BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Cermin: Maruf Karkhi p. 10

1567911

Comments

  • de Hati wrote:
    SIMBOL

    Sang Guru menyatakan bahwa dunia yang dilihat oleh kebanyakan orang bukan dunia Kenyataan, melainkan dunia yang diciptakan oleh pikiran mereka. Ketika seorang ahli datang untuk berdebat soal itu, Sang Guru meletakkan dua batang korek api di atas lantai dalam bentuk huruf T dan bertanya, "Apa yang kamu lihat di sini?" "Huruf T," jawab ahli itu. "Persis seperti yang saya pikirkan," kata Sang Guru. "Tak ada huruf T; itu hanyalah sebuah simbol di kepalamu. Apa yang kamu lihat di sini adalah dua potong kayu berbentuk batang. "

    LABEL

    Sang Guru berkata bahwa tidak ada artinya menyatakan diri sebagai orang India, Cina, Afrika, Amerika, Hindu, Kristen, atau Muslim karena semuanya ini hanyalah label. Kepada seorang murid yang mengklaim dirinya seorang Yahudi tulen, Sang Guru berkata dengan ramah, "Kamu dikondisikan sebagai orang Yahudi, tapi itu bukan identitas dirimu. " "Lalu, apa identitasku?" "Tak sesuatu pun," kata Sang Guru. "Maksud Guru, aku adalah kekosongan dan kehampaan belaka?" kata murid yang tidak percaya itu. "Tak ada sesuatu pun yang dapat diberi label," kata Sang Guru.

    Sumber: Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello

    dibaca berkali2 gw ga ngerti2 juga
    gyahahaha

    klo ga da sesuatu yg bisa di beri label, trus........

    jelasin dunk oom
    ha ... ha ... ha ... sebetulnya kl gw ngejelasin udah ngelanggar aturan gw sendiri, kalo gw ngejelasin artinya ngunyahin apel buat orang lain LOL. Tapi anggep aja share pikiran ya.

    Penggolongan yang selanjutnya diberi label gunanya buat bikin hidup lebih mudah. Bayangin kalo gak ada label, gak ada penggolongan ... pasti susah kan.

    Tapi fungsinya ya tetep label, bukan realitas (atau tepatnya realitas label). Papan penunjuk sederhana ke realitas, bukan relitas itu sendiri.

    Label botol anggur, bukan anggur itu sendiri, Menu makanan bukan makanan itu sendiri, note bukan musik, peta kota bukan kota.

    Masalahnya ... orang sering "take label too seriously". Kalo gue bilang label botol angurnya kusam, nggak harus berarti anggurnya gak mutu kan? (conto yang kurang sempurna) ... tapi biarin gitu deh ... ntar bisa dilanjutin diskusinya.
  • you make your own label and symbol.
  • de Hati wrote:
    SIMBOL

    Sang Guru menyatakan bahwa dunia yang dilihat oleh kebanyakan orang bukan dunia Kenyataan, melainkan dunia yang diciptakan oleh pikiran mereka. Ketika seorang ahli datang untuk berdebat soal itu, Sang Guru meletakkan dua batang korek api di atas lantai dalam bentuk huruf T dan bertanya, "Apa yang kamu lihat di sini?" "Huruf T," jawab ahli itu. "Persis seperti yang saya pikirkan," kata Sang Guru. "Tak ada huruf T; itu hanyalah sebuah simbol di kepalamu. Apa yang kamu lihat di sini adalah dua potong kayu berbentuk batang. "

    LABEL

    Sang Guru berkata bahwa tidak ada artinya menyatakan diri sebagai orang India, Cina, Afrika, Amerika, Hindu, Kristen, atau Muslim karena semuanya ini hanyalah label. Kepada seorang murid yang mengklaim dirinya seorang Yahudi tulen, Sang Guru berkata dengan ramah, "Kamu dikondisikan sebagai orang Yahudi, tapi itu bukan identitas dirimu. " "Lalu, apa identitasku?" "Tak sesuatu pun," kata Sang Guru. "Maksud Guru, aku adalah kekosongan dan kehampaan belaka?" kata murid yang tidak percaya itu. "Tak ada sesuatu pun yang dapat diberi label," kata Sang Guru.

    Sumber: Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello

    ***

    Tanya kenapa, "take label and simbol too seriously?"
    nah, gw baru ngerti setelah ada kata2 itu.

    napa ga dari kemaren?

    gyhahahaha

    gw inget, pepatah guru gw " semua orang mengaku mengenal maryam, tapi maryam tidak mengenal mereka"

    maksudnya, seberusaha apapun orang melabeli dirinya, klo itu bukan dirinya, ya nda bakal perna bisa sionkron. setuju ga?

    misale pembunuh bilang "gw ini penyayang lho"
    ada yg bakal percaya?

    umm, labeling ato simbol, menurut gw sedikit perlu, tapi ga penting banget klo kita melabeli diri kita dg label2 yag justru bakal menggelikan. kenapa ga di kembalikan pada fenomena alam? bahwa, orang yang suka membantu fakir miskin pasti disebut dermaan ma masyarakat.

    jadi, klo penegn di labeli dg sesuatu yg kita inginkan, kenapa ga mencoba melakukan "inti" dari label itu sendiri?

    ah, gw malah jadi kenyeh gini.

    LOL
  • edited September 2008
    de Hati wrote:
    SIMBOL

    Sang Guru menyatakan bahwa dunia yang dilihat oleh kebanyakan orang bukan dunia Kenyataan, melainkan dunia yang diciptakan oleh pikiran mereka. Ketika seorang ahli datang untuk berdebat soal itu, Sang Guru meletakkan dua batang korek api di atas lantai dalam bentuk huruf T dan bertanya, "Apa yang kamu lihat di sini?" "Huruf T," jawab ahli itu. "Persis seperti yang saya pikirkan," kata Sang Guru. "Tak ada huruf T; itu hanyalah sebuah simbol di kepalamu. Apa yang kamu lihat di sini adalah dua potong kayu berbentuk batang. "

    LABEL

    Sang Guru berkata bahwa tidak ada artinya menyatakan diri sebagai orang India, Cina, Afrika, Amerika, Hindu, Kristen, atau Muslim karena semuanya ini hanyalah label. Kepada seorang murid yang mengklaim dirinya seorang Yahudi tulen, Sang Guru berkata dengan ramah, "Kamu dikondisikan sebagai orang Yahudi, tapi itu bukan identitas dirimu. " "Lalu, apa identitasku?" "Tak sesuatu pun," kata Sang Guru. "Maksud Guru, aku adalah kekosongan dan kehampaan belaka?" kata murid yang tidak percaya itu. "Tak ada sesuatu pun yang dapat diberi label," kata Sang Guru.

    Sumber: Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello

    ***

    Tanya kenapa, "take label and simbol too seriously?"
    nah, gw baru ngerti setelah ada kata2 itu.

    napa ga dari kemaren?

    gyhahahaha
    cuma selisih beberapa detik, pada saat bersamaan kamu balas posting tsb, aku ngedit pesan tersebut. LP jadi ngerti soale post pertama masih ambigu, setelah ditambahin kata itu ... jadi jelas mendukung argumen LP gyhahahaha
    gw inget, pepatah guru gw " semua orang mengaku mengenal maryam, tapi maryam tidak mengenal mereka"

    maksudnya, seberusaha apapun orang melabeli dirinya, klo itu bukan dirinya, ya nda bakal perna bisa sionkron. setuju ga?

    misale pembunuh bilang "gw ini penyayang lho"
    ada yg bakal percaya?

    umm, labeling ato simbol, menurut gw sedikit perlu, tapi ga penting banget klo kita melabeli diri kita dg label2 yag justru bakal menggelikan. kenapa ga di kembalikan pada fenomena alam? bahwa, orang yang suka membantu fakir miskin pasti disebut dermaan ma masyarakat.

    jadi, klo penegn di labeli dg sesuatu yg kita inginkan, kenapa ga mencoba melakukan "inti" dari label itu sendiri?

    ah, gw malah jadi kenyeh gini.

    LOL
    more or less setuju. suka lucu denger betapa orang percaya atas label yang mereka bikin tentang diri mereka sendiri, sementara denger banyak orang justru menilainya bertolak belakang. tapi soal nilai menilai ...bakal keluar di cermin berikutnya.
  • delete juga ah
  • the@heart wrote:
    deleted

    why?

    bikin gw penasaran aja

    ckekekek
    salah login....LOL
    harusnya pake de hati..... :P
  • de Hati wrote:

    more or less setuju. suka lucu denger betapa orang percaya atas label yang mereka bikin tentang diri mereka sendiri, sementara denger banyak orang justru menilainya bertolak belakang. tapi soal nilai menilai ...bakal keluar di cermin berikutnya.

    ttg penilaian?
    selalu menarik, itulah kenapa gw betah di pekerjaan gw sekarang. penilai. kedengarannya keren.

    penilaiannya berdasarkan apa om? klo boleh tau bocorannya?
    *berdasarkan data pasar?
    * berdasarkan income approach?
    *berdasarkan cost approach?
    *berdasarkan permintaan pasa?

    hahaha, secara metode itu yg sering digunakan ole anggota SPI ( standard penilai indonesia)

    Ps. SPI bener2 ada lho, bukan karangan gw. LOL
  • delete
    double post
  • I always love anthony de mello stories :)
  • I always love anthony de mello stories :)
    dia mengumpulkan cerita2 rakyat, cerita2 sufi, dari india, timur tengah, cina ... yang sudah teruji ratusan tahun. juga cerita2 dari berbagai agama, Budha, Hindu, Islam, Zen, Kristen dll.

    Menurut Mello, kalo ada cerita dengan pesan yang sama ... dan muncul di berbagai kebudayaan ... there must be some thruth in it. ditambah lagi dia psikolog, filsuf, rohaniwan dan penulis yang baik ... lengkaplah sudah sebagai story teller.

    Kumpulan cerita Nasrudin Hoja, saya juga suka. Selalu ada dua layer dalam cerita2 semacam ini. Di layer luar ceritanya itu sendiri amusing, di layer lebih dalam ada renungan.

    tulisan yang baik adalah tulisan yang memancarkan pemikiran, namun tulisan yang paling baik adalah tulisan yang memancarkan keheningan
  • I love this thread ...
    bikin ... hening ...
  • I love this thread ...
    bikin ... hening ...

    mudah2an alamsemesta tidak mengartikan keheningan sebagai kepasifan. karena ada dari Bhagawad Gita:

    "Plunge into the heat of battle (perjuangan hidup), and keep your heart at the lotus feet of the Lord (keheningan)" ;)
  • de Hati wrote:
    Jika engkau mengira, engkau itu adalah apa yang dipikirkan sahabat atau musuhmu, engkau jelas belum mengenal dirimu.

    weks,
    lagian ge er amir.
    gyahahaha

    padahl, bisa jadi kan, kita sama sekali ga perna terlintas di benak orang lain, meskipun , katakanlah, itu pasanagn kita?

    cuma, emang. mungkin ge er kadangkala diperlukan, bira kita kliatan bahwa kita itu manusia.

    ckekekekek
  • de Hati wrote:
    Jika engkau mengira, engkau itu adalah apa yang dipikirkan sahabat atau musuhmu, engkau jelas belum mengenal dirimu.

    weks,
    lagian ge er amir.
    gyahahaha

    padahl, bisa jadi kan, kita sama sekali ga perna terlintas di benak orang lain, meskipun , katakanlah, itu pasanagn kita?

    cuma, emang. mungkin ge er kadangkala diperlukan, bira kita kliatan bahwa kita itu manusia.

    ckekekekek
    kalo ekye lain, pasti tidak ada yg care ma ekye
Sign In or Register to comment.