Follow
Instagram :
@ceritacintaduniapelangi
Wattpad : adminarmy
Fansfage Facebook : Cerita Cinta Dunia Pelangi
HAPPY READING
Part 01
Jauh diatas langit, tanpa ada satu manusia pun yang tau. Bahwa dilangit terdapat sebuah kehidupan, dimana kehidupan dilangit sangat tersembunyi. Karena kehidupan disana bukan lah kehidupan manusia, melainkan para Perry Cupid. Dilangit para Perry Cupid membantu para manusia agar mereka saling jatuh cinta. Setiap perry ditugaskan pada 1 manusia, dan kali ini perry yang ditugaskan adalah anak sang Raja dilangit. Anak Raja yang bernama Dirga, dia perry yang tidak terlalu aktip namun tidak juga pendiam. Sang Ayah menyuruhnya untuk membantu pria di bumi yang mengalami hal buruk, setelah ayah dan ibunya meninggal.
"Turun ke Bumi dan batulah pria bernama Arlan itu..." Ucap sang ayah pada sang anak.
"Gak mau..." Ucapku membantah ucapan ayahnya.
"Ayolah anak ku..." Ucap Sang Ibu yang mencoba merayu.
"Tapi bu, aku gak mau bantu pria. Aku mau wanita..." Ucap ku pada Ibuku.
"Tak ada bantahan untuk hal ini... Nanti malam turun kalau tidak kau akan diasingkan..." Ucap Ayahku dengan tegas padaku.
Aku diam tak bisa berkata apa apa lagi ketika ayahku berkata A, ya harus A. Aku duduk seorang diri dikursi yang terbuat dari awan. Aku menatap para cupid sedang lulu lalang kesana kemari. Sementara aku sedang melamun, 'Apa harus seorang cupid pergi ke bumi, demi tugas. Padahal aku anak Putra mahkota disini..' Omelku dalam hati.
"Kenapa Dirga?" Tanya tiba tiba seseorang disampingku, aku seperti mengenal suara itu.
Aku menatap kearah suara itu, kulihat dari kaki, lalu pinggang, lalu badannya dan terahir muncul wajahnya yang sangat aku kenal itu kak Niki.
"Gak apa apa kak cuman kesel aja sama ayah..." Gumamku.
"Karena tugas ke Bumi?" Tanya kembali kak Niki padaku.
"He'em..." Aku bersuara pelan.
"Di bumi enak kok, orangnya ramah dan baik. Beda ama cupid yang kadang orang orangnya pada datar..." Ucap Kak Niki.
"Benarkah? Aku pasti tak suka itu..." Gumam ku pada kak Niki.
"Awalnya, tapi pada ahirnya kau akan suka. Sama seperti kaka..." Ucap Kak Niki.
"Maksud kaka?" Tanyaku pada kak Niki.
"Sudahlah.... Belum waktunya kau tahu.." Ucap kak Niki yang pergi meninggalkanku.
"Hah..." Aku menarik nafasku dan melihat kelangit. "Kenapa juga aku harus jadi Cupid..." Ucapku pada diri sendiri.
***
Malam hari pun datang, ayah memanggilku ke istananya dengan memberiku beberapa peringatan yang tidak boleh aku langar.
"Ayah akan berikan beberapa peringatan atau tepatnya peraturan dalam membuat 2 maunusia menjadi 1." Ucap Ayahku, tapi aku benar benar tak ingin mendengarnya .
"1 Kau tak boleh menganggap tugas ini susah..." Ucap Ayahku yang pertama dengan persyaran yang aneh, yang tak boleh mengganggap susah. Jelas jelas ini susah.
"2 ..." Entah aku tak mendengarkan nomor 2 karena menurutku sia sia mendengarkannya.
"3 ini yang terahir, jangan sampai...." Aku tak mendengarnya kembali malah tutup telinga yang ada.
"Jika kau melanggar yang 1 dan 2 ayah masih bisa toleransi, tapi jika nomor 3 hukumannya akan sangat berat. Sangat sangat berat. Ingat itu Dirga...." Ucap ayah padaku dengan sangat sangat tegas.
"Iya iya... " Jawabku. "Jadi kapan aku berangkat...?" Tanyaku pada Ayahku tercinta.
"Sekarang, dan ini PhoneDate. Didalamnya ada data data pria bernama Arsal dan calon kekasihnya. Kau bisa pake ini..." Gumam ayahku.
"Iya makasih ya..." Ucapku pada Ayah.
"Kamu ikuti awan ini.... Menuju rumah bernama Arlan itu..." Ucap ayahku.
Aku hanya menggangguk anggukan kepalaku saja.
Aku mulai melangkah kan kakiku dengan sesekali melihat kearah belakang, "Ayah, Ibu, Kak Niki. Kalian tega..." Ucapku dengan menangis. Aku menuruni tangga menuju bumi, pemandangan dibumi penuh dengan sinar, membuatku sedikit terpanah akan keindahannya. "Apa ini yang disebut bumi?" Tanyaku seorang diri.
Tak lama aku sampai di sebuah rumah, aku masuk langsung kesebuah rumah tanpa perlu kunci. Karena kata ayah dengan phonedat ini aku bisa masuk kerumah Arlan langsung melalui kabel. Aku dekatkan phonedate ke kabel diatap rumah Arlan dan tiba tiba aku masuk kedalam kabel itu dan...
Duzzz
Aku jatuh disebuah sofa manusia yang katanya dalam buku ini empuk, "Aw..." Teriak ku karena sayapku agaka ketekuk punggungku. Aku menatap kiri dan kanan, "Gelap" Gumamku.
Tuk...
Tuk...
Tuk....
Kudengar suara entah dari mana, aku segera bersembunyi dengan cara berdiri dibelakang pintu.
Pintu terbuka, seseorang orang masuk dengan bau yang tidak sedap macam racun serigala. Tapi aku tetap diam, karena takut dia akan takut. 'Lagian kenapa ayah memyuruhku menjadi Cupid Pria, sementara kak Niki Cupid Cewe gak adil..' Gumamku dalam hati.
Seseorang itu pergi kesuatu tempat dengan menyimpan sesuatu dimeja, lalu seseorang itu pergi kedalam ruangan yang berisi kasur dan merebahkan tubuhnya. Aku mencoba mengintipnya, namun gelap. Seseorang itu tak menyalakan lampu satu pun. 'Apa dia mahluk gua...' Gumamku dalam hati dan menggeleng geleng kepalaku.
Aku mencoba berjalan menuju yang disimpan dimeja tadi oleh seseorang itu, namun sangat sial kakiku terbelit oleh sesuatu dan jatuh ke bawah sofa.
"Aduh..." Gumamku merasa sakit.
"Siapa itu...?" Tanya seseorang yang terbangun dari tidurnya dengan langsung menyalakan lampu kamarnya.
Merasa tak ada jawaban, "Mungkin hanya pikiranku saja, yang sedang kacau..." Gumam seseorang itu dengan langsung tidur kembali tanpa mematikan lampunya.
"Hah..." Aku menghembuskan nafasku, karena ahirnya aku selamat.
Aku mencoba berdiri, kulihat pintu terbuka dengan cahaya. Aku penasaran dengan seseorang itu, apa itu yang namanya Arlan. Aku langkahkan kaki perlahan menuju seseorang yang sedang tidur itu. Melewati pintu yang lumayan kecil membuat sayapku agak susah masuk.
"Em... Pintunya terlalu kecil..." Gumamku pelan yang tak ingin membangunkan seseorang itu.
Aku kembali berjalan, dengan pelan ketepi ranjang seseorang itu. Perlahan wajahnya terlihat, membuat bulu bulu ku agak berdiri. Semakin dekat wajahnya semakin terlihat.
Dan kini aku ada disebelahnya, wajahnya nampak jelas dan membuat ku kagum. Wajahnya terlihat dingin tanpa cinta dan tanpa kasih sayang. 'Pasti bukan dia target ku, karena kalau dia. Aku yang akan repot menghurusnya dan butuh waktu lama' Pikirku dalam hati.
Aku melihat PhoneDate ku dan melihat targetku, aku klik tombol target. Muncul gambar seseorang yang sedang aku tatap ini, dia muncul diponselku. Yang itu berarti 'Dia targetku...' Ucapku dengan menatap tajam seseorang itu yang tidak lain adalah Arlan.
"Tidak mungkin..." Gumam ku replex.
"Apa???" Arlan membuka matanya.
Aku dan Arlan salin bertatap satu sama lain karena kaget.
...
..
.
Arlan/Dirga
To Be Continue
Comments
Hehehehe tau aja
Seseorang yang sedang aku tatap ini, dia muncul diponselku. Yang itu berarti 'Dia targetku...' Ucapku dengan menatap tajam seseorang itu yang tidak lain adalah Arlan.
"Tidak mungkin..." Gumam ku replex, dengan menggelengkan kepala ku.
"Apa???" Arlan membuka matanya.
Aku dan Arlan salin bertatap satu sama lain karena kaget. Tapi kulihat Arlan kembali perlahan menutup matanya kembali. Aku sedikit lega akan hal ini, aku kembali menatap wajahnya dan tiba tiba tersenyum. Aku kembali ke sofa ku, dan menutup mataku.
Pagi hari, Arlan belum bangun juga tapi aku lapar. Ku buka bungkusan yang di bawa Arlan semalam, rasanya unik juga makanan bumi. Bentuknya bulat besar dan ada bulat bulat merah, dan saat ku ambil bentuknya jadi segitiga.
"Huoh...." Ku dengar suara dari kamar. Tapi aku tak peduli, aku sedang makan dengan lahap makanan bumi yang nikmat ini.
"Siapa itu?" Tanya Arlan dari kamarnya, yang mendengar aku bergerak melepas kan keresek.
"Kalau kau maling, aku akan membunuhmu..." Ucap Arlan padaku.
Arlan berjalan pelan kearahku, dengan membawa alat pukul. Saat sampai didekatku, wajahnya kaget melihat diriku sedang makan pizza.
"Ah... Maaf aku memakan makanan ini, entah apa namanya..." Ucapku pada Arlan.
"Siapa kau?" Tanyanya padaku kembali dengan memberi kehadapanku sebuah pemukul.
"Aku peri cupid, alias peri cinta..." Jawabku pada Arlan.
"Penipu..." Gumamnya padaku. "Pergi kau dari rumahku..." Gumam Arlan dengan memunculkan pemukul kewajahku.
"Aku serius, aku perry cinta..." Ucapku pada Arlan.
"Sekarang sebaiknya kau pergi, sebelum kupanggil orang orang" Ungkap Arlan kembali padaku.
"Jangan jangan, please aku disini mau membantu... Mu..." Ucapku pada Arlan.
"Membantu??? Heh orang gila, dengar ini..." Ucapnya Arlan padaku.
"Apa itu orang gila??" Tanyaku padanya
"Orang yang hilang kesadarannya..." Jawab Arlan.
"Aku masih sadar kok..." Ungkapku pada Arlan.
"Kalau kau sadar, kau tak akan pake sayap sayapan itu..." Ucap Arlan.
"Ini beneran sayap kok..." Jawabku.
"Sudahlah, percuma panjang lebar..." Gumam Arlan padaku.
Arlan memegang tanganku dan menarik tanganku kepintu, Arlan mengeluarkanku dari pintunya.
"Jangan..." Ucapku pelan dan memohon. Tapi Arlan tetap mengeluarkanku, lalu menutup pintunya.
Banyak orang kekiri dan kekanan, tapi mereka seolah tak melihatku. "Sombang sekali.." Gumamku. "Aku tak mau dibumi..." Ucapku pada diri sendiri. Aku berdiri didepan pintu, lalu kulihat PhoneDate. Ada sebuah pemberitahuan, 'Manusia lain tak akan bisa melihatmu, selain target mu...' Ucap pemberitahuan phone date. "Ah, jadi aku tak terlihat.." Ungkapku.
Aku kembali menunggu Arlan, dia tidak keluar keluar dari rumahnya. Berjam jam menunggu, ahirnya dia keluar dengan pakaian putih abu abu dan membawa sesuatu dipunggunya, bukan sayap.
"Arlan..." Gumamku padanya.
"Hah, dari mana kau tahu namaku? Hah?" Tanya Arlan kaget padaku.
"Heheh, aku tahu semua tentangmu... Bahkan semuanya..." Ucapku padanya.
"Penisku?? Tahu?" Tanya Arlan padaku.
"Tahu lah... Semuanya aku tahu..." Ucapku pada Arlan.
Arlan tiba tiba memukul tembok. Bukkkkk...
"Dengar penguntit... Aku punya privasi, jadi jangan kau ikuti aku..." Ucap Arlan dengan tegas.
"Tapi aku akan membantumu urusan cinta..." Ungkapku padanya.
"Hah, terserahlah, aku sudah telat..." Ungkapnya padaku.
Arlan lalu pergi, aku mengikutinya kemana ia pergi. Ia mengarah kesebuah gedung yang banyak orang orang seperti dia memakai pakaian putih abu abu. Aku rasa ini sekolahan, sama seperti waktu aku dilangit. Aku melihat kiri dan kanan, banyak sekali anak sekolah. Saat aku sadar Arlan sudah hampir jauh. Aku berlari mengejarnya, "kenapa kau meninggalkanku..." Ucapku padanya.
"Kau siapa? Aku tak mengenalmu. Jadi gak penting menunggu..." Ucapnya dengan menyimpan tas dimejanya. "Oh... Ya kau harus mengganti pizza ku yang kau makan..." Ucapnya padaku kemudian.
"Pizza??? Yang makanan dimeja? kah" Tanyaku pada Arlan.
"Iya..." Jawab Arlan yang kemudian terdiam, dia tak berbicara pada orang orang yang ada di ruangan ini. Sementara orang lain pada berbincang bincang.
"Kenapa kau tak bicara pada teman temanmu?" Tanyaku pada Arlan.
Tak ada jawaban dari Arlan dia hanya terdiam menatap keluar jendela, aku heran pada pria ini. Apa dia tak punya hati atau gimana, buat bicara pada orang lain saja dia tak mau. Rasanya seperti batu pasti, semoga aku bisa cepat cepat selesaikan tugasku.
Tiba tiba Arlan bergerak saat ada seorang wanita melewat diluar jendela kelas. Wajahnya berubah drastis seperti orang jatuh cinta, aku membuka phonedate ku. Kulihat ada info, wanita itu bernama Sisil. Dia adalah anak kelas 1, dia adalah adik kelas Arlan. Dia adalah wanita yang disukai Arlan, dan wanita itu memang jodohnya. Aku memasukan phonedateku kedalam celanaku.
"Itu wanita pujaan mu?" Tanyaku pada Arlan.
"Lebih dari pujaan..." Jawabnya dengan senyum senyum. Tapi tak lama ia menatapku kembali "Bukan urusanmu...." Gumamnya.
"Jadi itu, namanya sisil kan...?" Tanyaku kembali.
"Yah, lalu mau apa peri cinta...?" Tanya nya padaku.
"Aku belum tau..." Jawabku yang bingung harus gimana.
"Keluar sana, guru nya sudah ada sebelum pintu ditutup..." Gumam Arlan padaku.
"Baik..." Aku menuruti kata Arlan, karena tak ingin mengganggu jam belajarnya.
Aku keluar dari kelas Arlan, dengan menatapnya perlahan lahan, tapi Arlan tak sedikitpun menatapku. Aku keluar dari pintu kelasnya, aku menunggu Arlan didepan pintu. Lama sekali, tapi aku tetap menunggunya. Aku menarik nafasku, tiba tiba kulihat seorang wanita dengan pria berjalan kearah lain, aku mencoba mengikutinya.
Mereka berdua menuju sebuah tempat yang sepi, seperti gudang.
"Kita ngapain disini Bima?" Tanya sang gadis kepada pria bernama Bima.
"Aku cuman mau minta cium bibir..." Gumam si pria tanpa malu.
"Boleh...." Gumam si wanita yang membuat aku shock jantung, karena mereka tak punya malu. Berciuman dihadapanku. Atau mungkin mereka memang mengganggap ku tidak ada. "Dasar tidak tahu malu.." Gumam ku dengan meninggalkan mereka yang sedang berciuman.
Aku masih tak habis pikir mereka bisa berciuman sebelum ada ikatan cinta satu sama lain. Tapi mungkin juga didunia manusia memang diperbolehkan seperti itu.
"Enak juga ya jadi manusia..." Gumamku dengan senyum senyum. "Bisa berciuman dimana saja..." Lanjutku bicara.
Aku kembali menunggu Arlan didepan pintu kelas Arlan. Pukul 10 mereka keluar, entah mau ngapain. Aku menghampiri Arlan yang tengah membuka bekal makanannya.
"Kau tak keluar?" Tanyaku pada Arlan.
"Hah..." Arlan menghembuskan nafasnya. "Kau lagi.... Enggak..." Jawabnya selalu jutek.
"Oh...." Ucapku pelan.
"Kenapa kau mengikutiku terus, kau cinta padaku hah?" Gumamnya dengan memberikan pertanyaan yang aneh.
"Haaha..." Aku tersenyum. "Tidak mungkin aku cinta pada manusia..." Jawabku.
"Lalu kau apa jin, peri hah?" Tanya nya kembali padaku.
"Aku Peri lah..." Jawabku pada Arlan.
"Keluar sana... Aku tak mau bicara padamu..." Gumamnya padaku.
"Kenapa? Aku berbuat salah...?" Tanyaku pada Arlan.
"Aku risih didekatmu..." Ucapnya yang membuatku shock.
Orang ini padahal aku ingin membantunya, tapi kenapa sikapnya seperti batu sekali. Dingin tanpa ada kehangatan sama sekali.
"Ya sudah aku menunggu diluar..." Gumamku.
Aku pun kembali keluar dan melihat Arlan dari jendela, wajahnya datar tanpa senyum sekali pun. Kenapa pria itu bersikap seperti itu, Aku janji Arlan aku akan merubahmu. Warna duniamu akan berubah, hitam putih diwajahnya akan berubah, tangis tawa luka sepi cinta selamanya kan berubah. Aku akan menggubahmu Arlan.
"Aku Janji...."
...
..
.
Dirga
To Be Continue
Wattpad : adminarmy
Instagram : ceritacintaduniapelangi
Facebook : Cerita Cinta Dunia Pelangi
Follow and Happy Reading
Hehehehe Penasaran....
Aku janji Arlan aku akan merubahmu. Warna duniamu akan berubah, hitam putih diwajahnya akan berubah, tangis tawa luka sepi cinta selamanya kan berubah. Aku akan menggubahmu Arlan.
"Aku Janji...." Gumamku seorang diri. Aku kembali menunggu Arlan dengan berdiri seorang diri.
Sebuah lonceng berbunyi, dan anak anak keluar membawa tasnya. Kupikir ini adalah jam pulang sekolah, Arlan muncul dari pintu kelasnya seorang diri. Teman temanya sudah tak ada dikelas, aku mencoba tersenyum padanya. Tapi wajahnya hanya menatapku tanpa ekspresi sedikitpun membuatku agak sedikit grogi.
"Jangan menatapku seperti itu... Aku malu..." Gumamku pada Arlan.
"Malu.???" Gumam Arlan padaku. "Dengar, kenapa kau mengikuti ku hah???" Gumam Arlan padaku.
"Aku pery Cupid mu..." Jawabku padanya.
"Berhenti bicara seperti itu, ini 2017 gak ada hal seperti itu anak manis..." Ucapnya tiba tiba padaku, yang membuatku agak malu.
"Ada kok, aku buktinya..." Ucapku coba meyankinkanya.
"Dimana rumahmu, biar aku antar..." Gumanya padaku.
"Dilangit..." Jawabku dengan senyum.
"Sinting, lo kenapa si...aku baik salah... Cuek salah... Bisa gak lo gak nyusahin..." Ucap Arlan padaku dengan emosi.
"Tapi aku bener bener pery cupidmu Arlan..." Jawabku pada Arlan.
"Cukup, aku mau pulang ya..." Ucap Arlan padaku.
Arlan melangkah kan kakinya, aku mengikutinya dari belakang.
"Jangan mengikutiku..." Ucap Arlan.
"Aku bingung harus kemana..." Ucapku pada Arlan.
Arlan menarik nafasnya, tak bicara padaku sedikit pun. Dan itu artinya aku boleh ikut padanya, aku berjalan bersama Arlan. Tiba tiba sebuah bola menggelinding didepanku dan Arlan. Wajah Arlan menatap bola itu. Wajahnya seperti biasa tanpa ekpresi sama sekali.
"Arlan sini main .." Ucap seseorang dari kejauhan itu.
"Gak.." Jawabnya singkat dan padat, aku menggelengkan kepalaku melihat sikap Arlan yang luar biasa seperti orang depresi.
Arlan melempar bolanya, lalu pergi dari tempat itu. Aku kembali mengikutinya, dalam perjalanan aku dan Arlan melihat Sisil, Arlan tersenyum padanya. Tapi wanita itu sama sekali tidak melihat Arlan. Arlan menatap kepergian Sisil dari hadapannya dengan senyumannya.
"Jadi hanya wanita itu yang membuat mu tersenyum...?" Tanyaku padanya. Arlan hanya diam tak menjawab pertanyaan ku.
"Kau suka padanya??" Tanyaku padanya kembali.
"Bukan urusan mu..." Ucapnya dengan menatap ku tajam.
Aku hanya diam saat dia berbicara seperti itu, Aku dan Arlan kembali berjalan menuju rumahnya. Saat sampai rumah Arlan menutup pintunya sebelum aku masuk. Aku menarik nafasku, "Arlan... Buka pintunya..." Gumamku.
Arlan tak menjawab apa apa padaku, aku menatap keluar dari pinggri rumah Arlan yang berada di lantai 7. Diluar hujan deras, aku tetap menunggu Arlan. Karena dia yang harus ku bantu, aku duduk disamping pintu rumah Arlan.
Hujan Reda setelah 3 jam aku berada diluar, Arlan tiba tiba keluar dari rumahnya. Arlan keluar dengan memakai pakaian lengan bolong dan celana pendek dan sepatu.
"Kau masih disitu...?" Tanya Arlan padaku.
"Heem..." Jawabku.
Arlan langsung pergi kebawah, aku pun mengikutinya. Sampai dibawah ia menuju sebuah lapangan, dengan sebuah Ring diatas tiang.
"Kau main apa?" Tanyaku padanya.
"Basket..." Jawabnya dengan memulai pemanasan.
"Apa itu basket...?" Tanyaku pada Arlan.
"Itu permainan bola yang memasukan ke atas ring disana..." Jawab Arlan dengan menujuk Ring diatas sana.
Aku menatap Arlan, dia mulai bermain dengan lincah dengan memasukan bola pada Ring. Hujan gerimis tiba tiba muncul, tapi kulihat Arlan tetap bermain. Aku mencoba mengingatkan Arlan bahwa hari kembali hujan.
"Arlan Hujan..." Ucapku pada Arlan.
Tapi Arlan tak menghiraukannya, bagaimana ini. Bagaimana kalau dia sakit nantinya, aku juga yang repot. Bisa lebih lama aku tinggal di bumi ini, aku mempunyai ide. Aku mengambil payung dengan sihir ku yang baru ku pelajari. Aku segera berlari menuju Arlan yang kehujanan, dengan segera ku payungi dia. Arlan tiba tiba menatapku dengan tatapan penuh air hujan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Arlan padaku.
"Hujan, aku tak mau kau sakit..." Ucapku pada Arlan.
"Apa peduli mu?" Tanya Arlan padaku.
"Aku peduli, karena kalau kau sakit aku akan lebih lama tinggal disini..." Ucap ku pada Arlan.
Arlan hanya menatapku sekarang, "Kenapa menatapku?" Tanyaku pada Arlan.
Arlan menarik nafasnya. Arlan lalu pergi dengan menarik payungku. Aku tersenyum dia mau mengambil payung yang aku bawakan. Aku segera mengikutinya dengan hujan hujanan Aku dan Arlan menaiki tangga, sampai depan pintu Arlan kembali menutup pintunya sebelum aku masuk. Aku hanya mampu duduk kembali disamping pintunya Arlan. Tapi tiba tiba Arlan membuka pintunya.
"Nih, ganti bajunya dan keringkan bajumu..." Ucap Arlan padaku.
Lalu Arlan kembali masuk, dengan meninggalkan ku seorang diri kembali. Aku menarik nafasku, "kenapa aku tidak boleh masuk sih?" Ungkapku dalam hati.
Malam muncul dan hari terang mulai hilang kini muncul warna hitam. Arlan kembali membuka pintu, ia pergi ke suatu tempat. Aku kembali mengikutinya, kemana dia malam malam seperti ini.
Arlan tiba disebuah tempat yang sangat besar dengan banyak kursi dan bunga. Arlan duduk disalah satu kursi, aku mengikutinya dan duduk disampinya.
"Kenapa kau terus mengikutiku sih?" Tanya Arlan padaku.
"Aku harus membantu mu berpacaran dengan sisil..." Ucap ku pada Arlan.
"Aku tak butuh bantuan mu... Aku bisa sendiri..." Gumam Arlan padaku.
Tak lama, seseorang menghampiri kami dengan pakaian hitam putih dan sebuah senyuman yang manis.
"Mas mau pesan apa?" Tanya si pelayan padaku.
"Bentar ya mbak, saya lagi ngomong ama orang ini..." Ucap Arlan pada pelayang.
"Tapi kamu butuh bantuanku..." Gumamku pada Arlan.
"Aku gak butuh, lebih baik kau tinggalkan aku..." Ucap Arlan padaku.
"Mas sedang bicara dengan siapa?" Tanya si pelayan pada Arlan dengan wajah bingung.
"Ini orang aneh yang pake sayap mbak..." Gumam Arlan dengan menujuk padaku.
"Mas gila... Ya??" Tanya si pelayan itu pada Arlan.
"Jangan sembarangan mbak, ini orangnya masa gak liat..." Ucap Arlan kekeh. Aku hanya tersenyum pada Arlan.
Pelayan itu kemudian pergi meninggalkan Arlan sendiri, "liat ini semua gara gara lo..." Ucap Arlan padaku.
Aku hanya bisa tersenyum pada Arlan, Arlan lalu pergi dari restoran itu. Aku mengikutinya kembali, Arlan membeli sesuatu yang panjang seperti rambut ibuku dengan warna hitam. Tapi aromanya sangat menggiurkan.
"Apa itu tanyaku pada Arlan...?" Tanyaku pada Arlan.
"Mie goreng..." Jawab Arlan padaku.
"Saya tau ini mie goreng, gak usah dikasih tau..." Ucap wanita tua disebelah Arlan.
"Siapa yang ngomong sama Mbak yeh..." Ucap Arlan dengan agak snewen.
"Kenapa dia? Arlan. Wanita disebrang kok marah marah...?" Tanyaku pada Arlan.
"Gak tau, stres kali..." Ucap Arlan padaku.
"Apa lo bilang??" Ucap ibu ibu disampinya dengan langsung menampar Arlan. "Saya gak stres ya..." Ucap si ibu desebelahnya.
"Ini Mas Mie nya..." Ucap si pedagang dengan langsung pergi.
"Denger ya bu, saya gak bicara sama ibu... Saya bicara sama pria ini... Yang pake sayap..." Ucap Arlan pada Ibu Ibu. Si ibu menatap kearahku dengan langsung kaget entah apa yang dilihatnya.
"Oh... Pantesan, ganteng ganteng gila kamu ya..." Ucap Si Ibu dengan langsung meninggalkan Arlan sendiri.
"Brengsek, 2 orang hari ini bilang gue gila..." Ucap Arlan yang langsung pergi dan berjalan menuju rumahnya, aku kembali mengikutinya. Saat sampai depan rumah Arlan Hujan deras kembali hadir, sayapku agak basah terkena air hujan sedikit. Saat depan pintui seperti biasa Arlan menutup pintunya.
Sama seperti biasanya aku duduk kembali didepan pintu. Dengan sebuah rasa dingin, andai aku dirumah semua ini tak akan terjadi. Ini hanya karena sebuah tugas, aku rela seperti ini. Crek.... Tiba tiba aku mendengar suara pintu dibuka, paling Arlan mau memberikan ku selimut.
"Masuk..." Ucap Arlan padaku, yang membuat ku shock.
Aku menatap wajahnya dengan bingung.
"Mau masuk gak??" Tanya kembali Arlan padaku.
Tak lama aku senyum ketika mendengar kata masuk.
Aku tersenyum tapi Arlan masih dengan wajah dinginya.
...
..
.
Arlan/Dirga
To Be Continue
Wattpad : @adminarmy
Facebook : cerita cinta dunia pelangi
Instagram : @ceritacintaduniapelangi
Thanks You
Hihihi iya gak bisa Makasih udah baca dan komentar @lulu_75
"Masuk..." Ucap Arlan padaku, aku menatap wajahnya dengam senyuman ketika mendengar kata masuk.
Aku tersenyum tapi Arlan masih dengan wajah dinginya. Aku menatap wajahnya, aku berharap dia sudah mau menerima ku dan menerima bantuanku.
"Masuk... Apa mau diluar...?" Tanya Arlan padaku.
"Iya iya..." Jawabku, ada dengan segera masuk kedalam. Ketempat dimana aku masuk pertama kali.
"Mandi sana dan lepas sayap sayapan mu itu, aku muak liatnya..." Ucapnya padaku.
"Ini sayap asliku, bukan mainan dengar itu..." Bentak ku pada Arlan.
"Ya sudah mandi sana anak TK..." Gumamnya padaku.
Aku masuk kedalam kamar mandi, ada air dibak dan sabun. Aku segera mandi dengan cepat, ahir ahir ini aku serba tau didunia manusia, berkat phonedate ku juga. Setelah mandi aku mengenakan pakaian ku kembali.
"Lepas baju mu, ganti pake milikku...ini..." Ucap Arlan saat aku keluar dari kamar mandi.
"Gak usah..." Ucapku padanya.
"Baju mu bau..." Ucap Arlan.
"Tidak, kata siapa bau?" Tanyaku pada Arlan.
"Kata ku..." Gumam Arlan.
"Cium saja bau tidak..." Ucapku pada Arlan.
Arlan mencium bau tubuhku, dia tak merasakan bau sepertinya. Tapi dia menciumi bajuku terus menerus.
"Aneh, kenapa kau tak bau?" Tanya Arlan padaku.
"Aku pery cupid... Aku tidak mandi pun tidak akan bau..." Ucapku pada Arlan.
"Apa kau yakin??" Tanya Arlan kembali padaku.
"Yakin, lihat sayapku ini nyata tak akan bisa dilepas kecuali kalau ayahku melepaskannya. Tapi itu tidak mungkin, karena ayahku baik padaku..." Ucapku agak panjang pada Arlan agar dia sedikit padaham.
"Lalu mau apa kau kesini...?" Tanya Arlan yang kini serius dan mulai percaya tentang diriku mungkin.
"Aku kesini untuk mu..." Ucapku pada Arlan. "Untuk apa?" Tanya kembali.
"Untuk menjodohkan mu dengan wanita bernama Sisil itu..." Ucapku pada Arlan.
"Benarkah??? Kou serius...?" Tanya Arlan padaku, wajahnya kini berubah 180 derajat menjadi senyum berseri. Tidak seperti tadi, saat disekolah atau saat membuka kan pintu. Wajahnya terlihat sangat manis.
"He,em..." Ucapku pada Arlan.
"Terima kasih kalau gitu..." Ucap Arlan sekarang yang senyum padaku.
"Sama sama..." Jawabku pada Arlan.
Arlan senyum senyum sendiri sekarang, tapi aku juga senang karena mulai sekarang aku akan membantunya menemukan cinta sejatinya Sisil itu.
"Ya sudah kalau gitu, awas kalau gagal aku akan membunuhmu..." Ucap Arlan padaku.
"Jangan sampai itu terjadi..." Ucapku pada Arlan.
Arlan lalu pergi kekamarnya meninggalkan aku sendiri disofa, tapi tak apa. Seenggaknya aku bisa tidur hangat dirumah ini, tapi perutku sangat lapar. Tak ada makanan kayanya. Aku mencoba mengetuk pintu kamar Arlan.
Tok tok...
"Ada apa lagi Anak TK?" Tanyaku Arlan padaku.
"Apa tak ada makanan?" Tanyaku pada Arlan dipintu kamar Arlan dengan memengang perutku.
"Ada, di meja ada Mie goreng yang tadi kita makan. Makan saja..." Ucap Arlan padaku, aku tersenyum dengan cepat aku pergi menuju meja makan. Ku buka bungkusan Mie Goreng itu, harunya sangat makan.
"Jangan dihabiskan anak TK, aku belum memakannya..." Ucap Arlan padaku.
Aku menikmati makan mie goreng ini, hingga tanpa sadar aku hampir menghabiskan mie goreng milik Arlan. Dan ketika aku sedang menikmati makanan mie ini.
Cekrek....
Pintu kamar terbuka, yang menandakan Arlan keluar dari kamarya. 'Gimana ini...' Tanyaku dalam hati. Pasti dia marah besar padaku.
"Mana mie ku...?" Tanya Arlan padaku.
"Ini, heheh..." Ucapku pada Arlan dengan memberikan mie yang tersisa 1 sendok.
"Hah???, Kou habiskan semuanya?" Tanya Arlan padaku.
"Maaf kan Aku Arlan..." Ucap ku memohon maaf pada Arlan.
"Ini ni, mangkanya aku gak mau masukin orang asing ke rumah. Dikasih hati minta jantung..." Ucap Arlan yang membuatku bingung dengan kata kata Dikasih hati minta jantung.
"Apa itu, dikasih hati minta jantung...?" Tanyaku pada Arlan.
"Sudahlah, stres kalau dijelaskan. Aku makan mie cup aja..." Ungkap Arlan padaku dengan pergi ketempat penyimpanan lemari.
"Apa itu mie Cup?" Tanyaku pada Arlan, Arlan menatapku tajam. Aku tersenyum padanya dengan manis. Yang membuat Arlan menarik nafasnya.
"Kau mau?" Tanya Arlan padaku.
Aku mengganggukan kepalaku, sambil melihat Arlan yang membuatkan mie cupnya.
"Mie cup adalah mie yang kita buat ditempatnya dengan air panas dengan hanya beberapa menit..." Ucap Arlan menjelaskan padaku, dengan berjalan dan duduk di meja makan.
"Oh.. Seperti itu..." Ucapku pada Arlan.
Tak lama mie cup itu jadi, aku langsung mencoba tapi saat itu agak panas hingga aku agak menjerit. "Aw...". Jeritku.
"Hati hati mangkannya,ini kan mie panas bukan mie dingin..." Ucap Arlan padaku.
Arlan memegang tanganku, dan melilitkan mie dengan garpu. "Begini caranya..." Ucap Arlan dengan langsung meniupkan mienya padaku. Aku tak menyangka Arlan ternyata baik juga, tapi aku bingung kenapa kemaren sikapnya begitu dingin. Pasti ada sesuatu hal yang terjadi denganya.
"Sudah bisa kan lanjutkan sendiri...." Ucap Arlan padaku.
Aku hanya tersenyum padanya, dan melanjutkan makanku. Setelah selesai makan, Arlan kembali kekamarnya, dan melanjutgkan tidurnya. Aku pun ikut berbaring di sofa depan TV. Perlahan aku tertidur dengan nyenyak, sayapku membuatku agak sulit bergerak. Setelah beberapa lama aku tertidur aku merasakan seseorang memegang sayapku. Seperti menggelus elus dan menariknya Aku mengintip sedikit dengan mataku. Ternyata Arlan, dia meraba raba sayapnya.
"Ternyata benar sayap ini tak bisa dilepas..." Ucapnya seorang diri, Lalu memberikan sebuah selimut pada tubuhku. Lalu Arlan kembali kekamarnya, Kini aku semakin yakin Arlan adalah sosok pangeran yang tetutupi sifat buruk dinginnya saja. Aku akan merubah mu Arlan percayanya. Suatu hari kou akan menjadi pangeran buat Sisil. Aku segera tidur setelah melihat kebaikan Arlan.
***
Pagi hari aku terbangun, Arlan keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk.
"Wow... Sexy..." Gumamku pada Arlan.
"Hah... Kenapa? Kau suka anak TK?" Tanya Arlan padaku.
"Tidak, aku tidak suka Roti betot..." Ucapku pada Arlan.
"Yakin..." Ucapku pada Arlan.
"Aku yakin, 2 minggu disini kau akan cinta padaku..." Ucapnya dengan percaya diri. Entah bagaimana dia bisa sepercaya diri itu.
"Hahaha, aku disini untuk membantu mu jatuh cinta. Bukan buat jatuh cinta.. Ingat itu..." Ucapku dengan percaya diri.
Arlan tersenyum sinis padaku, tumben sekali dia padaku. Arlan masuk kekamar, tapi tiba tiba keluar kamar kembali. Dengan membawa baju seragam, aku berfikir dia mau ganti baju didepanku. Tapi buat apa, apa Arlan sudah stres.
"Jadi gimana?" Tanya Arlan padaku denganerius.
Aku menelan ludahku, apa dia bertanya tentang suka atau tidak lagi ya... Aku makin gugup disertai keringat dingin.
"A....pa.., ya... Yang... Gi... Ma... Na...?" Tanyaku dengan gugup karena Arlan melepas handuknya didepanku, aku semakin kencang menelan ludahku.
Arlan tersenyum padaku. "Soal......
...
..
.
To Be Continue
Wattpad : @adminarmy
Instagram : @ceritacintaduniapelangi
Facebook : Cerita Cinta Dunia Pelangi
Makasih udah penasaran lulu
"A....pa.., ya... Yang... Gi... Ma... Na...?" Tanyaku dengan gugup karena Arlan melepas handuknya didepanku, aku semakin kencang menelan ludahku.
Arlan tersenyum padaku. "Soal bagaimana kau membuat sisil jadi aku jatuh cinta..." Ucap Arlan padaku. Aku masih terfokus pada tubuh Arlan, hingga Arlan menepuikkan kedua tangannya.
"Oh... Itu... Aku sudah tau kok... Santai aja..." Ucapku pada Arlan. "Awas aja kalau sampai itu tidak terjadi. Akan ku beri kau..." Ucap Rlan membuatku takut. "Oh... Ya ngomong ngomong, memang kou tidak terlihat memang nya oleh orang lain?" Tanya Arlan kembali padaku.
"Gak bisa... Aku hanya bisa dilihat olehmu..." Ucapku dengan menonton TV sekarang. "Kau mau ikut ke sekolah?" Tanya Arlan padaku. "Pastinya, itu kan sudah tugasku..." Ucapku dengan gigih.
"Ya, udah ayo..."Ajak Arlan padaku.
Aku berjalan berdua bersama Arlan, walau orang lain hanya melihat Arlan saja. Aku milihat orang orang disekitar juga sibuk dengan urusan mereka seolah dunia milik sendiri.
"Arlan, orang orang pada sibuk ya..." Tanyaku pada Arlan.
"Ya... Namanya juga manusia..." Jawab Arlan. "Bukan pery seperti mu yang bisa terbang tapi tak terbang. Atau punya magic tapi tak digunakan..." Ucap Arlan sedikit menyinggungku.
Arlan masuk ke sebuah toko roti yang lumayan besar. "Kita sarapan dulu.." ajak Arlan padaku. Arlan pergi kedepan yang banyak roti. Sementara aku hanya menunggu dikursi atas suruhan Arlan. Arlan tiba tiba datang dengan membawa 2 roti dengan 2 susu.
"Bawel sekali pelayan itu..." Ucap Arlan agak kesal.
"Kenapa memangnya??" Tanyaku pada Arlan.
"Aku membeli 2 roti dan 2 susu serba nanya, buat siapa? Orangnya mana? Atau awas hati hati gemuk. Seperti tak sadar diri saja dirinya gimana. Seperti sapi yang belum diperas..." Gumam Arlan yang membuatku tersenyum atas Arlan yang mau berbicara padaku sekarang.
"Kau juga kenapa senyum senyum?" Tanya Arlan dengan mengomel dan dduk dikursinya.
"Aku senyum, karena kau mulai mau bicara padaku... Tanpa aku duluan.." Jawabku dengan menatap Roti dan susu. Sementara Arlan menatap wajahku entah kenapa, "Susu dan Roti ini buat ku?" Tanyaku pada Arlan.
"Iya, hati hati makanya ketauan orang..." Ucap Arlan yang memberiku warning karena aku kan tidak terlihat oleh orang lain. "Dan cepatlah aku akan kesekolah..." Lanjut Arlan.
Aku segera memakan makananku dengan cepat, aku melahat roti ini rasanya lumayan enak dengan isi berwarna pink dan rasa manis asam. Sementara susu berwarna coklat, disaat makan aku melihat Arlan tak memakan makananya. Ia malah menatapku dengan tatapan yang romantis menurutku.
"Kenapa kau tak makan?" Tanyaku pada Arlan.
"I... Ya... I.... Ya..." Ucapnya dengan gugup padaku, entah kenapa tapi rasanya aneh ditatap olehnya dalam dalam. Kaya ada manis manisnya seperti roti isi ini.
Aku dan Arlan ahirnya selesai makan, walau Arlan tak menghabiskan rotinya. Entah kenapa, tapi katanya sudah kenyang. Padahal sayang masih banyak sepertinya baru 2 gigitan. Aku dan Arlan sampai disekolahnya, siswa siswa sudah ramai. Dan tak lama bel jam masuk sekolah poun tiba, Arlan segera masuk kedalam kelasnya.
Aku membuka phonedate ku, aku melihat informasi tentang sisil. "Sisil adalah wanita yang suka kejutan dan dia menyukai bunga mawar berwarna merah". Aku segera mencari kelasnya melalui phonedatenya. Dan tak lama aku pun menemukannya, aku melihat sisil dengan rambut panjang dan berfoni.
"Itu dia targetnya..." Gumamku, aku menunggu dipintu kelas Sisil.
Jam Istirahat tiba, aku menunggu sisil keluar ruanganya. Tapi dia tak kunjung keluar keluar juga, jadi bingung tapi aku coba kembali bersabar. Dan benar saja tak lama, Sisil berambut foni panjang itu keluar dari kelasnya. Aku segera masuk kekelasnya, aku memunculkan sebuah bunga mawar yang harum, lalu aku menuliskan sebuah nama dengan kertas Arlan kelas 3A. Lalu aku menyimpan bunga itu pada tasnya Sisil.
Setelah menyimpan bunga mawar, aku segera keluar dan mencari Arlan. Aku bertemu Arlan di pertigaan jalan, dia seperti sedang mencari seseorang. Mungkin dia mencari sisil wanita berambut fony itu.
"Kau mencari siapa?" Tanyaku pada Arlan dengan wajah tersenyum padanya.
"Kau dari mana hah?" Tanyak nya dengan agak naik level.
"Aku habis melakukan tugasku kok, kenapa emang? Apa kau mencariku?" Tanyaku dengan menaikan alisku.
"Jangan GR gitu, aku cari Sisil wanita yang akan kou buat jatuh cinta padaku..." Ucap Arlan padaku. "Oh...." Gumamku dengan menatap Arlan. "Jangan buru buru, cinta kan butuh step juga. Gak mungkin bisa sekaligus..." Gumamku pada Arlan.
"Emh... Seperti itu..." Jawab Arlan. Ketika aku berbicara dengan Arlan, aku melihat Sisil sedang dikantin. Dia sedang makan bersama teman temanya. "Itu sisil ya...?" Tanyaku pad Arlan dengan menunjuk Sisil dikantin. "Iya..." Jawab Arlan.
"Kamu coba lihat dia baik baik, lalu pikirkan baik baik apa yang ingin kamu perintahkan pada Sisil.," Gumamku pada Arlan. "Buat???" Tanya Arlan padaku.
"Kalau dia mengikuti perintahmu, berarti dia adalah jodoh yang pasti menjadi milikmu..." Ucapku pada Arlan. "Kalau gagal?" Tanya Arlan padaku. "Coba dulu lah, jangan bilang gagal..." Gumam ku agak emosi karena Arlan mudah sekali putus asa.
"Oke .. Aku coba.. " Ucap Arlan padaku.
Arlan kemudian menatap Sisil dalam dalam, Arlan kemudian berfikir tentang sesuatu. Aku menunggu hasilnya dengan harap harap agak cemas. Apa dia akan jadi jodohnya atau tidak, sentara hati kecilku berharap tidak.
"Ah... Sudah tidak berhasil..." Ucap Arlan dengan menatapku. "Kau penipu, mana ada keajaiban seperti itu. Dasar pembohong..." Ucap Arlan padaku. Deg... Kata kata Arlan membuat ku sedikit merasakan sakit. Aku terdiam sendiri, sementara Arlan pergi meninggalkan ku seorang diri yang menatap Sisil.
"Kenapa tidak berhasil??? Bukan kah Arlan suka pada Sisil... Dan phonedate pun menunjukan seperti itu..." Ucapku dengan merasa kesal pada diriku sendiri. "Apa yang salah sebenarnya sih..." Tanyaku pada diriku sendiri. Aku meninggalkan sisil yang berada dikantin, aku pergi mencari Arlan yg entah pergi kemana. Aku menemukan Arlan sedang duduk dikursinya dikelas.
"Ada apa lagi?" Tanya Arlan padaku.
"Maaf kan aku, karena kesalahan tadi..." Ucap ku pada Arlan.
"Ya sudah lah, kan baru sekali juga... Pake cara lain aja bisa kan?" Tanya Arlan padaku.
"Bisa..." Gumamku dengan jongkok dihadapan Arlan sehingga membuat sayakku terbentur pada kursi disebelah. "Aw..." Rintihku. Arlan tiba tiba memegang sayapku.
"Hati hati sayapmu..." Ucap Arlan padaku yang membuat wajahku dan Arlan kini sangat dekat.
"Makasih..." Gumamku. "Aku sudah menyiapkan kejutan untuk mu..." Lanjutku bicara pada Arlan.
"Oh ya???, Kuharap itu akan menjadi kejutan yang sangat indah..." Ucap Arlan dengan sedikit senyum padfaku.
"Pasti..." Jawabku. "Ya udah sekarang keluar..." Gumam Arlan padaku.
Aku pun menuruti apa yang diperintahkan Arlan, aku keluar dan menunggu aralan dipintu kelasnya. Jendela Arlan sangat rendah, sesekali aku bisa menatap Arlap dari jendela ini. Aku memergoki Arlan sedang menatapaku tajam, entah apa yang sedang dia pikirkan. Aku menaikan alisku, dan dia tersenyum padaku dari jauh, dari tempatnya yang jauh. Aku membalikkan badanku, aku takut dia sedang berusaha membunuhku.
Aku mencoba berdoa pada tuhan agar dijauhkan dari kegagalan yang menimpaku. Aku kembali menatap Arlan, dia tak menatapku sekarang. Aku memperhatikan wajahnya yang manis, andai aku manusia aku pasti akan seperti wanita menggilainya.
Jam pulang sekolah tiba, anak anak dengan cepat berhaburan keluar kelas. Begitu pun anak anak dikelas Arlan, ikut keluar beramai ramai. Aku masuk kedalam kelas karena Arlan tak kunjung keluar dari kelasnya membuatku bingung.
"Kenapa kau tak keluar?" Tanyaku pada Arlan.
"Sabar... Kali..." Ucap Arlan padaku. Tak lama aku dan Arlan keluar dari kelas, tiba tiba seseorang menghampiri Arlan. Dia adalah wanita yang digilai oleh Arlan siapa lagi kalau bukan sisil dengan Fony.
Arlan kaget melihat Sisil ada dihadapannya dengan sebuah senyuman.
"Sisil...
...
..
.
Arlan/Sisil/Dirga
To Be Continue
Wattpad : @adminarmy
Facebook : cerita cinta dunia pelangi
Instagram : @ceritacintaduniapelangi
Thanks You