It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@CoffeeBean : main Liszt juga?? It's tooo difficult to play..
@Adam08 : hmm ada nih videonya dia main piano, tp ga keliatan mukanya.. Iya itu ceritanya dia, cuma gue buat pelebaran dalam pengkalimatannya.. Hehehe
@tony_chopper : nggak ada kok, mereka baik2.. Main piano jg ya?
Gilaaa!!! Raoul udah eksis banget di sana, gara-gara mainin Winter Wind dan La Campanella, 100% dia bakal diterima deh. Gue masih saja melihat ke arah kerumunan itu, nampaknya banyak senior cewek yang mulai deketin Raoul. Lucu aja ngeliat dia dikerubungin kayak gitu, mudah-mudahan ada satu yang nyantol sama dia, kasihan 18 tahun hidupnya, dia belum pernah pacaran padahal dia ganteng dan cute. Wth, ngomong apa gue barusana, kenapa jadi muji-muji Raoul gini??
EHEM
Terdengar suara batuk dari depan gue dan terlihat seorang cowok berdiri sambil memegang kertas yang berisi list peserta audisi, lalu gue mendengar ia memanggil nama gue.
"Andrew Cassidy," tanyanya sambil mengamati deretan kursi gue.
"Saya kak," jawab gue spontan
"Okay, its your turn," kemudian dia mengantarkan gue ke meja mana gue harus menjalankan audisi. Sesampainya di situ, gue melihat pengaudisinya sedang berbalik badan mengambil materi yang akan diujikan, kemudian dia berbalik badan kembali dan kaget melihat gue,
"Andrew, rite?" tanyanya ragu-ragu.
Gue kenal sosok itu. Seorang pria yang menurut gue keturunan bule itu, kini ada di depan gue. Seorang dengan tubuh tinggi dan tegap yang baru saja gue kenal tadi pagi.
"Oh, Bryant ya? Wah, nampaknya gue harus manggil kakak nih," canda gue, ternyata dia adalah senior di orkes simfoni ini.
"Udahlah panggil nama aja, udah siap belum?" tanyanya lagi.
"Semoga siap deh kak. Eh, tapi karena kakak yang nguji, gue jadi deg-degan nih," seloroh gue sambil cengengesan.
"Yaelah, gue cuma nguji doang Drew, gue nggak ada apa-apanya kalo dibandingin yang lain. By the way panggil gue Bryant aja, nggak usah pake kak,"
"Sip Bryant," Kalau dilihat-lihat Bryant itu charming banget, style-nya, gaya bahasa, dan cara dia ngomong bener-bener bikin orang betah deket dia. Pasti dia banyak disukain perempuan deh.
"Drew lu udah lama belajar violin?" tanyanya sambil sekilas dia membaca biodata gue, "cerita sedikit dong tentang pengalaman lu," tambahnya lagi.
"Gue udah belajar violin dari umur 5 tahun, tapi basicnya gue ambil piano dulu, lalu pas umur segitu gue minta sama bokap untuk diajarin violin juga. Kebetulan bokap gue violinist juga. Umur 8 tahun, gue ambil ABRSM dan waktu SMA kelas 1 gue udah dapet diplomanya," kata gue singkat.
"Gila Drew, lu jago banget sih. Imba banget. Kayaknya lu nggak perlu diaudisi segala deh," kata Bryant sambil tersenyum.
"Gue mau audisi kak, kan itu yang menentukan apakah gue memenuhi standar kalian atau nggak," jawab gue dengan tegas.
"Well, I guess this is only formality. Hahaha. Coba, kamu mainin ini," katanya sambil meyodorkan sebuah lagu. Sesaat gue mengamati lagu tersebut, dan gue cukup yakin bisa memainkan lagu itu dengan baik, karena notnya tidak sulit. Lagu itu adalah Salute dAmor. Kebetulan, gue pernah memainkan lagu itu, jadi gue bisa memberikan feel yang lebih dalam saat memainkan lagu itu.
Seusai gue memainkan lagu itu, Bryant berkata lagi, "tuh kan lagu ini enak banget kalo lu yang main, gue sampe terbuai dan merinding,"
"Makasih kak," balas gue.
"Stop call me kak dong. Kayaknya lu nggak perlu tes teori music deh. Nah sekarang, coba lu mainin sebuah lagu dong," seloroh Bryant.
"Kak, boleh main Eine Kleine Nachtmusik-nya Mozart nggak?" tanya gue.
"Boleh aja kok Drew, tapi itu kan enakan dimainin double violin," jawab Bryant.
"Kakak bisa nggak mainin part violin II-nya?" tanya gue lagi.
"Bisa kok, kebetulan masih ingat. Hehehe," jawabnya sambil tertawa.
"Main bareng yuk kak," ajak gue.
"Hahaha," Bryant tertawa, "padahal audisi solo ya, tapi malah diajak main bareng. Oke deh, gue juga penasaran ngerasain lu.. Eh maksud gue ngerasain duet bareng lu," sejurus kemudian ia mengambil biolanya dan kemudian sudah berada dalam posisi siap. Gue memberikan aba-aba untuk memulai duet kami. Gue memainkan bagian violin I dan Bryant memainkan violin II. Wow, rasanya enak banget duet sama Bryant, dia juga jago banget main biolanya, bowing technique-nya halus banget, sama sekali nggak kasar. Permainan kami sangat menyatu.
"BRAVOOO," teriak salah seorang senior saat kami mengakhiri lagu itu, dan banyak orang lain yang bertepuk tangan
"Wah, bisa jadi opening performance nih, saat kita konser nanti," cetus seorang senior perempuan lain.
"Makasih kak atas pujiannya," jawab gue sambil tersipu malu.
"Jago banget lu Drew. Definitely lu masuk tim," celoteh Bryant, "Violin I" pastinya, kemudian ia tersenyum.
"Eh serius Bryant?" tanya gue ragu.
"Ya iyalah," ia kemudian menyalami gue, "Drew boleh minta nomer hp? Or contact lain?" tanyanya
"Boleh, nomer gue 08177891***," jawab gue.
"By the way, pake bb kan Drew? Boleh minta pinnya sekalian nggak? Biar gampang aja hubungin lu,"
"Boleh kakak, nih 27A*****", gue nggak ragu untuk memberikan pin bb gue kepada Bryant, sapa tahu gue bisa ditawarin job yang bisa menghasilkan uang banyak. Hehehe, maklum anak muda yang lagi butuh duit :P. Lalu gue meninggalkan Brayant dan mencari teman-teman yang lain. Sesaat setelah gue mulai meninggalkan meja itu, gue melihat seorang cowok menghampiri Bryant dan berkata,
"Tangkepan baru ya bro?"
Hah? Maksudnya apa? Tangkepan baru? Ah, sudahlah ngapain juga gue mikir yang aneh-aneh.
@greenlite92: perhatiin cara ketiknya, lu banyak salah ketik kata and lu perhatiin autotext-nya. Kalau gak salah tadi datang jadi dating. Overall bagus banget. Oh ya gw suka sama chapter raoulnya, gw suka dy keren pas main piano-nya. Sampe kebawa kaya nonton langsung.
Ayooo @greenlite92 up lagi.
Si raoul bisa mainin karya lizst, si andrew mainin punya si elgar. Punya siapa lgi nih yg bkal dimainin...
Kak @greenlite92, aku ga bleh main, dlu wkt pengen daftar skola musik ga diijinin sama papa, alasannya klasik, piano buat cewe. Zzz...
Aku suka banget sama liebestraume-nya lizst, it's so beautiful, dan yg penting romantis bgt...
Dan, salut d'amor, bner ga si andrew bsa bkin merinding? Dari 4 konser yg pernah mainin salut-nya edward, aku baru merinding 2 kali lho... Hehehe... Oh y, aku jga bru dikejutin ama temenku. Dia mainin salut d'amor bda bgt, ceria, energik, tapi keren...
@Adam08 : wah kayaknya dia nggak pernah posting di youtube deh.. Hehehe, tp nanti coba gwpost recordingnya di sini deh.. Iya nih iskandar widjaja mau main, tp jauh bgt di bintaro.. Hehehe
@FirmanE : thx yah buat koreksiannya. Iya nih biasanya abis ketik nggak liat lagi, makanya auto correctnya ngga diperbaiki.. Raoul memang pembawaanya seperti itu.. Thx ya udah baca..
@CoffeeBean : gw juga suka liebestraume.. Hehehe, nanti bakal ada yg main lagu itu loh.. Lu knp nggak boleh belajar musik?? Padahal lu bener2 penikmat classical music ya? Btw, yg main lagunya Elgar siapa?
Diana choir itu choir mana ya? Blm pernah dengar. Kalo Cecilia Yap gw juga suka.. Hehehe
"Hoy," seseorang memegang pundak gue dari belakang.
"SHIT," spontan gue mengeluarkan kata itu. Dan ternyata Raoul yang mengagetkan gue. Dasar iseng, walaupun begitu dia tetap merupakan teman baik gue.
"Hush, lagian lu bengong aja. Ngeliatin siapa sih?" tanyanya penasaran.
"Nggak ngeliatin siapa-siapa. Gue cuma lagi mikirin tugas kimia dasar aja kok,"
"Bohong, nggak mungkin lu lagi mikirin tugas. Pasti lu lagi mikirin gue kan?" candanya lagi, sambil merangku pundak gue dan menyederkan kepala gue ke pundaknya.
"Eh ngapain ngerangkul-rangkul?" alih-alih gue langsung melepaskan diri gue dari rangkulannya.
"Kan lu temen gue, masak nggak boleh ngerangkul?"
"Ntar orang berpikir kita pacaran lagi. Hiiiii,"
"Peduli amat sih sama kata-kata orang,"
"Ya iyalah, I'm not gay like you bro. Hehehe. Peace bro!" jawab gue asal sambil membentuk tanda 'V' pada jari gue.
"Sialan lu," tanpa basa-basi Raoul langsung berusaha menghajar gue.
EHEM
Terdengar suara batuk seseorang dari depan kami berdua. Dan ternyata Neysa dan Rio sudah berdiri di depan kami. Raut wajah Neysa menggambarkan muka gossip, dengan mulut dimajukan ke depan, dan kepalanya mengangguk-angguk. Sedangkan Rio dengan ekspresinya cool-nya juga menunjukan bahwa ia setuju dengan Neysa.
"Emang susah ya Yo kalau orang lagi jatuh cinta," ejek Neysa kepada gue dan Raoul.
"Hmm, mereka sebenernya cocok kok," jawab Rio dengan santai.
"Apaan sih lu berdua? Gue abis berantem sama Raoul nih," sergah gue.
"Bukannya lagi mesra-mesraan sambil ketawa bareng?" tanya Neysa.
"Woi, gue abis berantem nek. Tadi Andrew ngejek gue kali," cetus Raoul.
"Tapi kalian cocok banget kok," statement itu keluar dari mulut Rio. Gue dan Raoul hanya bisa menganga medengar perkataan Rio tersebut.
"Gila lu Yo," kata gue sambil tertawa.
"Cocok banget Drew. Gue yakin Raoul suka sama lu," seloroh Neysa.
"Heh nenek sihir, ngomong apaan sih lu?" bantah Raoul. Apa iya Raoul suka sama gue? Memang gue ngerasa akhir-akhir ini Raoul perhatian banget sama gue. Tiap malem selalu BBM gue just to make sure I'm alright. Kenapa? Raoul itu kan sahabat gue, lagian dia cowok, masak bisa suka sama gue? Gue yakin banyak cewek di luar sana yang mau jadi pacar Raoul. He is very handsome, good looking, talented pianist, funny. Dia orangnya care banget sama seseorang. Actually, gue nyaman kok deket sama Raoul. Kalau misalnya dia jadian, mungkin akan ada yang hilang dari gue kali ya. Argggghhhhhh mikir apaan sih gu?? Tanpa gue sadari muka gue memerah.
"Heh Andrew," kata Raoul, "Tuh kan bengong lagi,"
"Eh," sejurus kemudian gue tersadar, "nggak kok, siapa yang bengong?" bela gue.
"Muka lu kok merah gitu sih?" tanya Rio
"Nggak kok, ini muka biasa aja," jawab gue.
"Pasti lagi mikirin kata-kata gue tadi," celoteh Neysa sambil tersenyum dan menaikkan alisnya.
"Hah? Kata-kata yang mana?" tanya gue polos.
"Yang tentang Raoul suka sama lu," canda Neysa.
"Apaan sih nek? Gue nggak ngerti," kata gue.
"Udah-udah, lu jangan godain Andrew terus deng nek, kasihan mukanya makin merah deh tuh, kayak udang rebus," bela Raoul, " by the way, liat tuh," ia menunjuk ke arah pojok kanan depan, "si Mesty udah stand by bawa harpa segal tuh,"
"Oiya, dasar nona muda, padahal cuma audisi, tapi dia nekat minta dibawain harpa sama pesuruh-pesuruhnya," kata Rio.
"Biasalah, namanya juga Mesty Miss 'Make it Perfect'" timpal gue.
HAHAHA, Raoul, Neysa, dan Rio tertawa mendengar julukan yang gue berikan kepada Mesty.
"Eh, ke sana yuk, kita liatin si Mesty," kata Neysa. Lalu kami semua pergi ke tempat Mesty akan melakukan audisi.
"Mesty, kamu mau jadi harpist di orkes ini kan?" tanya senior perempuan berkaca mata itu kepada Mesty.
"Iya kak. Aku mau banget join di sini," jawab Mesty.
"Kamu coba mainkan lagu ini," kemudian dia memberikan sebuah partitur. Sepintas gue melihat partitur itu dan itu adalah partitur piano. Hah??? Kok dia disuruh main partitur piano?
"Jadi aku harus memainkan lagu ini kak?" tanyanya.
"Iya, kenapa? Kamu nggak bisa?" kata senior itu agak angkuh.
"Bisa kok kak, tapi nggak sama persis yah. Aku akan mengira-ngira sesuai teknik bermain untuk harpa," jawab Mesty dengan tegas. Ia mulai memetik senar harpanya. Gue nggak tahu ada berapa banyak senar (mungkin sama kayak piano kali range-nya), namun jari jemari Mesty dengan lincahnya memetik senar-senar itu. Lagu Liebestraume Liszt untuk piano dapat ia bawakan ke dalam permainan harpanya. Gue bener-bener takjub akan permainannya Mesty. She is awesome. Gue memejamkan mata, menikmati setiap melodi yang mengalun. Perasaan gue sungguh damai mendengarkan permainan Mesty. Barulah sampai not terakhir gue mulai membuka mata. Damn, what a great performance. Kami semua bertepuk tangan seusai permainan Mesty.
"Amazing," kata senior itu, "kamu nyiapin lagu apa untuk dimainkan?"
"Ada satu lagu sih kak, tapi bukan lagu classic. Boleh aku mainin?" tanya Mesty ragu-ragu.
"Boleh aja kok, emangnya mau main lagu apa?" tanya senior itu ramah.
"Wishing You Were Somehow Here Again," kata Mesty.
"Andrew Llyod Weber?" tanyanya.
"Iya,"
"Oke, silakan main," Ia mulai memainkan lagu itu. Ah, setiap kali ia memainkan harpanya gue selalu terbuai. Ia memulai permainannya dengan suasana yang sepi dan penuh kesederhanaan, dan seiiring dengan naiknya mood lagi, ia membuat suasana yang lebih megah dan grande. Luar biasa. Kami semua dibuat tercengang oleh kemampuannya bermain harpa.
***
"Mau ke mana nih abis ini?" tanya Metha.
"Terserah aja yang penting bisa duduk sambil makan dan ngobrol," kata Frans.
"Gimana kalau kita ke rumah gue aja?" ajak Mesty.
"Eh jangan deh Mes, ntar kita ngerepotin," kata gue sambil basa-basi. Sebenarnya gue penasaran banget mau ke rumahnya Mesty. Dia kan anak salah satu pengusaha petrokimia ternama di Indonesia, which means she is very rich. Walaupun begitu dia nggak pernah sombong, bahkan humble banget.
"Udah ngak apa-apa. Nanti gue suruh orang rumah nyiapin makanan yang enak buat kalian semua. Tenang aja," cetus Mesty santai.
"By the way, rumah lu di mana Mes?" tanya Rio.
"Di daerah Hang Tuah kok," jawab Mesty.
"Nanti gue ikutin mobil lu aja ya Mes," seloroh Raoul.
"Oke, eh yang bawa mobil siapa aja?"
"Gue," kata Raoul.
"Gue juga bawa kok, tapi motor," kata Frans.
"Gue bawa motor juga," sahut Rio.
"Cewek-cewek pada nggak bawa mobil?" tanya Raoul.
"Nggak, tadi gue dianterin kakak gue," jawab Neysa.
"Gue Cuma di drop doang sama bokap," tambah Metha.
"Yaudah yang cewek bareng gue aja," kata Mesty, "by the way Drew, lu naik apa ke sini?"
"Errr.." jawab gue terbata-bata "gue bareng Raoul,"
"Tuh kan, kalian pasti ada apa-apa deh," ejek Metha.
"Iya nih, berdua aja kemana-mana," tambah Frans. Arrggghhhh, kenapa sih semua orang hobi banget ngejodihin gue sama Raoul????
"Eh bukan begitu, tadi gue bareng sama Andrew, gara-gara mau minjem catatan kimdas. You know kan kita ada tugas," bela Raoul.
"Iya tadi Raoul mau minjem catatan gue di rumah, makanya akhirnya dia ke rumah gue dulu," kata gue nggak mau kalah. "Thanks Raoul, untung lu pinter cari alesan," bisik gue ke dia. Akhirnya kami semua pergi ke rumah Mesty. Neysa dan Metha ikut Mesty di mobilnya, Frans dan Rio mengendarai motor masing-masing, sedangkan gue bareng Raoul.
Di dalam mobil, gue sibuk BBM-an dengan gebetan gue, jadi gue sama sekali nggak mengajak Raoul ngobrol. Ia juga sedang asyik mendengarkan lagu-lagunya Owl City sambil nyanyi. Yah mesti gue akui, suaranya Raoul itu.... Keren. Hahaha.
Gue masih saja asyik BBM-an
Andrew Cassidy
v Lagi ngapain?
Rissa Chiu
o Lagi ngerjain tugas nih ko.
o Audisinya gimana tadi? Pasti lancar dong yah?
o Btw, lagi ngapain ko?
Andrew Cassidy
v Lagi jalan nih mau ke rumah temen dulu bareng koko kamu juga
v Audisinya lancar kok. Kamu udah makan belum?
Rissa Chiu
o Udah kok ko, tadi aku masak fish n chips loh.
Andrew Cassidy
v Wah, kok nggak bagi-bagi koko?
Rissa Chiu
o Abisnya koko kan nggk main ke sini.
Pokoknya isi BBM gue kira-kira kayak gitu deh, biasalah namanya juga orang lagi berusaha buat dapetin pacar. Hehehe.
"Ngapain sih senyam-senyum sendiri? BBM-an sama siapa sih?" tiba-tiba saja Andrew bertanya kepada gue.
"Siapa yang senyum-senyum sih?" tanya gue pura-pura nggak tahu.
"Itu tadi senyum-senyum sendiri sambil BBM-an. Lagi ngomong sama siapa sih?"
"Ini sama temen les gue. Biasa dia ngebanyol," jawab gue asal. Gue terpaksa harus berbohong, karena gue nggak mau sampai Raoul tahu kalau gue sedang pendekatan sama adiknya. Bisa berabe nih kalau dia tahu.
"Oh, gitu," jawabnya datar. Ia terus saja mengendarai mobilnya sambil sesekali bercanda dengan gue. Makin lama gue ngerasa ada perasaan aneh yang timbul di dalam diri gue, tapi gue nggak bisa ngedeskripsiinnya.
I just feel very comfortable with Raoul.
Apa jangan-jangan gue suka ya sama dia?
What the hell I'm thinking about. SHIT. Lama-lama bisa gila gue kalau mikir yang aneh-aneh kayak gini. But seriously, this is very weird feeling. Arrrrrggghhhh.
Bukan choir, kak, koor, itu nama org...