Lipo masih ada pertokoan dan perumahan lagi. Kami melewati Restoran Canton, lalu terus sampai belokan dan dia terus melajukan motornya dan kami berhenti di depan sebuah gerbang yang pinggirannya itu disusun dari pilar-pilar seperti bambu runcing kotak berukuran besar dan di bagian paling atasnya dipasang lampu. Semua disusun dari yang paling pendek sampai yang paling tinggi mencapai 20 meteran lebih. Aku dibuat ternganga. Akubaru tahu ada tempat seperti ini di cikarang. Dia lalu melajukan lagi motornya sampai ke sebuah anjungan di depan sebuah danau.
“ini yang namanya Danau Ellysium...” katanya sambil tersenyum.
Aku juga ikut tersenyum. Tapi sekarang masih dalam tahap pengembangan, jadi belum begitu terasa indahnya. Nanti kalau tempat ini sudah selesai pembuatannya, gua pasti ajak lo kesini lagi” katanya lagi. Aku hanya mengangguk.
“sekarang nyari makan dulu yuk, perut gua udah protes mulu dari tadi.”
Aku hanya diam saja. kupegang janji kamu tem. Aku bakal tulis janji kamu didalam hati dan pikiranku.
******
Aku mulai gelisah. Sudah sejam lebih aku menunggu dia menjemputku. Sudah beberapa sms kukirim tanpa ada satupun yang dibalasnya. Aku coba telpon dia, tapi tak diangkat. Jelas saja aku khawatair. Pikiranku mulai menjangkau hal-hal yang negatif. Jangan-jangan dia kenapa-kenapa? Oh no. He is fine, pasti. Tapi kenapa sms dan telponku gak dibalas? Aku lalu berjalan mondar-mandir. Lalu hapeku bergetar, sms. Aku langsung mengangkatnya dan kubaca.
“maaf, aku gbs ksana. Kpn2 ja y”begitu sms dari nabil.
Hah? Gak jadi? Aku sedikit kesal. Bukan karena dia membatalkan janjinya, tapi karena dia tak memberi kabar dan sekalinya sms, isinya benar-benar bikin khawatir.
Aku langsung telpon dia.
“haloh..” suaranya terdengar aneh.
“may man, kamu dimana?” kataku setengah teriak.
“maaf ya, hari ini gabisa, jangan hubungin dulu ya. Ntar aku telpon lagi. Tuuuuttt”
Hah, ditutup? Aku tak percaya dia menutup sebelum aku bertanya lagi. Dia kenapa sih? Pikiranku semakin tak tenang. Jangan-jangan dia lagi kena masalah? Atau..ah, aku mesti positive thinking. Aku lalu kembali ke parkiran dan mengambil motor matikku.
Biasanya kalau dia janji akan menjemputku, kutaroh motorku di parkiran sampai besok. Aku lantas keluar pabrik dengan perasaan tak tenang. Aku kemana ya sekarang? huft, kayaknya aku ke Danau Ellisium aja, biar pikiranku tenang. Lalu aku melajukan motorku lagi. Beberapa akali aku melamun dan hampir menabrak kendaraan lain. Aku jadi gak bisa konsen. Aku lalu ambil jalur yang tak begitu ramai.
Aku ambil jalur President University lalu ke arah Giant Cikarang Baru lalu belok di Movie Land dan sampai ke Hotel Zurri dan tembus ke jalan utama. Aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang sampai tiba di perempatan Ejipp lalu belok kiri dan terus melaju hingga Mall Lippo Cikarang. Aku terus lajukan motorku sampai ke depan Gerbang Ellysium Residence. Kuparkirkan motorku dan aku duduk di batu berukuran cukup besar yang disebar disitu.
Aku kesini lagi, ya, untuk keberapa kalinya yang tak bisa kuhitung aku kembali ke tempat ini, Danau Ellysium. Tempat yang waktu itu diperlihatkan si Item itu telah membuatku jatuh jatuh cinta karena keindahannya, kesejukannya, dan kenyamannya.
Aku lalu duduk dan memandang ke arah danau. Entahlah, setiap kali aku merasa sedih, pikiranku langsung tertuju ke danau ini. Riak airnya, desau angin yang berhembus, dan kecipak air ketika ada ikan dipinggirannya mampu menenangkan pikiranku yang kalut. Aku hanya tersenyum.
Tempat inilah yang aku kunjungi ketika aku sedang down setelah meninggalkan pesta pernikahan si item dulu. Tiba-tiba aku teringat, si item mengirim sms kosong tadi pagi. Aku jadi terpikir lagi. Selama ini dia kalau sedang sedih, dia tak pernah memberitahu siapapun. Tapi tiba-tiba aku sering dilanda suatu perasaan aneh. Aku tak bisa gambarkan, tapi aku merasa seperti ada yang mengganjal dihatiku. Dan perasaan inilah yang kurasakan sekarang.
Tapi, benarkah aku meraskan ini karena inget si item, atau karena aku kesal sama nabil? Tapi rasa ini berbeda ketika aku ada di depan pabrik. Ya, aku yakin, ada apa-apa dengan si item. Kuambil hapeku dan ku mulai menyentuhkan jariku tapi...ah, apa aku harus sms dia? Bagaimana kalau sabrina tahu? Akhirnya aku urungkan lagi niatku.
Aku lalu meletakkan hapeku dan ternyata hapeku bergetar. Sms dari si item? Kubuka pesannya,
“sal...”. tiga hurup, sal. Lalu langsung kubalas.
“apa tem?”
Agak lama dia tak balas. Kupandangi terus layar hapeku dan masuk lagi sms kedua.
“boleh gua telpon?” balasnya.
Aku kaget. Tak ada basa-basi sekedar ucapan salam atau tanya apa kabar.
Aku dilanda rasa ragu. Apakah aku masih berhak berbicara dengannya? Apakah nabil akan marah kalau tahu aku berbicara dengannya?
Belum sempat kubalas, tiba-tiba satu panggilan masuk, item. Aku ragu untuk menjawabnya. Tapi..sudahlah.
“haloh?” kataku ragu.
“...” dia hanya diam.
“haloh?” kataku lagi.
“...” kembali tak ada jawaban.
“tem..ni lo kan?” tanyaku memastikan. Jangan-jangan Sabrina.
“tuuut..” ditutup? Kok?
Aku penasaran lalu ku telpon dia.
“haloh? Tem. Lo kenapa tem?” tanyaku mulai panik. Tak biasanya dia begitu.
“...”
“ini item kan..?”
“sal..” katanya lirih.
“tem, lo kenapa?” tanyaku semakin panik.
“gua gapapa” kataku dengan suara bergetar.
“terus, napa tadi dimatiin?” tanyaku.
“...” dia kembali diam.
“eh, kabar sabrina gimana?” tanyaku mencoba membuka obrolan.
“dia baik-baik aja..” katanya pelan. Dari nada suaranya aku menangkap ada sesuatu yang tak baik-baik saja.
“tem..”
“napa sal?”
“ada yang mau lo ceritain ke gua gak?” pancingku.
“...”
“boleh gua yang sekarrang ngomong?” tanyaku. Ya, aku harus bilang sekarang.
“apa?”
“gua capek mesti bohong dan terus menghindar dari lo tem. Lo pasti tau dan sadar kalo gua sayang sama lo. Tapi gua udah mulai bisa lupain lo” kataku cepat dengan agak gemetar.
“...”
“tem..”
“iya. Gua tau. Udah, gak usah bahas itu dulu.” Katanya terkesan enggan.
“...” aku diam. Tapi seenggaknya aku sudah mengakui kalau aku pernah sayang sama dia.
“sal?” kata dia pelan.
“yaa?”
“lo percaya cinta gak?” hah? Pertanyaan apa itu?
“ke..kenapa emangnya?”
“menurut lo, cinta itu apa?” tanya dia lagi.
Klasik, pertanyaan klasik tentang cinta.
“gua pengen denger dari lo dulu cinta itu apa” balasku. Aku gak tahu kemana arah pembicaraan ini. Baru kali ini dia membahas soal cinta.
“kan gua yang nanya..” ata dia.
Huft, aku lalu teringat apa yang dikatakan Nabil kemarin.
“buat gua, cinta itu menguatkan. Membuat kita mampu melakukan hal yang hampir tak mungkin.” Jawabku filosofis. Ya, hal yang tidak mungkin.
“...” dia tak memberi respon. Tak mengiyakan ataupun menyanggah.
“menurut lo?” aku sekarang yang ingin mendengar pendapatnya tentang cinta.
“menurut gua, cinta itu rasa nyaman. Rasa yang bisa membuat orang tak peduli. Ya, cinta membuat seseorang jadi egois. Tapi rasa egois itu yang membuat nyaman”
Jujur, aku bingung dengan kata-katanya.
“cinta itu mengorbankan hati, cinta itu menutup mata dari perasaan orang lain, cinta itu egois, cinta itu..” katanya dengan nada semakin cepat dan meninggi.
“tem!!” aku menghentikan racauannya yang semakin tak menentu.
“...”
“lo kenapa tem?” tanyaku lirih.
“...”
“lo kenapa? Cerita sama gua? Gua sahabat lo?” kataku lagi.
“sahabat? Lo sahabat gua?” tanyanya dengan nada aneh.
“tem?”
“kenapa sal, kenapa?” kata dia seakan ingin berteriak tapi tertahan.
“apanya yang kenapa tem?”
“....”
Dia kenapa? Dia tidak seperti item yang kukenal dulu. Lebih baik kualihkan saja pembicaraan yang semakin melantur ini.
“sabrina giman tem? Udah hamil donk..” kataku pura-pura bercanda.
“sabrina?” tanyanya lesu.
“iya, sabrina? Gimana kabarnya?” tanyaku lagi pura-pura antusias.
“dia..lagi maen ke rumah neneknya.” Jawabnya pelan.
“oh..lo sekarang lagi di bandung juga?”
“sal..” katanya. Dia tidak mengindahkanku lagi.”lo pernah denger gak suatu mitos?”
“mitos? Mitos apa?”
“katanya, kalau dua hati telah terpaut, mereka bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang yang disayangnya. Bukan hanya perasaan, tapi kita bisa tahu orang yang kita sayangi sedang apa dan dimana. Orang yang hatinya sudah terpaut akan merasakan kontak batin” Terangnya panjang lebar.
Kontak batin? Aku memang sering lihat di film, seorang ibu tertusuk jarum ketika anaknya yang nun jauh disana sedang mengalami hal yang huruk, atau seorang istri yang mendapati foto suaminya jatuh dan pecah ketika suaminya mengalami kecelakaan. Tapi merasakan secara fisik keberadaannya? Aku tak begitu yakin.
“kamu masih sayang gak sal sama aku?” deg, ulu hatiku tersa tertohok. Apakah itu benar-benar keluar dari mulutnya?
“lo ngelantur tem..” kataku tak percaya.
“sal..jawab aja sal..”
“lo habis minum tem?” tanyaku lagi.
“....”
“tem..”
“cukup jawab aja sal..” katanya datar.
“lo ada masalah sama sabrina?” aku coba mencari tahu.
“...”
“tem?”
“gua minta lo tutup mata lo” katanya. Aneh. Apa yang dia inginkan.“gak usah protes. Tutup mata lo sekarang.” perintahnya. Dengan ragu aku menutup mataku.
“terus?” tanyaku bingung.
“gua juga lagi nutup mata gua sal” katanya pelan. Kini suaranya terdengan lebih tenang.
“....”
“konsentrasi sal...bayangin muka gua..” katanya lagi.
Kucoba bayangkan wajahnya. Aku tak mendengar ada suara, bahkan suara serangga yang biasanya kudengar pun kini tak ada. Dan benar saja, dalam gelap, aku melihatnya. Aku melihat mata belonya lagi, aku melihat rambut keritingnya lagi, aku melihat bibir ikalnya dan aku mencium bau tubuhnya. Ya, aku bahkan mencium bau tubuhnya. Tapi dia terlihat murung.
“sal...” katanya lagi. Aku masih memejamkan mataku.
“ya?”
“boleh aku nanya sesuatu?” katanya lembut.
“hmm?”
“apa kamu lagi duduk di atas batu, melihat hamparan air, mungkin sebuah danau, disamping ada sebuah pohon berdaun jarum dan...” katanya seperti sedang berusaha mengingat sesuatu.
Aku sontak membuka mataku tak percaya. Jantungku berdetak kencang sekali. Aku merinding, benar-benar merinding. Bagaimana dia tahu aku sedang duduk di atas batu di depan danau Ellysium? Apa dia ada disini? Mana mungkin. dia ada di kota bekasi sana.
“..dan gak jauh dari lo ada sebuah anjungan...”
Aku gemetar, badanku terasa dingin sekali. Ya, aku menggigil. Bukan karena udara yang dingin, tapi aku dilanda rasa yang aneh.
“sal..”
“...”
“benar?” tanyanya memastikan.
“...”
“sal..”
“lo lagi dimana tem? Lo tadi ngikutn gua ya?” kataku dengan nafas memburu.
“...”
“...”
“sekarang lo coba konsentrasi sal. Katakan apa yang lo liat.”
Aku lalu mulai menutup mata dan mencoba berkonsentrasi. Dan sekali lagi aku melihat sendu wajahnya. Dia sedang berada disuatu tempat yang...ada pilar, tangga, dan..
“lo...duduk diatas tangga...disamping lo ada pilar dan...didepan lo ada sebuah pohon...”aku mulai terengah-engah.
“ya, gua lagi ada di Islamic Center.” Katanya lirih.
Deg, jantungku serasa berhenti berdetak. Nafasku sesak. Dia sedang di islamic center? Tempat kami sering habiskan bersama sehabis jalan-jalan atau sekedar nonton di bioskop Metropolitan mall.
“gua di islamic center sal, lo benar..” katanya dengan suara bergetar.
Dan aku lagi duduk diatas batu didepan danau Ellysium tem, kataku dalam hati. Tuhan, apakah ini pertanda, bahwa hati kami memang telah terpaut? Tapi...apakah mungkin? dia tidak mencintaiku tuhan, tidak. Sekarang dia telah menjadi milik sabrina, sahabatku.
“sal...”
“...” aku tak mampu berkata-kata.
“lo lagi dimana?” desaknya.
“...”
“jawab yang jujur..”
“gua...lagi duduk di depan danau Ellysium..” kataku lirih.
“...”
“...”
“apakah ini salah sal?” katanya dengan suara tertahan.
“....”
“gua sayang sama lo, apakah itu salah?” katanya bergetar.
“sal, gua sayang sama lo...” katanya lagi.
Tuhan, apakah telingaku telah begitu kacaunya? Kata-katanya terus berdengung ditelingaku dan terus berdengung sampai terasa memekakkan.
Inilah kata-kata yang dari dulu ingin kudengar keluar dari mulutnya. Tapi..salah sal, salah. Aku sudah punya nabil dan dia telah jadi milik sabrina. Tapi...kejadian tadi? Tidak, ini pasti hanya sebuah kebetulan. Atau... aku sedang mimpi. ya, aku pasti sedang bermimpi, mimpi yang aneh tapi...aku merindukan saat-saat seperti ini dikehidupan nyataku.
kok no komen? pundung ah..hiks hiks