It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
aku nggak mau, aku nggak kuat untuk berkata yang sebenarnya. aku takut, aku tak berani dengan semua hal yang akan terjadi.
Gusti memaksaku, bahkan, dia berlutut di depanku. dan, aku benar-benar tak kuasa untuk menolaknya.
dengan rasa takut, gugup dan lainnya, aku memulai untuk mengatakan pada Gusti.
"Gus... aku kayak gini, sebenarnya, aku juga bingung kenapa...." kataku memulai perkataan-perkataanku. Gusti tampak mendengarkanku dengan serius.
"Gus, mungkin, aku seperti ini, karena aku, ternyata sayang sama kamu...." kataku. aku merasa bahwa aku seperti masuk kedalam sumur es. tubuhku terasa dingin sekali.
mendengar kata-kataku, Gusti tampak kaget awalnya. tapi, setelah beberapa saat, dia tersenyum. senyumnya, menghangatkan kembali tubuhku yang terasa dingin. indah sekali senyumnya.
"hhhmmmm... akhirnya...." kata Gusti. aku agak bingung dengan kata-katanya. "akhirnya kamu ngomong juga ke aku kalau kamu sayang ma aku...." tambahnya. "aku sudah menunggu kata-kata itu dari dulu...."
ya ampun, apakah ini artinya Gusti juga sayang ma aku? cinta ma aku? tanyaku dalam hati.
"jadi, kamu juga sayang ma aku....?" tanyaku agak nggak percaya. Gusti mengangguk.
hatiku benrbunga-bunga. nggak hanya 7 taman, tapi berjuta taman. bahkan berjuta bunga seolah-olah mengisi hatiku.
"kan aku sudah bilang ma kamu dari dulu.... kamu lupa, ya?" tanya Gusti. aku hanya tersenyum, aku menunduk, aku malu. "aku dah sayang ma kamu sejak pertama melihatmu...." tambahnya. aku merasa diawang-awang.
"kamu beneran, sayang ma aku?" tanyaku serius.
"iyalah...." jawab Gusti sambil memeluk tubuhku. "kan seorang kakak harus selalu sayang sama adiknya. iya, kan?" bisiknya di telingaku.
aku syok mendengar kata-kata terakhirnya, ternyata rasa sayangnya Gusti hanya sebatas kakak dan adik. tanpa aku sadar, air mataku menetes dan aku tak dapat menahan isak tangisku. mendengar itu, Gusti melepas pelukannya.
"kamu kenapa...?" tanya Gusti heran. aku hanya diam dan terisak. "kamu kenapa, Tya?" tanya Gusti masih heran. air mataku semakin menjadi-jadi.
"Gus, bisa nggak, kalo kamu tidak menganggapku sebagai adikmu...?" tanyaku.
"kamu gimana sih, ya nggak bisa dong... aku tuh dah dari dulu menganggapmu sebagai adikku..." jawab Gusti. hatiku semakin perih dibuatnya.
"tapi, rasa sayangku kekamu, bukan sebagai seorang adik ke kakak, tapi, sebagai orang yang... yang... ya," sulit sekali mengatakannya. perih rasa hatiku.
"maksudmu...." Ucap Gusti.
"ya, aku cinta kamu Gus... cinta, bukan sayang seperti yang kamu pikirkan.... aku benar-benar cinta kamu...." ucapku.
"tapi Tya, kenapa...?" tanya Gusti. dia tampak syok. dia menundukkan wajahnya.
"aku juga nggak tahu Gus.... aku nggak bisa jelaskan kenapa...." kataku. "kamu bisa, kan?" pintaku.
"maaf, aku nggak bisa...." jawab Gusti masih menunduk. aku diam. "aku benar-benar nggak bisa Tya, karena aku, sejak dulu, hanya menganggapmu sebagai adikku...." katanya. sakit rasanya hatiku terhempas.
"tapi aku bukan adikmu, Gus...." kataku meminta pengertiannya.
"tapi aku sudah menganggapnya begitu, Tya...." kata Gusti tak mau kalah.
"tapi, aku juga nggak pernah mau dan minta untuk jadi adikmu, Gus...." aku sudah mulai emosi dibuatnya.
Gusti diam. kini dia melihat kearahku. aku menagis. lalu, Gusti menghampiriku. sampai didekatku, dia berkata "maaf ya...." kata Gusti. bibirnya tersenyum.
Gusti merangkulku, lalu mengecup keningku. "aku paling nggak bisa melihat adikku menangis...." bisik Gusti. hatiku benar-benar perih, perih banget.
kudorong tubuh Gusti hingga terlepas rangkulannya. aku muak melihatnya. benci sekali.
-PLAK-
aku menampar pipi kiri Gusti. aku sudah benar-benar marah. Gusti diam dan tertunduk.
"tidakkah kamu berpikir, kenapa aku sampai seperti ini?, rasa sayang ini, karena siapa..., ya, semuanya karena kamu...." ingin kuucapkan kata-kata itu, tapi hanya bisa sampai tenggorokanku saja.
kini, aku sendiri dikamar, aku menangis tersedu-sedu. Gusti meninggalkanku yang masih menangis. aku sudah benar-benar marah padanya.
"aku benci kamu Gus, tapi aku juga sayang kamu...." gumamku dalam hati.
aku bingung, aku tak tahu harus berbuat apa.
pagi, jam 8, Gusti mengirim sms. aku baca sms itu
Tya, aku pamit pulang dulu, ya....
aku nggak mampir dan pamitan langsung
karena aku tahu kamu masih marah padaku.
maaf, karena aku dah buat adikku sedih.
maaf juga, karena aku hanya bisa jadikanmu adikku.
salam
aku kembali menagis membaca sms itu.
selama liburan, tak ada komunikasi antara aku dan Gusti. aku tak tahu apa yang terjadi dengan Gusti, yang jelas, hpnya tak bisa dihubungi.
biarkan waktu terus abad putar
mencintai kamu penuh rasa sabar
meski sakit hati ini kau tinggalkan
ku ikhlas tuk bertahan
cintaku padamu begitu besar
namun kau tak pernah bisa merasakan
meski sakit hati ini kau tinggalkan
ku ikhlas tuk bertahan
kau meniggalkanku tanpa perasaan
hingga kujatuhkan air mata
kekecewaanku sungguh tak berarak
biarkan ku harus bertahan
jangan pernah kau coba untuk berubah
tak relakan yang indah hilanglah sudah
jangan pernah kau coba untuk berubah
tak relakan yang indah hilanglah sudah.
by. ST 12- jangan pernah berubah.
jangan lupa komment n masukannya.
thax.
jgn blng ente jg plng k poniantak, n lanjutin critena nnti jg :evil: :evil: :evil: :evil: :evil:
duhhh keren....
hohohoho.... rencananya sih mau pulang bareng ma Gusti, secara rumahku ma dia sebelahan. tapi nggak jadi, karena aku harus kuliah dulu. liburan masih belum.
selanjutnya, secepatnya. ni lagi mikirin endingnya, mau sad ending apa happy ending. secara, kan Gusti dah punya Clara.
hohohohhoo
wakkzzzz..... kacian tya ntar, hahahha
ummm mwna c happy end, "psawat yg d tmpangi clara mengalami kclakaanza" wlwawla aduh gla kezem mat y g :twisted: :twisted: :twisted:
walah... neh yg bikin bener" lburan
Gw juga mau kok punya dedek kayak kamu... (ehh? emangnya gw gusti?) xixixi
ternyata kau juga tak punya hati
pedih hati tak terperi sedih ku telan sendiri
mau marah tapinya sama siapa
kini aku disini cuma sendiri tiada yang mencari
sampai hati sampai begini kau tak peduli oh... teganya
mendengar lagu milik tangga, hanya membuatku merasa bahwa aku sangat tak nyaman dengan keadaanku. tak nyaman dengan perasaanku. apakah aku memang tak layak untuk dicintai oleh Gusti?, tanyaku dalam hati disetiap detik aku menanti.
sebenarnya, bukan hal yang mudah, untukku membiasakan diri yang memang tak biasa dengan perasaan yang berkecamuk dan logika yang benar-benar sudah terpuruk. tapi, aku harus bisa menjalani semuanya, itu pikirku.
selama liburan ini, aku mencoba mencari kesibukan yang kupikir bisa sedikit menghilangkan rasa lara dalam hati. aku mencoba untuk olah raga, walau capek, kupikir itu juga bagus untuk kesehatanku.
aku mulai dengan fitness. aku berharap, aku bisa memiliki fisik yang tak lagi lemah (ku pikir, semester berikutnya aku tak bisa lagi meminta Gusti untuk mengajariku olah raga). capek, itulah yang aku rasa diawal aku fitness. dan setelah lama aku fitness, ternyata aku tetap aja capek.
"kamu nggak pernah olah raga, ya?" tanya Alex, pelatihku di tempat fitness.
"ya..." jawabku sambil mengelap keringat yang menetes di keningku (walau cuma dikit).
"pantesan dari tadi banyak berhentinya...." kata Alex. dia tersenyum.
"hehehehe.... nggak tahu nih mas, kok cepet banget ya capeknya...." kataku sambil cengar-cengir. (aku memanggil Alex dengan sebutan Mas).
"biar nggak cepet capek, ni aku kasih tahu step-stepnya...." kata Alex.
Alex memberitahuku banyak hal yang berhubungan dengan fitness itu sendiri. jujur, awalnya aku sempet bingung, tapi lama-lama, aku terbiasa juga.
aku mulai dekat dengan Alex, tentunya sebagai tentor dan aku sebagai orang yang baru belajar olah raga, khususnya fitness. just call friend aja, nggak lebih.
suatu malam, di depan rumahku.
"makasih ya mas, dah nganterin aku pulang...." ucapku. Alex mengangguk sambil tersenyum. "o ya, nggak mampir dulu?" kataku menawarkan.
"nggak aja, dah malam juga." kata Alex menolak. "lagian, kan kamu besok dah mulai sekolah.... jadinya, cepet istirahat gih, biar nggak kecapekan." tambah Alex.
"ya.... pokoknya makasih ya...." Ucapku lagi.
"yup. sampai jumpa lagi ya ditempat fitness besok sore...." kata Alex. aku mengangguk dan tersenyum.
Alex pamitan, dan pulang.
setelah aku mandi dan segala macamnya, aku rebahkan tubuhku. hp ku berdering, kulihat, ada sebuah pesan masuk. nomer asing. ku buka sms tersebut, tak ada apa-apa yang tertulis, alias kosong.
"siapa ya....?" tanyaku pada diri sendiri. "ah sudahlah, paling orang iseng aja...." ujarku.
sejak aku bangun tidur, entah mengapa, perasaanku terasa tak tenang. deg-degan terus.... ada apa ya? tanyaku dalam hati.
semakin mendekati jam masuk sekolah, hatiku menjadi benar-benar tak kuat rasanya.... ada rasa cemas, ada rasa khawatir dan ada banyak rasa yang lainnya. namun, akhirnya, terjawab juga semua tanya yang membuat hatiku sesak. ya, ternyata sebabnya adalah Gusti. dialah yang telah membuat hatiku menjadi tak karuan rasanya.
jam masuk dan belajar sekolah, sudah dimulai. namun, aku tak menemukan sosok Gusti yang telah membuatku begini. di kelas 2,aku kembali satu kelas dengannya.
"kemana Gusti?" tanyaku dalam hati. "apa dia belum pulang dari pontianak?" tanyaku lagi.
sebenarnya aku takut, aku cemas bila harus ketemu dengan Gusti. aku harus bagaimana nantinya, aku harus bersikap bagaimana....
dengan tidak datangnya Gusti hari ini, ternyata bisa membuatku sedikit lega. karena aku bisa mempersiapkan diri esok harinya untuk bisa lebih siap lagi. tapi, dalam lubuk hatiku, ternyata aku sangat merindukannya.
"oh.... bagaimana ini....?" tanyaku panik dalam hati.
sore hari, ditempat fitness.
"mas Dani, mas Alex kemana? kok nggak ada?" tanyaku ke mas Dani. salah satu tentor yang ada ditempat aku fitness, teman Alex.
"mmmm.... ya, katanya Alex nggak dateng hari ini. lagi sakit katanya." jawab Dani.
"mmmm.... terus, aku hari ini, sapa dong yang ngajarin?" tanyaku.
"ntar ma aku aja, nggak apa-apa, kan?" kata Dani.
"ya...." ucapku. aku tersenyum.
setelah selesai fitness, aku pulang kerumah dengan jalan kaki. lumayan jauh sih, tapi kalo malem, jogja mang nggak ada kendaraan umum. dipikir-pikir, ya sekalian buat lanjutin fitness.
setiap aku pulang fitness, pasti aku melewati rumah Gusti. saat aku di depan rumahnya, aku melihat cahaya dari dalam rumah. kupikir, Gusti pasti sudah pulang. awalnya, aku mau mampir, karena, jujur aja, aku kangen banget. tapi, ternyata kakiku terasa berat dan hatiku kembali deg-degan. setelah aku berperang dengan batinku. akhirnya, aku tak jadi mampir. aku langsung pulang.
dalam perjalanan pulang, aku kembali mendapat sms dari nomer yang sama dengan kemarin malam.
aku kangen kamu....
membacanya, aku menjadi benar-benar dibuat bingung. siapa sebenarnya yang mengirim sms dengan nomer ini.
mulai dari pagi, aku sudah harus menahan batin agar tak menangis apalagi marah. benar-benar sakit banget.
Gusti sudah mulai hadir hari ini. Gusti duduk agak jauh dari bangkuku. tentu saja, aku deg-degan awalnya. tapi, ternyata lama-lama, rasa itu berubah menjadi rasa yang benar-benar memacu emosi.
sejak Gusti masuk dikelas, sampai waktu pulang sekolah, tak ada sedikitpun senyum yang biasanya manis untukku, kini yang ada hanyalah diam, seperti tak ada gairah untuk apapun. jangankan tersenyum, menoleh atau melihatku saja, dia tak pernah. tapi, tak tahu juga, mungkin dia melihatku saat aku tak memperhatikannya (ya ampun, aku ngarep banget sih....).
dah gitu, selama jam istirahat, aku mendapat banyak sms dari nomer asing yang biasanya sms aku. banyak banget smsnya, tapi intinya, sms itu mengatakan bahwa si pengirim sangat-sangat rindu padaku. saat kuhubungi nomer tersebut, tak sekalipun dijawab. tak juga di tolak.
"sebel....." gumamku.
sorenya, Alex juga tidak seperti biasanya. dia juga jadi banyak diam. mana diwajahnya banyak bengkak-bengkak biru lagi. saat kutanya kenapa, Alex tak sekalipun mau menjelaskan. selain itu, dia juga jadi agak menjaga jarak padaku. tak seperti biasanya, aku dan Alex yang selalu penuh dengan canda tawa.
"sebel.... sebel.... sebel...." teriakku dalam hati.
malemnya, setelah aku pulang fitness, (waktu lewat rumah Gusti, sepertinya Gusti tak ada di rumah, karena rumahnya gelap), aku mendapat sebuah kiriman paket kecil. kulihat nama pengirimnya, tapi tak tercantum. hanya tertulis nomer hp yang biasa sms aku. awalnya, males sih untuk membuka, tapi, paket tersebut memang terkirim untukku, atas namaku.
kubuka paket tersebut. ternyata sebuah cd. bersamaan dengan cd itu, juga ada sebuah pesan kecil bertuliskan "tolong diputar lagunya, diresapi. karena itu adalah rasa yang ada dihatiku, padamu....
langsung saja, aku memutar cd itu sesampainya di kamarku. kudengarkan, dan aku mencoba untuk memahaminya.... lagu yang dibawakan oleh Astrid, dengan judul "Tak Bisa Kembali"
*)aku tak bisa kembali lagi
kita t'lah terpisah selamanya
aku ingin kau bisa mengerti
cintaku selalu hadir hidup dihatimu sampai nanti
tak kusadari semua ini t'lah berlalu
kau mencintai aku sepenuh hatimu
kini kutak bisa lagi berada dekat denganmu
penyesalan kini sudah tak berarti
*)
andai semua dapat terulang kembali
kan kuterima cintamu sepenuh hati
tak kusangka kan terjadi semua harus berakhir
kepergianku tinggalkan semua ini
mendengarnya, aku hanya bisa menahan lara yang sedikit. aku memahami dan aku mengerti. siapa yang merasakan ini, selain aku tentunya.
aku, menangis....
krain orgna pergi jln" jg
siangnya, di rumah setelah pulang sekolah, tanpa kusangka dan ku duga (halah, kata-katanya.... wagu alias aneh), Gusti datang kerumahku. semua keluargaku, sedang tidak di rumah.
di kamar, aku dan Gusti saling diam sampai hampir 1 jam. tak ada satupun dari kami yang mencoba untuk memulai berbicara. aku bingung dan deg-degan. aku hanya menunuduk saja. sedangkan Gusti yang duduk diatas tempat tidurku, dia bersandar ke dinding, kepalanya menghadap ke atas.
merasa tak nyaman, akhirnya aku beranjak. aku menyalakan cd, lagunya Astrid yang berjudul "Tak Bisa Kembali"
baru beberapa bait lagu mengalun, tiba-tiba, Gusti memelukku dari belakang. aku diam, aku tak menanggapi, tapi aku juga tak menolak. sebenarnya, aku merasa berat bila di peluknya, tapi rasa kangenku, membuatku ingin terus dipeluknya. hanya lagu yang terus mengalun, tak ada kata-kata diantara aku dan Gusti. semuanya diam.
setelah lagu usai, aku memberanikan diri untuk berucap, meski terasa berat tentunya....
"jangan paksakan diri Gus.... karena, kata-kataku masih sama dengan sebelum-sebelumnya." kataku. Gusti masih diam. "dan akupun yakin, pasti kata-katamu juga pasti masih sama. ya, kan?" tanyaku.
Gusti masih saja diam. dan kupikir, berarti apa yang ingin disampaikannya, pasti masih sama. lumayan sakit juga kurasa hatiku karenanya.
Gusti semakin erat memelukku. detak jantungnya, terasa sangat kuat dipunggungku. dia sedang gundah pastinya.
"kalau untuk selalu bisa bersamamu, aku harus mencintaimu, aku... aku, akan melakukannya. aku... aku, akan mencintaimu...." ucap Gusti.
mendengar kata-kata itu, entah apa yang pastinya aku rasa. yang jelas, aku merasa senang. tapi, aku masih ragu dengan itu semua.
"kamu masih mau kan mencintaiku?" tanya Gusti.
aku tak menjawab, aku hanya diam. segalanya, benar-benar diluar dari apa yang aku pikirkan. air mataku, menetes.
"kamu jangan menangis.... aku paling tidak bisa melihat orang menangis..." ujar Gusti. aku menjadi terisak. "udah.... jangan nangis lagi ya, sa... sa.. sayang...." ucap Gusti.
aku masih terisak. aku meminta Gusti untuk melepas pelukannya.
"aku... mau fitness, Gus..." itu adalah kata yang terucap dari mulutku. entah apa yang aku pikir, yang jelas, itulah yang ada.
"aku akan menunggumu di sini. apapun jawwabanmu nanti, aku akan menerimanya...." kata Gusti.
aku meninggalkan Gusti dikamarku dan aku pergi untuk fitness. aku masih belum tenang, dan aku bingung. saat latihan bersama dengan Alex, aku merasa sedikit senang, karena Alex selalu berusaha untuk menghiburku. gurauannya, bisa membuat bibirku tersenyum. walau hatiku masih agak manyun tentunya.
selesai latihan, Alex mengantarku pulang. saat ia mau pamitan dia sempat berkata,
"Dit, maaf kalau ini sedikit aneh dan mengganggumu...." Alex memulai kata-katanya. Alex memanggilku Dit.
"mang kenapa?" tanyaku. aku agak heran dengan sikap Alex yang tiba-tiba berubah jadi serius.
"Dit, aku, sebenarnya cinta ma kamu...." ucap Alex. aku diam tak menjawab. pastinya, aku syok. "aku tak memintamu menjawab ataupun menerima. tapi, aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku memang cinta ma kamu...." tambahnya.
aku tak berkata apa-apa, aku meninggalkan Alex yang masih di depan rumahku. aku masuk ke rumah yang sudah sepi. aku duduk di sofa di ruang tamu. aku terdiam disitu, dan aku hanya membisu.
ku usahain besok malem dah selesai semuanya.
ku besok dari jam 8 ada kegiatan untuk cari sponsor untuk pentasnya teater kampusku. doain ya mudah2an dapat sponsor banyak biar bisa pentas teaternya.
thanks
setelah Alex pulang malam itu, aku masih saja duduk di sofa. dalam gelap aku diam. tak ada niatku untuk segera beranjak, menuju kamar tempat biasaku menangis dan mengadu. karena di kamarku, ada Gusti yang pastinya masih menungguku, menanti jawaban dariku mengenai perasaannya.
saat ku diam, dalam termenungnya aku, air mataku menetes. walau aku tak terisak. ternyata, begini rasanya, dicintai seseorang. aku bingung harus menjawab.
mungkin karena lelah, aku tak kuat lagi untuk terus duduk dan terjaga. ku rebahkan tubuhku di sofa. ku masih belum mau kembali ke kamarku. aku mulai mengantuk. ku coba untuk pejamkan mataku. tubuhku terasa dingin. tapi, aku tak berniat mengambil selimut, ataupun pindah tidur di kamar.
setelah aku hampir larut dalam tidur, Gusti menghampiriku. dia berdiri dihadapanku. aku tak berniat sedikitpun untuk bangun dan berbicara dengannya. aku membiarkan mataku terpejam. setelah beberapa saat Gusti di depanku. kudengar, dia kembali masuk ke kamar. setelah tak terlalu lama, dia kembali mendekatiku. Gusti membawa selimut dan kemudian menyelimutiku.
"met bobok ya...." ucap Gusti lalu mengecup keningku.
Gusti meninggalkanku, dia keluar dari rumahku entah kemana. dengan kepergiannya, air mataku kembali menetes.
hari ini, di kelas, aku menjadi banyak diam. aku tak berniat untuk bercanda-canda ataupun ngobrol-ngobrol dengan siapapun. termasuk dengan Gusti. Gusti selalu mencari kesempatan untuk melihat ke arahku.
waktu jam istirahat, Gusti menahanku di kelas. dia ingin mendapatkan jawaban dariku. tapi, aku belum bisa memberikan jawaban padanya.
"beri aku waktu ya, Gus...." pintaku. aku meninggalkannya yang berdiri didekat bangkuku. aku keluar menuju perpustakaan.
pulang sekolah, entah apa yang terpikir oleh Gusti, yang jelas dia mengajakku untuk pulang bareng. Gusti tampak memaksakan diri agar terlihat biasa saja denganku. Gusti selalu memperlihatkan senyumnya. tentunya, aku merasakan bahwa senyumnya tak tulus, dan memang dibuat-buat. aku menolak ajakan Gusti.
sorenya, aku tak datang di kegiatan fitnessku. entah apa sebabnya, yang jelas aku masih belum sanggup bila harus bertemu dengan Alex. masih bingung dengan segalanya yang menurutku terlalu diluar dugaan.
sepanjang sore, ku habiskan waktuku dirumah. aku hanya tidur-tiduran saja di tempat tidurku. sampai sebelum sore di telan malam, seorang wanita datang ke rumahku dan mencariku. wanita itu adalah Clara. ya, Clara pacar Gusti.