Masyarakat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang boros, yang meski miskin namun dalam membelanjakan uang sering tidak rasional. Mereka juga tidak mau repot membandingkan uang yang dihabiskan dengan hasil yang diperoleh.
Mau bukti? Silakan bandingkan dengan negara termaju di Asia seperti Jepang dalam masalah penggunaan energi.
Untuk GDP (gross domestic product) 1 juta dolar AS saja kita butuh energi 470 ton oil equivalent (toe).
Bandingkan dengan Jepang yang untuk setiap 1 juta dolar AS GDP-nya hanya membutuhkan 92,3 toe, hanya seperlima dari yang dibutuhkan Indonesia.
Bahkan jika dibandingkan negara-negara tetangga pun Indonesia masih juga tergolong boros. Malaysia, hanya membutuhkan 315 toe untuk 1 juta dolar AS GDP-nya dan Thailand hanya 385 toe.
Masih belum percaya kalau bangsa Indonesia boros? Coba saksikan kalau orang-orang Indonesia bepergian misalnya ke negeri wisata belanja seperti Singapura atau bahkan Perancis.
Orang-orang Indonesia, diberitakan, menghabiskan Rp1 triliun pada Shopping Season Juni 2005 di Singapura. Mereka adalah penghambur terbesar (biggest spendor) mengalahkan para tukang belanja dari negara maju seperti AS.
Banyak pertokoan di Paris, Perancis bahkan sengaja menyiapkan pramuniaga yang fasih berbahasa Indonesia yang siap melontarkan sapaan: "Silakan berbelanja sepuasnya," Ini mereka lakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada para raja dan ratu belanja berwajah
Asia ini.
Jangankan ke kota-kota wisata, ketika jemaah haji pergi ke tanah suci Mekkah pun, banyak dari mereka lebih senang melakukan "thawaf" (berkeliling) di pasar seng dari pada thawaf di Masjidil Haram.
"Tokonya berderet-deret tetapi yang belanja lagi-lagi orang Indonesia. Uang saku dihabiskan semua untuk beli oleh-oleh buat orang sekampung, padahal kebanyakan barangnya cuma 'made in China' yang di Indonesia juga ada.
Malahan, tak usah ke luar negeri pun, masyarakat Indonesia juga boros kalau sudah menyangkut gaya hidup dengan barang-barang impor bermerk serta bakal menyerbunya jika ada diskon atau special price. Warga kelas ini semakin besar saja jumlahnya di ibukota, meski krismon belum pulih.
Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Pondok Indah Mall dan berbagai pusat perbelanjaan elit lainnya yang terus bertumbuhan dan lebih suka memajang barang impor, biasa menangguk untung besar dari jualan merk berharga selangit.
Jika warga bergaya hidup seperti ini semakin membengkak saja jumlahnya, sementara kemampuan ekspor Indonesia cuma berkutat di sumber daya alam gelondongan, bisa dipastikan negara ini juga akan terus berkutat pada kondisi defisit neraca perdagangan dan perlahan bakal bangkrut.
*Catatan: Bandingkan dengan kondisi masyarakat penerima BLT.....
Alandra
+62857 521 24 9 24
Comments
mereka mungkin bingung mau ngabisin duitnya gimana, jadi ya belanja aja...
kalau ada duit lebih gw juga pasti belanja kayak gitu juga kok... hehehe...
BLT kan bukan tanggungan mereka, BLT itu tanggungan pemerintah...
lagian uang uang mereka, ya maklumkan sajalah kalangan jetset...
yang kaya ya kaya banget... yang miskin, miskinnya ga ketulungan...
kalo gw punya banyak duit juga gw mo beli barang2 branded, jalan2 keluar negeri, ngasih oleh2 buat orang sekampung! asal halal aja!
tapi berhubung gw pas2an...ya gw beli barang merk antah berantah, itupun hasil dari nawar abis2an! :oops: :oops: :oops:
jadi...gw rasa itu manusiawi banget, ga ada yang salah (cm agak memalukan aja!)
So? Harus bangga dong! Lagipula, jelas aja org Indonesia ngalahin org A.S..seberapa banyak sih org A.S yg belanja di S'pore dibandingin sama org Indonesia yg belanja di S'pore? Bego nih yg bikin artikel.
Banyak pertokoan di Paris, Perancis bahkan sengaja menyiapkan pramuniaga yang fasih berbahasa Indonesia yang siap melontarkan sapaan: "Silakan berbelanja sepuasnya," Ini mereka lakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada para raja dan ratu belanja berwajah
Asia ini.
Banyak? Bohong banget! Setahu gw cuma ada satu toko : Parilux. Dan pramuniaganya emang org Indonesia yg kerja disana.
Jangankan ke kota-kota wisata, ketika jemaah haji pergi ke tanah suci Mekkah pun, banyak dari mereka lebih senang melakukan "thawaf" (berkeliling) di pasar seng dari pada thawaf di Masjidil Haram.
Suka2 mereka dong
"
Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Pondok Indah Mall dan berbagai pusat perbelanjaan elit lainnya yang terus bertumbuhan dan lebih suka memajang barang impor, biasa menangguk untung besar dari jualan merk berharga selangit.
Bagus kan..artinya bisa membuka lahan pekerjaan utk org lain juga.
Jika warga bergaya hidup seperti ini semakin membengkak saja jumlahnya, sementara kemampuan ekspor Indonesia cuma berkutat di sumber daya alam gelondongan, bisa dipastikan negara ini juga akan terus berkutat pada kondisi defisit neraca perdagangan dan perlahan bakal bangkrut.
*Catatan: Bandingkan dengan kondisi masyarakat penerima BLT.....
Jelas2 beda,,gak usah dibanding2in. gak bisa ngebandingin dua hal yang sangat berbeda.Gitu aja repot bgt sih.
alandra... lo itu komunis yah? maunya sama rata smua.. ga da si kaya dan si miskin LOL
begok kok teros2an sihhhhh
tapi kalo mau jujur,
jadi gay itu uda pasti boros lah! 8) 8) 8)
Gue juga mungkin akan sama hal nya seperti mereka seandai nya gue jadi trilyuner gue akan beli mobil masearti dan lamborghini, asal dari hasil keringat sendiri gak apa apa.
Gue juga mungkin akan sama hal nya seperti mereka seandai nya gue jadi trilyuner gue akan beli mobil masearti dan lamborghini, asal dari hasil keringat sendiri gak apa apa.
Tp mang bener jg sih, org Indonesia cuma mental membeli, makanya banyak org luar buka usaha di indonesia.
trus orang indonesia dpt duit drmn klo cuman mental membeli doang
Maksunya yg boros tuh, ada yg mang dasarnya kaya2 (lebih tepatnya suaminya atau ortunya sih kaya ), ada jg yg sekalinya ada duit lgsg diborosin, makanya org Indonesia asli jarang (bukannya gak ada lho) yg bs jadi pengusaha sukses, kebanyakan kerja sama org.
Betul sekali, sangat sedikit orang kaya Indonesia yang berpikiran untuk menggunakan uangnya untuk usaha produktif dan kebanyakan lebih suka konsumtif.
Tapi ... coba liat lagi iklim dunia usaha di Indonesia. Apakah sudah kondusif??? Terlalu banyak rintangan buat orang Indonesia sendiri untuk berusaha, belum lagi banyak pungli (di saat mau buka usaha maupun setelah usaha berjalan). Banyak yang rontok karena banyaknya biaya tak terduga.
Jadi, gua sih gak bisa nyalahin siapa-siapa. Struktur yang ada di Indonesia belum mendukung untuk bisa produktif. Jadi, lebih aman orang konsumtif. Gitu barangkali pikiran orang kaya.
(maklum, orang miskin hanya bisa ngira-ngira doang pikiran orang kaya ... hehehe ... )
ga stuju lagi ah.. bnyk pengusaha sukses indonesia jg kok..
trus, terang aja bnyk yg kerja sama orang.. klo boss smua, trus siapa karyawan nya? :twisted:
boros ga boros tuh tergantung orangnya, ga tergantung ama orientasi seksnya