It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
HAHHAHA......
siipp......
Ya berusaha jadi si Tito, haha
Lanjutannya jngn lama2 dan panjangin lagi updatenya,kak tito....!!
I miss your story......!!
hohoho... Begitu ya... Hehe
eh iya... Maksudnya klein.... Hehe... Gara- gara kecapekan tuh jadi gak konsen ngetiknya..... Aku juga baru sadar kalau banyak kata yang salah ketik, heheh.... Mohon maaf ya..... Theks buat ralatnya...
siiippp... Happy to hear that.....
Udah kak tito.....!! jangan banyak ucap terimakasih aja....,cepetan posting ceritanya...!!,aku udah nggak sabar lol...!!*terus menyeret kak tito ke dalam kamar.....*
waduh ganas baangggg....... Hehe.. Iya- iya... Ini juga mau diupdate bentar lagi
THE STOLEN KISS
Mobil yang kami tumpangi berhenti di depan sebuah bangunan mewah yang ramai dan dihias gemerlap lampu warna- warni. Sesaat aku melongok keluar jendela. Banyak orang berlalu- lalang keluar masuk gedung. Gedung yang diapit oleh semacam komplek bangunan mewah itu tampak riuh dan hingar bingar. Aku menyusurkan pandanganku ke segala penjuru. Dan tiba- tiba aku terkaget bukan main begitu mataku tertumbuk pada papan di depan gedung yang dihiasi lambu kelap- kelip. GYGABITE EXECUTIVE CLUB, demikian yang tertulis disana.
Ini club. Oh my goooodddd??
"Ini tempat apaan sih Jun...???", tanyaku setengah ketakutan.
"Ini Kelab." jawab Juna singkat sambil sibuk melepas sabuk kemudinya.
"Kelab?". Tanyaku lagi karena tak mengerti.
"Diskotik! Masa kamu gag tau diskotik sih?".
Seketika aku terlonjak kaget.
"Whatttt???? Kenapa lo bawa gue ke tempat kayak gini?? Bukannya kata lo tadi kita mau ke pesta ultah? Kog malah ke tempat kayak ginian sih??? Mampus gue kalo nyokap tau gue nyungsep di diskotik gini." cerocosku karena merasa ditipu mentah- mentah.
Tapi Juna cuma nyengir menatapku. "Ya disini tempat pestanya berlangsung."
"Apa??? Ah gila lo, udah ah! Gue mau pulang, ogah gue ke tempat ginian!". Aku hampir membuka pintu mobil untuk keluar namun Juna dengan sigap meraih dan menggenggam tanganku dengan kuat.
"Kalo kamu pergi, aku gak bakal mau ngasih kamu tiketnya." ancam Juna.
Otomatis aku berhenti bergerak. Sialan. Udah berani maen ngancem nih cowok. Aku tak bisa berkutik. Aku gak rela kalo harus kehilangan tiket konser ya kuinginkan maha- maha itu.
"Tapi kan Jun, seumur- umur gue gak pernah ke tempat kayak ginian..... Gue takut." aku setengah merengek pada Juna. Namun ia cuma membalas dengan senyuman tipis. Gila ni cowok. Apa stok senyumannya bejibun sampe- sampe dengan mudahnya ia melemparkan senyum pada orang.
"Justru karena itu kamu harus ke tempat kayak ginian sekali- kali." Juna masih merengkuh erat lenganku.
"Tapi kan...."
"Udahlah... Sekarang kamu diem dan turutin semua yang aku perintahkan. Mengerti?".
Aku terpaksa mengangguk. Tak ada pilihan lain. "Mengerti".
"Oh iya, aku ada satu permintaan lagi sama kamu."
"Apa?". Ucapku manyun.
"Bisa gak kamu berhenti manggil aku pake gue-elo? Udah berapa kali aku bilang kalo aku gak suka ngedengernya."
"Ah... Ribet banget sihh..."
"Inget ya, kita harus bener- bener bisa meyakinkan sama mantanku kalau kita pacaran."
"Terus apa hubungannya dengan 'elo- gue'???".
"Ya ada lahh..."
"Apa?".
"Aku selalu manggil pacarku dengan 'kamu'. Gak pernah pakai 'elo'.". Juna setengah berbisik. Aku menelan ludah. "Jadi kalo kamu masih bilang 'elo-gue' juga. Aku yakin mantanku pasti curiga kalo kita pacaran beneran."
Aku pun menyerah. "Iya... Iya.... Yaudah... Sekarang bisa gak elo, eh mkasudku kamu lepasin tanganmu, sakit tahu." Aku setengah meronta melepaskan genggaman tangan Juna.
"Tapi kamu gak akan kabur kan?".
"Enggak."
"Janji?"
"Janji!". Aku mencibir.
"Yaudah..." Juna lantas melepaskan tanganku. Aku lantas mengibas- ngibaskan tanganku. Berusaha menghilangkan rasa sakit akibat genggaman tangan Juna tadi.
"Kalo gitu siapkan dirimu, kita masuk sekarang". Juna bersiap membuka pintu untuk keluar. Begitu juga aku. Namun ketika aku hendak membuka pintu mobil, tiba- tiba Juna menahanku.
"Ada apa lagi?". Tanyaku geram.
"Ada yang ketinggalan."
"Apa?".
"Gak penting sihh, hehe..."
"Apa?". Tanyaku penasaran.
"Kamu.... Ternyata cakep juga ya... Heheh....". Ujar Juna yang dengan segera membuka pintu mobil. Sementara aku cuma tersipu sipu akibat ucapan tadi.
"Gomballl.....". Cetusku kemudian mengikutinya keluar dari dalam mobil.
Kemudian kami mulai melangkahkan kaki memasuki kelab itu. Setelah mengurusi beberapa persyaratan masuk, akhirnya kami berdua dipebolehkan masuk oleh kedua satpam penjaga yang bodynya segede body Ade Rai. Untungnya aku udah punya KTP. Kalo enggak, aku nggak akan pernah diperbolehkan memasuki tempat kayak begini. Huhu, ternyata KTP yang selama ini kuanggap gak penting ternyata bisa dimanfaatkan juga ya... Hihi.
***
Suasana di dalam kelab tampak riuh oleh lautan manusia. Dentuman musik techno yang kencang seakan memekakkan gendang telinga. Asap- asap rokok beterbangan memenuhi ruangan. Pandanganku menyebar kearah penjuru ruangan. Berpuluh- puluh manusia tampak menggerakkan badan dan berdempetan satu sama lain. Tubuh mereka menghentak- hentak seirama aluna musik yang catchy.
"Apa- apaan sih..!". Ujarku seketika begitu tiba- tiba Juna menggandeng tanganku. "Kalo dilihat orang gimana? Masa cowok gandengan sama cowok."
"Tenang aja lagi ah, ini kan kelab gay, jadi gak usah malu." Juna sedikit mendekatkan bibirnya ke telingaku. Karena suara kami nyaris tak terdengar gara- gara musik yang kenceng banget.
Aku baru sadar. Bener juga kata Juna. Dari tadi aku cuma melihat cowok diruangan ini. Tak ada satupun cewek yang tampak. Hiihh, aku jadi bergidik merinding. Seumur- umur aku baru masuk ditempak kayak ginian. Dari tadi aku deg- degan ngeliat cowok yang saling dempet- dempetan waktu ngedance. Bahkan ada yang sampe pelukan dan ciuman. Hiihh... Aku mendengus dalam hati.
"Tenang aja, ada aku disini". Juna mempererat gandengan tangannya padaku. Mencoba menenangkan aku yang nampak gelisah.
"I...iya... Aku hanya mengangguk.
***
Beberapa saat kemudian muncullah seorang cowok yang bergerak mendekati kami berdua. Sekilas cowok itu tampak modis dengan balutan kemeja dan celana pensil serta sepatu kets warna cokelat. Kutaksir umurnya sekitar dua puluh satuan, seumuran Juna. Cowok itu tersenyum dan berdiri di depan Juna.
"Heeiii......". Cowok itu langsung menjabat tangan Juna.
"Hei juga No..." Jawab Juna kaku.
"Akhirnya kamu mau datang juga ke pesta ulang tahunku. Kukira kamu gak ada niat sedikitpun. Ternyata aku salah ya, hahahaha..........". Cowok itu tertawa pelan sambil kemudian menatap kearahku.
Ohh... Ini toh yang namanya Dino, ujarku dalam hati. Jadi kayak begini ini wujud mantannya Juna. Keren sih. Cakep juga. Tapi omegosh ngondeknya itu loohh..... Gak ketulungan banget. Bahkan waktu nafas aja dia kelihatan ngondek Oh-em- jeh!. Rambutnya yang kayak vokalis Super Junior dicat pirang. Dan... Helooohhh???? Dia juga memakai lensa kontak warna biru. Sehingga kelopak matanya yang sipit nyaris mirip sabun colek merk wings, hehe, maksudnya berwarna biru gitu loh. Hehe.
"Ini siapah?", tanya Dino setengah melirik keki kearahku.
"Oh iya, aku lupa, kenalin, ini Tito, bfku...." kata Juna sambil menyenggol bahuku seolah memberi isyarat padaku untuk menjabat tangan Dino.
"Oh, heii.. Aku Tito." ucapku sambil melempar senyum semanis gula jawa.
"Dino". Jawab Dino membalas jabatanku dengan muka kecut bin ketus naudzubillah. Kemudian dia menoleh kembali kepada Juna.
"Gue gak nyangka Jun, abis putus dari gue lo malah jadi phaedhophill begini..." Dino setengah mencibir.
"Maksud lo apa?". Juna agak geram.
"Ya.... Liat aja deh pacar looo..... Apa gue gak salah liat nihh.... I think your boyfriend is a mature guy.... Tapi... Helooo... Lo macarin ANAK SMA???? Yaaaacccckkkkhhhh!", ucap Dino dengan gaya ngondek super lebay yang bikin aku nyaris muntah. Kog bisa sih manusa kayak gini jadi mantannya Juna yang macho gitu. Jangan- jangan Dino maen pelet deh. Aahahay.
"Terserah aku dong. Bukannya cinta itu gak kenal usia dan perbedaan? Aku suka sama dia , ada masalah?". Agak beringas Juna nyerocos membalas perkataan Dino. Sementara Dino kayaknya mengkerut ketakutan.
"Emmm... Gak salah siihh.. Cuma gak seksi aja gituh lo macarin brondong....hahaha..." Dino kembali dengan ngondek style nya.
"Udah deh, mending kamu cepetan temuin temen yang lain deh...." tukas Juna kemudian.
"Huhhh... Ketus kamu gak ilang- ilang Juna.. Yaudah deh aku pergi dulu ya........ Silahkan makan apa aja yang ada dan silahkan bersenang- senang. Dyyeeeeee..." Dino lantas ngacir pergi dan mengobrol dengan temannya yang lain.
jgn2 si tito disuruh ngondek jg huhuhu