It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tris matiiiiiiik
Saya membaca novel ini versi terjemahan, yang sudah diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer dg judul "Ibunda". Terlepas dari dua raksasa sastra yang menulis dan menerjemahkan, buku ini justru termasuk buku yang paling lama saya endapkan di lemari buku, telantar lebih dr 3 tahun dan baru dibaca sekarang.
Alasan saya perlu waktu lama untuk mulai membacanya tak lain karena nama Gorky. Gorky, lebih terkenal sbg cerpenis, dianggap sebagai salah satu penulis Soviet terbesar dan menggelorakan dunia sastra dg gaya sosial realisnya yang menggebu-gebu. Buku-buku Gorky sering dijadikan kitab suci para 'gerilyawan' kiri untuk membangkitkan semangat juang revolusi, antikemapanan sistem pemerintahan yg totaliter diktator.
Dan di sinilah Gorky menjadi sebuah ironi. Hampir semua karya Gorky bersetting pada masa akhir Tsar Rusia yg terkenal egaliter. Petani-petani miskin yg dikenai pajak tinggi untuk hasilnya dinikmati para bangsawan kaya. Buku-buku Gorky mengangkat isu-isu kemiskinan ini untuk menggugah semangat revolusi menentang penindasan ini. Tak ada yang salah sama sekali, sampai terjadi revolusi Bolshevik yang legendaris itu, dimana kaum komunis menggulingkan Tsar dengan cara keji dan mendirikan sistem pemerintahan yang jauh lebih horor. Dan Gorky, terlibat secara langsung dlm salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah ini.
Di bawah pemerintahan Lenin (dan puncaknya Stalin), Soviet mengembangkan sistem pemerintahan tirani besi yg akan memenjarakan siapapun yg dianggap atau dituduh berbahaya. Para tahanan ini kemudian dibuang dalam penjara pengasingan (yg disebut 'gulag'). Jutaan, bahkan mungkin puluhan juta, rakyat Soviet meninggal dg cara mengerikan, entah karena kelaparan maupun penyiksaan penjara yg jauh lebih kejam drpd kamp konsentrasi Nazi.
Dan Gorky, yg dulu dikenal sbg pembela rakyat, malah bersikap lembek dan 'menjilat' Stalin. Gorky sama sekali tak berkomentar atas kekejian-kekejian ini. Bahkan saat Gorky mengunjungi salah satu kamp, sepulangnya dr sana, Gorky sama sekali gak berkomentar apa-apa. Menurutnya, kamp-kamp konsentrasi ini cuma sekedar 'pengorbanan revolusi'. Sikap mendua, cari aman, dan penjilat Gorky ini yang saya sangat-sangat sesalkan. Makanya, buku The Mother ini sempat saya endapkan karena ketidaksukaan saya terhadap Gorky.
Sebagai novel sosial realis, The Mother sebenarnya bukan karya yang benar-benar cemerlang. Sepertiga novel awal memang sangat asyik untuk diikuti. Tapi sisanya, menjadi sangat klise dan membosankan. Sebagai sebuah pengantar yang ingin mengenal sejarah revolusi Soviet era transisi tsar-bolshevik, The Mother layak untuk dipertimbangkan. Tetapi sebagai karya bertema sosial realis, saya akan lebih memilih novel-novelnya Emila Zola, Steinbeck, atau malah Charles Dickens (terutama yg 'Tale of Two Cities').
Ini sebenarnya buku untuk anak-anak. Tapi pesona visualnya, akan memikat siapapun termasuk orang dewasa sekalipun. Bakat seni gambar yang menawan dipadupadankan dg bakat penceritaan yang melenakan. Charming.
akhirnya dapet seri ebooknya >.<
berharap dapat novel karya Xanda, sayang terbatas,, cuma dijual di Amerika juga
Ah. Sudah lama sekali saya tidak membaca dan meminjam sebuah buku secara full di perpustakaan. Sekarang, dengan jumlah buku tak terbaca semakin menggunung di kamar sendiri, kalau ke perpustakaan saya hanya melihat sekilas judul dan skimming sinopsisnya saja. Dan dengan membaca buku ini, saya jadi merasa bersalah dg tidak lagi rutin mengunjungi sebuah perpustakaan.
Buku ini adalah sebuah surat cinta kepada dunia perpustakaan. Tak hanya foto-foto indah dg lokasi-lokasi eksotis, tetapi juga dilengkapi dg esai komprehensif ttg sejarah masa lalu dan ramalan nasib masa depan sebuah perpustakaan. Baik foto maupun esainya, menunjukan satu masa depan muram: betapa sepi dan terancamnya nasib sebuah perpustakaan.
Saya jadi ingat dg nasib The British Council Library di Jl. Lembong Bandung. Perpustakaan ini adalah 'surga' saya ketika masih sekolah. Banyak literatur klasik, berharga, dan langka (bahkan beberapa diantaranya baru saya dengar) yang menjadi koleksi perpustakaan tsb dan saya hampir telan satu-satu saking ingin menyecap isinya. Tempatnya yang teduh dan sepi meski berjarak ratusan meter dr pusat keramaian Bandung, menjadi obat mujarab utk menenangkan diri dan mencari ilmu berharga. Kini perpustakaan tsb sudah ditutup. Banyak memori saya yang terbuang, namun yang paling meresahkan saya; tinggal berapa perpustakaan lagi yang masih buka di kota sebesar Bandung? Dan bagaimana dg perpustakaan di kota-kota kecil?
Bahkan, perpustakaan sebesar dg penyokong yg mestinya lebih bonafid, Perpustakaan Amerika di Jalan Sudirman Jakarta, ditutup. Padahal koleksinya, saya baru datang sekali, sangat impresif dan membuat air liur saya menggelegak.
Buku ini membuat saya terkenang pada nasib-nasib buruk ttg perpustakaan di negeri ini, yang ternyata di Amerika juga keberadaaanya semakin terancam. Buku ini menyajikan gambar-gambar dg kualitas terbaik ttg perpustakaan publik yang ada di Amerika. Yang secara ironis, justru menampilkan realitas terburuk: diabaikan.
Buku ini adalah sebuah surat cinta kepada dunia perpustakaan. Sebuah surat cinta yang sedih dan tragis.
sangat luar biasa :"
iri sama anda yang sedari kecil sudah cinta akan buku dan perpustakan :")
Hadiah pertama saya ulang tahun adalah buku tebal (dan gak bergambar), Itu rikuesan saya bahkan sebelum saya mulai bisa membaca. Hadiah kedua, baru mainan, haha.
Simple always wins. Alegori yang cantik ttg gadis si jubah merah di dunia modern. Tanpa kata-kata, novel grafis ini menceritakan ttg seorang gadis kecil yang memunguti bunga-bunga yang di jalanan dan memberikannya pada orang-orang dan hewan yang ditemui. Bersahaja dan bermakna. Kita sering lupa, bahwa membuat orang lain untuk bahagia itu bisa dilakukan dg cara yang sederhana.
atau tentang Sejarah dunia mungkin. hehehee