BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Yang Cakep ... Yang Sukses

124678

Comments

  • wien wrote:
    de Hati wrote:
    de Hati wrote:
    wien wrote:
    Kalo aku bilang sih tergantung jenis perkerjaannya dan posisinya juga kale,
    kalo kerjanya diperusahaan komersial, trus posisinya marketing manager, mungkin iyalah selain pinter dia juga harus berpenampilan menarik secara dia akan berinteraksi dengan banyak orang dan merepresentasikan perusahaan dia,

    Tapi kalo kerjanya institusi pendidikan
    , kesehatan, lembaga Internasional, termasuk UN agency (lembaga PBB) de el el, gak mandang cakep, jelek, tinggi, pendek, as long you have capacity and skills, don't pursue jobs coz they will pursue you, trust me :wink:
    gue pengennya/idealnya emang begitu, sayangnya hasil penelitian gak gitu, ini beberapa kutipan dari Economist.
    Law
    The difference also applies within professions. Dr Hamermesh looked at the careers of members of a particular (though discreetly anonymous) American law school. He found that those rated attractive on the basis of their graduation photographs went on to earn higher salaries than their less well-favoured colleagues. Moreover, lawyers in private practice tended to be better looking than those working in government departments.

    Economics
    Finally, to add insult to injury, he found that even in his own cerebral and, one might have thought, beauty-blind profession, attractive candidates were more successful in elections for office in the American Economic Association.[/list:u]source: http://www.economist.com/science/displaystory.cfm?story_id=10311266

    economics di sini bukan di finance ya, american economics associatian itu termasuk bagian dari institusi pendidikan, asosiasi profesor-profesor amerika, setara dengan ISEI di Indonesia.

    Politics?
      That last distinction also applies to elections to public office, as was neatly demonstrated by Niclas Berggren, of the Ratio Institute in Stockholm, and his colleagues. Dr Berggren's team looked at almost 2,000 candidates in Finnish elections. They asked foreigners (mainly Americans and Swedes) to examine the candidates' campaign photographs and rank them for beauty. They then compared those rankings with the actual election results. They were able to eliminate the effects of party preference because Finland has a system of proportional representation that pits candidates of the same party against one another. Lo and behold, the more beautiful candidates, as ranked by people who knew nothing of Finland's internal politics, tended to have been the more successful—though in this case, unlike Dr Hamermesh's economic results, the effect was larger for women than for men.[/list:u]

    Oh well, berarti sangat iritating dan discriminative ya :(
    tapi mudah-mudahan kita sepakat bahwa tidak semua institusi memberlakukan hal yang seperti itu, kalo boleh kasih contoh personal experiences, kalau tempat kerjaku sekarang (sebuah lembaga PBB) menseleksi berdasarkan cakep or tidak cakep secara fisik aku dan beberapa teman-teman sudah lama tersingkirkan darisini (wah minder)
    tapi untungnya tidak, karena kualifikasi dan kapasitas serta performa kerja tetap manjadi standar penilaian kami tetap bisa "dipakai" dan beberapa malah menunjukkan peningkatan karir yang luar biasa, contoh lain, secara fisik mingkin prof. Abudullah An-naim mungkin biasa saja, tetapi beliau bisa menjadi Guru Besar di Emory law school, karena isi kepalanya (pengetahuannya) bukan karena tampangnya :)
    intinya, I just want to encourages teman-teman BFers untuk selalu mengasah wawasan, yakinlah ini modal utama, kalau tahun2 mendatang dunia kerja di Indonesia juga memberlakukan standar cakep dan tidak cakep kita bisa counter karena kita punya skill dan qualified.

    P.S: salam kenal buat de Hati




    Uda gw bilang, outer beauty itu yg lbh dinilai org lbh dulu, dan itu berlaku secara MAYORITAS / KEBANYAKAN ATAU KIRA2 95%, SISANYA YG 5% MUNGKIN GAK TERLALU MEMENTINGKAN ITU

    Tapi gw yakin , KLO MAU JUJUR...yg 5% pun klo dikasih pilihan mereka akan pilih yg penampilannya lbh oke dari yg sebelumnya.

    ini kenyataan dan FAKTA men.....


    hehehhe
    [/quot

    Bagaimana kawan2 yang lain?
    kalau bicara mayoritas/ kebanyakan harus ada data pendukung statistik dong ya? angka 95% dan 5 % itu sudah ada penelitiannya kah? atau cuma asumsi? :wink:
  • "wien&quot wrote:
    danu1212 wrote:
    wien wrote:
    de Hati wrote:
    de Hati wrote:
    wien wrote:
    Kalo aku bilang sih tergantung jenis perkerjaannya dan posisinya juga kale,
    kalo kerjanya diperusahaan komersial, trus posisinya marketing manager, mungkin iyalah selain pinter dia juga harus berpenampilan menarik secara dia akan berinteraksi dengan banyak orang dan merepresentasikan perusahaan dia,

    Tapi kalo kerjanya institusi pendidikan
    , kesehatan, lembaga Internasional, termasuk UN agency (lembaga PBB) de el el, gak mandang cakep, jelek, tinggi, pendek, as long you have capacity and skills, don't pursue jobs coz they will pursue you, trust me :wink:
    gue pengennya/idealnya emang begitu, sayangnya hasil penelitian gak gitu, ini beberapa kutipan dari Economist.
    Law
    The difference also applies within professions. Dr Hamermesh looked at the careers of members of a particular (though discreetly anonymous) American law school. He found that those rated attractive on the basis of their graduation photographs went on to earn higher salaries than their less well-favoured colleagues. Moreover, lawyers in private practice tended to be better looking than those working in government departments.

    Economics
    Finally, to add insult to injury, he found that even in his own cerebral and, one might have thought, beauty-blind profession, attractive candidates were more successful in elections for office in the American Economic Association.[/list:u]source: http://www.economist.com/science/displaystory.cfm?story_id=10311266

    economics di sini bukan di finance ya, american economics associatian itu termasuk bagian dari institusi pendidikan, asosiasi profesor-profesor amerika, setara dengan ISEI di Indonesia.

    Politics?
      That last distinction also applies to elections to public office, as was neatly demonstrated by Niclas Berggren, of the Ratio Institute in Stockholm, and his colleagues. Dr Berggren's team looked at almost 2,000 candidates in Finnish elections. They asked foreigners (mainly Americans and Swedes) to examine the candidates' campaign photographs and rank them for beauty. They then compared those rankings with the actual election results. They were able to eliminate the effects of party preference because Finland has a system of proportional representation that pits candidates of the same party against one another. Lo and behold, the more beautiful candidates, as ranked by people who knew nothing of Finland's internal politics, tended to have been the more successful—though in this case, unlike Dr Hamermesh's economic results, the effect was larger for women than for men.[/list:u]

    Oh well, berarti sangat iritating dan discriminative ya :(
    tapi mudah-mudahan kita sepakat bahwa tidak semua institusi memberlakukan hal yang seperti itu, kalo boleh kasih contoh personal experiences, kalau tempat kerjaku sekarang (sebuah lembaga PBB) menseleksi berdasarkan cakep or tidak cakep secara fisik aku dan beberapa teman-teman sudah lama tersingkirkan darisini (wah minder)
    tapi untungnya tidak, karena kualifikasi dan kapasitas serta performa kerja tetap manjadi standar penilaian kami tetap bisa "dipakai" dan beberapa malah menunjukkan peningkatan karir yang luar biasa, contoh lain, secara fisik mingkin prof. Abudullah An-naim mungkin biasa saja, tetapi beliau bisa menjadi Guru Besar di Emory law school, karena isi kepalanya (pengetahuannya) bukan karena tampangnya :)
    intinya, I just want to encourages teman-teman BFers untuk selalu mengasah wawasan, yakinlah ini modal utama, kalau tahun2 mendatang dunia kerja di Indonesia juga memberlakukan standar cakep dan tidak cakep kita bisa counter karena kita punya skill dan qualified.

    P.S: salam kenal buat de Hati




    Uda gw bilang, outer beauty itu yg lbh dinilai org lbh dulu, dan itu berlaku secara MAYORITAS / KEBANYAKAN ATAU KIRA2 95%, SISANYA YG 5% MUNGKIN GAK TERLALU MEMENTINGKAN ITU

    Tapi gw yakin , KLO MAU JUJUR...yg 5% pun klo dikasih pilihan mereka akan pilih yg penampilannya lbh oke dari yg sebelumnya.

    ini kenyataan dan FAKTA men.....


    hehehhe
    [/quot

    Bagaimana kawan2 yang lain?
    kalau bicara mayoritas/ kebanyakan harus ada data pendukung statistik dong ya? angka 95% dan 5 % itu sudah ada penelitiannya kah? atau cuma asumsi? :wink:


    coba loe perhatikan lg yg bener, baca yg bener...di atas tertulis KIRA2, uda gw highlight merah...

    bbrp postingan teman2 yg SEBELUMNYA pun bisa loe baca mengenai hasil penelitian yg intinya outer beauty lbh dilihat duluan, sehingga menghasilkan keuntungan tertentu bagi pemilik outer beauty bila dibandingkan dgn yg tdk punya

    INI KENYATAAN ..terimalah nasib apa adanya...

    buat yg berwajah jelek, jgn kecil hati, msh bnyk kesempatan kok...hehehehe, misalnya klo main sinetron khan loe yg berwajah jelek tuh msh bisa jadi aktor, meski perannya sebagai pengemis atau pembokat/ maling

    ya khan..hehehehe

    kenyataan men...
  • wien wrote:
    danu1212 wrote:
    wien wrote:
    de Hati wrote:
    de Hati wrote:
    wien wrote:
    Kalo aku bilang sih tergantung jenis perkerjaannya dan posisinya juga kale,
    kalo kerjanya diperusahaan komersial, trus posisinya marketing manager, mungkin iyalah selain pinter dia juga harus berpenampilan menarik secara dia akan berinteraksi dengan banyak orang dan merepresentasikan perusahaan dia,

    Tapi kalo kerjanya institusi pendidikan
    , kesehatan, lembaga Internasional, termasuk UN agency (lembaga PBB) de el el, gak mandang cakep, jelek, tinggi, pendek, as long you have capacity and skills, don't pursue jobs coz they will pursue you, trust me :wink:
    gue pengennya/idealnya emang begitu, sayangnya hasil penelitian gak gitu, ini beberapa kutipan dari Economist.
    Law
    The difference also applies within professions. Dr Hamermesh looked at the careers of members of a particular (though discreetly anonymous) American law school. He found that those rated attractive on the basis of their graduation photographs went on to earn higher salaries than their less well-favoured colleagues. Moreover, lawyers in private practice tended to be better looking than those working in government departments.

    Economics
    Finally, to add insult to injury, he found that even in his own cerebral and, one might have thought, beauty-blind profession, attractive candidates were more successful in elections for office in the American Economic Association.[/list:u]source: http://www.economist.com/science/displaystory.cfm?story_id=10311266

    economics di sini bukan di finance ya, american economics associatian itu termasuk bagian dari institusi pendidikan, asosiasi profesor-profesor amerika, setara dengan ISEI di Indonesia.

    Politics?
      That last distinction also applies to elections to public office, as was neatly demonstrated by Niclas Berggren, of the Ratio Institute in Stockholm, and his colleagues. Dr Berggren's team looked at almost 2,000 candidates in Finnish elections. They asked foreigners (mainly Americans and Swedes) to examine the candidates' campaign photographs and rank them for beauty. They then compared those rankings with the actual election results. They were able to eliminate the effects of party preference because Finland has a system of proportional representation that pits candidates of the same party against one another. Lo and behold, the more beautiful candidates, as ranked by people who knew nothing of Finland's internal politics, tended to have been the more successful—though in this case, unlike Dr Hamermesh's economic results, the effect was larger for women than for men.[/list:u]

    Oh well, berarti sangat iritating dan discriminative ya :(
    tapi mudah-mudahan kita sepakat bahwa tidak semua institusi memberlakukan hal yang seperti itu, kalo boleh kasih contoh personal experiences, kalau tempat kerjaku sekarang (sebuah lembaga PBB) menseleksi berdasarkan cakep or tidak cakep secara fisik aku dan beberapa teman-teman sudah lama tersingkirkan darisini (wah minder)
    tapi untungnya tidak, karena kualifikasi dan kapasitas serta performa kerja tetap manjadi standar penilaian kami tetap bisa "dipakai" dan beberapa malah menunjukkan peningkatan karir yang luar biasa, contoh lain, secara fisik mingkin prof. Abudullah An-naim mungkin biasa saja, tetapi beliau bisa menjadi Guru Besar di Emory law school, karena isi kepalanya (pengetahuannya) bukan karena tampangnya :)
    intinya, I just want to encourages teman-teman BFers untuk selalu mengasah wawasan, yakinlah ini modal utama, kalau tahun2 mendatang dunia kerja di Indonesia juga memberlakukan standar cakep dan tidak cakep kita bisa counter karena kita punya skill dan qualified.

    P.S: salam kenal buat de Hati




    Uda gw bilang, outer beauty itu yg lbh dinilai org lbh dulu, dan itu berlaku secara MAYORITAS / KEBANYAKAN ATAU KIRA2 95%, SISANYA YG 5% MUNGKIN GAK TERLALU MEMENTINGKAN ITU

    Tapi gw yakin , KLO MAU JUJUR...yg 5% pun klo dikasih pilihan mereka akan pilih yg penampilannya lbh oke dari yg sebelumnya.

    ini kenyataan dan FAKTA men.....


    hehehhe
    [/quot

    Bagaimana kawan2 yang lain?
    kalau bicara mayoritas/ kebanyakan harus ada data pendukung statistik dong ya? angka 95% dan 5 % itu sudah ada penelitiannya kah? atau cuma asumsi? :wink:


    coba loe perhatikan lg yg bener, baca yg bener...di atas tertulis KIRA2, uda gw highlight merah...

    bbrp postingan teman2 yg SEBELUMNYA pun bisa loe baca mengenai hasil penelitian yg intinya outer beauty lbh dilihat duluan, sehingga menghasilkan keuntungan tertentu bagi pemilik outer beauty bila dibandingkan dgn yg tdk punya

    INI KENYATAAN ..terimalah nasib apa adanya...

    buat yg berwajah jelek, jgn kecil hati, msh bnyk kesempatan kok...hehehehe, misalnya klo main sinetron khan loe yg berwajah jelek tuh msh bisa jadi aktor, meski perannya sebagai pengemis atau pembokat/ maling

    ya khan..hehehehe

    kenyataan men...


    Ooooh KIRA2 toh??
    berarti asumsi tuh mas, bisa benar tapi juga besar kemungkinan SALAH, hehehe
  • "wien&quot wrote:
    danu1212 wrote:
    wien wrote:
    danu1212 wrote:
    wien wrote:
    de Hati wrote:
    de Hati wrote:
    wien wrote:
    Kalo aku bilang sih tergantung jenis perkerjaannya dan posisinya juga kale,
    kalo kerjanya diperusahaan komersial, trus posisinya marketing manager, mungkin iyalah selain pinter dia juga harus berpenampilan menarik secara dia akan berinteraksi dengan banyak orang dan merepresentasikan perusahaan dia,

    Tapi kalo kerjanya institusi pendidikan
    , kesehatan, lembaga Internasional, termasuk UN agency (lembaga PBB) de el el, gak mandang cakep, jelek, tinggi, pendek, as long you have capacity and skills, don't pursue jobs coz they will pursue you, trust me :wink:
    gue pengennya/idealnya emang begitu, sayangnya hasil penelitian gak gitu, ini beberapa kutipan dari Economist.
    Law
    The difference also applies within professions. Dr Hamermesh looked at the careers of members of a particular (though discreetly anonymous) American law school. He found that those rated attractive on the basis of their graduation photographs went on to earn higher salaries than their less well-favoured colleagues. Moreover, lawyers in private practice tended to be better looking than those working in government departments.

    Economics
    Finally, to add insult to injury, he found that even in his own cerebral and, one might have thought, beauty-blind profession, attractive candidates were more successful in elections for office in the American Economic Association.[/list:u]source: http://www.economist.com/science/displaystory.cfm?story_id=10311266

    economics di sini bukan di finance ya, american economics associatian itu termasuk bagian dari institusi pendidikan, asosiasi profesor-profesor amerika, setara dengan ISEI di Indonesia.

    Politics?
      That last distinction also applies to elections to public office, as was neatly demonstrated by Niclas Berggren, of the Ratio Institute in Stockholm, and his colleagues. Dr Berggren's team looked at almost 2,000 candidates in Finnish elections. They asked foreigners (mainly Americans and Swedes) to examine the candidates' campaign photographs and rank them for beauty. They then compared those rankings with the actual election results. They were able to eliminate the effects of party preference because Finland has a system of proportional representation that pits candidates of the same party against one another. Lo and behold, the more beautiful candidates, as ranked by people who knew nothing of Finland's internal politics, tended to have been the more successful—though in this case, unlike Dr Hamermesh's economic results, the effect was larger for women than for men.[/list:u]

    Oh well, berarti sangat iritating dan discriminative ya :(
    tapi mudah-mudahan kita sepakat bahwa tidak semua institusi memberlakukan hal yang seperti itu, kalo boleh kasih contoh personal experiences, kalau tempat kerjaku sekarang (sebuah lembaga PBB) menseleksi berdasarkan cakep or tidak cakep secara fisik aku dan beberapa teman-teman sudah lama tersingkirkan darisini (wah minder)
    tapi untungnya tidak, karena kualifikasi dan kapasitas serta performa kerja tetap manjadi standar penilaian kami tetap bisa "dipakai" dan beberapa malah menunjukkan peningkatan karir yang luar biasa, contoh lain, secara fisik mingkin prof. Abudullah An-naim mungkin biasa saja, tetapi beliau bisa menjadi Guru Besar di Emory law school, karena isi kepalanya (pengetahuannya) bukan karena tampangnya :)
    intinya, I just want to encourages teman-teman BFers untuk selalu mengasah wawasan, yakinlah ini modal utama, kalau tahun2 mendatang dunia kerja di Indonesia juga memberlakukan standar cakep dan tidak cakep kita bisa counter karena kita punya skill dan qualified.

    P.S: salam kenal buat de Hati




    Uda gw bilang, outer beauty itu yg lbh dinilai org lbh dulu, dan itu berlaku secara MAYORITAS / KEBANYAKAN ATAU KIRA2 95%, SISANYA YG 5% MUNGKIN GAK TERLALU MEMENTINGKAN ITU

    Tapi gw yakin , KLO MAU JUJUR...yg 5% pun klo dikasih pilihan mereka akan pilih yg penampilannya lbh oke dari yg sebelumnya.

    ini kenyataan dan FAKTA men.....


    hehehhe
    [/quot

    Bagaimana kawan2 yang lain?
    kalau bicara mayoritas/ kebanyakan harus ada data pendukung statistik dong ya? angka 95% dan 5 % itu sudah ada penelitiannya kah? atau cuma asumsi? :wink:


    coba loe perhatikan lg yg bener, baca yg bener...di atas tertulis KIRA2, uda gw highlight merah...

    bbrp postingan teman2 yg SEBELUMNYA pun bisa loe baca mengenai hasil penelitian yg intinya outer beauty lbh dilihat duluan, sehingga menghasilkan keuntungan tertentu bagi pemilik outer beauty bila dibandingkan dgn yg tdk punya

    INI KENYATAAN ..terimalah nasib apa adanya...

    buat yg berwajah jelek, jgn kecil hati, msh bnyk kesempatan kok...hehehehe, misalnya klo main sinetron khan loe yg berwajah jelek tuh msh bisa jadi aktor, meski perannya sebagai pengemis atau pembokat/ maling

    ya khan..hehehehe

    kenyataan men...


    Ooooh KIRA2 toh??
    berarti asumsi tuh mas, bisa benar tapi juga besar kemungkinan SALAH, hehehe



    hehehehe, mang situ kaga baca yak, itu tuh hasil penelitian, bisa dibaca di posting sebeum gw

    fakta berbicara tuh... :lol: :lol:
  • yah..... dimana mana yang cakep lebih 'laku'.....
    kalao ada yang tidak setuju... berarti dia mengharapkan dirinya juga 'laku'... LOL
    :wink: :wink:
  • makasih udah bilang kalo narji cakep
    dan sangat laku...
  • narji wrote:
    makasih udah bilang kalo narji cakep
    dan sangat laku...

    nah gitu... pede aja lagi... :wink: :wink:
  • danu1212 wrote:
    buat yg berwajah jelek, jgn kecil hati, msh bnyk kesempatan kok...hehehehe, misalnya klo main sinetron khan loe yg berwajah jelek tuh msh bisa jadi aktor, meski perannya sebagai pengemis atau pembokat/ maling

    wakakakaka... sadis :lol: :lol:
  • abxis wrote:
    danu1212 wrote:
    abxis wrote:
    andi kaz wrote:
    hmm emang jaman gini org lebih liat penampilan dulu, tapi tetep harus ada baik didalemnya la.. jadi ya.. penampilan tuh penting :wink:

    kayak ex gw dulu tampang & penampilan cupu abisss, gw paksa gini gitu jadi mendingan :lol: LOL
    wleh2 jgn dibahas2 ampe segitunya kali :lol: :lol:



    Ho...oh

    siapa tuuhhh... buakakaka :lol: :lol:
    huss pamali atuh disebut2 :lol: :lol:

    err... namanya.... errr.... wakakakakakaka :lol: :lol: :lol: ROFLOL
  • mpok nori wrote:
    untung mbah bisa gonta ganti kepala... LOL

    ah kate siape ?? emang ekke cantik ?? tp ekke sukses tuh ?? LOL

    Cantik kok mbak
  • de Hati wrote:
    Hidup memang nggak adil, secara rata-rata yang jelek mendapat gaji yang lebih rendah, yang cakep dapet gaji lebih tinggi. Fakta ini sudah diuji untuk berbagai profesi dan negara .

    pantes gaji gue lebih besar dari pada rekan2 yg lain
  • andi kaz wrote:
    danu1212 wrote:
    buat yg berwajah jelek, jgn kecil hati, msh bnyk kesempatan kok...hehehehe, misalnya klo main sinetron khan loe yg berwajah jelek tuh msh bisa jadi aktor, meski perannya sebagai pengemis atau pembokat/ maling

    wakakakaka... sadis :lol: :lol:


    setuju...!!! :lol:
  • iam_REBEL wrote:
    andi kaz wrote:
    danu1212 wrote:
    buat yg berwajah jelek, jgn kecil hati, msh bnyk kesempatan kok...hehehehe, misalnya klo main sinetron khan loe yg berwajah jelek tuh msh bisa jadi aktor, meski perannya sebagai pengemis atau pembokat/ maling

    wakakakaka... sadis :lol: :lol:


    setuju...!!! :lol:
    duuuhhh.....gw kangen ma paporit gw si Nk alias Danu1212....
    (maseh idup kagak yak.......hihiihihiihihihhh...huuueeeeeekkkk)
  • Wajah Cakep tubuh Ok, mang modal hidup yg bisa dibilang tinggal pakai. Mudah laku dr sononya. Wajah jelek itu modal hidup yg masih harus diasah -dan itu gak mudah- baru bisa dpakai.

    Org jelek yg bisa sukses 'karena kjelekannya' biasanya mampu mngubah perspektif 'jelek' mjadi 'unik'

    Ada jg yg sukses 'meski' jelek karena mampu mngaktualkan sisi positif dia: meski jelek tapi...

    Org jelek lbih susah mcapai sukses, tp yg sukses biasanya susah disaingi, pasarnya gak kerebut. Sukses krn cakep, saingan banyak!
  • Kesan paling cepat memang diperoleh manusia dari cerapan panca indera. Dan di antara 5 indera, matalah yg tercepat. Wajar klo cakep dan jelek menjadi nilai pertama. Jika nilai prtama jeblog, jangan biarkan nilai 2-5 ikut2an jeblog. Dan klo nilai prtama itu modal tbesar dr bawaan lahir, 2-5 sangat dtentukn olh prilaku.

    Inner beauty/handsome tentu tetap penting, tp kesan mang lbih cpat didapat dr yg luaran.

    Tp, pernahkah teman2 mrasa nyaman, damai, teduh ktk ktemu orang? Itu pancaran pesona jiwa yg kuat.
Sign In or Register to comment.