It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
*sigh*
Sudah 10 hari sekembalinya kami dari pendakian ceremai kemarin, sekarang saatnya membuat laporan pertanggungjawaban yang akan aku presentasikan nanti kepada senior-senior dan penanggung jawab Repelam. Aku sebagai ketua Repelam dan Lydia sebagai sekretaris membuat kami selalu bersama dalam mengerjakan laporan pertanggungjawaban. Laporan kali ini menjadi semakin rumit, karena aku juga harus memburu Mario dengan deadline tulisannya, karena mau gak mau aku harus menyesuaikan tulisan madingnya dengan bahan laporan pertanggungjawaban yang akan aku presentasikan agar hasilnya berimbang.
“Yo... gimana bahan mading lu??” tanya ku saat istirahat
“bentar lagi sih Ton... Oiia,, gw tar sore siaran, rencananya gw bakal report kisah kita waktu ilang kemaren.. jam 3an pastiin hape lu aktif yah??”
“emang lu mau ceritain bagian yang mana??” tanya ku menyelidik
“tenang ajaa... bukan tentang lu yang takut gelap kok... hehhee” canda Mario
“Kamu takut gelapp yankk” sambar Lydia
“Bohooonnnggg!!! jangan dengerin Mario!!!”
“iyah Lyd,, omongan gw tuh jangan di dengerin....”...”di percaya aja... hahahhaa” kata Mario langsung kabur dari hadapan ku
Siang itu di kantin hanya ada aku dan Lydia, tadi sebenarnya aku sudah berbasa-basi mengajak Rega untuk istirahat bareng, namun dia menolak, mau ke perpustakaan katanya. Jadilah istirahat hari itu menjadi makan siang romantis aku dan Lydia, karena untuk pertama kalinya kami istirahat bareng berdua tanpa Rega. Sebenarnya sudah lama aku memimpikan hal ini, menghabiskan jam istirahat berdua hanya dengan pacar seperti pasangan lain lakukan di sekolah ini.
“Yank,,, Rega kemana?? Tumben gak ikut kita?” tanya Lydia
“Aku udah ajak tadi, tapi katanya dia mau ke perpus”
“Oooh,,, aku kira kalian marahan....”
“Lohh.. kok kamu bisa bilang gitu???”
“Iyahh,,, kalian itu beda banget belakangan ini...” ...”di kantin cuma diem-dieman, padahal kan biasanya becanda”.....”ada apa sih kamu ama dia” tanya Lydia menyelidik
“Hmmm... perasaan kamu aja kali, aku ama dia baik-baik aja kok,, buktinya tadi dia aku ajak istirahat bareng”
Perasaan wanita memang gak bisa di bohongi, mereka lebih peka dengan perubahan lingkungan yang ada di sekitarnya. Tapi jangan coba-coba dengan juga dengan fikiran para pria,mereka pandai bermain dengan logika untuk menutupi tiap-tiap fakta dengan kebohongan yang berstruktur. Sepulang sekolah kami berdua kembali berkutat di sekretariat, berkutat dengan draft laporan pertanggungjawaban, yang format dan kata-katanya ada saja yang harus di revisi, mana laporan ini akan kami gunakan hari Sabtu saat pertemuan, itu artinya tinggal 2 hari lagi dari sekarang. Foto-foto saat pendakian juga belum cetak dan di pilih, foto mana saja yang akan di gunakan guna mendukung hasil laporan kami. Hari ini pastinya aku harus bekerja lebih keras dari sebelumnya.
“Argggghhhh...” teriakku saat fikiran ku stuck tentang apa yang harus di ketik untuk laporan pertanggungjawaban itu
“eehh,,, kenapa kamu yankk??”
“aku pusing Lyd,,, semua yang aku tulis dari minggu kemarin selalu di mentahkan balik ama senior-senior itu”....”bingung aku... apa maunya mereka sebenarnya!!!”
“udah... gak usah pusing... mereka kan juga butuh laporan kamu buat di serahin ke pembimbing ekskul, nanti juga kalo udah deket waktunya, laporan kamu di setujuin ama mereka” kata Lydia sambil keluar dari sekret
“Mau kemana kamu Lyd??”
“Ke Kantin... beliin kamu es teh sama pempek”
“Oohh,, makasih yaah yankk”
Sekarang sudah hampir jam 3, sebentar lagi Mario akan menelpon aku guna menjadi narasumber untuk bahan siarannya. Hari ini Mario akan mengangkat topik tentang banyaknya pencinta alam yang hilang dan di ketemukan dengan keadaan tidak bernyawa. Topik itu sebetulnya adalah topik dadakan yang di putuskan oleh Mario belakangan. Dia baru terfikir kalau status kami saat pendakian kemarin adalah “hilang” bukan sedang mampir ke suatu pos pemberhentian, dan kami dengan rasa syukur, pulang dalam keadaan selamat. Detak jantungku sangat gak beraturan saat ini menunggu telpon dari sang penyiar, si Mario Pujaswara. Baru sekali ini aku akan berbicara lewat telepon tetapi akan di dengar oleh ribuan pendengar lain. Segera aku menyalakan Radio untuk mendengarkan siaran yang baru saja di buka oleh Mario. Ingin rasanya mengetahui, seperti apa suaraku di radio.
“CEKLEKKKK” ,.... “Yaaannkkk... bantuin akuuuu” terdengar suara pintu di buka disusul dengan suara Lydia
Dengan sigap aku berdiri mengambil nampan dari tangan Lydia. Lalu Lydia menutup kembali pintu sekretariat. Aku letakkan nampan 2 mangkuk pempek dan 2 gelas es teh manis itu di bawah meja tempat aku mengetik laporan. Baru saja aku meletakkan nampan itu, terdengar suara teriakkan Lydia yang tiba-tiba mengagetkan.
“Aaaaaaaa” “BRUUUUKKKK” teriak Lydia lalu menabrakku
Seketika tubuh Lydia langsung menindihku, karena aku memang belum sempat berdiri tadi. Kepala ku terbentur sisi meja yang memang tingginya hanya 30 cm saja. Desahan nafas kami beradu di dalam sekretariat yang dingin ini. Entah siapa yang memulai, kini bibir kami bersatu, memagut saling mengecap rasa. Suasana Sekretariat Repelam yang sepi, hanya kami berdua, membuat aku hampir saja berbuat yang lebih dari ciuman panas itu di ruangan ini. Deringan yang keluar dari hapeku menyadarkanku untuk bangun dan mengangkat telpon. Panggilan dari nomor yang aku gak kenal!!! Oh yah.. hampir saja aku lupa, kalau Mario akan menelponku saat dia siaran. Ternyata dia yang menyelamatkanku dari perbuatan yang belum pantas itu. Terdengar dari Radio yang ada di sekitarku, suara Mario menyebut namaku.
“Yaaakk... untuk kamu-kamu yang sedang mendengarkan, sekarang gw lagi coba hubungin nara sumber gw,,, alias temen ngilang bareng gw pas di gunung kemarin”....”hayoo donnkk Toniii di angkat teleponnyaaa.... pacarannya nanti aja yaahh,,, sekarang temen-temen kita yang ngedengirin pengen deeengger ceriitaa kamuuu” kata Mario di Radio dengan suara dan nada khasnya dalam siaran
“Ohh.. temen kamu itu udah punya pacar yah Mario?? gagal dong cita-cita gw punya pacar jantan” samber penyiar satunya lagi
“Yaah Halooo... siapa yang lagii pacaraannn!!!”..... sapa ku di telpon
“nah,,, akhirnya di angkat juga teleponnya..” ....”Tonii di luar sana,,, pendengar DJ kamu ingin ngedengerin nih cerita kamu waktu ilang kemarin”
“Ooh.. itu.. kemarin tuh jadi kita sempat tersesat,, padahal itu pendakian pertama kami, jadi gak tau harus kemana dan berbuat apa... nah.. karena jalur yang kami pakai adalah jalur pendakian, jadi kita putusin buat nunggu aja ampe ada pendaki yang turun untuk bareng”
“Hmmmm... jadi apa nih tipsnya Tonn,,, biar temen-temen kita yang mau naek gunung juga bisa aman,...” Kata penyiar satunya lagi
“Tipsnya sih gampang aja.. yang pertama kalian harus perkirain dulu, bakal berapa lama rencana di gunung, trus buat perbekalan lebih banyak dari rencana lamanya kamu di gunung...”...”trusss... kalo kalian tiba-tiba ilang nyasar kaya gw,,, mending diem aja, jangan coba-coba cari jalur, tunggu sampe bala bantuan datang, karena kan kalian ada di jalur pendakian.....”,....”nahh buruknya kalo kalian ada di luar pendakian, kalian harus bisa bernavigasi, makanya jangan lupa bawa kompas dan peta medan saat pendakian...”....”untuk itu kalian harus belajar tentang navigasi darat dulu sebelum pendakian”
“by the wayy nii yahh Tonn... kira-kira apa sih yang bisa bikin nyasarr...”....”hmmmm... kaya kita kemarin itu lohh” Kata Mario
“tunggu-tunggu Ton... biar gw yang coba jawab... eheemm... itu kan pasti gara-gara lu Yoo... minta istirahat terus jadi ketinggalan” kata Penyiar cewe
“hahahaa,,, gak gituu kokk..”...... “Hmmm,, kemarin sih kita berdua nyasar gara-gara asik fotoin lingkungannya, ampe gak sempet mantau jalannya rombongan lain”
“naahh denger sendiri kan lu Gin??? Bukan gw yang nyusahin”.....”gw kan penyemangat cewe-cewe yang mendaki disana... gak mungkin lah gw nyusahin”
HAHAHA... terdengar suara mereka tertawa
“Okee.. itu dia tadi Toni, dari SMA Persada 1, membagi pengalaman dan tipsnya buat kamu-kamu yang mau naik gunung”.....”Toniii...lu masih adaa kann???” kata Gina si penyiar cewe
“Iyaahh...”
“okee Tonn,, terima kasih buat waktunya yaahh” kata Mario mengakhiri interview denganku
Sekarang suasana sekretariat hanya terdengar suara radio, tapi keadaan itu terasa hening, karena saat ini aku dan Lydia sedang sibuk saling membaca dan mendengarkan fikiran kami masing-masing. Kecanggungan sejak kejadian itu bertahan sampai aku menyelesaikan tulisan pertanggungjawaban itu. Aku sudah berkali-kali meminta maaf karena telah hampir berbuat lebih dari sekedar ciuman itu, tapi tetap saja membuat Lydia setia dengan kebisuannya. Bahkan saat aku mengantarnya pulang, dia hanya bilang terima kasih, lalu masuk ke dalam tanpa menunggu aku pergi dan menjauh dari rumahnya seperti yang biasanya dia lakukan.
Sepulang dari rumah Lydia aku bergegas ke studio foto untuk mencetak foto saat pendakian kemarin. Untung saja tak hanya Mario yang membawa kamera kemarin, Repelam juga menyiapkannya untuk kebutuhan dokumentasi sendiri tanpa mengandalkan Mario dari tim mading sekolah, jadi objek foto puncak ceremai dapat di dokumentasikan dalam roll film ini. Kaget.. itu reaksi pertamaku ketika sampai di studio foto itu. Di tempat parkiran depan studio itu terparkir dengan rapih motor Rega. Aku putuskan untuk tetap masuk ke dalam studio itu. Di bangku pojok, sebelah ruang foto dari studio itu, terlihat Rega sedang menunggu sesuatu. Aku hampiri bangku itu dan duduk tepat di sebelahnya, setelah memberikan roll film ku ke petugas studio foto.
“haiii Ga..” ....”lagi apa lu??” sapaku
“ehh,, lu Ton... “....”gw gy tunggu cuci foto...lu ngepain??”
“sama...” ...”gw juga cuci foto bekas kemaren pendakian”
“Oooh” .....”gw denger kemaren lu ma Mario sempet ilang yah di gunung??”....”kok gak cerita sihh??” tanya Rega
“Ooh itu... kok lu bisa tau??”
“Dina yang kasih tau gw...”....”katanya lu berdua sempet ilang”
“Oohhh..”
“Rega”.....”atas nama Rega”.. teriak penjaga studio itu
“Ton.. bentar yahh,, gw ambil foto dulu” kata Rega meninggalkanku
Tidak berapa lama Rega kembali dan duduk di tempatnya semula. Ternyata Rega tadi sedang mencetak foto-foto ketika ulang tahunnya kemarin dulu. Dia menjelaskan kalau fotonya baru dia cuci karena sisa roll film yang kemarin masih sisa beberapa, dan baru saja dia habiskan ketika pulang sekolah di tempat latihan tae kwondonya. Kecanggungan kami untuk beberapa saat mencair, sampai Rega bertanya tentang sikapku kemarin-kemarin terhadapnya.
“Ehh iya Ton... Jangan marah yah...”....”gw mau tanya...” “kemarin-kemarin lu kenapa gak pernah mau sih gw ajak jalan???”
“Ooo.. kan udah gw bilang,,, gw bukannya ngehindarin lu... gw tuh cuma sibuk jalan aja ma Lydia...hheehee”
“yakiinn??...” ...”trus kenapa tiap Mario minta anter kebetulan sekali lu bisa yaah??”
“Toni” “atas nama Toni???” Teriak penjaga studio yang sekaligus menyelamatkanku dari pertanyaan Rega barusan. Segera aku tinggalkan Rega tanpa jawaban dan segera menghampiri penjaga studio itu untuk mengambil pesananku. Betapa terkejut ketika melihat lembaran-lembaran foto yang kini sudah ada di tangan ku. Sepertinya ini bukan roll film yang di gunakan saat pendakian. Ini adalah roll film lain milik Lydia, bukan masalah salah mencuci yang membuat aku terkejut, tapi gambaran dari tiap lembaran foto yang ku pegang. Di foto itu terlihat dengan jelas Lydia sedang mesra bersama lelaki lain yang sama sekali belum pernah aku lihat. Dari lembaran foto sepertinya mereka ada di ancol dan dufan, dan Lydia mengenakan kemeja yang beberapa bulan lalu dia beli bersamaku di mal. Itu artinya ini belum lama terjadi. Ingin rasanya saat itu aku teriak sekencang-kencangnya karena rasa sesak di dada melihat mereka dengan mesra di foto. Melihat wajah Rega, ingin rasanya aku langsung menceritakan hal ini seperti biasanya yang selalu aku lakukan jika mempunyai masalah. Rega selalu mempunyai jalan keluar untuk setiap masalahku. Tapi... apakah aku masih pantas meminta bantuannya untuk masalahku, setelah apa yang aku lakukan??? Gak ada yang bisa aku lakukan sekarang selain pulang ke rumah dengan rasa kecewa ku, yang semakin memberatkan langkah.
“ Ga... gw balik” kataku langsung pergi tanpa menunggu jawabannya.
REGA dan BAYANGAN PUTIH
Aku merebahkan tubuhku, mencoba menenangkan sejenak fikiranku. Target kejuaraan taekwondo terlalu membebaniku. Tapi aku harus berjuang, karena memang karena taekwondolah aku bisa bersekolah di SMP ini. SMP yang mungkin jika hanya mengandalkan kecerdaasanku, aku gak akan bisa memasukinya. Untung saja Pamanku seorang kepala sekolah di SMP itu, beliau memberikan aku kesempatan untuk masuk dengan mengandalkan prestasiku yang sebenarnya belum seberapa di taekwondo. Sebenarnya aku cukup nyaman dengan sekolah lamaku, meski sekolah itu adalah sebuah SMP biasa-biasa saja, tapi aku sebagai anak yang di beri kesempatan untuk membanggakan kedua orang tua, merasa ingin memberikan yang lebih kepada mereka dari sekedar prestasi di bidang olahraga. Untung saja aku sudah mendapat teman yang lumayan pintar meski terkenal badung di sekolah. Mario Pujaswara, dialah yang selama ini membantuku dalam pelajaran, dia mau meluangkan waktunya untuk memberikan pendalaman materi kepadaku selama ini.
Terlalu banyak kenangan manis bersamanya yang telah aku lalui, bahkan terlalu manis untuk sekedar persahabatan. Bagi kami tak ada yang lebih penting dari persahabatan kami. Apapun akan kami singkirkan secara alami jika hal itu mengancam kebersamaan kami. Tiap detik yang berlangung di persahabatan ini, tiap detik itu pula aku mereguk kasih dan sayang. Tak ada yang lebih penting bagi kami berdua selain KAMI!!!
Umurku 14 tahun saat ini, begitu juga dengan Mario. Banyak remaja yang seusia kami berusaha mendapatkan pacar, mungkin cinta monyet, begitulah yang dikatakan orang dewasa. Tapi bagi kami itu adalah tetap cinta, karena kehadirannya memberikan semangat dalam menjalani enam hari membosankan di sekolah. Banyak cara yang aku lakukan untuk mendapatkan seorang teman cewe cantik yang akan aku jadikan pacar, tapi selalu saja gagal. Entah di sengaja atau tidak, penyebabnya selalu Mario. Dia selalu mengagalkan tiap aksi pendekatanku dengan cara membuat dirinya lebih penting di saat itu. Pernah aku menghiraukan, tapi hal itu berbuntut pada sikap kecuekan Mario yang di luar batas. Hal itu membuat aku bosan hingga akhirnya melupakan untuk mencari pacar dan fokus pada tiap pertandingan tae kwondoku.
Dari tiap pertandingan yang aku juarai, selalu ada mawar merah bertuliskan sepatah kata “selamat” di secarik kertas di tangkainya. Entah dari mana asalnya, itu yang membuat aku penasaran. Mario selalu melarangku untuk mencari tahu siapa orangnya, katanya “suatu saat juga lu bakal tau kok, jadi gak usah cari tau dulu”. Tapi perkataan Mario gak bisa secepat itu mengusir rasa penasaranku tentang sang pengirim bunga. Hingga akhirnya perkataan Mario berbuah kenyataan!!! Benar katanya, sang pengirim akan menunjukkan siapa dirinya suatu saat. Hari ini pertandingan ke tujuh yang aku juarai, tak ada mawar merah lagi di dalam tas perlengkapan tae kwondoku, karena hari ini aku menerimanya langsung dari sang pemberinya.
Dia memberikan setangkai mawar merah bertuliskan “selamat” dan secarik kertas bertuliskan sebuah puisi
“Ga... selamat yaah buat pertandingannya barusan, ini mawar ke tujuh dari gw, semoga rasa penasaran lu terobati”
Ini gila!!! Awalnya aku menyangka selama ini seorang cewek cantik yang memberikan aku mawar-mawar itu. Tapi kenyataan ini membuat aku benar-benar kaget. Seorang cowok yang selama ini aku kenal memberikan aku mawar!!! Sebagai sahabat aku hanya tersenyum hangat seperti biasanya, tanpa menanyakan maksud dari perbuatannya. Dia memang penuh kejutan, bahkan kejutan kali ini benar-benar hampir membuat jantungku copot, ketika membaca puisi darinya!!! Sampai di rumah aku tekan nomor yang sudah aku hafal di luar otakku. Aku bermaksud menanyakan maksudnya, agar semuanya gak terjadi bias dalam pemahaman. Bukan jawaban yang ku dapatkan... lagi-lagi teka-teki yang harus aku pecahkan sendiri.
Dengan suaranya yang tegas dan nada seriusnya, aku mendengarkan secara jelas tiap kata yang mengalir ke telingaku
“Semua yang gw kasih itu kan lambang suatu hal, tanpa membicarakan hal itu, gw yakin lambang sudah mewakili”
“Gw janji bakal jadi penyemangat yang baik bagi lu sampai kapanpun, jadi jangan pernah cari penyemangat lain yah!!! Karena gw gak akan rela”
Kalimat-kalimat itu mengantarkanku pada kotak misteri, sekaligus rasa yang selama ini gak pernah aku membayangkannya, bahkan terlarang bagiku untuk membayangkannya. Tapi kini aku terjebak di dalamnya, dan menikmati bersamanya.
“Aduhhh!!!” aku berjerit kecil saat kepalaku menghantam meja belajarku.
Ternyata barusan aku bermimpi lagi, bisa-bisanya aku tertidur saat mengerjakan tugas sekolah. Mimpi yang indah, sekaligus mimpi buruk, karena mimpi itu telah membawa lagi tiap kenangan manis masa lalu dalam jebakan hatinya. Kini ia meninggalkanku sendiri dalam keadaan seperti ini, sedang dia diam-diam mencoba untuk menjadi “normal”. Hal itu satu-satunya yang membuat aku sulit untuk memaafkannya. Dia ijin untuk masuk mengisi hari ku, tapi begitu aku bergantung padanya, dia pergi diam-diam dan meninggalkan aku sendiri terperangkap dalam rasa yang sama sekali sulit aku untuk keluar. Tapi itu masa lalu, belakangan aku sadar, kalau setiap tindakan pasti ada alasannya, begitu pula dengan yang dilakukan Toni kepadaku. Besok aku akan membuat semuanya menjadi lebih baik dan jelas. Aku yakin tingkah Toni mempunyai alasan, dari sekedar sebuah puisi pemberian masa lalu yang ku salin, yang telah dia baca di komputerku dulu. Yah... aku telah mengetahuinya sejak saat itu juga!!! Dia lupa menghapus recent document yang baru dibacanya!!!
Bersambung....
@fansnyaAdele itu kan cuma flashback di mimpinya rega aja... Cwo yg di maksud rega di mimpiya yah Mario sendiri... Jdi garis besarnya aja.. Kalo detail bgt susah di tuang ke chapter ini.. Maap yakk
d tnggu pertengkaran toni ama lidya nya.. hhehe