It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
jadi makin penasaran nie ma lanjutannya..
gak sabar nunggu aksinya jonah....
tp kasian juga bimo nanti patah hati..
tp lebih baik bgt drpd dimainin dino...
lanjut ^^
Hip, hip, Hurray!
Alhdlh ya ud sembuh...........tetap semangaat buat Ngelanjutin Ceritanya...kami smuanya Menunggu....
apaan tuh, heheh
@semua...... terima kasih banyak telah nungguin cerita ini, hehehe
ya, akhir@ iuni aku sibuk kerjaan ama blogging, hehe
YOU ARE DIE, DINO!
""Heii Tito... Hei Juna... I'm so sorry yaaa....... kami berdua telat, tau gak tadi di seputaran Sudirman macet amirrrrr............."
Aku mengangkat wajahku keatas. Kearah sumber suara. Dan nampaklah Dino yang, oh, my god susah banget ngejelasin dandanannya. Sementara Bimo-seperti biasa- cuma nyengir berdiri di samping Dino.
I think the nightmare would not end soon
Maka dengan muka seratus persen bete aku terpaksa menjawab sapaan Dino.
"Hei juga Din, Bim, lama amat sih....."
"Yaelah Titoo... kan tadi gue bilang kalau Sudirman macet amirr... ah nggak cucok deh....." cerocos Dino sambil menggeliat- geliat mirip ulat bulu. Aku bergidik.
"Gak perduli, yang pasti elo udah telat dan musti dapet hukuman," selaku. Bodo. Skali- kali aku pengen ngerjain Dino.
"Hukuman?" jawab Dino, Bimo, dan gak ketinggalan Juna, dengan serempak.
"Iya, elo musti......" aku setengah memikirkan hal yang cukup untuk mengerjai Dino. "Elo musti mesenin dan ngebayarin ice blended mocca kita- kita, liat nih punyaku abissss....."
Dino mengernyit sambil berkacak pinggang. Tampangnya meremehkan.
"Cuma gitu?". Celosnya dengan nada menghina.
"IYepp."
"Itu mah gampang." Dino menjentikkan jarinya dan berbalik pada seorang pelayan yang kebetulan lewat.
"Mas... mas... mas... sini deh..." Dino mengibas- ngibaskan tangannya,. Persis kayak lagi ngusir nyamuk.
"Iya Mas.. ada yang bisa saya bantu?", tanya mas- mas pelayan dengan sopan dan senyum menawan.
"Aku pesan Ice blended mocca nya tiga yah... cepet, gak pakai lama...."
''Cuma tiga?", tanya mas mas lagi.
"Iya... cuma tiga.."
"Masnya gak minum?"
"Gak... aku lagi diet."
"Yaudah... tunggu sebentar ya?" jawab mas- mas itu dengan ekspressi keki plus jijik. Mas- mas itu segera pergi menuju pantri untuk membuatkan pesanan kami.
"Enought, gue udah nebus keterlambatan gue." Dino menoleeh ke arahku sembari melemparkan senyum iblis.
Aku cuma diem. Gak tau musti ngapain lagi. Sialan.
***
Beberapa saat kemudian, hanya ada kebekuan diantara kami berempat. Nggak ada satupun dari kami yang berinisiatif untuk memulai percakapan. Hais males. Daripada ngedengerin si Dino nyerocos dengan bahasa planetnya, mending aku dan Juna diem aja. Hanya sesekali Bimo ngelirik dan menggodaku dengan mengedip- ngedipkan matanya. Namun aku hanya membalasnya dengan tatapan judes. Berharap dia mengakhiri godaannya sebelum aku lempar dengan sepatu.
"Permisiiii.... tiga Ice blended mocca dataaaanggg....'' si Mas- mas yang tadi datang sambil membawa nampan berisi tiga gelas minuman pesanan kami.
"Makasih ya Mas... jadi berapa semuanya?" Dino berlagak juragan bertanya kepada si Mas- mas.
"Sama yang tadi?"
"Iya sama yang tadi... kalau perlu sekalian minimarket ini...." tambah Dino sotoy.
"Yah gitu aja marah masnya."
"Iya udah jadi berapa?"
"Semuanya...." si mas nampak mengeluarkan bon minuman dari sakunya. "Semuanya dua seratus lima puluh delapan ribu."
"Nih... ambil aja kembaliannya." Dino menyodorkan beberapa lembar uang pada si pelayan.
"Terima kasih." Si Mas mas langsung pergi begitu menerima uang. Mungkin dia nggak betah berlama- lama di tempat yang ada aliennya seperti Dino, ahahahahy.
***
"Exuces me, can i join with you four?".
Tiba- tiba saja sebuah suara khas yang sepertinya akrab di telingaku menyapa kami berempat. Tanpa banyak ba-bi-bu lagi aku langsung mengalihkan pandangan dari segelas Ice blended mocca kearah sumber suara itu. Dan aku terkaget bukan kepalang. Serius. Ini bener- bener terkaget tingkat naudzubillah. Aku bukannya ngeliat alien atau mahluk lain yang aneh. Tapi....... AKU NGELIHAT JONAH berdiri dihadapan kami berempat dengan dandanan super cool yang nampak modis, fashionable dan... apa lagi ya kata- kata yang pas. Pokoknya super duper keren deh.
YOU ARE DIE!
Nggak tau bawaannya aku pengen neriakin kata- kata itu ke Dino begitu ngelihat Jonah berdiri di hadapan kami. Rupanya Jonah datang di saat yang tepat untuk membongkar semua kebejatan dan akal busuk Dino. Aku dan Juna nampak tersenyum penuh kemenangan. Sementara Dino. Kulihat dia agak mengernyitkan keningnya. Dan Bimo? Ah males aha ngomongin dia.
"Of Course you can join with us." Balas Juna dengan senyum mengembang.
Tanpa basa- basi lagi Jonah langsung menarik kursi yang tersisa di meja kami. Kebetulan meja yang kami duduki memiliki lima kursi, jadi ya pas kalau Jonah datang.
"W...Wait... waitt... Who are you? We dont know you, why you wanna join with us?". Tiba- tiba aja Dino menyergah Jonah yang nyaris menjatuhkan pantatnya pada kursi. Nampaknya dia mulai mencium hawa- hawa balas dendam.
"Biarin aja napa Dino... itung- itung kita belajar conversation sama bule." Jtambah Juna yang makin bersemangat setelah melihat tampang Dino yang mulai pucat pasi.
"Iya Dino... jarang- jarang kan kita sekursi sama bule gini.... heheh" tambahku memojokkan.
"Tapi.... tapi..." Dino kian belingsatan.
'Udahlah sayang.. biarin aja, mereka fine- fine aja kog."Bimo yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara juga. Bagus. Rencana akan sangat dengan mudah di jalankan.
"So... what is your name?". Aku memulai percakapan.
"Just call me Jonah." jawab Jonah berakting.
"OOhh.. cool name...." imbuhku.
Aku melirik Dino. Ia sudah tamoak pucat dan memonyong- monyongkan bibirnya. Aku tertawa dalam hatI. MAMPUS LU.
***
"Emmm... sorry, kayaknya aku mesti ke toilet sebentar deh...."
Dino bangkit dari kursinya. Ceritanya sih mau kabur.
"Yaelah Dino, gak asik ah, orang lagi ngobrol ini." cegahku.
"Iya Dino ini... gak sopan ah." Tambah Bimo. Bagus.
"Emmm... abis gimana dong... udah kebelettt nihhh....."
"Kebelet apa mau KABURRR???". Tiba- tiba Jonah yang sedari tadi nampak keren dengan aksen britishnya, ngomong dengan bahasa Indonesia yang gak medok sama sekali.
Otomatis Dino yang sedari tadi pucat langsung terperenjat.
"JADI SELAMA INI ELO BISA NGOMONG BAHASA INDONESIA??????" Dino setengah berteriak. Dia keceplosan.
"Selama ini???", ujarku dan Juna bersamaan.
"Ehhh......????" Dino mulai kebingungan.
"Elo kenal sama nih bule?" aku mulai memojokkan Dino semakin dalam.
"Eh... anu..... enggak kogg... anu..." Dino kian salah tingkah.
"UDAHLAH NGAKU AJA......."
"Eh......?"
............
...................
"SEBENARNYA APA MAKSUD INI SEMUA DINO?"
Aku, Dino beserta Juna otomatis terkaget mendengar suara itu. Ya. Bimo yang sedari tadi cuma diem aja sekarang berdiri dan menatap tajam kearah Dino. Ia nampak geram. "BISA KAMU JELASKAN SEMUANYA?"
"Eh... Bimo... anu.... ni kesalahpahaman sayang... plis dengerin penjelasanku dulu........."
"APA LAGI YANG MAU KAMU JELASKAN?"
'Semuanya........plisss....."
"KALAU GITU JELASKAN SIAPA BULE INI?"
"Ehhhh.........."
"Ayo jelaskan....."
"Dia.... dia bukan siapa- siapa kog......"
"BUKAN SIAPA- SIAPA YA?". Jonah perlahan mulai mendekati Dino yang gugup. Tanpa risih ia langsung memeluk tubuh Dino dari belakang. Dengan mesra dia mungendus- endus leher Dino sambil berucap mesra.
"BUKANKAH DULU KITA PERNAH MENGALAMI MASA- MASA INDAH? WAKTU KAU MENYEWAKU UNTUK JADI PACAR SEWAANMU......"
"Pacar sewaan?", teriak Bimo tak mengerti.
"Iya... Kau tak tau ya??? kasian sekali." Jonah melirik kerah Bimo.
"Bukan.. bukan begitu sayang...." Dino yang masih tenggelam dalam dekapan Jonah berusaha menjelaskan.
"APA PERLU AKU PERLIHATKAN SESUATU?"
Begitu selesai mengucapkan kata itu, Jonah langsung melepaskan pelukannya. Ia langsung kembali duduk dan kursi dan mengeluarkan sesuatu dari tas yang tadi dibawanya. Ia mengeluarkan sebuah Ipad tab. Sebentar diutak- atiknya Ipad itu, dan kemudian diletakkannya pada meja dengan posisi berdiri. Sehingga nmpak seperti televisi berlayar tipis.
"Apa ini?" Bimo kian tidak mengerti.
Lantas perlahan layar Ipad itu mulai menayangkan foto-foto dalam mode display. Perlahan demi perlahan muncul foto- foto mesra antara Jonah dan Dino. Aku tak tahu kapan foto itu diambil. Aku juga tak tahu apakah itu foto betulan atau tidak. Yang pasti aku kagum dengan profesionalitas Jonah. Ia sampai sedetil ini menyiapakan rencana.
***
"CUKUP! CUKUP! INI SEMUA SUDAH CUKUP!"
Tiba- tiba terdengar teriakan Bimo memecah keheningan.
Thx ka @Tea_for_two