It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Aku ketinggalan!" bentakku dengan lirih.
"Nanti aku bisa ketinggalan!" bentaknya gak mau kalah.
Aku nyerah minta tolong sama Angga. Dan aku benci karena gak bisa ngikutin pelajarannya. Dan, aku... menangis. Menangis di atas meja.
"Bu, Alby nangis!" teriak seorang teman yang aku tidak lihat siapa, dari suaranya kayaknya anak perempuan.
"Alby, kenapa?" tanya Bu Guru sambil mengusap lembut punggungku.
Angga membela diri, "Ih... enggak kok, Bu Guru. Aku bilang nanti!"
"Kenapa harus nanti? Kamu harus membantu temanmu yang kesulitan, gak boleh nanti-nanti," kata bu guru yang marah sama Angga, "Sekarang kamu keluar dari kelas! Belajar di luar!"
Kayaknya Angga gak bisa membantah. Dia langsung keluar kelas. Bu Guru duduk di sebelahku.
Aku masih terisak tangis, tapi berusaha menahan tangisanku. Berkat bantuan Bu Guru, sedikit demi sedikit aku bisa mengerti bahasa daerah di sini.
+++++
"Yang namanya Arkan yang mana sih?" tanyaku pada teman sekelasku yang gak tahu namanya siapa.
"Itu yang pakai tas merah di dekat tukang Bakso Tusuk," katanya sambil menunjuk seseorang. Aku langsung mengerti dan menghampiri anak itu.
"Kamu nunggu jemputan Pak Tio ya?" kata anak songong itu. Aku cuma ngangguk-ngangguk.
Anak songong? Siapa lagi kalau buka ALBY? Aku gak suka sama tingkah lakunya. Baru jadi anak kota aja udah ngerasa hebat. Bukan cuma aku aja kok yang gak suka sama dia, teman-teman sekelas juga.
Tadi pas pelajaran Bahasa Daerah, kebetulan aku duduk persis di belakang Angga. Aku tahu persis apa yang terjadi. Alby, kemauannya harus dituruti. Manja banget.
TIIIIITTT!!!
Klakson sebuah mobil yang melintas begitu memekakan telinga. Aku memegang lengan Alby dan menariknya. Kayaknya aku terlalu keras menarik Alby, hingga wajah kami begitu berdekatan. Pandangan mata Alby kayak habis ngelihat setan. Aku tahu dia pasti kaget.
Dia menjauhi badanku dan menunduk, "Maaf," katanya lirih. Aku gak menjawabnya.
Menunggu jemputan Pak Tio agak lama. Aku dan Alby terjebak dalam suasana hening. Gak tau udah berapa lama kami berdiri di tepi jalan tanpa suara sedikitpun.
"Emmm, ta.. tadi pagi kenapa gak ada di mobil Pak Tio?" tanya Alby memecah kekakuan.
"Aku ikut mobil Pak Tio cuma pulangnya aja. Berangkat sekolah diantar papa," Alby manggut-manggut tanda mengerti.
hahaha
@clay, iya maaf. hehe. habis ngetik lewat hape tuh capek. wkwk
mksh ya udah capek2 baca karya Vin.
#sigh
lanjuuut!!!
Lagi-lagi terdiam sepi. Untungnya gak lama kemudian, mobil Pak Tio datang.
Aku lihat kok di dalam mobil Pak Tio cuma ada satu anak. Biasanya mobil udah penuh karena ada tiga sekolah sebelum sekolahku yang menjadi daftar jemputan Pak Tio.
"Pak Tio, kok sepi?" tanyaku.
"Iya, Arkan. Katanya pulang cepat," jawab Pak Tio.
"Oooh"
Jadilah di kursi tengah, cuma ada aku dan Alby. Satu anak lagi duduk di depan.
Mobil berangkat menuju satu sekolah terakhir yang jadi daftar jemput.
"Tunggu ya? Pak Tio mau beli rokok. Kalau mau turun, gak apa-apa. Tapi jangan main jauh-jauh!" pesan Pak Tio pada kami bertiga. Kami bertiga menjawab "Ya!" dengan kompak.
Lagi-lagi kesunyian yang ada. Alby yang duduk di dekat pintu sedikit gelisah. Sesekali dia memandangku, seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi tertahan.
Aku sebenarnya malas meladeni Alby. Tapi, aku ingat kejadian Alby dengan Angga di kelas tadi. Alby, ya, keinginannya harus dituruti. Aku khawatir aja dia bakal nangis lagi di sini.
Aku beranjak ke kursi dekat pintu tengah, Alby bergeser sedikit ke kanan memberi ruang duduk untukku. Lalu, mulai menjelaskan cara membuka pintu tengah mobil Pak Tio.
How Do You Open The Middle-Door of Mr. Tio's Car
#Step 1
Angkat kunci pintu dengan tangan kanan dan tahan hingga langkah kedua selesai dilaksanakan.
#Step 2
Keluarkan tangan kiri dari dalam mobil melalui jendela, raih handle pintu, tariklah seperti hendak membuka pintu dari luar, tahan posisi ini sampai langkah ketiga selesai.
#Step 3
Lepaskan tangan kanan dari kunci pintu. Gunakan telapak tangan kanan untuk mendorong pintu keluar. Maka pintu akan terbuka.
Dia mengangguk, "Kalau nutupnya?"
"Biasa aja, tapi harus keras nutupnya," jelasku lagi, "Coba deh!"
Aku kembali ke tempat dudukku semula, Alby mendekati pintu dan mulai mencoba. Tapi, dia gagal melakukannya. Gak tahu deh apa yang salah. Aku mau ketawa ngelihat dia meringis karena tangan kanannya kesakitan, tapi ku tahan sebisa mungkin. Untung dia gak terlalu keras mendorongnya.
"Kok gak bisa?" katanya memelas sambil memanyunkan bibirnya.
Deg... Deg... Kok aku jadi berdebar-debar gini?
"Tahan!" perintahku.
Kemudian aku pegang tangan kirinya, ku arahkan ke handle luar pintu.
Deg.. Deg..
"Dorong pakai tangan kananmu! Jangan terlalu keras!" perintahku lagi.
Dia melakukan apa yang aku perintahkan dan... pintu terbuka.