BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

FIKSI: FALLEN BUTTERFLY

2456

Comments

  • lanjottttttttt
  • great story!!

    ayo lanjutin ..

    hiks, jadi sedih, ceritaku yang terbengkalai ..

    blom sempet nulis, ayo ayo !!!

    bikin forum ini ramai dengan cerita2 heboh !!

    wah, mesti belajar banyak nih ...
  • duhhh aku seneng bagt ceritanya....gak bosenin...gerat story, great character, almost good...
    mana nih lanjutannya...di tunggu...
    (jdi pengen liat aggie....gimana yah orgnya???)
  • Aku berjalan menuju keruangan tadi tamu tadi yang berseberangan sengan ruangan keluarga. Jimmy mengikutiku dari belakang. Aku melihat foto keluarga yang dipajang diruangan tamu yang sempat kulihat sekilas tadi. Oh,… benar itu Rocky… Jimmy memandang perubahan wajahku melihat foto itu.
    “Kak Jeje kenapa?..” Tanya dia
    “Ah… nggak apa-apa… yuk.. maen lagi..” kataku mengalihkan perhatian.
    “Kak Jeje… kenal kak Rocky??” Jimmy kelihatannya kurang puas.
    Deg!! Anak ini.. penasaran amat.
    “Iya… kayaknya… tapi udah lupa.. entah kenal dimana.” aku berbohong.
    “Ntar kalo kak Rocky pulang, Jimmy kenalin deh sama kak Jeje..” aku memandang Jimmy dengan muka sangar dan tanganku terulur ke lehernya. Jimmy lari kearah tempat permainan tadi.
    “Hehehe…. Jangan nakutin kayak gitu deh…” Aku nggak peduli. Dengan gaya yang sama aku mengejarnya. Dia lari sambil teriak-teriak ngeri. Penakut juga nih anak…
    Akhirnya aku bisa menangkap tangan Jimmy. Dia menjerit ketakutan.
    “Ampunnn…. Jimmy nyerah… nggak akan godain kakak lagi…”
    Dia memeluk pinggangku dari samping.
    “Janji…?” tanyaku.
    “Iya… aku janji..” katanya sambil mengulurkan jari kelingkingnya. Aku menjulurkan jariku mengait jarinya. Dia mendekat ke telingaku.
    “Jariku aku pake buat ngupil tadi… coba dicium deh kak… baunya enak…”
    “Ahhhhhhhhhhhh……” Aku mengejarnya lagi yang lari ketakutan.
    “Wah… kedengarannya seru, nih.. udah akrab, ya?” Pak Rudy menghampiri kami.
    “Iya pa, maen sama kak Jeje, asyik… seru!!” kata Jimmy sambil menggantung di pundakku. Mataku melotot menatapnya.
    “Papa kenal dimana sih sama kak Jeje..?” Aku kaget banget.
    “Ooh.. kenal di tempat papa makan sama teman-teman papa. Jeje enak diajak ngobrol… pinter nyanyi.. dan dia nggak punya siapa-siapa disini. Makanya papa ajak kesini..”
    “Oh… berarti kak Jeje tuh suka music? Ayo ikut Jimmy… sebentar yah pa..” Katanya sambil menarik tanganku. Kulihat Pak Rudy mengangguk kearahku dan duduk disofa.
    Kami memasuki sebuah ruangan besar yang ternyata sebuah kamar. Kulihat foto besar yang terpajang di ruangan kamar itu. Foto Rocky. Ah, aku jadi kangen dia… apa dia juga? Kurasa nggak… jangankan nelpon… emailpun gak ada… dia sudah melupakan aku..
    “Kenapa kak..?” Jimmy memandangku kembali dengan pandangan heran.
    “Tiap kali kak Jeje liatin foto kak Rocky… kenapa jadi murung gitu?”
    “Kakak nggak apa-apa… cuman teringat sahabat kakak yang mirip Rocky..” kilahku.
    Jimmy termangut-mangut.
    “Lihat kak…” Kata jimmy sambil menunjukkan sebuah lemari yang tingginya kira-kira 2 meter. Seisi lemari dipenuhi Kaset dan CD yang jumlahnya mungkin ribuan.. tak bisa kuhitung.
    “Banyak sekali… “ gumamku.
    “Ini koleksi kak Rocky sejak SMP. Dia suka banget dengerin musik. Sayang sekali.. sejak kelas 3 SMA waktu kami pindah kesini, kak Rocky entah kenapa jadi malas ngoleksi lagi.. “
    Aku terpana, kutahu Rocky yang dulu bersamaku suka sekali dengarin musik.. kenapa dia jadi berubah sejak pindah kesini?
    “Bagaimana mestinya…. Membuatmu jatuh hati kepadaku…”
    “Ahh,…” Aku mundur karena kaget. Lagu itu….
    “Kak Rocky cuman suka lagu ini… makanya nggak pernah dia keluarin dari CD Playernya…”
    Aku masih mendengar lagu itu yang diputar Jimmy. Kenapa lagu itu, Rocky…
    Aku duduk di tempat tidur yang besar banget dan luas sambil mendengarkan lagu itu. Jimmy mengikutiku dan duduk disampingku.
    “Haruskah ku mati karenamu… terkubur…” lagu itu terus membuka ingatanku akan masa lalu.. aku merebahkan diriku di tempat tidur itu… mencoba membayangkan kehadiran Rocky.. Aku mengambil bantal gulingdisampingku dan kupeluk erat… Hmm.. aku merasakan kehangatan Rocky.. aku kangen kamu, Rocky… Aku merasakan belaian Rocky waktu dikamarku… saat perpisahan itu… dia membelai wajahku… hidungku.. Ah,… aku memejamkan mataku.. kurasakan lagi pelukan itu semakin erat. Dia menindihku. Napasku jadi berat. Wajahnya dekat dengan wajahku… bibirnya kurasakan menyentuh bibirku. Tapi kenapa ciuman itu begitu kaku? Kenapa nggak seperti biasanya… Aku tersadar!! Astaga… Jimmy!! Aku mendorongnya kesamping. Wajahnya pucat.
    “Maafkan aku kak… Jimmy nggak sadar..” katanya dengan wajah penuh penyesalan.
    Kenapa Jimmy juga? Aku melihatnya jadi kasihan. Aku mendekatinya sambil mengacak-acak rambutnya. Tersenyum padanya.
    “Nggak apa-apa kok… kakak maklum.. yuk keluar..” Aku menarik tangannya berdiri. Kucium dahinya sekilas sambil memeluknya hangat sesaat kemudian menggandeng pundaknya. Kulihat wajah Jimmy berseri-seri. Ah, anak ini..
    “Ngapain aja kalian dikamar?” tanya Pak Rudy. Kulihat Jimmy menunduk. Aku menarik kepalanya ke dadaku.
    “Jimmy nunjukin koleksi lagu kakaknya…” kataku.
    “Oh… Rocky… dia bakalan pulang maret nanti. Pas ulang tahunnya yang ke 20. Ntar aku kenalin ke kamu, Je…”
    Aku bakalan pingsan jika pembicaraan kami selalu menjurus ke Rocky.
    “Eh… kita jalan-jalan yuk.. Jimmy?” tanya Pak Rudy.
    “Eh.. iya pa… mau banget… yukk..”
    Kami bertiga akhirnya jalan-jalan di Mall. Makan di Food Center, dan maen di Timezone sampai sore.
    “Pa… ajak kak Jeje tinggal sama kita aja… kan rumah kita luas. Banyak kamar kosong… biar kak Jeje nggak kosan lagi….” Jimmy memandangku. Pak Rudy tersenyum.
    “Ah.. kamu.. Kakak lebih suka tinggal di kosan,.. kakak kerjanya sampai tengah malam lho.. “ Kataku memotong percakapan.
    “Lagian… kalo ketemu kamu terus tiap hari… kakak bisa gondokan lho.. bengkak…” kataku menggodanya sambil memegang leherku.
    “Iiihhhhhh……” Jimmy meremas leherku karena gemesnya.
    “Eh… sudah mulai malam. Aku harus pulang.. nyiapin buat kerja..” kataku.
    “Yahhhh… kakak.. gimana sih? Kan masih pingin sama kakak…” Kata Jimmy sambil menahan lenganku erat.
    “Nanti aja kapan-kapan kakak mampir lagi ke rumah Jimmy..” kataku menghiburnya.
    “Lagian.. Jimmy punya papa yang akan selalu bersama kamu… iya kan Pak Rudy?” aku menatap Pak Rudy. Pak Rudy menyadari ‘sindiran’ yang berupa nasihat dariku.
    “Iya, Jim… papa akan selalu nemanin kamu terus…” Pak Rudy mengelus rambut anaknya.
    “Yuk… kita antarin kak Jeje pulang…”
    Kamipun beranjak dari situ.

    Suasana Heaven’s sedikit berkurang daripada semalam. Masih terlihat wajah-wajah ceria yang menyambut Tahun Baru. Rina dan Chika terlihat sibuk melayani para pengunjung. Ketika melihatku, mereka mendekat.
    “Hai Je… ada sesuatu yang gue pingin bilang ke you..” kata Rina. Aku memandangnya penuh tanya.
    “Sini….” Rina menyeretku kearah belakang panggung. Chika mengikuti.
    “Tadi siang aku sama Chika lagi jalan-jalan. Eh, kita bedua liat Boyfriend you…”
    “Boyfriend?...” tanyaku aneh.
    “Yang lo kenalin ke kita tuh… Aggie..” Aku jadi berkerut.
    “Kenapa Aggie…?”
    “Dia tadi jalan sama cewek cakep…” Rina memandang Chika. Chika mengangguk kepadaku.
    “Mereka mesra banget lho, Je… lengket…” kata Rina. Chika mengangguk lagi.
    “Ah, kalian… aku nggak ada apa-apa kok sama dia. Cuman teman biasa aja. Kalo dia jalan sama ceweknya… ngapain aku marah?” kataku menyimpan rasa.
    “Yukk.. banyak tamu tuh… “ kataku menunjuk keluar.
    “Kamu serius, Je…?? Jangan simpan sendiri lho.. kami kan temanmu.. jangan sembunyiin perasaan lo…” Kata Rina menyelidik wajahku.
    “Gue gak sembunyiin apa-apa… ayo gihh sana..”
    Sepeninggal mereka, aku jadi ingat Aggie…. Kamu dimana Gie..?? aku ingin bertemu.. kangen banget..
  • waaaaaaa qq tukang boonggggg!!
    lanjut terus qqqqq!!!!
  • Dengan lesu aku memandang jalanan sepi dekat Heaven’s yang selalu kulalui beberapa bulan ini.. memandang ke sudut jalan tempat parkir. Pikiranku menepis anganku yang berharap sesuatu ada disitu. Taxi Aggie..
    Aku memandang ke langit. Banyak sekali bintang yang bertaburan disana. Hanya aku yang sendirian disini.. Aku berjalan menelusuri jalanan sepi.. entah kenapa aku ingin jalan kaki saja menuju kosan.. aku menyelipkan earphone dari mp3 player di telingaku.
    Kulihat beberapa kucing liar berkeliaran di jalanan. Menatapku dengan pandangan curiga… atau mengejek? Hehe.. aku nggak peduli..
    Ahh…. Sejuk sekali malam ini…

    ………………
    Do u still remember , how we used to be
    Feeling together , believe in whatever
    My love has said to me
    Both of us were dreamers
    Young love in the sun
    Felt like my saviour , my spirit i gave ya
    We'd only just begun
    ……………….

    Aku menyanyi mengikuti lagu itu. “Viva Forever” by Spice Girl. Lagu yang enak didengar. Clipnya juga bagus.. tentang 2 cowok yang berteman akrab.mereka selalu berdua. Kemudian mereka terpisah. Yang satunya merasa sangat kehilangan. Mengharukan…Aku selalu nangis kalo liat clipnya. (apa itu gay clip? yang pingin liat, download aja di youtube).

    “Viva forever , I'll be waiting …Everlasting , like the sun.. Live forever , for the moment
    Ever searching , for the one…” aku mengembangkan tanganku sambil menyanyi mengikuti lagu itu. Aku tak peduli sepanjang jalan itu ada yang melihatku. Aku cuman ingin menghibur hatiku.. tak peduli pepohonan yang meliuk-liuk menertawakan aku. Aku pemilik jalanan sunyi ini.. I’m the king of the silence road!!

    ………..
    Yes I still remember , every whispered word
    The touch of your skin , giving life from within
    Like a love song that I'd heard
    Slipping through our fingers , like the sands of time
    Promises made , every memory saved
    Has reflections in my mind
    …………

    Aku memutar badanku sambil mengayunkan tanganku kesamping. Ketika kuputar pertama kali aku sepertinya melihat sesuatu dibelakangku. Aku menghentikan gerakanku. Melepaskan earphone dari telingaku. Aku membalikkan tubuhku. Ternyata seseorang mengikutiku dari belakang. Dia tersenyum… dan senyum itu manis sekali.. senyum itu bisa mengajak siapapun untuk ikut tersenyum…Aggie!!

    “Aku suka sekali ngeliat kamu berekspresi seperti itu…” suaranya mengimbangi kesejukan malam ini. Membuatku makin merapatkan jaket jeanku.
    “Iya… kayak orang gila, ya…” kataku. Aku jadi malu. Dia melihatku seperti itu… sepertinya menjatuhkan harga diriku didepannya.
    “Kamu penghibur sejati, Je… jangankan orang-orang, alam pun kau hibur dengan performance kamu…” dia menggandeng pundakku. Nyaman sekali.
    “Kenapa kamu disini… jalan kaki tengah malam.. jam 2 lagi…?” tanyaku
    “Aku pingin ketemu sahabatku.. karna aku tau dia pasti kesepian.. ternyata benar..”
    “Yee… kamu kan punya kegiatan laen. Daripada nemanin aku disini.. tengah malam lagi… kan bisa besok siang aja..”
    “Yah… entah kenapa aku nggak bisa tidur.. jadi aku jalan-jalan saja. Eh, jadi ingat Jeje… aku ke Heaven’s aja nungguin kamu…”
    “Jadi kamu ngikutin aku dari Heaven’s?” tanyaky melirik ke wajahnya. Dia mengangkat keningnya sambil tersenyum nakal. Aku mengapitkan tanganku ke pinggangnya.
    “Kenapa kamu nggak naik taxi atau ojek…?” tanya Aggie.
    Aku terdiam. Menendang pembungkus rokok didepanku.
    “Pingin jalan aja… biar sambil refreshing.. enak lho… gak ada siapa-siapa di jalanan. Jadinya jalanan kayak milik kita… “
    “Ntar… kalo ketemu pocong gimana?”
    “Tergantung…”
    “Tergantung apanya?”
    “Kalo pocongnya jelek.. yah kuusir deh..” Aku tersenyum padanya.
    “Kalo pocongnya cakep… kuajak jalan bareng deh…” aku menatap wajahnya dengan raut aneh. Aggie memandangku heran.
    “Apa?..” tanya dia curiga. Aku memasang muka ngeri.
    “Jangan-jangan… kamu pocong yang nyamar…!! Ngaku!!...” kataku.
    “Hahaha…. Gak lucu tauuu!!” Aggie tepingkal-pingkal.
    “Gak lucu, ketawa…..” kataku menggoda. Aggie menjepit leherku dengan lengannya. Aku jadi tersandar didadanya. Wajahku terbenam di dadanya yang bidang. Hidungku menghirup aroma tubuhnya. Oh,… Gie…
    Aku mendorong tubuhnya menjauh. Menghindari rasa itu yang muncul lagi.
    “Aku nggak bisa bernapas, tau…!!” kataku sambil membetulkan rambutku yang kusut. Tangannya kembali menggandeng pundakku.
    Kini hatiku bernyanyi riang… berharap malam makin panjang…
  • Aggie, Roni dan Andi kelihatan seperti para “Ninja Turtles” dengan gaya mereka masing-masing. Yang satunya megang dagu, yang satunya megang HP dan yang satunya megang kunci. Mereka berdiri mematung di parkiran kampus.
    “Soriiii… telatttt…” aku berlari menghampiri mereka.
    “Yang telat.. push up..” Kata Roni bercanda.
    “Enak aja… aku yang udah lari-lari masih mau dihukum…” kataku.
    “Lo sih.. maunya kesini. Kan lebih baek kita jemput lo ke kosan…” Sambung Andi.
    “Iya deh.. sori…” kataku sambil melirik Aggie. Napa sih nih orang… diam aja.
    Aku sengaja ke kampus buat ngeliat suasana kampus saja. Ternyata rame banget. Banyak sekali mahasiswanya. Wah, … aku jadi pingin kuliah segera.. sayang sekali belum waktunya.
    “Lo kenapa sih gak kuliah, Je…?” Tanya Andi.
    “Dia rencananya mau daftar taon ini…” Akhirnya terdengar juga suara yang kutunggu-tunggu. Aggie menatap mataku.
    “Masuk kampus kita yah… biar rame..” Kata Roni.
    “Dia gak mau Ekonomi. Rencananya jurusan Teknik Informatika… “ Sambung Aggie lagi sambil menatapku. Aku hanya mengangguk
    “Caileee… kenapa kok dari tadi lo yang jawab sih… orangnya aja diam…” Kata Roni ketus.
    “Lo kok tau segalanya tentang Jeje…” Andi bertanya menyelidik.
    “Emang lo bapaknya ya?.... atau jangan-jangan…” Mata Andi melirik aneh kearahku dan Aggie.
    “Apa…???” Tanyaku sambil mengancungkan tinju kearahnya..
    “Jangan-jangan apa??... ayo terusin….”
    “Iya… aku sama jeje emang sepasang kekasih… emang napa?” Mata Roni dan Andi terbelalak kayak kucing ketabrak mobil. Aku memucat mendengar perkataan itu. Aggie,… serius?? Ah.. dia maen-maen.
    Agie melingkarkan tangannya di pundakku dengan mesra. Aggie tersenyum nakal..Ahhh,.. ternyata dia becanda. Aku jadi lega. Roni dan Andi tertawa terbahak-bahak…
    “Aggie…Aggie… lo nakutin kami deh.. tuh, jeje ampe pucat gitu…” kata Roni. Aggie menatap wajahku. Aku memalingkan ke kiri menghindarinya. Ditariknya wajahku menghadap wajahnya. Ihhh….
    “Sori…” dia berbisik di telingaku. Bibirnya kurasakan menyentuh ujung telingaku. Membuatku merinding. Aku tersenyum padanya.
    Bunyi HP Aggie membuyarkan lamunanku. Agie menjauh sambil menerima telpon itu. Kulihat wajahnya serius berbicara di telepon. Dia berbalik kembali kearah kami.
    “Kita ke Café dulu yah… nanti kalian tunggu disana. Aku mau jemput Amelia. Dia udah nunggu dari tadi.” Kata Aggie.
    Ah… Amelia.. dia mau gabung? Apa aku pulang saja ya? Pikirku.. tapi gak enak kalo langsung kabur.. ntar dikira apa..

    Aggie menurunkan kami bertiga di Café biasa tempat mangkal. Setengah jam kemudian dia masuk bersama seseorang. Ada desiran aneh didadaku. Dia duduk dekat Aggie.
    “Eh.. Mel,…kamu belon kenal Jeje, kan?” Kata Aggie. Amelia memandangku sambil tersenyum manis. Aku mengulurkan tanganku.
    “Jeje…” Kataku membalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
    Siapa sih yang paling manis senyumnya Gie? Aku apa dia…. Ihhh…. Kok aku jadi aneh…. Lagian kelihatannya Amelia tuh baek banget.
    “Kayaknya aku pernah liat kamu deh… “ Kata Amelia. Dahiku berkerut. Dimana? Jangan-jangan di Heaven’s .. atau di café dulu aku pernah nyanyi. Aggie menatap penuh tanda tanya.
    “Kamu nonton sama Aggie, kan… waktu itu.” Katanya.
    “Eh… iya.. “ Kataku sambil mengelus dadaku. Aggie bersandar di kursinya.
    “Kalo kalian gak nonton waktu itu…. Aku pasti nggak ketemu Aggie lagi… dan kita nggak akan bersama kayak gini…” Amelia tersenyum sambil bergayut mesra di lengan Aggie. Aku tersenyum kearah mereka. Aku menyesali hari itu, kenapa aku nggak mengiakan saja kemauan Aggie nonton film horror bukan drama romantik, biar mereka nggak ketemu… Ah… percuma aku ngelawan takdir..

    “Dan kini… kita dengarkan saja persembahan lagu dari…Jeje…” Kata Roni tiba-tiba menyela pembicaraan kami. Aku menatapnya sambil menggelengkan kepala.
    “Sori yah, Ron… gue bukan penyanyi gratisan…” Kataku sambil menggigit roti bakar.
    “Ayolah, Je…” Desak Andi sambil menggoyang-goyang tanganku kayak anak kecil.
    “Emang… Jeje tuh penyanyi, ya..?” Tanya Amelia. Wajahnya berseri-seri.
    “Dia tuh sering juara di perlombaan nyanyi… “Sambung Aggie.
    “”Iya… di tingkat RT sampe kelurahan…” Kataku. Aku menggigit lagi roti bakar itu. Aku pingin makan sebanyak-banyaknya… biar gak lapar.
    “Satu lagu aja, Je… plis…aku juga pingin denger..” Kata Amelia.
    Aku mengangkat kepalaku. Kulihat semua mata mereka memandangku. Apa mereka nggak liat kalo aku lagi makan? Mulutku masih penuh.
  • edited May 2008
    hehehehe...hihihihi....lucu, ayo terusin...jadi ga sabar...bagus banget :lol: :lol:
  • Akhirnya dengan merengut aku menuju ke panggung. Aku menyambar gitar dan duduk di kursi bulat tinggi itu. Kulihat mereka berempat melipat tangannya menatapku. Kulihat juga beberapa pengunjung lain yang mengenalku (karena aku sering kesini bersama Aggie) tersenyum kearahku.

    “Lagu ini aku persembahkan buat para pengagum terberatku yang duduk di meja 12” kulihat mereka pada ketawa.

    “Mereka yang berhasil memaksaku kesini… dan membayarku dengan beberapa potong roti bakar dan segelas juice… mudah-mudahan juga aku dapet bonus juice kayak kemaren-kemaren oleh pemilik café ini..” sambungku.

    Guyonanku berhasil membuat mereka terpingkal-pingkal. Kulihat Andi dan Roni menutup mulut mereka karena ketawa sambil makan. Aggie memandangku sambil tersenyum-senyum. Amelia menutup mulutnya sambil bersandar di dada Aggie.

    Aku memetik gitar setelah mengatur mic. Kini tidak ada lagi tawa dan canda. Kulihat mereka serius memandangku. Lagu itu akhirnya mengalun dari bibirku…

    …………
    No one ever saw me like you do
    All the things that I could add up to
    I never knew just what a smile was worth
    But your eyes say everything without a single word

    Coz there's something in the way you look at me
    It's as if my heart knows you're the missing piece
    You make me believe that there's nothing in this world I can't be
    I'd never know what you see
    But there's something in the way you look at me
    ……………..

    Kulihat tangan itu melingkar di pinggangnya Aggie. Kulihat kepalanya disandarkan ke dadanya. Kulihat pandangan cintanya kearah Aggie.. Kulihat Aggie membalas pelukan itu…Kulihat Aggie membelai rambutnya… Kulihat Aggie membalas pandangan cinta itu…. Dengan cinta…

    …………….
    If I could freeze the moment in my mind
    Be the second that you touch your lips to mine
    I'd like to stop the clock make time stand still
    Coz baby this is just the way I always wanna feel

    Coz there's something in the ………….
    …………….

    Kudengar jantung ini melemah…. Kudengar suaraku menghilang… kudengar jeritan hatiku…
    Kudengar desiran angin menertawakan aku… jiwaku terluka, jariku memerah….

    ……….
    I don't know how or why
    I feel different in your eyes
    All I know is that it happens everytime

    Coz there's something in the way you look at me ……
    The way you look at me………..
    ………....

    Roni dan Andi berteriak seru. Kudengar juga tepuk tangan dari pengunjung lain. Aku tiba-tiba merasa nggak enak badan. Dingin kurasakan ujung kaki dan tanganku. Badanku menggigil kedinginan. Aggie menatapku seakan tahu apa yang kurasakan.
    “Kamu kenapa, Je…?” Tanya Aggie sambil mendekatiku.
    “Aku… jadi gak enak badan, Gie… aku pulang duluan yah… makasih semuanya.. dadah…” Aku berlalu dari tempat itu. Kulihat Roni menyusulku.
    “Biar kita pulang sama-sama, Je… lagian kita udah mau pulang… “ kata Roni sambil menjajari langkahku.
    “Biar aku pulang aja ndiri, Ron… Gak enak kan ada Amelia..” Kulihat Aggie juga mendekat.
    “Taxi…” Aku menyetop taxi yang lewat. Aku segera masuk. Rasa dingin itu semakin menyergapku. Ketika Taxi berjalan, aku melihat Aggie mencoba memanggilku.

    Sudah 3 lapis pakaian yang kupakai tapi belum juga hilang rasa dingin itu. Kenapa sih aku? Malu-maluin aja.. Obat sudah kuminum bersama air hangat. Aku memakai kaos kaki yang paling tebal. Terdengar ketukan dipintu.
    “Iya… sebentar..”
    Aku menuju ke pintu. Ketika kubuka, senyum itu menyambutku. Senyuman Aggie.
    “Eh… kamu..” kataku kaget.
    Aggie menatapku dari ujung kaki ke kepala. Dia masuk sambil menggandengku. Dia meraba kepalaku.
    “Astaga,..kamu panas, Je… udah minum obat?” Aku mengangguk. Kulihat wajah Aggie begitu kuatir.
    “Banyakan makan roti bakar, kali…” kataku bercanda. Namun candaku itu tidak berpengaruh apa-apa.
    “Kuantar ke dokter…. Yukk..” Aggie memandangku.
    Aku menggeleng.
    “Nggak bisa… kuantar sekarang…” kata Aggie memaksa.
    “Aku nggak apa-apa kok… suer..” Aku tersenyum padanya.
    “Amelia udah pulang? Roni sama Andi juga ?.. kenapa kamu kesini? ”
    “Kiki…!!!!” Aggie menghardikku.
    “Ya…??” jawabku.
    Astaga…. Dia panggil aku apa? Aku menatapnya. Mata itu memandangku tajam.
  • Woww..
    U're rocks dude!
    Teruskan. Bravo!! :wink:
  • Duhh...Kok Dikit baNgeTT....We WAnt Moree...We WAnT More....!!!! :lol: :lol:
  • Ketika aku nulis eh tiba-tiba tuliasan jadi aneh kayak gini :

    ˙nʞıʇɐɥ uɐʞɯɐɹʇuǝuǝɯ uɐlǝd ɐʎuɐʇɐʞ ”…ılnpǝd ʞɐƃƃu nʞɐ …nɯɐɯɐu ɐdɐ nɐʇɐ …ǝɾǝɾ nɐʇɐ …ıʞıʞ“
    ˙˙nʇı ıɹoɯǝɯ ɐnɯǝs ɹısnƃuǝɯ ɐqoɔuǝɯ …nʞɐʇɐɯ ˙…nʞɐƃuılǝʇ dnʇnuǝɯ nʞɐ…ɥɐ …ʎʞɔoɹ ɥɐɾɐʍ ʇɐɥılnʞ ˙˙ɥɐloʞǝs ıɹɐp ıɐlnɯ ˙nʞɐlɐdǝʞ ıp uɐlnɔunɯɹǝq nʇɐs ɹǝd nʇɐs ˙uɐƃuɐʇɐpɹǝq ıɐlnɯ nʇı ıɹoɯǝɯ – ıɹoɯǝɯ ˙ʞnpunuǝɯ nʞɐ ”˙˙sıld …nʇı ɐɯɐu nʞɐ lıƃƃuɐd uɐƃuɐɾ“
    ˙uɐlǝd nʞɐʇɐʞ ”˙…ǝıƃƃɐ“


    Mungkin aku sakit yah... jadi untuk Fallen Butterfly aku pending dulu sampai bisa nulis yang bagus lagi....hiks.. soriiii
  • revengelqq wrote:
    Ketika aku nulis eh tiba-tiba tuliasan jadi aneh kayak gini :

    ˙nʞıʇɐɥ uɐʞɯɐɹʇuǝuǝɯ uɐlǝd ɐʎuɐʇɐʞ ”…ılnpǝd ʞɐƃƃu nʞɐ …nɯɐɯɐu ɐdɐ nɐʇɐ …ǝɾǝɾ nɐʇɐ …ıʞıʞ“
    ˙˙nʇı ıɹoɯǝɯ ɐnɯǝs ɹısnƃuǝɯ ɐqoɔuǝɯ …nʞɐʇɐɯ ˙…nʞɐƃuılǝʇ dnʇnuǝɯ nʞɐ…ɥɐ …ʎʞɔoɹ ɥɐɾɐʍ ʇɐɥılnʞ ˙˙ɥɐloʞǝs ıɹɐp ıɐlnɯ ˙nʞɐlɐdǝʞ ıp uɐlnɔunɯɹǝq nʇɐs ɹǝd nʇɐs ˙uɐƃuɐʇɐpɹǝq ıɐlnɯ nʇı ıɹoɯǝɯ – ıɹoɯǝɯ ˙ʞnpunuǝɯ nʞɐ ”˙˙sıld …nʇı ɐɯɐu nʞɐ lıƃƃuɐd uɐƃuɐɾ“
    ˙uɐlǝd nʞɐʇɐʞ ”˙…ǝıƃƃɐ“


    Mungkin aku sakit yah... jadi untuk Fallen Butterfly aku pending dulu sampai bisa nulis yang bagus lagi....hiks.. soriiii

    Waddooowwww.....PeGElll LehER, BaCA KebaLIk geTOO....
  • “Aggie….” Kataku pelan.
    “Jangan panggil aku nama itu… plis..” aku menunduk. Memori – memori itu mulai berdatangan. Satu per satu bermunculan di kepalaku. Mulai dari sekolah.. kulihat wajah Rocky… kulihat wajah Andre.. Ah…Aku menutup telingaku…. Mataku… mencoba mengusir semua memori itu..
    “Kiki… atau Jeje… atau apa nama kamu… aku nggak peduli…” katanya pelan menentramkan hatiku.
    Aku masih tertunduk. Akhirnya dia tahu nama asliku. Yang selama ini aku kubur dalam-dalam. Nama yang sudah hancur… darimana dia tahu?
    Aggie menyodorkan dompetku. Ya Tuhan… kenapa aku ceroboh sekali, meninggalkan dompet itu di café. Pantas saja aku mencari-cari dompet ini waktu membayar ongkos Taxi. Aku mengambil dompet itu sambil menatap wajahnya.
    “Kiki itu...” kataku pelan.
    “udah hancur…. Udah lama… nggak ada lagi tersisa… kiki udah pergi bersama kenangannya.. kenangan orang-orang yang dicintainya…” kini badanku kurasakan makin dingin. Aku membaringkan tubuhku di tempat tidur membelakangi Aggie sambil membungkuk memeluk kedua lututku hingga menyentuh daguku.
    “ki… jangan sembunyi lagi… “ kata Aggie menusuk batinku.
    “Masih ada Aku… masih ada teman-teman kamu di Heaven’s… masih ada Roni dan Andi.. kami nggak peduli apa masa lalu kamu…”
    Kurasakan hangat tubuh itu berbaring di belakangku. Menyentuh punggungku. Aku nggak tau.. kenapa tidak ada airmata di mataku? Apa ini kiki yang sekarang…
    Aku terbangun beberapa jam kemudian. Kulihat jam dinding menunjukkan jam 9 malam. Aku harus menelpon Mas Roy buat ngasih tau aku nggak bisa datang. Kuambil Hp di kantongku. Tidak ada. Aku berdiri untuk mencarinya.
    “Cari HP? Nih…” Kulihat Aggie yang berbaring disebelahku. Dia ternyata tidak tidur.
    “Kamu belum pulang, Gie? Nanti kamu dicari lho…”
    “Aku mau disini sampai kamu sembuh…” dia mengangkat kedua tangannya keatas kepalanya.
    “Aku udah sembuh, kok… udah mendingan.” Kataku sambil menatapnya.
    Aku menelpon Mas Roy.
    “Hallo .. Mas Roy.. maaf aku nggak bisa masuk hari ini. Kurang enak badan… kalo besok udah sembuh aku masuk lagi… iya makasih..” aku menutup pembicaraan.
    “Sini tiduran lagi….” Kata Aggie sambil memiringkan badannya kearahku.
    “Nggak… aku bikinin teh atau kopi… kamu mau minum apa?” kataku sambil berdiri. Ditariknya kaosku hingga terduduk lagi. Aku akhirnya berbaring disampingnya. Dia meletakkan tangannya di dahiku.
    “Udah gak panas lagi, kan…?” kataku. Tangannya masih diletakkan di dahiku. Aku memegang tangannya untuk memindahkan tangan itu. Dia menggenggam tanganku.
    “Foto kamu waktu kecil tuh… lucu banget..” Aku terkejut. Dia melihat foto di dompet itu? Memalukan. Merah sudah hidungku.
    “Ihhhh… dompetku dibongkar..” aku meliriknya. Aggie tersenyum. Aku ingin mencium senyum itu.
    “ Aku juga punya foto masa kecil di dompetku.. kamu aja yang gak liat waktu dompetku ketinggalan disini…” Katanya nakal. Dia menarik dompetnya dari saku celananya.
    “Sini kulihat….!!” Kataku.
    “Gak bisa… malu-maluin.. aku fotonya gak pake baju waktu itu. Kan masih 2 taon…” katanya menggoda. Aku jadi penasaran.
    “Sini… gak fair..” aku berusaha merampas dompet itu. Dia mengangkat dompet itu ke arah samping. Aku berusaha merebutnya. Kini badanku menindih perutnya menyalip. Aggie terduduk menghindari tanganku. Kini tangannya berpindah ke belakang tubuhnya.
    “Siniii…. “ aku berusaha menangkap dompet itu. Ketika tangannya nggak sengaja terantuk papan tempat tidur, dompet itu terlepas. Aku dengan cepat mengambil dompet itu. Aku menjauh darinya.
    “Balikinnnn… gak boleh diliatt…”
    “Gak bisa… kamu udah liat fotoku… aku bakalan perbanyak foto kamu… trus disebarin ke kampus….hehehe” Aku membalas menggodanya.
    Dengan cepat di tabraknya tubuhku yang tidak seberapa dengan tubuh besarnya. Aku jadi tertindih tubuhnya dadanya menekan wajahku. Aku menyembunyikan dompet itu di belakangnku. Tapi aku jadi nggak bisa bernapas. Dia masih saja menindihku. Tak sabar aku menggigit pelan dadanya.
    “Awww… kok di gigit sih….” Katanya menyeringai sambil mengelus dadanya yang kugigit.
    “Rasain…” kataku sambil mengayunkan dompet itu kearahnya. Aku membuka dompet itu tapi begitu cepatnya dia menangkap dompet itu dan tangannku sekaligus. Dia menarik kearah samping tubuhnya. Tanganku jadi terikut kearahnya. Tubuhku menindihnya perutku menutup wajahnya. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu di perutku…
    “Adawwwww….. kok perutku digigit..”Aku menyeringai.
    “Rasain…” katanya membalasku.
    Aku tersenyum kearahnya sambil berbaring. Berpeluh sudah tubuhku. Aku membuka dua kaos yang membungkus tubuhku. Kini hanya kaos tipis yang kupakai. Aku mengeluarkan sesuatu dari bawah bantal. Fotonya. Aku sempat mengambil dan menyimpannya tadi. Tanpa dilihatnya aku melihat foto itu. Foto anak kecil tanpa pakaian telungkup sambil melihat kearah kamera yang memotret.
    “Hehehe… lucu banget…” kataku tak sadar. Aggie memandangku aneh. Dia tersadar sambil mencari sesuatu di dompetnya.
    “Akhhhh….kiki nakal….” Teriaknya.
    Aku tersadar… dia memanggil aku dengan panggilan Kiki. Ya, aku Kiki..
    Kulihat wajah seram itu mendekatiku.
    “Nih…. Aku kembalikan… udah diliat kok..” kataku sambil mengulurkan tanganku.
    Aggie tetap memandangku dengan pandangan seram itu. Aku jadi merinding.
    “Udah ah… muka kamu menyeramkan…” aku menutup mataku dengan sebelah tanganku.
    Kurasakan tubuh itu menindihku. Oh God,…. Semakin berat tubuh itu menindihku. Dadaku bergetar cepat sekali. aku masih menutup mataku dengan tanganku. Kini seluruh berat tubuhnya bisa kurasakan diatas tubuhku. Aku menelan ludah sambil berharap semua itu hanya mimpi. Aku nggak mau merusak persahabatanku dengannya. Aku nggak mau ada rasa lain selain rasa sayang seorang sahabat.
    Kurasakan hembusan napas itu menyentuh leherku. Aku menutup rapat mulutku, tangan kiriku makin erat menutup mataku. Sebuah sentuhan lembut di leherku membuatku lemas seketika. Napasku semakin cepat. Jantungku semakin kencang. Sentuhan itu mulai menjalar kearah dagu. Kurasakan tangan kananku digenggam tangannya kearah samping kanan. Kemudian tangan yang satunya menggenggam tangan kiriku yang menutup mataku. Tanganku melemah, ditariknya kearah kiri diatas kepalaku. Kini tidak ada lagi yang melindungiku tubuhku. Mataku masih tertutup. Aku nggak berani melihatnya.
    Kurasakan hembusan napasnya menyentuh hidungku. Bibirku bergetar.. aku membuka mataku perlahan..
    Oh God,… wajah itu… wajah yang selama ini kudambakan.. kini dekat sekali dengan wajahku. Mata itu,… mata yang menyejukkan itu… yang sering memandangku… kini memandangku dengan pandangan yang sama. Dan bibir itu…Oh… bibir yang selama ini ingin kusentuh… kini berada 1 cm dari bibirku. Napasku makin cepat. Tanganku bergerak kearah punggungnya. Memeluknya erat… saatnya,Gie… aku menunggu…. Jangan biarkan aku menunggu lama…. Itu bisa membunuhku…
  • katanya si penulisnya, ending fallen buterfly dah deket!! karena dia susah nulisnya, coba kalian semua liat link ini deh!!
    http://www.readybb.com/boyzforum/viewtopic.php?t=7831363

    tapi dia janji mo bikin cerita baru!!!
    q yg rocky loh lanjutin!!

    tapi klo mo masih lanjut ato pada penasaran, terserah kalian deh!!!!
Sign In or Register to comment.