It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
***** SURE, WE CARE OF YOU
Masih hangat dalam ingatan saya, Pagi jam 05.15, Hendra mengantar saya ke bandara Frankfurt
Perjalanan lancar sekali di pagi hari itu.
Ada yang berbeda dari Hendra. Dia menciumi bibir saya begitu lama saat saya selesai menyemprotkan deodorant spray Nivea invisible for men dan mengenakan kaos dalam.
Giliran dia yang diam, giliran dia yang membangunkan saya pagi itu, dan giliran dia yang merapikan barang bawaan saya menuju Berlin selagi saya di kamar mandi tadi.
Diperjalanan ini saya berusaha tenang dengan tidak menunjukkan perasaan sedih atau cemburu berharap supaya dia tetap konsisten dengan misi menyelamatkan hidupnya dan kedua orang tuanya.
Sebuah misi khusus untuk membuang saya dari hatinya.
Seburuk itukah kehadiran saya untuk hidupnya.
Hal ini juga yang jadi pertimbangan bagi saya, biarlah hubungan yang baik dengan mama, papa, serta dengan nya berlanjut sampai akhir hayat saya.
Sedikit saja tergelincir dan terjebak dalam hubungan cinta maka tentunya saya dianggap buruk karena akan menghancurkan hidupnya dan keluarganya.
Pepatah asia : mengalah untuk menang ada juga benarnya.
Saya hanyalah seorang saudara yang dapat diandalkannya tidak lebih dari itu. Sehingga selama satu jam lebih dalam mobil terasa menyiksa perasaan ini. Lebih pedih dari menahan perasaan yang klimaks saat perform sebuah lagu.
Jam 06.20 mobil Hendra mendapati area parkir pintu A Terminal 1 Frankfurt Airport. Saya telah melakukan online check-in jadi tidak perlu tergesa-gesa.
Hendra mengingatkan posisi tiket dan pasport saya.
Setelah saya lihat dan aman, lalu Hendra memberikan pelukan perpisahan dan lebih dari itu dia memberi ciuman di bibir dan mulut saya yang begitu lama. Nafas Hendra yang khas, tidak akan bisa lagi saya temukan di hari esok.
Saya biarkan menjalar keseluruh tubuh, perasaan hancur ini sudah tidak mampu saya tahan. Saya tidak sekuat yang kamu kira Hend. Senyum terakhir ini masih kutahankan entah 1 menit atau hanya dalam bilangan detik.
Pipi Hendra digenangi air mata saat dia mengambilkan gitar dan ransel saya di bagasi mobilnya. Saya tidak melihat lambaian tangan Hendra ketika berlalu dengan mobilnya untuk balik ke Marburg, karena pandangan ini telah putiiiiiihhhhh dan dingiiiiinnnnn.
Ada lima pintu di lantai 2 Terminal 1 ini.
Mobil pribadi mendapati lantai 2, Bus di lantai 1, kereta Regionale Zug lantai dasar, dan kereta ICE di bawah lagi. Tangga menuju Hall B Terminal 1 berada di pintu A.
Tubuh ini hanya mengikuti langkah ke arah belakang tangga.
Hanya sedetik setelah meletakkan barang bawaan, beban di hati dan perasaan saya tumpahkan.
Ada raungan panjang Aaaaaaaaahhhhhhhhhhh ........................................
Padahal saya ingin liburan Tuhan ............................
Masih kurang sakit kah penderitaan hidup ini ..................................
Tuhan, saya mengharapkan Hendra bersikap cuek ..............................
Kalau sikapnya begini saya tidak kuat Tuhan .............................................
Dalam raungan panjang ini ke dua tangan saya meninju dinding tangga itu.
Kesadaran saya sedikit muncul ketika tangan ini terasa sakit ada cairan hangat yang menetes yaitu darah.
Jam telah menunjukkan pukul 07.05. Dengan sisa tenaga, saya menuju Terminal 2 dari Hall B Terminal 1 menggunakan Sky-Line. Butuh waktu 3 menit, dan saya menuju counter Germanwings. Setelah saya mengatakan telah check-in online dan menujukkan tiket serta pasport saya mengurus prsedur yang lain. Di ruang tunggu menjelang naik pesawat, petugas Germanwings membaluti tangan saya dengan perban karena mereka khawatir pada saya yang beralasan terjatuh di tangga tadi.
Beberapa pasang mata menatap belas kasihan pada saya. Tidak sadar air mata ini mengalir sedikit demi sedikit namun pasti sehingga wajah saya sedikit basah. Setelah pesawat lepas landas, rasanya saya tertidur dalam tumpukan kapas yang lembut, serba putih, dan tidak ada apa-apa. Amir tidak sekuat beton, Amir juga butuh tempat berlabuh, dan Amir butuh seseorang yang tulus dan penuh kasih. Tidak salah sepertinya mengingat penderitaan hidupnya sedari lahir hingga saat ini.
Sesampainya di bandara Tegel Berlin, petugas Germanwings agak sedikit panik. Ada penumpang dari Frankfurt pingsan. Setelah mereka Mengecek pasport Tertulis Amirsyahreza Nuralam asal Indonesia. Ditambah dengan student card dan Nomor kontak terakhir yang tertera di HP Amir. Sistem ini begitu rapi di Jerman sehingga sangat cepat bisa menghubungi kerabat terdekat dalam keadaan darurat seperti ini.
Nomor terakhir yang ada di HP Amir adalah nomor pembimbing (Betreuer) praktimum, Bistro tempat Amir manggung 3 malam yang lalu, dan nomor Herr Hendra Sthulz. Langkah pertama mereka menghubungi nomor pembimbing praktikum Amir di TU Berlin, Pihak Uni mengatakan segera larikan ke rumah sakit terdekat dari Tegel dan pebimbing praktikum itu segera menuju rumah sakit tersebut. Kemudian resepsionis Bistro “Caffe Soonenalle” memberi konfirmasi bahwa stafnya juga akan menjenguk. Terakhir Herr Hendra Sthulz baru dapat flight dari Frankfurt dan sampai di Tegel sekitar pukul 16.00.
Rumah sakit yang dirujuk adalah St. Joseph Krankenhaus Tegel di Berlin.
Amir terbaring lemah, noda merah darah mewarnai perban pada kedua tangannya. Pembing paraktikumnya duduk di kursi dan Tareq duduk di kasur menemani Amir.
deine Hände, die mich schlugen gestern !!!!!!
........................ tanganmu ini kemaren yang memukulku, kata Tareq lirih
diese Hände sind so wund, jetzt
............................tangan ini juga yang sakit sekarang, Tareq melanjutkan kalimatnya
Wie geht es dir ? Amir
............................Apa kabarmu Amir, kemudian Tareq hanya bisa diam menahan perasaan terhadap Amir yang terbaring tanpa daya.
Pembimbing praktikum hanya bisa diam mendengar perkataan lirih dari Tareq, melihat bengkak di pipi Tareq, dan melihat lumuran darah di perban tangan Amir. Apa yang difikirkannya kita tidak pernah tahu. Yang jelas responnya adalah Amir dan Tareq sedang dalam masalah.
Jam 15.00 terlihat reaksi nafas Amir telah kembali membaik tapi masih belum sadar. Wajah Tareq dan pembimbing praktikum Amir mendadak menjadi bahagia. Mereka melanjutkan pembicaraan tentunya tentang kerja partime Amir dengan suara bening dan petikan gitarnya menggetarkan perasaan. Pembimbing itu baru tahu bahwa selain cerdas Amir juga punya bakat alamiah.
Jam 15.55 wajah Amir tiba-tiba pucat disertai pola nafas yang kembali tidak teratur, hingga alaram berbunyi. Obrolan Tareq dan sang pembimbing terhenti. Tareq kalap sekali. Sikap ini adalah bukti Tareq cinta sama Amir, beda dengan pembimbing yang hanya sedikit sedih dan berusaha tenang. Perawat dan Dokter menyuruh mereka keluar. Mereka bersiap-siap memberikan penenangan untuk Amir.
Tareq menahan tangis, seolah Amir akan pergi selamanya.
Ich bin nicht mit dir liegen, Habib
................................... Saya tidak bohong sama kamu, Habib. suara Tareq tertahan. Kedua tangannya memegangi jendela kaca ruang perawatan Amir.
Sepuluh menit kemudian Hendra tiba dengan membawa travel bag. Dari Jendela terlihat Amir terbaring didampingi dua perawat dan satu dokter. Duka di wajah Hendra berada dalam tingkatan yang tinggi ke arah panik bermula dari jam 09 pagi dapat telpon hingga pernerbangan ke Tegel Berlin.
Hendra mengaku saudara Amir kepada Dokter saat pernafasan Amir kembali stabil, dan diizinkan masuk mendampingi Amir. Tidak banyak kata yang diucapkan nya menit-menit pertama ini disamping Amir. Dia hanya menggenggam perban tangan Amir.
Setelah itu Hendra mengeluarkan suara :
Hey Schlangen Bruder ! Hier bin Ich
...................................... Hei saudara jelek, ini saya. Ini kalimat rahasia mereka berdua bila saling bertemu dan yang menyapa pertama.
Amir memberikan respon pada gerakan tangannya, dan perawat serta dokter sangat bahagia melihat ambang sadar Amir sudah normal kembali.
Dengan menepuk lambat pundak Hendra mereka keluar kamar itu. Kemudian pembimbing praktikum juga mohon pamit.
Sepuluh menit kemudian, air mata dipipi Amir mengalir. Hendra dengan sigap menghapus air hangat itu, karena dia lah Amir menjadi begini. Dia tidak ingin melihat Amir berbaring seperti ini. Amir mengeluarkan ucapan lambat :
Hendra, wo ich bin jetzt ?
...................................... Hendra dimana saya ini ? Kata Amir dengan mata yang telah terbuka.
Amir melihat Hendra dan Tareq.
Oh Tareq, auch hier ?
......................................Oh Tareq juga disini, Amir melanjutkan pertanyaanya
Makasih Bro chi_lung, kalo kiriman data dari jerman by Mr Amir sangat berantakan dengan bahasa Sumatra nya, hihihi terpaksa deh abdi editin sehancur-hancurnya ..... lumayan capek. Tapi besok abdi dah mulai kuliah euuyyy .... moga ada luangan waktu untuk menukis.
Hahaha salju, asik sih, misalnya ada angin tuh yg ga asik jadi dingin
Ya tu dah di post, kasihan Amir yang terbaring dg penderitaannya, anak baik tapi tidak beruntung, masih juga bisa memberi senyuman
parahu.... mas Zoro, baru 30 menit yg lalu abdi post masih minta lanjut ? hmm capek mas Zoro. Kapan-kapan ya.
Habib itu artinya ya kira-gitu, cinta ! Hmmm iya teman-teman abdi disini orang arab semua tahu pribadi mereka, ga tahu juga Tareq kalo iya nunjukin niat baiknya. Hendra itu ideal banget untuk Amir dari segala hal. mereka juga dah saling kenal mendalam sejal 3.5 tahun yang lalu.
apa pun itu Mas Zoro baca aja, hihihihi
ITU AMBANG BATAS NYERI. DISITU PULA KELEBIHAN AMIR ON DG NADA DAN MAKNA LAGU.
AIR MATA, AMBANG RASA NYERI, DAN PINGSAN DIATUR LEH V LISTRIK DI OTAK
KN ADA DOKTER DI BDG MAS ADE TANYA DONK, :-)
huam ... baru bangun dapat komen dari mas Zoro.
Ntar kalo ada waktu disela-sela kuliah abdi tulis pesan untuk Pak dokter di Bandung.
Kalo ga dibalasnya abdi cari sendiri di buku Neorology
Gitu dulu ya mas Zoro, mau nyiapin bahan kuliah nih
amer.....!!!! mas ade pandai banget. Mantappppp..!!!,xixixi.....
biar kata penjabarannya gak terlalu jelas(mnurutku lho.hehe)tapi aq bisa menangkap maksud dan perasaan amir dan hendra tsb. sakit banget kalo cinta,tapi g bisa bersama,padahal saling tau rasa masing2.jadi panjang deh komenQ.
mas Ade semangat ya..!!! mulai ngefans nich sama mas.hehe....
salam buat amir juga ya..!!!aq suka personality dia n hendra.jadi ikutan galu.hahaha....
Asslm'alkum(g tau knp.tp aq pengen mengucapkanx.)salam itu ibadah kan..??! Semangat.!!!
Yap. Gue setuju,kalo kisah lu menggugah bgt.
Okeylah. Lanjut.
Hehehehe Bro chi_lung, ya salam nya telah saya sampaikan.
Tadi pulang aktivitas di kampus dah jam 19.00 langsung tertidur. Ini sudah bangun early hihihi dan kembali semangat ........
Makasih ya Bro chi_lung, moga hari ini Bro juga sukses.
Wassalam,
Ade
Mas mllowboy, makasih banyak ya atas pengertian mas
***** PERTANYAAN DI ST. JOSEPH KRANKENHAUS
Mana mungkin dijawab dengan “kalimat kamu lagi di rumah sakit setelah mendapat kecelakaan”
Hendra sangat mencermati suasana yang terasa tidak kondusif untuk bercerita pada Amir, maka dia tidak menjawab pertanyaan Amir.
Sebagai antisipasi, dia mengusap kening Amir untuk memberikan rasa damai.
Hendra juga meyakinkan Amir bahwa saat ini, semua dalam keadaan baik.
Kemudian Hendra duduk lebih merapat pada tubuh Amir.
Dengan berjalannya waktu, kondisi Amir terlihat semakin stabil.
Yang dibutuhkan Amir saat ini adalah instirahat.
Ketika Amir kembali tertidur, Hendra menghampiri Tareq yang dari tadi setia berdiri mengamati kondisi Amir.
Jam telah menunjukkan pukul 19.00.
Di luar ruang perawatan St Joseph Krankenhaus Pankow ini, lampu taman dan jalan telah menyala. Pankow adalah sebuah lokasi di Berlin yang tidak terlalu jauh dari Bandara Tegel, dan juga mudah diakses dari pusat kota.
Pada musim winter, jam 16.49 biasanya sudah gelap.
Thanks for comming ! I’m Hendra Sthulz from Marburg
......Kata Hendra
Kein Englis, Deutsch bitte !
......Ga bisa bahasa Inggris, mohon bahasa Jerman saja !
Ach so , ..... Ich bin Hendra Sthulz aus Marburg
.......Oh begitu, kaget Hendra saat itu. Saya Hendra Stuhlz dari
Marburg
Ich bin Tareq als Marocanamann
hier in der Nähe, wohne Ich daran ! dass Wedding ist,
Amir whont an der Aufenthalt in Hermannplatz Ja ?
.......Saya Tareq cowok maroco,
tinggal dekat sini di daerah wdding,
Amir tinggal di Hermannplatz
Itu beberapa penggal kalimat dari Tareq yang simpatik dalam memperkenalkan diri pada Hendra yang jadi bertanya dalam hati banyak tahu banget nih orang tentang Amir.
Selanjutnya Tareq menceritakan bahwa dia sekarang lagi menempuh pendidikan di Hochschulemusik Berlin.
Dia adalah sahabat akrab dari Amir.
Dia sering manggung bareng Amir di Bistro Sonnenalle.
Pada awalnya Hendra sangat respek dengan jawaban Tareq, tetapi setelah mendengar kata-kata : sahabat akrab dan sering manggung bareng, sikap Hendra berubah.
Dia tidak antusias lagi mendengar jawaban Tareq.
Kemudian Tareq menawarkan diri untuk mengantarkan Hendra ke hotel yang telah dipesannya tadi.
Tetapi Hendra menolak, karena lebih baik ada orang disamping Amir ketika dia bangun untuk menjaga ketenangan pada diri Amir.
Dan bersamaan dengan itu sekitar pukul 20.12, Amir bangun dan perbincangan merekapun terhenti.
Jelas sekali terlihat usaha yang keras dari Amir untuk membuka matanya.
Senyumnya hadir ketika samar-samar melihat wajah Hendra disampingnya.
Ketika dia mengarahkan wajahnya ke samping kanan terlihat Tareq.
Tareq tersenyum.
Rasanya pandangan mata Amir mulai jelas, yang terlihat saat dia membalas dengan senyuman juga.
Die Nachricht erreichte mich, dass du ab eine Leiter fallst
Warum ? Wenn Es fällt, warum die Verletzung ist nur die Faust ?
......berita yang sampai padaku, bahwa kamu terjatuh di airport
Kalau terjatuh kenapa melanjutkan perjalanan ? Tanya
Hendra pelan
Ja, das wie so ...
......Amir menjawab, iya begitu ..
wie so, was ! Ja Tollboxen. Warum nur sind die Hände ?. Die Füße und dass Kopt tun nicht weh?
.......begitu apa ! Ya tinju yang hebat. Kenapa ya hanya tangan
yang cidera ?
Kenapa kaki dan kepala tidak ? Pertanyaan ironis dari Hendra
Nur die Hand, die Wunden mir in Ohnmacht verursacht, willst du allen Mitgliedern meines Körpers weh ?
.......cuma tangan dah jadi sekarat gini, kamu mau yang lain !
dasar gila Jawab Amir
Ne, sei nicht
.......bukan begitu. Hendra mulai tidak sabar
waitere ? so was ?
.......lalu apa ? Hmmmm si Amir juga kepancing padahal lagi sakit
Tersu was zum Teufel! Mal sehe ich von der Windschutzscheibe feinen wie Boxen oder? Warum gehst du nicht punch me?
Zumindest waren wir beide krank
.......apaan sih kamu ini ! coba gempalin tangan kamu tu mirip
tinjukan kan ?
Tinju saya saja, bukan yang lain
Minimal kita sama-sama merasakan sakit, Hendra
melanjutkan pembicaraan.
Amir terdiam, dan Tareq segera bertindak, dia memegang pundak Hendra sebagai isyarat hati-hati bicara. Kemudian Hendra membuat suaranya kembali pelan.
Schweigen kann das Problem lösen?
Du denkst nicht, höre ich dich so reden über Unfälle und Ohnmacht Sorgen.
Ich unterbreche dich weiter
Ich flehe dich zu bleiben bis Anfang Januar
.......diam bisa memecahkan masalah ?
separoh jiwaku melayang ketika tahu kamu dirawat
saya pinta kamu tinggal hingga awal Januari
Ich habe eine Termin mit dem Professor am 28. Dezember
.......saya ada janji dengan profesor tanggal 28 Desember, kata Amir
Hend, Ich bin krank, so zu denken, bitte schließen !
.......Amir memohon Hendra diam karena dia lagi sakit
Ja, der Artz auch gesagt hat ! aber warum ? oh Amir
.......Ja kata dokter begitu, tapi mengapa ? oh Amir kata Hendra.
Hendra yakin sekali tubuh Amir sedang sangat sakit, tapi bukan karena terjatuh.
Dua hari bersama keluarganya di Marburg Amir kelihatan sangat sehat dan bersemangat seperti biasanya.
Dibandinkan 3.5 tahun yang lalu kondisi Amir lebih baik, tubuhnya makin terawat, dan penampilannya makin enak untuk dilihat, karena Amir memang mencari pundi-pundi uang Euro dengan melihatkan tampang saat perform.
Hendra ingin melihat sisi kepala Amir yang lain kalau itu memang terbentur, tapi Amir telah tidur.
Kalau tidak terbentur, tidak mungkin Amir pingsan.
Dalam hati yang terdalam, dari sosok mata Hendra dia berdo’a semoga ini hanya dugaanya saja.
Amir harus kembali sehat, Amir punya cita-cita yang luhur dan masa depan untuk itulah dia datang ke Jerman.
Amir harus sehat supaya bisa bekerja untuk biaya hidup dan studinya di Jerman ini.
Jawaban ini akan diketahui dengan pemeriksaan dokter besok !!!!
Amir hanya terdiam dan Tareq membawakan air putih untuk Amir dan Kopi untuk Hendra. Kemudian Tareq mencoba mencairkan suasana dengan duduk disamping kanan kasur Amir.
Meski Hendra tidak suka hal ini, tetapi itu kan bermanfaat untuk ketenangan Amir dan spirit untuk Amir bahwa teman-teman peduli padanya.
Hend, wo bliebst du heute ?
......Hend, diamana kamu nginap ? tanya Amir
Ich habe bereits eine Reservierung im Hotel Pankow geplan, es ist einfach das nächstgelegene Hotel aus diesem Krankenhaus
......Saya telah booking hotel di daerah Pankow, dekat rumah
sakit ini sehingga mudah untuk menjenguk kamu, kata
Hendra
Kurs, Im Appartmen von Amir
......Nginap di apartemen Amir saja saran Amir basa-basi
ngomong pada Hendra
Ja wir morgen, Wechsel nehmen ! sowieso dies Appartmen zu weit !
......Ya besok, bisa ubah rencana, tapi jauh ya dari sini ?
Ja, aber Einfach. du nihmst Straßenbhan an Pankow Schönholzer richtung Bomholmersraße und von unter den Linden gib es U-Bhan nach HermannPlatz.
Um 23.00 Uhr Jetz, wie uber dies Hotel ?
......Amir mengasih pendapat : Ya tapi jalurnya lancar kamu bisa
naik tram di Pankow Schönholzer richtung Bomholmersraße
dan dari unter den Linden ada subway ke HermannPlatz.
Jam 23.00 sekarang, gimana hotel nya
Und du schlafst allein ? Ne
......dan kamu tidur sendirian ? Tidak lah, kata Hendra
Mencermati Hendra yang mulai jengkel lagi, Tareq tidak tega melihat Amir yang agak sulit mengeluarkan suara.
Kemudian Tareq sekedar mengalihkan perhatian Amir dengan perkataanya, karena Tareq tidak ada kesempatan untuk bicara dengan Amir.
Amir melndengarkan perkataan Tareq yang duduk di samping kanannya.
Amir, eine baldige Ja, Genesung so !
Ich nur weiß, das du in Marburg, aber Jetzz gleich diese
Dieser Arzt hat gesagt, Hendra ist dein Bruder ?
......Amir kembali sehat ya !
Saya hanya tahu kamu di Marburg, tapi kok jadi begini
Dokter berkata Hendra saudara kamu ya ?
Ja, Tareq. Danke fur Alles
.......Iya Tareq, makasih ya untuk segalanya
Ja Amir schnelle Genesung wieder !
......Ya Amir, sekali lagi cepat sembuh ya
Ich pflegte zu sagen: Auf Wiedersehen, bis morgen wieder
......Karena udah malam, saya pamit dulu ya
Besok saya gantiin disini saat Hendra istirahat di Hotel
Mit Auto order was ?
......Kamu dengan mobil atau apa ? tanya Amir
Ne, Es war beim Nashry.
Ich suche U-Bhan an Lindaueralle richtung Sellerstraße, und umsteigen fur Wedding zu kommen.
......Tidak, mobil dipakai Nashry
Saya naik subway saja dari Lindaueralle arah Sellerstraße, dan
lanjut ke arah Wedding.
Kemudian Tareq berlalu dari hadapan mereka.
Hendra tidak menuruti perintah Amir untuk pulang ke hotel, sambil duduk dia membaringkan kepalanya dekat kepala Amir.
Sudah larut malam, sudah banyak peristiwa yang terjadi, dan sudah terlalu banyak energi untuk menyikapi berbagai peristiwa hari ini.
Amir akhirnya tertidur dengan rilex, setelah diyakinkan Hendra bahwa dia besok saja ke Hotel untuk mandi dan berganti pakaian.
gw suka cara mas Ade menulis, satu judul tuntas (pil KB bib bib bib)
terbawa cara nulis tesis mau sidang sarjana ya mas Ade ? bib bib bib
Sifat Hendra jg bgs. Ah biarlah dia kawin dpt anak lebih cakep paduan indonesia-chinese-jerman-????
Amir ke JKT ja brader !!!