BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Best Friend // Rival (2 versi) [The Try-Out] page 11

189101214

Comments

  • Pada hari pelaksanaan ujian, aku yang dikabari harus berkumpul di rumah Novel, berangkat pagi-pagi sekali. Saat aku tiba, Inge, Nur, dan Remy sudah lebih dulu berada di situ. Kami berangkat dari rumah Novel dengan mobil merahnya sekitar jam enam pagi. Terus terang, aku masih mengantuk karena semalaman aku tak bisa tidur. Itulah sebabnya aku langsung mengambil posisi di pojok dan tertidur selama perjalanan.

    Aku gelagapan terbangun ketika Inge mencolek pundakku. Wajahku terasa panas karena saat tertidur, sinar matahari yang menerobos jendela menerpa wajahku selama perjalanan tadi.

    "Pie! bangun! udah sampe!" kata Inge.

    Aku melihat Novel, Remy, dan Nur sudah turun lebih dulu dari mobil. Kulihat Remy menyambar ranselnya sebelum memberikan jalan padaku untuk turun dari jok belakang mobil.

    "Yang lain pada nunggu di mana ya?" tanya Nur yang mencari dua teman tryout-nya yang sama-sama berlokasi di tribun tigabelas: Dewi dan Sarah.

    Ekor mataku menangkap dua gadis yang disebut Nur. Keduanya berjalan menghampiri kami sehingga aku menjadi salah tingkah. Kulihat Remy melirik diriku. Mungkin dia penasaran dengan reaksiku.

    Untunglah suasana canggung itu tak berlangsung lama. Aku kemudian mengikuti Remy menuju tempat kami melaksanakan ujian, sementara Nur, Dewi, dan Sarah berpisah jalan menuju tribun tigabelas.

    Aku duduk dua bangku di atas Remy. Dia menoleh sekilas dan tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan mencoba mengatakan 'Ya.. enggak bisa nyontek.." dan kulihat Remy terkekeh.

    Aku tak memedulikan sambutan dari Mbak Tutut, anak dari Presiden Soeharto yang sekarang ini aktif di bidang olahraga, sosial, dan kepemudaan itu. Aku memilih untuk langsung mengerjakan soal ujian yang rata-rata bisa kukerjakan dengan mudah. Kulirik Remy. Dia sesekali menggaruk kepalanya dan mengetuk-ngetukkan ujung pensilnya di pipi tanda dia sedang berpikir keras. Aku tahu, Remy harus berpikir ekstra lebih setiap kali menghadapi soal berhitung karena itu bukanlah keahliannya.

    Sudah hampir empat jam kami mengerjakan soal. Aku sangat kebelet untuk buang air kecil. Untunglah, ujian try out ini usai juga. Kami buru-buru keluar menuju parkiran tempat Novel meninggalkan mobilnya.

    Inge yang mengeluh lapar segera mendapat tanggapan dari Novel. Dia bilang dia ingin beli es kelapa muda dan mengajak Remy menemaninya. Sementara itu, aku dan Inge disuruhnya menunggu di mobil. Tapi saat itu aku masih kebelet ingin kencing. Terpaksa aku meminta Inge untuk menunggu sendirian.

    "Yaelah Pie.. bukan dari tadi.." protes Inge.

    "Elu mau kalau gue sampai kencing di sini?"

    "Ihhh! yaudah sana cepetan.. jangan lama-lama!" kata Inge.

    Akupun langsung meninggalkan Inge mencari toilet terdekat. AKu harus berjalan beberapa puluh meter sampai akhirnya aku menemukan sebuah toilet dan menyelesaikan urusanku di situ.

    Tak disangka, aku bertemu dengan Dewi, Nur, dan Sarah. Rupanya toilet itu berada tak jauh dari tribun tempat mereka melakukan ujian.

    "Oppie!" panggil sebuah suara yang kukenali sebagai suara Sarah.

    Aku menoleh dan mendapati ketiganya berjalan menuju arahku.

    "Eh, udah selesai juga? mau langsung pada pulang?" tanyaku berbasa-basi.

    "Ini! lihat!" tukas Sarah sambil menyerahkan selembar karton undangan tryout berwarna putih.

    Aku menerima karton itu dengan heran. Apa maksudnya Sarah memberikannya padaku?

    "Kenapa sama undangan ini? ada doorprizenya?" tanyaku bingung.

    "Coba lihat di bagian belakangnya. Itu ada bekas dihapus nama elo di situ, terus diganti jadi nama Dewi!" tukas Sarah.

    Aku melihat ke arah Dewi dengan tatapan bingung. Dewi hanya menunduk saja sementara Nur menatap keduanya cemas.

    "Lantas kenapa? ini kan Inge yang atur. Suka-suka dialah..." kataku.

    "Ya enggak bisa gitu! gue pikir ini ada kesengajaan. Bukannya gue milih-milih temen, ya! tapi setahu gue Nur itu lebih deket dengan Remy dan Inge dibandingin sama elo! terus kenapa tiba-tiba elo yang harusnya dapat undangan putih bareng kita, malah satu tempat sama mereka?"

    Aku bingung. Iya juga. Formasi ini cukup aneh. Seharusnya aku pasrah saja bila disatukan oleh Inge di tempat yang sama bersama Sarah dan Dewi. Apakah Inge sengaja menukar tempat Nur? apa dia lakukan ini agar aku tak menolak ikut try-out? Aku menghela nafas.

    "Sebelum gue pulang, kita harus tanya penjelasan sama orang yang bersangkutan!" cecar Sarah.

    "Udahlah.. ngapain sih diperpanjang? toh ujiannya sendiri udah selesai, kan?"

    "Elo tuh bener-bener enggak pedulian sama pacar sendiri ya?" hardik Sarah.

    Kalimat itu membuatku emosi. Bukan emosi kepada Inge, tapi lebih karena panas hati seperti tak bisa berbuat apa-apa. Aku meremas undangan itu dan berjalan kembali ke tempat mobil Novel terparkir.

    "Oke! kita tanya orangnya sekarang biar elo semua puas!"

    Kulihat Dewi terlihat cemas dan merapatkan tubuhnya pada Sarah. Aku kesal dengan kedua gadis itu yang seolah membesar-besarkan masalah sepele.

    Inge menatap heran padaku dan rombongan di belakangku. Sepertinya dia tak menyangka bahwa aku akan kembali bersama dengan tiga teman perempuannya. Aku langsung menghampiri Inge dan menanyakan soal tulisan yang terhapus itu.

    "Bener kamu ubah nama gue jadi nama Dewi di undangan?" tanyaku.

    Inge gelagapan dan salah tingkah, namun tak menjawab pertanyaanku. Dia melihat Nur, Dewi dan Sarah bergantian dengan tatapan cemas. Bukannya menjelaskan, Inge malahan mulai menangis.

    Aku benci dengan sikap perempuan yang mengeluarkan jurus menangis jika dalam keadaan terdesak. Itulah sebabnya aku malah semakin emosi dan melotot ke arah Inge.

    "Eh.. ada apaan nih? kenapa?"

    Remy dan Novel tiba-tiba muncul. Keduanya setengah berlari menghampiri kami sambil menenteng kantung plastik berisi es kelapa muda.

    Aku yang kesal pada Inge langsung menghardiknya, "Elo kayak anak kecil aja, Nge!"

    "Enggak usah ngomong gitu sama cewek!" Tiba-tiba Remy maju dan mendorong bahuku hingga aku terhuyung ke belakang beberapa langkah.

    Aku langsung menatapnya kesal. Kesal karena Remy langsung ikut campur dengan masalah ini tanpa mencari tahu dulu penyebabnya. Inilah saatnya. Inilah saatnya kuluapkan emosi pada teman sekelasku itu. Kemudian aku mengepalkan tinjuku dan menghantam rahangnya.

    Kudengar Inge, Nur, Sarah dan Dewi menjerit.

    ***
  • Haah ini cerita dri taon 2008? >-)

    Moga dishare sampek tamat ya Bang Remy >:D<
  • 3ll0 wrote: »
    Haah ini cerita dri taon 2008? >-)

    Moga dishare sampek tamat ya Bang Remy >:D<

    @3ll0 sip.. semangat! :D
  • comment di mari ahh, takut klo comment di fanpage :D

    berarti bang remy dlu sadar sesadar sadarnya klo bisa suka ma cowok pas mau lulus sma ya?

    th 96 yah, sd kelas 1 ato 2 ya aku dulu uhmmm
  • Remy ceritanya mau dipending kan???
  • yayy dilanjutttt!!
    crita lintas taon :))
  • Siipp cerita.a d lanjut lagii,, moga aja d lanjut terus sampai tamat...
  • edited March 2014
    :x
  • \(^▿^)/ asik di lanjut
  • Ah keren banget,,,,
  • @Linguini.remy akhirnya ditwrusin juga...hehe
  • bang remy pas pasang foto gedung baru sekolahnya biar udah disamarin tapi masih bisa ditebak gara-gara ada lambang sekolah di tiap tiang depan kelas. hehe
  • Kebetulan ada disini, fbq ke blokir haha...
  • sipppp lanjutttttt
  • salam kenal bang remy... d lanjut sampai tamat y.. cemungud bang remy.. :-D
Sign In or Register to comment.