Aku memulai tulisan ini dengan kata salam kenal. Namaku Andy Sanjaya. Seorang remaja yang baru akan memulai masa SMA nya di sekolah yang lumayan bagus di ibukota negara tercinta ini.
Tak banyak hal tentangku yang bisa kuceritakan. Mata coklat kehitaman, rambut hitam sedikit berombak diujung, kulit putih, tinggi 170 cm, bibir pink alami, hidung lumayan mancung (Kata mama), punya senyuman yang manis (Kata mama lagi), cukup pintar di Matematika dan Fisika, tak begitu suka bermain sepak bola, suka bermain video game, makanan favoritku sushi dan rendang, mungkin itu dulu yg bisa kujelaskan tentang diriku sendiri. Dan inilah kisahku dimulai, kuharap kalian tidak terlalu ber ekspektasi lebih dari ceritaku, karena cerita ini aku pikir biasa saja. Sama seperti cerita pelangi lainnya.
Comments
"Nak, jangan lupa bawa bekalnya ya", Suara mama nyaring bergema terdengar dari arah dapur
"Iya mah, kakak kemana? jadi berangkat bareng gk sih?" Aku celingukan mencari sosok tinggi gagah yang sering mencbit pipiku sambil terus mengunyah nasi gorengku
"Kakak lagi didepan nyiapin motornya kali, ayo buruan makannya dong entar telat nak" Mama dengan gugup mempersiapkan segala sesuatu untukku pergi pertama kalinya ke sekolah
"Iya mah, gak perlu segitunya kali ah, aku kan bukan anak kecil lagi" Dengan mulut penuh aku menjawab perkataan mamah
"Yeee bukan masalah anak kecil atau bukan, kan ini artinya mamah sayang sama kamu dek. Coba kalo gk mamah yang nyiapin emang kamu sempet ha?" sambil mengambil beberapa ayam goreng di meja mamah terus mengoceh
"Ayo cepetan dek, udah setengah tujuh nih, kakak juga harus lebih awal masuknya kan jadi panitia" Kakak muncul dari pintu belakang sambil mengambil tasku
"Iya iya, udah abis nih" Dengan tergesa-gesa aku meminum susu hangatku dan segera berlari menghampiri kakakku dan menghempaskan pantatku di boncengan.
"Berangkat ya mah" Kataku dan kakak bersamaan
Kakak mengegas motor metiknya keluar pagar rumah, aku melambaikan tangan kepada mamah yang masih terus tersenyum didepan rumah.
Jujur perasaanku campur aduk. Antara takut, gugup, senang, dan bingung. Walaupun masa MOS sudah usai, dan hari ini mulai pelajaran tapi tetap saja aku masih gugup bertemu dengan teman-teman baruku. Karena tidak ada teman SMP ku yang satu sekolah denganku lagi sekarang, membuatku harus memulai semuanya dari awal LAGI. Perkenalan, memahami karakter, kebiasaan, dll. Hahhhh menyebalkan.
Kami pun sampai di SMA N #@!@#. Kakak yang menjadi panitia kegiatan penerimaan siswa siswi baru yang bakal diadakan segera terlihat sangat gugup. Stepan Sanjaya, seorang murid kelas XII IPA A yang banyak penggemar wanitanya itu memang selalu gugup. Walaupun wajahnya tampan tapi kakakku itu tidak terlalu percaya diri dan sering minder jika diperhatikan banyak orang terutama kalo sudah ada perkumpulan gadis-gadis yang suka panggil-panggil kakakku. Walaupun kakakku itu sering gugup tapi untungnya bisa mengatasi ekspresi gugupnya dengan senyuman mautnya jadi tak keliatan gugup lagi. Tapi bagiku yang sudah 15 tahun mengenalnya, aku tahu persis pada yang ada dipikiran dan hatinya saat ini.
"Sukses ya kak, gk usah gugup. Lemesin aja" Aku menggoda kakakku dengan memijat mijat pundaknya sambil cekikikan
"Suka ya liat kakak gugup gini. Kakak jadi ketua panitia itu artinya tanggung jawab kakak gede. Kamu entar juga bakal ngerasain" Jawab kakak masih dengan keringat yang menetes dari dahinya
"Siapa? Aku? Aku gk mau ah ikutan jadi panitia kek gitu-gitu. RIbet tau. mending jadi murid biasa aja" Aku turun dari boncengan dan mulai berjalan disamping kakakku yang mengelap keringatnya dengan sapu tangan kesayangannya yang selalu ada di saku celananya
"Kok gitu sih, masa kamu gk mau dapet nilai tambahan dan jadi juara umum di sekolah kayak kakak. Gak asik ah, entar mamah sama papah kecewa sama kamu. kakak yang disalahin lagi, pokoknya kamu harus ikut jadi anggota OSIS, seenggaknya jadi bendahara atau yang lainnya" Jawab kakak sambil sesekali membalas senyum dari gadis-gadis centil yang terus menggoda kakakku
"Iya juga ya hmmm. Gimana ya, soalnya aku kan... gk terlalu pinter dan juga gak terlalu ganteng kayak kakak. Mana bisa aku jadi juara umum dan masuk OSIS"
"Alasan aja kamu, emang kamu pikir kakak ini siapa ha, kayak gk tau sifat kamu aja. mendali di kamar kamu itu udah cukup buktiin
kamu tuh cerdas, kalo soal muka udah lumayan makin ganteng lah walaupun pipi gk kempes juga gpp. Lebih ke imut daripada ganteng, karena yang paling ganteng cuma kakak doang disini" Kakak cengar cengir gaje sambil garuk garuk tengkuknya, dasar aneh
"enak aja, pipiku gak kempes emang salah siapa ha, itu kan karena kakak sering cubit dari dulu. coba kalo gk pernah dicubit pasti aku jauh lebih ganteng sekarang"
"Halah, terima takdir aja, kamu gk cocok kalo pipi kamu kempes, kayak zombi di film The Walking Dead entar haha"
"Enak aja"
"Hahaha"
Kami pun berpisah di lapangan sekolah. Kakak yang langsung ke ruang OSIS pun tak lupa mencubit pipiku dulu dan melarikan diri sebelum aku meninju perutnya. Aku berjalan dilorong menuju kelasku yang sudah terlihat ramai. Perasaan gugupku muncul lagi. Terlebih saat orang itu menatapku dengan tajam. Membuatku gugup setengah mati dan juga takut. Apa masalah anak itu denganku sampai dia menatapku seperti itu.
Aku mencoba mengabaikan tatapannya dan berjalan sedikit lebih cepat masuk kedalam kelas. Aku duduk di bangku paling kanan nomor tiga dengan Arka Wibowo. Sementara anak itu duduk tepat dibelakangku. Terkadang aku sedikit merinding ketika tak sengaja kami bertatapan. Rasanya ingin aku berlari dan berteriak minta tolong agar anak itu hilang selamanya. Yang aku tak mengerti hanya aku yang dia tatap setajam itu. Aku tak pernah berbicara dengannya sekalipun walaupun kami pernah satu tim waktu MOS.
Dan aku juga tak pernah sekalipun melihat dia berbicara dengan orang lain waktu itu. Aneh sekali, apa dia jelmaan setan kamar mandi sekolah yang sering didongengkan anak-anak. Sosok setan dengan wajah seram di kamar mandi sekolah yang sering menampakkan diri dan membuat beberapa anak gadis kesurupan. hmm, tapi itu tidak mungkin, karena. Pertama, kakinya nampak ditanah, kedua wajahnya cukup tampan, walaupun begitu tetap saja dia sangat mengerikan bagiku, ketiga dia masih bernafas.
Aku masih ingat waktu MOS kemaren, kami satu tim dan dusuruh memakai karung dengan dua orang didalamnya dan sialnya aku berpasangan dengannya. Ketika kami berlomba dan meloncat-loncat seperti pocong untuk sampai di garis finish. Tak sengaja aku terjatuh dan dia juga jatuh menindihku diatasku. Itu pertama kalinya aku mendengar hembusan nafas seseorang dengan begitu dekat dan hangat. Bahkan aku bisa mendengar detak jantungnya yang tak karuan mungkin karena ngos ngosan. jadi dia bukanlah setan karena masih bernafas. hufff pusing kalo harus membahas anak misterius itu.
Namanya? Aku pernah dengar dari seorang gadis yang memanggilnya dengan sebutan Nick. Itu yang kutahu, selebihnya aku tak pernah tahu dan tak ingin tahu juga. Aku harus menghindar darinya, siapa tau dia adalah pembunuh bayaran atau penculik yang ingin meminta tebusan ratusan juta.
"An, kenapa kamu bengong aja di kelas, ayo ke lapangan upacara segera dimulai tuh. Jangan lupa topi mu" Arka menyadarkanku dari lamunanku sekaligus mengagetkanku setengah mati dengan tepukan tangannya di pundakku
"oh iya, yukk" Aku pun membuka tas dan mengambil topi dan berjalan dbelakang Arka
"Jangan sering ngelamun, entar kesambet kamu an" Nasehat Arka dengan logat jawanya yang medok
Aku hanya nyengir kuda sambil terus berjalan bersama gerombolan siswa siswi lainnya,
Upacara berlangsung hikmat dan juga sangat terik. Walaupun sinar matahari pagi itu sehat, tapi juga menghanyutkan. Terhitung sudah dua orang siswa dan empat orang siswi pingsan ditengah upacara. Aku melihat kakakku yang ada didepan bersama para guru untuk mengumumkan kemah penerimaan siswa siswi baru. Kakakku terlihat sangat gagah tapi tak bisa menyembunyikan matanya yang terlihat ragu dan gugup. Aku khawatir kakak akan ditertawakan saat diatas podium nanti. Aku hanya bisa berdoa dan tersenyum kearahnya untuk memberinya semangat. Kakak tersenyum balik kearahku.
"Senyam senyum sama siapa sih?" Arka berbisik bisik disebelahku penasaran
"Kakakku, dia terlihat gugup. aku hanya memberinya semangat supaya tida gugup lagi" Jawabku juga pelan sekali tapi masih terdengar
Arka hanya meng O kan dan manggut-manggut dan kembali menatap kedepan. Tak sengaja aku menoleh kesamping kiriku dan ternyata Nick sedang menatapku dan tiba tiba menghadap kedepan lagi. Aneh, ngeri. Aku pun seketika merinding. Kenapa dia diam diam seperti itu menatapku, ngeri sekali. Apa maksudnya coba, dan bagaimana aku tidak tahu dia ada disampingku dari awal upacara. Dia benar-benar seperti hantu. hiii.
Smoga Nick bukan seorang psikopat atau orang yang ada dalam pikiran burukku lainnya. Smoga huufff......