BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

OFFICIAL Movienthusiast

1120121123125126134

Comments

  • @wing film2 nominee berbahasa asing terbaik di oscar jadi pertimbangan? kamu milih film bagaimana? banyak banget ituuu. salut.
  • @papiapa‌ : Haha. Itu dia seninya nonton film 'serius'. Mereka gak sehitam putih jahat vs baik. Ada banyak lapisan konflik dan simbolik yang harus kita tafsir sendiri. Film2 Abbas Kiarostami malah jd ajaib karena ending filmnya selalu ngegantung, kita sebagai penonton harus mikir dan mecahin sendiri endingnya. Konflik di filmnya diselesaikan secara setengah, setengah lagi diselesaikan kepada penonton. Keren kan? Haha. Film-film dr Jonas Mekas lebih ekstrem lagi. Film2nya nyaris tanpa konflik. Serius. Flat, tapi itu yang bikin menarik. Haha.

    Monseur Lazhar sendiri bisa dilihat sbg film dg konflik pendidikan dan isu rasial di sekolah Kanada. Namun, esensi film ini adalah ttg kehilangan, penerimaan, hidup, dan tentu saja: kematian. Kita lihat jatuh bangunnya si guru menghadapi tindakan rasial murid-muridnya. Tapi yg terpenting adalah bagaimana dia berdamai dengan masa lalunya, merelakan kepergian istrinya yang tragis. Suatu saat kita akan berada di posisi spt itu. Film2 blockbuster tidak akan mengajarkan kita ttg hal-hal spt itu.

    Ayo segera tonton The Look of Silence. Spt di list yg saya buat, film terkeren tahun ini. Kalo belum ada, tonton prekuelnya dulu, The Act of Killing. Ada di youtube kok.

    Ttg The Hobbit, ada beberapa poin yang saya setuju. Beberapa tambahan di film ini memang sedikit bertele2. Tapi utk sebuah adaptasi dr novel tipis (dan buat anak-anak) The Hobbit masih menyenangkan untuk ditonton orang dewasa.

    Editingnya memang tidak bagus, banyak adegan dipotong karena durasi yang kepanjangan. Mungkin kita harus nonton extended version-nya biar lebih enak.

    Penambahan dr referensi novel The Silmarilion, membuat film The Hobbit menjadi film yg serius. Untuk mengimbanginya, Jackson menambahkan rekaan dia sendiri. Memang tidak sepenuhnya bagus (jokes2 yg kurang pas misalnya), tp bagi saya masih tolerable kok.

    @Adamx‌ : dulu malah referensi awal saya ttg film asing dapetnya di Oscar. Saya ingat ketika saya menonton The Lives of Others pertama kali. Film ini lebih keren ketimbang pemenang film terbaiknya sekalipun di tahun tsb. Lalu mulai cari-cari film asing serupa, hingga akhirnya terdampar di film2 festival Cannes/Berlin/Venice/etc. Dan seneng banget kayak nemu berlian langka diantara batu kali. Haha.
  • wooow kalo istilah gw, si @wing ini adalah suhu film aisng. Gw salut sm orang2 yg bisa begitu menikmati film2 diluar jajahan the big mayor six of Hollywood industry, butuh supermood buat gw untuk nonton film2 asing, even itu udah panen warad dari berbagai ajang film festival. *prok prok prok
  • mohon ijin ya suhu suhu sekalian, mau share review film penutup akhir tahun kemaren.

    Judul : PK (Peekay)
    Directed By: Rajkumar Hirani
    Cast: Aamir Khan, Anushka Sharma, Sanjay Dutt, Sushan Singh Rajput, Saurabh Shukla, Pariksat Sahni

    Synopsis :
    “TUHAN TELAH HILANG”
    Itulah kata yang terdapat dalam selebaran kertas yang dibagikan oleh seorag pemuda berpenampilan aneh di dalam kereta. Tak ada satupun yang tahu bahwa pemuda tersebut adalah seorang alien yang mendarat di bumi untuk mempelajari manusia. Namun sayang, kalung remote yang menjadi alat pemanggil kapal luar angkasanya dicuri manusia bumi. Lantas alien tersebut, yang belakangan dipanggil PK (Aamir Khan) berkeliling menanyakan keberadaan remote-nya. Namun semua orang yang ditanya menganjurkan dia bertanya pada Tuhan., PK yang di planetnya tidak memahami konsep keTuhanan merasa bingung dengan banyaknya Tuhan di bumi.
    Jaggu (Anushka Sharma), seorang reporter, yang baru saja putus dari kekasihnya Shafaraz (Sushan Singh Rajput), tertarik dan mencoba mengangkat kisah PK yang unik ke acara TVnya. Dan ternyata acara tersebut meraih rating yang tinggi.
    Di lain sisi, ternyata remote PK berada di tangan Tapasvi Maharaj, seorang pemuka agama yang sangat disanjung tinggi ayah Jaggu (Parikshat Sahni). Maka terjadilah perang dingin antara PK dan Tapasvi.

    Review :
    Mengangkat cerita film berdasarkan pada fenomena sosial yang sensitif seputar kepercayaan dan ritual keagamaan bagi orang barat mungkin hanya suatu hal yang biasa, banyak film-film Hollywood yang menggambarkan bagaimana visualisasi Tuhan tanpa adanya kontroversi dari pengkutnya sendiri. Lain halnya dengan di negara timur yang masih menjunjung tinggi nilai religious, bahkan hanya untuk sekedar “menyentil” ritual keagamaan dalam perspektif yang berbeda saja sudah bisa menimbulkan kontroversi yang panjang seperti bagaimana seorang pemuka agama salah menginterpertasikan ajaran agama sehingga pengikutnya salah juga dalam menjalankan ibadah, bagaimana seorang pemuka agama menggunakan ajaran agama demi kepentingan dirinya sendiri, dan bagaimana kita memahami perbedaan tiap agama tanpa harus melabelkan suatu agama tertentu dengan hal- hal yang buruk. Seperti yang terjadi dengan film PK ini, di negaranya sendiri film arahan Sutradara yang juga sukses melambungkan film 3 idiots ini telah berhasil menimbulkan protes dari berbagai kalangan, di sisi lain antusiasme penonton di India telah berhasil mendorong film PK berjaya di puncak Box Office Bollywood (prok prok prok).
    PK sendiri merupakan sebuah karakter yangdigambarkan seperti anak kecil yang diperankan oleh Amir Khan dengan sangat cemerlang. Selama ini, saya berpikir hanya Johny Depp yang bisa menghidupkan karakter-karakter “aneh” dengan gemilang, namun ternyata Amir Khan mampu berada pada level yang sama dalam urusan akting. Menurut saya pribadi, ada beberapa alasan kenapa film ini bisa begitu sukses mendapat pujian kritikus (dan cercaan para pengikut agama tertentu for sure)
    Pertama, skenario atau script yang dibangun. Bagaimana sang sutradara membuat plot cerita yang cukup berat tapi dibungkus dengan komedi yang menggelitik, jadi penonton sama sekali tidak merasa digurui atau dinasehati padahal materi film ini sangat sarat dengan pencerahan, pendidikan, moral value dll. Mungkin ini ada kaitannya dengan kekuatan dialog yang terbangun antar pemain, karena sang penulis naskah which is sutradaranya sendiri mencoba untuk membuat tahapan-tahapan berpikir dari dialog yang terbentuk.
    Kedua, cara film ini bertutur itu sangat rapih. Tensi penonton sangat terjaga dari awal sampai klimaks, semuanya terasa proporsional, dan itu yang membuat penonton betah untuk duduk di bangku bioskop selama kurang lebih 2.5 jam, dan dengan cerdasnya Rajkumar Hirani memberikan shocking twist di akhir cerita sebagai dessert yang sangat cantik. Walaupun seperti pada film India umumnya terdapat beberapa nyanyian-nyanyian indiahe meregehese, tapi itu tidak membuat film ini terkesan “biasa”.
    Overall, film ini adalah sebuah paket yang sangat komplit untuk dikatakan sebagai brilliant movie : dialog yang kuat, cerita yang tidak biasa, komedi yang cerdas dan twist yang unpredictable!
    9/10
  • @abinawa‌ ah kamu terlalu berlebihan. Hanya saya menonton sedikit lebih banyak dr kamu, bukan berarti saya langsung dipanggil suhu atau sejenisnya.

    Film Bollywood ya... ehem... sebenarnya saya tidak terlalu banyak nonton film dr sana. No offense, tapi saya rasa, di kehidupan nyata, joget-joget tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan dalam hidup. Haha. Sorry for being rude.

    Bukan berarti saya tidak menonton sama sekali. Tahun lalu saya nonton Kahaani (yang saya rasa tidak sehebat yang diceritakan orang-orang, setidaknya twistnya sudah bisa ketebak). Saya juga nonton 'Midnight Children', sebuah adaptasi gagal dari salah satu novel favorit saya sepanjang masa. Padahal yang bikin adalah sutradara India yang sangat saya kagumi karya2nya, Deep Mehta. Mungkin karena novelnya sangat saya kagumi, jadi nonton filmnya jadi banyak ekspektasinya.

    PK sendiri kayaknya mirip2 dg '3 Idiots' ya? Meski banyak fans fanatiknya, saya rasa film ini overrated juga, hehe. Sorry. Tapi dg topiknya yg menarik, saya akan nonton PK deh. Apalagi sampai saat ini, ada film 'Mr and Mrs Iyer'-nya Aparma Sen yang masih saya anggap sebagai film India bertema keagamaan terbaik.

    Tapi bukan berarti tak ada film India modern yang menarik saya. Ada film yg judulnya 'Ship of Theseus'. Saya nobatkan film ini sebagai film 2013 ke-2 terbaik yang saya tonton.
  • Jadi temen kencan nonton om @wing seru nih. Hahahaha
  • @ahmedbintang Haha. Kalau sekedar nonton boleh lah, saya biasanya mangkal di pemutaran gratis (hehe) festival2 film, hari Sabtu (kalau lagi gak ngelayap ke gunung/luar kota) untuk film-film bioskop, dan Rabu malam untuk film-film horror lokal. Hehe.
  • edited January 2015
    .
  • @wing Iyaa. Hanya menonton. Dimanaaaa?? Ikut dong sekali-kali.
  • @ahmedbintang saya tidak mengikuti jadwal-jadwal pemutaran film festival secara intens sih, sekenemunya di timeline path aja, haha. Biasanya yg apdet masalah ginian adalah mas @Adamx
  • Doraemon sedih ya.Hi guys ak alumni uph 2012 chi, add pin 7568749A
  • "Sabar Dulu Dong"

    Itu ham ada racunnya!!!
    XD
  • "The Book of Life"

    Habis nonton film ini, saya terus mengulang-ulang mengucapkan nama Manolo dengan aksen Meksiko dimana terdengar seperti ada huruf Y di "no"-nya.

    Manolooo.. Manoloooo..

    Dan sudah download juga soundtrack paling bagusnya menurut saya; I Love You Too Much.
  • Segera unduh, kumpulan buku elektronik gratis tentang film, kritik, dan seni. Legal tentu saja.
    http://www.oapen.org/search?expand=subject;f1-subject=The+arts::Film,+TV+and+radio
Sign In or Register to comment.