Benarkan kata Sodomi itu berasal dari nama kota maksiat Sodom?
Benarkah kata “sodomi” (anal seks) yang kita kenal sekarang berasal dari nama sebuah kota maksiat bernama Sodom? Nampaknya benar demikian. Namun, benarkah kita bisa begitu saja mengaitkan “anal seks” dengan kota Sodom? Anda boleh saja berdebat sepanjang malam untuk menyakinkan bahwa dosa kota Sodom adalah hubungan seks dengan sesama jenis berdasarkan pemahaman spiritual anda, namun faktanya tidaklah sesederhana itu.
Penafsiran terbaru atas ayat-ayat Kitab Suci yang dilakukan oleh golongan progresif atau “liberal” memberi suatu fakta jelas, bahwa dosa yang dilakukan penduduk kota Sodom (yang biasa juga disebut kaum nabi Luth/Lot), ternyata lebih dalam dari “sekedar dosa seksual”.
Penelitian historis dan kritis yang didukung oleh studi ayat secara konseptual dan induktif, memberi kesan kuat bahwa ketidakadilan, penganiayaan, penindasan terhadap kaum yang lemah, tindakan semena-mena, perendahan martabat, penghinaan dan ketidakramahan menyambut pendatang, adalah dosa-dosa yang menyebabkan kota Sodom dimusnahkan Tuhan. Dosa seksual sendiri ikut “melengkapi” daftar dosa itu, yang dapat dianggap sebagai manifestasi, alat, cara dan ekspresi dari dosa-dosa yang telah disebutkan tadi.
Dalam salah satu versi Kitab Suci (dalam hal ini The Bible), disebutkan bahwa penduduk kota Sodom menuntut nabi Luth/Lot untuk menyerahkan kedua pendatang di kota itu (yang ternyata adalah malaikat/utusan Tuhan yang bermalam dirumahnya), untuk mereka “pakai” (secara seksual). Nabi Luth/Lot kemudian menawarkan dua anak gadisnya pada penduduk kota Sodom sebagai ganti kedua tamunya! Mengapa Lot bermaksud dengan rela untuk menyerahkan kedua anak perempuannya kepada para pemerkosa tersebut? Mengapa Lot menolak para penduduk kota yang ingin menginterogasi dan menganiaya kedua tamunya? Lot adalah seorang yang adil, atau seperti yang Alkitab katakan, seorang yang benar. Ia melakukan apa yang benar, sebaik yang ia bisa lakukan. Dari seluruh penduduk di kota Sodom, hanya dia yang memiliki kebaikan hati untuk mengundang para pengembara atau musafir masuk ke dalam rumahnya pada malam itu.
Di negara berpadang pasir, dimana Sodom terletak, tinggal di luar dan terkena dinginnya malam dapat berakibat fatal. Maka peraturan utama dari masyarakat dimana Lot hidup adalah menawarkan keramahtamahan kepada para pengembara atau musafir. Peraturan yang sama merupakan bagian dari kebudayaan tradisional bangsa Semit dan Arab. Bahkan oleh karena peraturan ini begitu ketatnya, tidak ada seorangpun yang boleh membahayakan seorang musuh yang telah mendapatkan tawaran untuk tinggal dan bermalam di rumah seseorang. Maka melakukan apa yang benar, mengikuti hukum Allah seperti yang dimengertinya, Lot menolak untuk menyerahkan kedua tamunya kepada para penganiaya, penduduk laki-laki kota Sodom tersebut. Melakukannya berarti melakukan sesuatu kekejaman yang melanggar keramatnya hukum tentang keramahtamahan menyambut tamu yang berlaku pada saat itu.
Sebagai tambahan informasi, jika para penduduk kota Sodom betul menginginkan hubungan seks dengan kedua pendatang kota itu, maka penghinaan terhadap kedua tamu tersebut akan menjadi berlipat ganda. Sebab pemaksaan untuk berhubungan seks dengan laki-laki adalah suatu cara untuk menghina dan mempermalukan mereka. Selama perang, contohnya, disamping memperkosa para wanita dan pembantaian anak-anak, para pemenang perang seringkali juga akan “menyodomi” tentara-tentara yang kalah. Gagasannya adalah untuk mempermalukan pria-pria tersebut dengan memperlakukan mereka seperti wanita. Jadi bagian dan bidang dari perbuatan anal seks antar pria adalah pikiran, gagasan dan maksud bahwa laki-laki haruslah “macho” dan bahwa perempuan adalah lebih rendah, bagian dari harta milik dalam pelayanan atau jasa laki-laki.
Kenyataannya, sepanjang sejarah Barat, alasan utama dari penolakan atas hubungan seks sejenis antar pria adalah bahwa hubungan tersebut dianggap menjadikan seorang laki-laki bertindak seperti seorang perempuan. Santa John Chrysostom di Abad Kelima dan Peter Cantor di Abad Keduabelas, berbicara terang-terangan tentang perlawanan orang Kristen atas homogenitalitas, keduanya mengangkat argumentasi tersebut. Menjadi pasangan yang aktif dalam hubungan seks antar pria lebih diterima secara umum, akan tetapi menjadi pasangan penerima (pasif) dianggap “tidak jantan/pengecut”. Berdasarkan bukti, keberatannya adalah lebih kepada “sikap” laki-laki itu yang keperempuan-perempuanan daripada hubungan seksnya dengan pria.
Jadi apakah dosa Sodom? Penganiayaan dan penghinaan terhadap orang asing! Menghina pendatang/musafir dan ketidakramahan terhadap mereka yang membutuhkan. Itulah inti dari kisah Sodom yang dimengerti dalam konteks sejarahnya.
Ketika laki-laki pemerkosa menjadi bagian dari kisah tersebut, penghinaan lainnya sebagai tambahan adalah penganiayaan seksual - penghinaan besar dan perendahan martabat di jamannya Lot dan juga di jaman kita. Seluruh kisah dan kultur yang ada didalamnya menjadikan semuanya jelas bahwa penulis kisah ini tidak mempersoalkan masalah seks belaka. Lot menawarkan kedua puterinya tanpa berpikir dua kali. Masalah inti kisah ini bukanlah etika seksual. Kisah Sodom bukan lagi tentang seks melainkan tentang penggedoran pintu depan rumah seseorang. Masalah inti dari kisah ini adalah penganiayaan dan penyerangan, dalam bentuk apapun yang mereka lakukan. Menggunakan ayat ini untuk mengutuk homoseksualitas adalah penyalahgunaan atas teks-teks tersebut.
Disini jelas, dosa kota Sodom ternyata bukan SEMATA-MATA dosa seksual. Dosa seksual adalah SALAH SATU dosa kota sodom dan bukan SATU-SATUNYA dosa yang menyebabkan kota itu dihancurkan Allah, seperti yang diimani oleh umat Kristen, Islam dan Yahudi selama ini.
Selanjutnya, sekalipun dosa seksual adalah salah satu di antara sekian banyak dosa lainnya, TIDAK PERNAH disebutkan dengan jelas bahwa hubungan seks sejenis (homoseksualitas) adalah SATU-SATUNYA dosa seksual yang dilakukan penduduk kota Sodom. Seandainyapun benar demikian, tidaklah juga mudah untuk berkesimpulan bahwa “hubungan seksual sejenis” ini PASTI identik dengan anal seks!!
Faktanya, pemahaman bahwa kota Sodom itu berhubungan dengan kaum homoseks, HANYALAH berasal dari TRADISI turun temurun yang dipegang oleh umat Nasrani, Islam dan Yahudi yang sangat dipengaruhi oleh pemahaman tradisional bahwa segala seks yang non prokreatif sifatnya, adalah buruk. Hal ini dapat dipahami, karena pada jaman nabi Luth/Lot bumi masih belum sepenuh sekarang dan perintah “penuhilah bumi” masih menjadi perintah utama yang dipegang keturunan Adam dan Hawa.
Tapi jelas, mengaitkan kota Sodom dengan anal seks bukan berasal dari pendalaman ayat kitab suci secara historis kritis, dan karenanya memberi makna negatif pada kata anal seks itu sendiri pada umumnya, dan homoseksualitas pada khususnya.
Mispersepsi ini sudah mendarah daging dan mungkin dibutuhkan satu atau dua generasi lagi untuk mengubah kesalahpahaman ini.
Aku cuman menginformasikan nih artikel kalau diterima syukur kalau ga diterima ga apa2 inilah namanya forum kalau kita berbeda pendapat dgn penulis nih artkel itu adalah hal yg wajar.................dan kita harus saling harga mengahargai antar pendapat masing............boyz forum itulah namanya agar kita saling tukar pikiran tentang tanggapan artikel ini.......
dikutip dari DANNY HALIM BLOG
Moga Bermanfaat( From Oktora_Rain) Buat Babyllon, Zen, Rais, Rifky H, dll Pa kabar semua.
Comments
For example, myself.
Sebaliknya membungakan uang dulu dosa berat, kalau di Kristen-Katolik dulu ancamannya neraka, sekarang di Kristen membungakan uang sudah dicabut dari daftar dosa berat (di Islam masih kontroversial) ?
soal gay/sodom/gomorrah? who knows 50-100 years from now :):):)
jadi....kalau kita masuk neraka tetanggaan deh sama para straight nasabah bank :):).
adapun pertanyaan : mgp ALLAH tdk menghancurkan amsterdam ? sangat mudah utk menjawabnya. sebagaimana homoseksual, anak yg durhaka pd org tua juga ada dimana-mana, tidak hanya disatu kota saja. lantas apakah semua anak durhaka harus ALLAh jadikan batu sebagaimana halnya malinkundang ? lantas apakah semua org kafir hrs ditenggelamkan di laut merah sebagaimana fir'aun ? tentu tidak. justru kisah-kisah tersebut harus dijadikan pelajaran bagi kita yg hidup dizaman modern.
Wallahua'lam.
saya ga mau komentarin mengenai SODOM dan GOMORA..saya bukan tipe orang yang mau berargumentasi mengenai agama dan seksualitas..yang saya mau komentari adalah mengenai penghancuran Amsterdam..paralel dengan penjelasan di atas mengenai anak durhaka, demikian pula dengan Amsterdam..banyak kota2 yang lain yang lebih parah dan lebih sex oriented seperti Amsterdam..gue ga usah sebutin ya cuma emang yang ke-ekspos adalah Amsterdam ini, makanya semua mata memandang kota ini. Jadi mengapa harus Amsterdam dihancurkan?? Terlepas dari red light disctrict dan bar-bar kaum gay yang ada di Amsterdam, saya bilang kota ini adalah kota yang indah dan layak dikunjungi..belum lagi orang-orangnya yang ramah-ramah...Jadi saya sangat tidak setuju jika Amsterdam dihancurkan, walau kalo emang Tuhan mau menghancurkan, ya saya tidak bisa berbuat apa-apa..hehehe..sekian.
emang gay ama religi kalo dikaitkan kagaa.......aaak pernah nyambung........
...............................................karena ;...............
* agama adalah pilihan hidup
tapi................
* gay (menurut yg gw rasakan sih....) ternyata bukan pilihan hidup!
anyway, maaf kalo agak2 OOT, tapi saya sebagai orang yang tinggal di kota ini, kok merasa agak2 ga rela ya pas Nagawa bilang mengapa Tuhan tidak menghancurkan Amsterdam..maafkan saya, tapi yeah, itulah yang saya rasakan. imho
setuju banget .... pokoknya jadi pelajaran dan peringatan ... ( pokoknya yg pake pe-pe aja deh .... bukannya resiko ( jadi gay ) ... iya khan ... ? .. lagian jadi gay itu bukannya pinter nyodok aja atau pengen disodok mlolo ..... gay itu artinya kan bisa menchinta dan di chinta dan berchinta dg sesama ... ya khan anak anak .... hehehe ... ( awas kalao ada yg nggak setujua ama pendapat gue ttg GAY ...). .... hehehe ...