It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hesse baru baca dua bukunya: Sidharta (lebih bagus ini deh drpd Budha-nya Armstrong) dan Demian. Di luar itu baru baca beberapa puisinya aja. Steppenwolf yang kesohor malah belum (sempat di-) baca.
Seperti kata orang, terrorism has no religion. Karena itu terorisme mendompleng agama biar eksis. Dan kita, perlu sesuatu untuk dijadikan kambing hitam. Beberapa oknum yang jadi biggot, gampang banget ditrolling pula, sempurnalah sudah agama dijadikan bahan olok-olokan.
History of God saya baca full pas SMP. Mabok bacanya tapi bikin ketagihan untuk melihat interaksi agama dari sudut pandang global seperti ini gak pecicilan dr klaim dan doktrin aja, haha.
baru beli sih dari hasil cuci gudang gr*media hehe liat judulnya keliatan seru dan juga ada kata kata gini "berpetualang keliling dunia gara-gara putus cinta" yang ada di pikiran ku sih ini bakal kocak jadi beli deh haha
Sekarang sedang baca ulang 2 buku lawas yang sedang didiskusikan di 2 grup berbeda di forum sebelah,
The Valley of Fear (Arthur Conan Doyle)
Pertama kali baca buku ini pas SD, dan rasanya dulu saya sangat tergila-gila. Tapi saat baca ulang sekarang, kerasa sekali Doyle menulis banyak hal tambahan yang dirasa kepanjangan dan gak perlu. Pas bagian The Scowrers misalnya, harusnya bisa diringkas menjadi satu bab ringkas saja. The Hound of the Baskervilles masih menjadi novel Doyle yang terbaik.
Relativity: The Special and the General Theory (Albert Einstein)
Einstein pernah berujar bahwa kita belum bisa disebut mengerti suatu hal jika kita gak bisa nerangin hal tsb ke nenek kita. Dan Einstein tak salah bilang begitu karena dia bisa menjelaskan konsep rumit ttg teori relativitas sejelas dan seterang di buku ini, bahkan orang yang gak berlatar fisika pun bisa memahami konsep besarnya.
Oke, sepertinya saya harus memasukan "belajar matematika lanjutan" sebagai bahan resolusi untuk tahun ini. Untuk menegrti relativitas umum, saya harus mengerti persamaan matematika lanjutan yang rumit. Dan setahunan lebih tidak membaca buku-buku kalkulus bikin otak saya menjadi tumpul lagi saat berhadapan dengan persamaan metrik tensor. Duh.
Saya ingin belajar matematika, saya ingin melihat apa yang tidak bisa saya lihat di jagat raya ini, yang Einstein dan matematikawan lain lihat. Einstein hanya mengotak-atik persamaan matematika saja, tetapi teori relativitasnya bisa dengan sempurna menjelaskan bagaimana alam semesta bekerja. Apa yang Einstein lihat yang tidak saya lihat?
Karen kan pake pendekatan akademisi, jadi dia memilah fakta dr hal-hal ambigu spt metafor. Makanya tulisannya terang dan jelas (dan serius), sedangkan Hesse lebih bebas menginterpretasikan kisah Sidharta dalam balutan metafor dan tafsir simbolik. Hesse kan nulis Sidharta sbg "pengenalan" aja buat orang-orang Barat sonoh, makanya bukunya juga tipis. Kalo buat kamu yg berlatar budhist sih jelas gak akan cukup.
novel berlatar belakang sejarah. tp cerita yang kekinian
Komik menarik yang mereinterpretasikan kisah-kisah yang ada dalam genesis menjadi coretan-coretan gambar yang jenaka, cerdas, tak terpikirkan, dan gak bosenin.
Lah, bacaan saya gak berat-berat loh. Hanya karena saya baca buku multigenre, maka bacaan saya ragam jenis. Justru saya sedikit malas kalau baca buku berat, soalnya kalau dipangku bikin pegel atau mau dibawa ke dalam tas dan dibaca di jalan gak nyaman bawanya. haha.
Lanjut biar gak oot,
An Appetite for Wonder: The Making of a Scientist
(Richard Dawkins)
Richard Dawkins, selain Stephen Hawking, bisa dipandang sebagai Nabi-nya kaum atheis modern. Penalarannya yang sering meledak-ledak sama sekali tak menyisakan ruang untuk kehadiran sosok supernatural dalam menjelaskan fenomena alam semesta. Meski kadang opininya sangat pedas dan membakar (bahkan cenderung arogan), tetapi membaca buku-bukunya selalu menjadi sebuah pencerahan.
Buku ini adalah sebuah otobiografi, menceritakan bagaimana Dawkins sejak saat masih sekolah menolak pandangan kekristenan dalam pelajaran sekolah, sampai dia menjelaskan proses pembuatan buku "The Selfish Gene", salah satu buku sains modern yang telah mengubah cara pandang kita terhadap dunia.
Saya tak dapat membayangkan dunia sekarang akan menjadi seperti apa tanpa kehadiran Dawkins. Kontribusi dan pemikirannya sudah mengubah banyak hal
Kalau mau baca Nietzsche yang gampang-gampang, coba baca "The Gay Science". Narasinya lebih simpel tetapi hampir semua ide-ide utama Nietzsche dikeluarkan di buku tsb, termasuk statemennya yg termasyhur, "tuhan telah mati".