It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Banyakan dunk postingnya mas..
masa dokter ferdy terus menerus ngejek si tokoh aku
tapi kayaknya seru juga sih kehidupan pribadi tokoh aku itu
menarik untuk ditunggu
Saya usahakan karena berhubung ada masalah seperti yang aku katakan di posting sebelumnya.
Mungkin akan saya perbaiki di series berikutnya.
Terima kasih dan mohon maaf atas kekurangannya
Ryan? Mungkin tokoh yang cukup fenomenal di Indonesia dan dalam dunia kedokteran sendiri, khususnya departemen kejiwaan, Ryan merupakan contoh untuk beberapa yang berkaitan dengan kejiwaan secara emplisit.
Tapi aku Mohon maaf atas kekurangannya, seperti yang saya katakan sebelumnya, mungkin nantinya akan banyak kekurangan jadi biar saya selesaikan yang ini dan mungkin perbaikan ke depannya.
Atas masukannya, terima kasih.
Terima kasih, rainbow_bdg! Saya akan usahakan yang terbaik. Jika ada kekurangan hanya ada satu kata. Mohon maaf.
Dan jika ada waktu saya akan melakukan perbaikan untuk series ke depannya.
Terima kasih
Tapi aku akan usahain menyelesaikannya sebaik yang kubisa. Sebelumnya terima kasih atas support kamu semua. Jika masih banyak kekurangan mohon maaf.
Dan kalau kamu mau ngembangin cerita aku lagi aku ucapkan terima kasih sekali lagi.
"Hai, Ryan!"
.......
Suara itu cukup mengagetkanku dan tidak disangka, akhirnya aku bisa juga melihat mereka, teman- teman kampusku dulu.
"Eh kok Bengong liatin kami. Stress kau ya gara- gara di rumah sakit ini..... Memang rumah sakit ini katanya angker." Cerocos Dewi
"Hush, kau kalo ngomong jangan sembarangan" Jawab Togar yang kebetulan juga berdarah batak seperti Dewi
"Sudahlah, aku enggak apa- apa kalian gak usah takut. aku hanya kaget kita bersama lagi"
.......
Kebetulan dalam satu kelompokku. Ada beberapa orang yang semuanya multi-etnis, tapi kami merasa cukup akrab.
"Eh abis ngurus administrasi, kamu ajak kami ke tempat makan ya, soalnya dari pagi kami belum makan. Oke!" tutur Carolina dengan logat sunda yang kental
"Enak saja, nyuruh- nyuruh, aku khan senior kalian disini. Wkkk"
"Ya kaisar Chen, biarlah hambamu ini mati kelaparan."
"Tidaklah mana mungkin aku rela melihat kalian mati kelaparan. Tadi cuma bercanda makanya pake Wkkk."
....... "Bah, suka kaulah yang penting aku mau makan sudah lapar aku." Celah si Togar
"Iya, cepat ngurusnya....... Aku tungguin"
Jam terus seolah berjalan menutupi kesendirian waktu. Tidak membosankan tetapi cukup meletihkan. Entah apa yang harus kulakukan.
Haruskah menutupi rasa kekhawatiranku dengan teman- temanku. Teman yang kadangkala ada di dekat kamu tapi tidak jarang juga mereka entah ada dimana.
Sejenak aku berpikir demikian saat makan bersama mereka. Aku pun heran mengapa ini bisa terjadi.
Mungkin hanya kekhawatiranku karena prom SMA dulu.
"Ryan kenapa kamu ini?"
"Iya, ada apa?"
"Dari tadi kamu keliatan berbeda, suka melamun"
"Tidaklah Boy, aku hanya memikirkan, sebentar lagi memikirkan masa depanku."
"Kalau kamu aku yakin saja. Tidak usah dipikirkan, nanti seperti air juga mengalir."
Boy adalah temanku yang paling dekat di kelompokku. Mungkin karena aku pernah menyukainya dulu. Wakti semester 1, aku pernah jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya.
Orangnya tidak begitu pandai, tapi penampilannya seperti seorang dokter. Dengan pakaian yang selalu rapi, wajah yang tampan dengan senyumannya dan penampilan yang bersih.
Tidak sedikit orang yang memuji ketampanannya. Belum lagi, pembawaanya yang rendah hati.
Tapi tentunya, aku belajar dari pengalaman SMAku, aku tidak akan pernah mengatakan persaan ini. Biarlah Prom SMA kelam itu sebagai peringatan bagiku.
Walaupun mereka teman- temanku, setiap hal ada aturannya, aku bekerja dengan teman kelompokku dan mereka juga demikian. Apalagi kami tidak dalam blok asrama yang sama.
"Ryan, nanti bantu kami. Bagaimanapun kamu adalah seniorku. Jangan jadi pisang yang lupa kulitnya"
"Kenapa pisang?" Dalam hati berpikir, mungkin karena hanya kulitku yang kuning langsat. Karena diantara mereka setidaknya warna kulitku yang agaknya berbeda.
*Dalam dunia pendidikan di Indonesia, tidak terlepas dengan adanya dunia senioritas. Demikian juga dalam dunia pendidikan dokter bahkan dalam jenjang profesi (Co-Ass).
Lalu aku mencoba memeriksa keadaan si Coki, karena dugaanku mungkin dia sudah pulang besok. Sebgai pasien, Coki sebnarnya aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri.
Tingkahnya yang keanak- anakan, membuatku kadang lucu. Selain itu, telalu banyak hal yang unik dari anak itu dan membuatku.
"Bagaimana keadaannya? Masih ada rasa nyeri?"
"Tidak!" Aku heran dengan nadanya yang sedikit membentak dan tidak biasanya itu, mungkin dia sedang marah atau sebaginya
"Tadi sudah makan obatnya?"
"Sebentar lagi suster akan membawanya."
.....
"Dok, tadi sepertinya suster Vena sedang mencari dokter, dan sepertinya ada urusan penting."
Aku baru ingat mungkin suster Vena sedang menagih janjiku tentang boneka itu.
"Enggak apa- apa kok, Sus."
..... Lalu tidak lama setelah suster kepala itu keluar, aku pun siap memeriksa. Tapi saat berjalan meninggalkan anak itu, ia mulai bersuara, seolah dia composmentis dari sikapnya yang apatis.
".....grr.....rrr..... kenapa dokter menggoda mamaku? dan sekarang aku tahu kenapa dokter bertanya tentang mamaku waktu itu"
"..... Tidak ..... ini tidak seperti yang kamu liat dan bukan seperti yang mama kamu ceritakan."
Tapi saat aku mendekatinya, ia tiba- tiba mengunci langkahku iya, memegang pahaku dan akupun tidak banyak mengeluarkan langkah. Aku hanya bisa terpaku. Tapi sungguh kaget sewaktu dia mencoba, meraba keperjakaanku.
Iya, mengenduskannya dan menggerakan langkah tangannya. Saat ia membuka reslettingku, aku sadar dan coba mengelak tapi ternyata tenaganya sungguh besar. Kemudia iya mengulum keperjakaanku.
Ditariknya perlahan dan mengulum habis hingga pangkal penisku yang relatif tidak besar itu. Tapi ia tetap sungguh bernafsu. Aku mengerang sedikit kesakitan, dia menggigit ujung kulit penisku (foreskin atau disenut prepuce) yang tidak bisa menarik ke belakang.
AKu merasakan kenikmatan ini yang tidak pernah kusangka. Tapi......
"Krek..." bunyi pintu yang terbuka membuatku, takut dan terdiam seribu bahasa.
Suster vena yang mencariku, pergi berlari meninggalkanku dan anak itu, dia berlari dengan isak tangis yang terdengar pada malam itu. Aku berusaha mengejarnya. Tapi apa daya, aku tertinggal dan hanya bisa meratapi bayangan suster vena yang menghilang dalam semu lorong itu.
Aku kembali ke Coki dan berusaha menjelaskan apa yang terjadi dan memohon maaf.
Kotak yang terjatuh dari tangan suster vena. Dan ternyata sebuah tulisan samar terukir diatas kue yang hancur itu, "Happy Valentine, Ryan"
Aku mengerti bagaimana persaan suster Vena yang hancur dalam bekapan waktu, perasaan yang hancur karena dikecewakan. Seperti prom night itu.
Hilang tersembunyi dan mengganggu selama tidur lelapku.....
Esokannya, setelah melihat jadwal kosong, aku berencana menemui suster Vena untuk menjelaskannya.
"Selamat siang, sus!"
"Iya ada apa?"
"Ada suster Venanya?"
"Sayangnya, dia hari ini tidak masuk sepertinya dia sakit"
"Suster satu kost dengannya?"
"Iya dekat saja kok. Hanya berjalan 1 blok dari sini. Dan dari persimpangan tanya saja tempat kost bu Melati."
"... Terima kasih ya Sus"
"Memang harus begitu kalau sayang"
"... Sus?"
"Dokter pacarnya Vena khan?"
"Tidak kami hanya berteman"
"Terus terang kami suster rela kok kalo dokter sama Vena. Bukan gosip semata lagi, kami khan tahu walaupun kita rata suka sama dokter tapi rasanya Vena adalah yang paling pantas. Dia sungguh mencintai dokter."
"... Tidak seperti itu kok Sus"
"Sudah lah dok. Yang penting dokter jangan sakiti dia."
"... Ya sudah terima kasih"
Tidak ada gunanya aku menjelaskan lagi karena keliatannya suster gendut itu terus ngotot soal hubungan kami.
Setelah mendapat izin dari dokter Freddy dengan alasan menjenguk suster Vena dengan raut muka yang sedikit aneh.
Selama perjalanan ke kost Vena, aku berpikir, "Apakah mungkin Dokter Freddy ternyata suka vena, ia cemburu. mereka khan dekat. Tapi..... Lupakanlah, aku juga tidak mungkin mengharapkannya."
"permisi, bu! Ini kost Ibu Melati?"
"Iya saya sendiri"
"Venanya ada di kost?"
"Sebentar, ibu panggil... Ven... Vena... ada tamu"
"Ibu tinggal dulu ke dapur, nak. Ibu mau ke dapur"
"Terima kasih bu!"
"Ven, ada yang harus kujelaskan"
"Tidak perlu dok. Ini semua salah saya yang terlalu mengharapkan dokter"
"Aku ngerti perasaanmu. Tapi setiap orang punya jalan hidupnya masing- masing. Aku punya jalan hidupku. Kamu juga demikian."
"Tidak dok. Bukan itu yang kumaksudkan. Aku mengerti, aku enggak bilang ke siapapun. Selama dokter pergi rahasia dokter akan aman bersamaku. Aku enggak akan rela dokter hancur karena saya."
"sebenarnya bukan juga demikian, aku hanya ingin kamu mengerti saja supaya enggak ada salah paham."
"Tapi kita masih bisa berteman khan, Ryan! bUkan sebagai dokter tetapi sebagai Ryan."
"Iya dan tentunya kamu mau membantuku, tolong berikan ini kepada suster yang lain seperti janjiku"
"Tidak perlu ke asrama dokter?"
"Hahaha."
Wajahnya sudah kembali ceria tapi aku bisa mengerti hancurnya dia dan aku percaya. Goresan itu akan meninggalkan bekas dan sisa. Seperti Aldo yang dengan teganya membuatku jatuh dan hancur selayaknya seorang pecundang.
Hari ini, Coki kembali pulang ke rumah. Tetapi aku beranikan diri untuk menjumpainya walaupun aku kikuk atas kejadian dengan coki dan bu Nensi
namun ada permintaanya yang terakhir yang sulit yaitu untuk menciumnya dan mengatakan bahwa aku mencintainya.
Setelah kejadian kemarin dan tadi siang, aku belajar dan saku mengatakan, "Aku menyayangimu sebagai adikku. maafkan aku!" Tetapi dia ternyata tersenyum dan tidak marah sedikitpun.
Setelah kejadian itu, aku hanya berusaha memfokuskan hari- hariku seperti dulu. Sebagimana aku masuk kesini dan begitu pula aku pergi dari sini.
Ketika aku punya jadwal kosong yang sama dengan teman- temanku, kuhabiskan. Tidak pelak membuatku letih menghabiskan akhir- akhir ini yang penuh dengan rasa khawatir.
Aku belajar dari itu semua, mausia tidak pernah jatuh dalam lubang yang sama. Aku tahu keslahanku.
Hingga akhirnya, aku selesai. Waktu 3 bulan ini sudah kuhabiskan di rumah sakit ini.
Akhirnya, aku menjinjing koper pakainku keluar dari asrama sendirian karena teman- temanku ada test dan aku mengerti akan hal itu.
Asa yang kuharapkan, asa yang hilang.....
"Ryan, ini agedanmu yang sempat tertinggal saat kamu menbrakku waktu itu."
"ter..." belum sempat aku mengucapkan terima kasih, dia melumat bibirku dan menciumku dengan hangat dalam pelukannya, Dokter Freddy.
Shortcake Series: (I Have) Never been Kissed
by: rushed ty
Teman -teman, terima kasih atas masukkan dan segala apresiasinya.
Cerita ini sebenarnya tidak sepenuhnya fiksi. Ada beberapa bagian yang merupakan based on the true story.
Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada 'revengelqq' atas inspirasi karyanya yang mengagumkan, teman- teman yang mungkin tidak tahu saya ucapakan terima kasih, dan the film maker of "Never been Kissed"
Dan tentunya, semua orang yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu yang telah mensupport.
Atas delay dan kekurangan yang masih banyak, saya mohon maaf.
Untuk 'afkaristan', semoga bisa cepat jadi dokter. Dan yang penting tetap berusaha sebaik mungkin, maka hasil yang didapat adalah yang sebaik mungkin juga.
Untuk shortcake series selanjutnya, jika saya ada waktu luang lagi, semoga bisa lebih baik.
Salam,
rushed ty
Tp scra ksluruhan masi ngerti kok mksdnya, dn ckup mnikmati..
Slmat bkarya, n lanjuuut..
Wah kok terima kasihnya ke aku? hehehe..jadi malu....
ceritanya bagus kok mudah dicerna dan ringan...dan laen kali coba deh nulis lebih panjang lagi..
semangat terus yah nulisnya.
salam,
Revengelqq
aku tunggu karya kamu berikutnya