It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Cahaya dari lampu minyak yang terbuat dari sebuah botol minuman bekas yang di beri sumbu kompor bergerak ke kiri dan kekanan tertiup angin yang masuk di antara kisi-kisi yang ada di atas jendela kecil ruangan kecil itu. Sinarnya tak cukup terang menyinari.
"tristan lampunya di matiin aja biar nggak kebakaran"
"baiklah bayu"
Tiba-tiba ruangan itu gelap gulita. Hanya cahaya bulan purnama yang masuk melalui kisi-kisi memberi warna. namun lama-lama mata kedua remaja itu mulai terbiasa dan bisa melihat siluet-siluet di dalam gelap. Tubuh bayu telentang. Kedua tangannya terangkat mengganjal kepalanya. Kedua pangkal lengannya terbuka lebar. Mata bayu terpejam.
Tristan yang berbaring di samping tubuh bayu miring menghadap bayu. Wajahnya berada dekat dengan pangkal lengan bayu . Aroma tubuh telanjang bayu yang hanya ditutupi celana dalam murahan begitu menggelitik indra penciumannya dan iya menyukainya.
"bayu.... Maafin ibu ya"
"nggak apa kok tristan, udah biasa" matanya tetap terpejam
"gara-gara tristan, bayu kena marah" butiran air tak terasa kembali membasahi pipinya.
....................................
....................................
....................................
" kamu nangis tristan?" saat bayu merasakan bagian lengan kanannya basah terkena air mata tristan saat tak sengaja wajah tristan bersentuhan dengan lengan bayu. Mata bayu terbuka, terlihat siluet wajah tristan diantara sinar bulan yang masuk melewati kisi-kisi.
"Enggak kok" tristan berusaha menyembunyikan tangisnya. Dihapusnya bulir air mata.
"kamu jangan sedih tristan, kalo tristAn sedih bayu ikutan sedih" tangan kiri bayu ikut menghapus air mata itu
"tristan nggak maukan lihat bayu sedih"
Tangan kanan bayu meraih kepala tristan mendekatkannya ke tubuh bayu. Kepala tristan sekarang bertumpu di atas bahu kanan bayu. Wajahnya begitu dekat dengan leher kanan bayu.
"iya..tristan nggak akan sedih lagi"
Bayu menggeratkan rangkulan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya berada di pinggang tristan .
"gitu dong"
Tangan kanan bayu mengelus-elus rambut lurus tristan yang dipotong bergaya mandarin.
"cup"
Dikecupnya kening tristan.
"janji ya tristan, nggak akan sedih lagi"
"iya aku janji"
......................................
......................................
......................................
......................................
......................................
......................................
......................................
Malam terus bergerak menuju pagi.
Bayu telah lama tenggelam dalam mimpi indah bertemu dengan orang tua kandungnya. Tapi tidak dengan tristan. Mata tristan masih tetap terbuka lebar. Rangkulan bayu mulai mengendur di tubuh tristan. Tubuh bayu ini yang membuat matanya tetap terbuka. Di dalam gelap siluet tubuh bayu yang tidak terlalu bidang begitu indah terlihat. kulitnya yang tidak terlalu halus memberi getaran di tangan kanan tristan yang merangkul lembut perut dan dada bayu.
Ada yang bergejolak rasanya di dalam tubuh tristan seperti yang dirasakannya saat melihat tubuh telanjang bayu saat mereka berenang telanjang bulat di sungai. Tristan tak mengerti sebenarnya perasaan apa yang di alami saat ini. Tapi ia menikmatinya.
Bayu sebenarnya masih penasaran dengan benda yang ada di antara kedua paha bayu yang tadi dia lihat di sungai. Mengapa benda itu bisa jauh lebih besar dari miliknya. Kenapa disekitar benda itu tumbuh bulu-bulu walaupun belum begitu lebat sementara miliknya tak berbulu.
Telapak tangan kanan bayu mulai bergerak turun dengan perlahan.
Dada......
Perut.....
Pusar......
dan terhenti di bagian karet celana dalam bayu.
Sejenak ada keraguan tristan tuk bertindak lebih jauh. Takut bayu terbangun dan tidak senang dengan apa yang dia lakukan. Tapi rasa penasarannya mengalahkan.
Tangan bayu kembali bergerak ke Bawah. Dan menemukan tonjolan mr-p bayu yang masih terbungkus celana dalam. Benda itu begitu tegang mungkin karena udara yang dingin karena hari mulai beranjak pagi. Dan benda itu jauh lebih besar dirasakan telapak tangan tristan dari yang dilihatnya saat mereka berenang telanjang berdua.
Di elusnya perlahan.
Mata bayu masih terpejam. Wajahnya sesekali-kali terlihat meringis.
..............................
..............................
Tapi rasa penasaran tristan tidak berhenti sampai di situ. Perlahan tangannya dimasukan kedalam celana dalam bayu. Terasa mr-p bayu berdenyut-dengut dalam genggamannya. Bulu-bulu yang masih belum merata tumbuhnya itu terasa kasar mengenai punggung tangan kanan tristan yang tengah menggenggang mr-p bayu
wajah bayu semakin sering berkerut dalam tidurnya.
..................................
...................................
Rasa penasaran tristan makin menjadi menhilangkan akal sehatnya. Perlahan tristan bangun dari posisinya semula. Dia bergerak keantara kaki bayu yang agak mengangkang. Tubuh bayu terlihat terlentang pasrah dihadapannya yang tengah bersimpuh diantara ke dua paha bayu.
Di tariknya dengan perlahan tali karet celana dalam bayu.
..................,.................
bayu bergerak
.....................................
Tristan berhentikan sejenak
.........................,...........
Bayu diam
.....................................
kembali bayu melanjutkan kegiatannya sampai celana dalam murahan itu tertarik sampai kebagian paha bayu. Dalam gelap siluet mr-p bayu terlihat besar dan tegang. Tristan begitu gemas melihatnya dalam keremangan. Ingin di kecupnya mr-p itu yang tidak seperti mr-pnya yang kecil dan belum berbulu. Perlahan tristan mendekati mulutnya ke mr -p bayu.
"cup"
Kulit mr-p itu begitu halus dirasakan bibir tipis tristan. Aroma khas tercium oleh indra penciuman tristan. Dan tristan mnyukai aroma itu. Tak puas mengecup di cobanya memasukkan mr- p bayu kedalam mulutnya. Baru sampai bagian kepala mr-p itu
"NGAPAIN KAMU TRISTAN"
Bayu terbangun.
Lanjooottt !!
... Ehhh....aaaa.....aaaanuuuu...eeee...baaaa...baaay...baayuuuu....aakuu...akuuuu...cu..cummmaa...pe..pen..penasar..raan... Ba...baang dito eh bayu ga maa...marahh kkkaannn... :oops: :P
"Bayu dimana bu? Tristan bertanya kepada ibu setelah tak dilihatnya bayu di sekeliling rumah.
"Mungkin di kamarnya"
Sebetunya tristan sudah mengecek kamar bayu tadi, tapi untuk memastikan Tristan kembali bergerak menuju kamar bayu. Tak ditemukannya bayu di situ.
Semenjak mereka selesai makan siang tadi tristan tak melihat batang hidung bayu. Sesudah makan tristan mengerjakan PR nya di kamar. Biasanya bayu selalu mengajari tristan belajar dan mengerjakan pr. Tapi hari ini sikap bayu begitu lain kepada tristan.
Dimulai dari saat mereka berangkat ke sekolah yang biasa mereka tempuh dengan jalan kali. Bayu yang sering ngobrol dengan tristan sepanjang jalan menuju sekolah mereka yang cukup jauh dari rumah.
Namun hari ini bayu hanya diam seribu bahasa. Di sekolah pun bayu tak juga berbicara dengan tristan selama pelajaran berlangsung, malah pada saat keluar main bayu meninggalkan tristan sendiri bermain-main bola dengan teman yang lain.
"Apakah bayu marah padanya karena kejadian semalam"
Tristan benar-benar merasa bersalah di buatnya. Iya begitu menyesal melakukan perbuatan bodoh itu. Kenapa iya harus menuruti rasa keingin tahuannya itu. Sekarang bayu benar-benar marah ke padanya. Mungkin bayu akan meninggalkannya selama-lamanya. Bayu akan pergi dengan kapal meninggalkan pulau ini. Bayu akan pergi mencari orang tua kandungnya. Saat bayu telah menemukan orang tuanya dia pasti tak akan lagi ingat kepada tristan yang telah membuatnya marah. Beribu pertanyaan menggenang di otaknya.
Air mata mengalir di pipi tristan. Tristan terduduk di atas ranjang buruk dengan kasur tipis tempat iya melakukan kebodohan itu. Hatinya meratap.
Ingin tristan berteriak sekeras-kerasnya agar bisa mengurangi perasaan sesalnya. Tapi tristan takut ibu akan kaget dan berfikir bayu telah membuatnya sedih. Ibu akan marah dan akan menghukum bayu lagi seandainya bayu pulang nanti.
..........................................
..........................................
..........................................
..........................................
..........................................
..........................................
..........................................
..........................................
Tristan berlari menuju pantai tanpa beralas kaki.
Lari...................
Lari..................
Lari..................
Dan terus berlari
Saat kakinya berlari di atas pasir pantai yang lembut. Pasir pantai itu seolah-olah memegang kakinya menahan laju larinya. tristan berusaha tuk terus berlari, nafasnya sesak. Dan berhenti di bagian pantai yang dipenuhi batu-batu karang besar yang menjulang kokoh dan pepohon yang biasa tumbuh di pesisir pantai. beberapa bagian karang tertampak berlubang-lubang besar akibat abrasi pantai membentuk celah-celah besar dan banyak.
Bayu melangkah melewati salah satu celah yang cukup lebar dan tinggi. Udara disini terasa sejuk dan segar. Angin berhembus dengan sepoi-sepoi menyentuh anak-anak rambut tristan yang lurus. Saat dia berada di ujung celah yang jaraknya tidak terlalu panjang.
"wow"
tristan tak percaya dengan yang dilihatnya, sesaat ia melupakan kesedihannya. Pemandangan pantai yang benar-benar sangat indah sekali. Selama 13 tahun dia hidup baru sekarang dia tahu ada bagian pantai yang sangat indah di pulau kecilnya ini.
Pasir di daerah ini begitu putih dan beberapa terlihat berkilau saat terkena sinar mentari. karang-karang kecil tampak bersusun di beberapa bagian tengah pantai. Terdapat ceruk yang cukup dalam untuk berenang. warna air begitu hijau dan tenang karena ombak besar terhalang oleh gugusan karang yang berjejer di bagian tengah pantai itu.
Tristan duduk diatas pasir pantai itu sambil meluruskan kedua kakinya yang mulai terasa pegal. Tak dihiraukannya celananya akan kotor terkena pasir-pasir putih itu. Di nikmatinya kesendiriannya saat itu.
Begitu damai...
Diarahkannya pandangan ke gugusan karang kecil yang dibatasi oleh ceruk.yang letaknya sekitar 70 meter dari bibir pantai. Ada sesuatu yang bergerak disana. Ternyata tristan tak sendiri di tempat ini. Tubuh seorang remaja tanggung yang tampaknya telanjang bulat terlihat tengah duduk di atas batu-baru karang kecil itu membelakangi tristan menghadap ke laut lepas.
Ada yang aneh dengan pemuda tanggung itu. Tangan kanannya terlihat bergerak-gerak beraturan di depan selangkangnya. Sementara tangan kirinya berada diatas karang menopang tubuhnya. Begitu asik dia dengan kegiatan itu.
Rasa penasaran tristan kembali tergelitik.
"apa yang di lalukan pemuda tanggung itu telanjang bulat di tempat sepi ini?"
"Siapakah dia?"
karena rasa penasarannya tristan membuka seluruh pakaiannya. Pakaian tersebut diletakannya diantara celah-celah karang yang tersembunyi. Tubuh ceking putihnya telanjang bulat. Tristan bergerak mendekati air, berenang melintasi ceruk mendekati pemuda telanjang bulat yang duduk diatas karang yang sedang menggerakkan tangannya di bawah pusar.
"Apa yang dia lakukan"
Tristan semakin mendekat, tubuh pemuda itu semakin jelas terlihat bagian punggungnya. Pada dasarnya kalo dilihat-lihat tubuh pemuda itu berwarna putih. Tapi karena sering berjemur kulit itu terlihat berwarna kecoklat-coklatan. Bongkahan pantat pemuda itu begitu gempal terlihat dari belakang.
Trisrtan semakin mendekat, akhirnya sampai di tepian karang dekat pemuda itu duduk.tristan naik kepermukaan. Pemuda itu masih asik mempermainkan tangannya di bawah pusar. Namun gerakan tangan itu sekarang lebih cepat dari yang tristan lihat tadi.
Lebih cepat......................
Tristan mendekat..
Makin cepat.....................
Tristan bertambah dekat, wajah pemuda itu tertunduk
kian cepat.......................
Tristan mendengar pemuda itu melenguh-lenguh seperti orang yang tengah kecapean berlari puluhan kilo meter. Suaranya ngos-ngosan. Wajah pemuda itu masih tertunduk. Tristan masih tak mengerti apa yang sedang dilakukan pemuda tersebut.
Sangat cepat.........
Dengusan nafas pemuda itu juga semakin keras mengerang-erang. Wajah pemuda itu terangkat dan tristan melihat.
"Haa..."
Pikiran bayu melayang, suara buk lastri yang tengah memberikan pelajaran geografi seolah hilang dari indra pendengarannya. Bayangan kejadian semalam bermain-main di otak pintarnya yang bisa menebak hasil perkalian empat digit dengan cepat tanpa bantuan kalkulator.
Rasa nikmat yang di rasakannya seolah bagaikan mimpi saat sebelum iya terbangun dan menghardik tristan tuk menghentikan kegiatannya itu. Sebetulnya iya masih ingin tristan melanjutkan kegiatan itu. Namun perasaan bimbang dan jijik juga datang bersamaan mengalahkan egonya, melihat tristan menjilat dan mengulum mr-p yang biasa di pakenya buat kencing. yang pasti kotor sekali.
Runtutan rasa nikmat itu masih dirasakannya semalam masih terbayang, yang tadinya di pikir hanya mimpi. Jilatan bibir tipis tristan pada kepala mr-p yang begitu menimbulkan perasaan yang aneh pada dirinya yang belum pernah di rasakannya sebelumnya.
Sebetulnya rasa apakah itu?
pikiran-pikiran itu terus menghantuinya sepanjang hari sehingga membuatnya banyak diam sehari ini. Selesai makan siang bayu bergerak meninggalkan rumah menuju tepat rahasianya yang biasa di pakai tuk merenung memimpikan bertemu dengan orang tuanya.
.................................
.................................
.................................
Memandang bentangan laut yang luas dihadapan bayu yang menjadi pembatas dirinya dengan orang tua kandungnya mengobatinya akan kerinduan tuk bertemu dengan mereka. Tapi saat ini bukan hal itu yang menjadi hayalannya. Dengan tubuh telanjang bulat tanpa sehelai benang pun bayu duduk di atas gugusan karang kecil yang mengitari sebuah ceruk cukup dalam yang berjarak sekitar 70 meter dari bibir pantai. Pakaiannya di sembunyikan diantara celah karang yang banyak di tepi pantai agar tidak basah.
Rasa aneh yang dirasakannya saat bibir tipis tristan menjilat dan mengulum mr-p bayu yang saat itu masih setengah tidur masih terbayang. Karena pikiran tersebut Mr-pnya mengembang dan tegang. Mr-p bayu berwarna sedikit kecoklatan dengan bongkolan kepalanya yang berwarna kemerah-merahan. Mr-p itu di sunat rapi oleh pak tejo dukun sunat yang sudah sangat berpengalaman. Karena hampir semua anak yang ada di pulau ini di sunat olehnya. Mr-p itu dalam keadaan tegang cukup panjang dan besar ntuk anak seumuran bayu. panjangnya mencapai 14 cm dengan diameter 3,5 cm. Di bagian pangkal tumbuh bulu-bulu halus yang masih jarang-jarang. Buah pelirnya lumayan besar dengan warna agak lebih gelap dari warna batang mr-p.
Sambil membayangkan tristan menjilat mr-pnya bayu memegang mr-p itu dengan tangan kanan. Rasa aneh itu kembali hadir. Pertama-tama iya hanya mengelus-elus mr-pnya rasa aneh itu terasa sampai keubun-ubun. Tangannya berusaha berexsplorasi di mr-p nya tuk mencari-cari posisi yang enak agar rasa aneh itu lebih nikmat dirasakannya.
Akhirnya bayu menemukan posisi tangan yang paling pas. Digenggamnya mr-p itu. Jari-jari tangan kanan bayu membentuk lingkaran dengan jempol sebagai tumpuan seperti saat dia menggenggam tongkat pramuka setiap hari sabtu. Tangan itu digerakkannya turun naik di batangnya.
"Ohh...."
Awalnya hanya perlahan dibagian batang mr-p saja turun naik dengan irama perlahan. Tidak puas dilanjutkan dari pangkal ke ujung.
"Ohhhh....."
Semakin enak rasa aneh itu di rasakannya. Intensitasnya pun ditingkatkannya.
"Ohhhh..Ohhhh...."
Lebih cepat, wajah bayu tertunduk membuat tubuhnya agak melengkung menikmati rasa aneh yang baru pertama dirasakannya itu.
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
Semakin cepat, tak di hiraukannya keadaan di sekelingnya.
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
Intensitas kocokannya memakin meningkat. Sesuatu seseolah ada yang ingin menyembur dari dalam tubuhnya.
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
Sangat cepat, mr-p bayu berdenyut-denyut di genggaman.
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
"Ohhh.....Ohhh....Ohhh..."
Sesuatu mengalir di batang mr-p menuju ujung, kepala bayu mendongak melihat ke langit tubuhnya melengkung kearah belakang berlawanan arah dengan posisinya tadi. Urat-urat dilehernya tampak jelas terlihat. Cairan putih menyembur dari ujung kepala penisnya yang bertambah merah karena genggaman tangannya.
"AKH....uh...Akkkkkkkkkkkkkkk...."
Tubuh bayu meregang-regang seperti ayam yang baru kena sembelih. Cairan putih itu masih tampak menyembur jauh dari kepala mr-p nya
"Ha.... Bayu kamu kenapa?"
Wajah tristan tampak cemas melihat tubuh bayu yang berkelenjotan seperti orang kesakitan. Wajah bayu tampak mengerinyit.
lanjut ah
kok kayaknya over dramatisasi, agak terlalu "sinetron"..
jadi terkesan kurang natural..
mungkin kalau bahasanya sedikit lebih ringan bisa lebih bagus..
good work anyway
tp knapa ya si penulis versi pertama malah gak nglanjutin kisah ini.
bwt dito, sori bgt, bukannya gw gak suka ama cerita versi kedua ini, tapi hanya saja, crita ini kayaknya terlalu terburu2. trus knapa bagian awalnya malah dipotong? padahal bagian awalnya justru sgt bgus.
gt aj dh!
salut banget nih sama ramirez bisa menilai gaya tulisan seseorang. jangan-jangan ramirez juga penulis jadi bisa melihat kalo suatu tulisan itu terlalu berlebihan
gue tunggu loh peluncuran ceritanya.
sukses slalu
***dito***