It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Maaf typo yg benar Yudi
ya ni si Erick makin hari makin menjadi ni bikin hati kesal aja bawaannya, btuh kesabaran tinggi menghadapinya
uups
ada pak h Muhidin
aduuuuhh...
harus hati2 ni jrn serba salah ni!
jgn galak2 ya pak
#panggil Hj. Rumi mana
flashback
Pulang sekolah Aku, Dino, Naura dan Ega langsung pergi ka Pasar Raya mencari bahan-bahan untuk keperluan praktek sablon besok. Tujuan kami ialah dua toko buku saja antara toko buku Jaya atau Tanah Air. Sebenarnya sih jarak sekolah kami tidak terlalu jauh kalau ditempuh jalan kaki, mayoritas anak-anak disini pulang kalau tidak dijemput orang tua atau pakai sepeda sendiri ya jalan kaki karena tidak ada angkot yang menunggu di depan sekolah ini seperti sekolah-sekolah di tempat lain, mungkin karena dekat pasar barangkali, tapi kali ini si Ega tidak mau jalan kaki dia pingin naik bendi biar seru katanya. Dan untuk naik bendipun kita harus menunggu bendi yang lewat di jalan ini karena di sekitar sini juga tidak ada tempat mangkalnya. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya ada juga bendi yang lewat, sebeanarnya sih sudah ada dua buah bendi tadi yang lewat tapi sudah ada penumpang. Kami ingin mencari bendi yang kosong atau maksimal baru terisi satu penumpang karena kami berjumlah empat orang sedangkan bendi kapasitasnya lima orang. Karena kami pergi naik bendi tujuan pertama kami adalah toko buku Tanah Air yang terdapat dalam Pasar raya yang dekat dengan tempat mangkal Bendi.
Tidak butuh lama bagi kami mencari bahan-bahan yang kami butuhkan karena semuanya ada di toko buku Tanah Air.
“ngak ada lagi yang terlupakan”
Kata Dino ketika kami keluar dari took
“sepertinya semuanya sudah lengkap : tinta cina, lakban, kertas karton, paku rabana, cuntter, spon, kuas semuanya lengkap, staples”
Jawab Naura
“terus sekarang kita mau ngapain lagi, langsung cabut pulang?”
Tanya Dino
“gimana kalau kita makan-makan dulu”
Jawab Ega
“mau makan apa? Nasi!”
Kata Dino bertanya pada kami semua
“jangan nasilah belum begitu lapar”
Jawab Ega
“dah kalau begitu kita ke Bopet Gemilang aja, disana lengkap”
Kataku memberi saran
Kitapun langsung menuju ke TKP yang jaraknya cukup dekat dari sini. Bopet Gemilang adalah sebuah warkop di dalam Pasar Raya ini yang cukup populer karena disana menjual beberapa makanan seperti bubur, kampiun, lontong, berbagai jenis kolak dan jus, selain itu harganya pun cukup murah hanya seribu rupiah satu porsi. Sesampainya di sana ternyata suasana ramai sekali kami menunggu dahulu beberapa pembeli yang keluar baru kami masuk. Setelah duduk aku memesan Kampiun, Dino lontong Gulai, Naura bubur Kacang Hijau dan Ega hanya memesan Es Teller.
“Ju, kamu ada masalah ya sama Erik”
Tanya Dino kepada ku ketika kami telah selesai memesan menu
“kenapa emangnya?”
Tanyaku balik
“ngak aku lihat akhir-akhir ini kalian jarang sekali berkomunikasi”
Kata Dino lagi
“bukan jarang lagi tapi tidak pernah lagi sejak mereka pisah duduk, apalagi dalam seminggu ini”
Kali ini Naura menambahkan
“eh kabarnya kalian sudah akrab sejak SD ya?”
Kali ini Ega yang bertanya
“aku bingung mau jawab yang mana”
Kataku
“ya aku memang sudah berteman dengan Erik dari SD bahkan sejak kelas 3 SD kami selalu duduk sebangku, dan kali ini kami memang ada sedikit masalah!”
Jawabku panjang lebar
“dari kelas 3 SD berarti sudah 6 tahun dong”
Kata Ega setengah tak percaya
“ya begitulah”
Jawabku
“btw siapa yang mau membawa bahan ini besok?”
Kataku mengalihkan pembicaraan
“biar Naura aja diakan kalau pagi diantar sekolah”
Jawab Dino
“benar Nau, Kamu ngak keberatan kan?”
Tanyaku pada Naura
“ngak masalah biar aku aja yang bawa”
Jawabnya
Setelah selesai dari Bopet Gemilang akhirnya kami cabut pulang ke tempat masing-masing karena hari sudah sore.
***
Ketika aku sampai di kos hari sudah menunjukan jam setengah lima sore tapi kulihat pintu kos masih terbuka berarti masih ada Erik di rumah. Tumben sore begini dia ada di kos? apa ia ngak latihan hari ini atau mungkin berangkat sebentar lagi? Aku jadi urung pulang ke kos dan memilih mampir dulu di kedai Pak Indra setelah Erik berangkat baru aku pulang.
“kok sore pulangnya nak Ju?”
Tanya Pak Indra
“Ya ni pak tadi ke pasar dulu membeli perlengkapan untuk praktek besok!”
Jawabku
Aku duduk di bangku yang terbuat dari kayu dan mearuh tasku diatas meja, kemudian aku mengambil buku kisah 1001 malam dan melanjutkan membacanya.
Sudah hampir setengah jam aku duduk disini kok Erik belum juga ada keluar, apa dia ngak latihan hari ini? Aku memutuskan untuk pulang ke kos mungkin saja dia memang libur hari ini. Ketika aku sampai di pintu aku lihat di ruang tamu tidak ada orang, ah mungkin si Erik di dalam kamar, aku sengaja batuk-batuk kecil dan menarik napas keras-keras seperti menghirup ingus sambil membuka sepatu agar kedatangan aku diketahui oleh orang yang di dalam. Setelah selesai membuka sepatu aku masuk ke kamar setelah masuk ke kamar aku terkejut ternyata tidak ada Erik di dalam tapi ada seseorang yang duduk di atas tempat tidur Erik dan yang paling membuat aku terkejut adalah dia duduk sambil merokok dengan santainya. Aku memberikan senyum kepada orang itu dan setelah berbasa-basi sebentar dengan sopan aku meminta kepadanya untuk tidak merokok di dalam kamar kalau mau merokok bisa di luar di ruang tamu.
“maaf ya kawan sebelumnya, bukannya aku tak sopan kalau kawan mau merokok jangan di dalam kamar ini ya, kawan bisa kok merokok di mana saja asal jangan di dalam kamar ini di ruang tamu bisa”
Kataku
“oh ya maaf ya! Aku ngak tau kalau di sini ngak boleh merokok”
Jawabnya
“bukan begitu selama ini di kamar tidak pernah ada yang merokok maklum kami bukanlah perokok dan siapapun yang merokok boleh kok tapi di ruang tamu, sekali lagi maaf ya”
Kataku lagi
“ngak papa”
Jawabnya kemudian berdiri dan beranjak keluar
Selang beberapa saat terdengar suara orang bicara di ruang tamu, ternyata Erik dengan kawannya tadi, rupanya Erik baru selesai mandi.
“kok di luar Rif”
Terdengar suara Erik bertanya pada temannya
“ngak papa Rik aku Cuma pengen merokok saja”
Jawab temannya itu
“kenapa harus keluar pula dari kamar”
Kata Erik lagi, aku terkejut mendengar suara Erik yang barusan dia tidak mempermasalahkan orang merokok di kamar, ada apa dengan dia?.
“ah ngak lak Rik masak merokok di dalam kamar, lagian ngak enak lah sama teman kamu”
“oh jadi itu masalahnya!”
Jawab Erik lagi, lagi-lagi aku terkejut dengan apa yang dikatakan Erik barusan kenapa ia bisa bicara begitu? Apa maksudnya?.
“yuk masuk”
Ajak Erik lagi pada temannya
“ngak usah Rik aku dari tadi juga dah mau pulang, cuma nunggu kamu selesai mandi saja, aku balik dulu”
Katanya
Kemudian Erik masuk ke kamar aku lihat rona tidak suka di wajahnya, aku mah cuek aja. Aku mengeluarkan buku-buku dari tasku dan menyusunya lagi ke rak buku dan menggantungkan tasku ke dinding.
“lo kenapa sih?”
Tiba-tiba Erik bicara padaku dengan nada ketus, ah sudah hampir satu minggu lamanya aku tidak bicara dengan dia sekali bicara malah dapat perkataan yang begini, dan ngak biasanya dia memanggil dengan sebutan lo gue tambah lagi dengan nada yang ketus yang tidak mengenakkan didengar.
“ada yang salah?”
Tanyaku balik
“ya banyak!”
Jawabnya semakin ketus
“maksudnya, tolong diperjelas?”
Kataku masih dengan nada datar sambil menyusun buku-buku
“apapun yang gue lakukan di sini salah melulu menurutmu, sepertinya gue gak punya hak di kos ini”
“maksud kamu apaan sih?”
“alah lo jangan berlagak sok tolol gitu!”
“terserah kamu deh Rik mau buat apa aku juga gak peduli aku capek berdebat melulu denganmu”
Jawabku menanggapinya dengan pasrah karena jujur aku memang sudah capek berdebat dengannya.
“gaya lo bilang capek ngak peduli tapi tetap seperti sok jadi penguasa disini, dasar munafik!”
“apa sih maksudmu Rik selalu mengatakan aku sok penguasa? Apaaaaaaa?”
Tanyaku sedikit emosi
“lo masih bilang apaaaaaa….? tu yang barusan apa namanya?”
“apa maksudmu? Yang tadi..! oh jadi yang itu masalahnya, jadi kamu marah, tersinggung dan tak terima kalau tadi aku meminta temanmu untuk tidak merokok di kamar”
“nah tu baru nyadar”
Katanya sewot
“lalu apa masalahnya? Lagian aku tidak melarangnya merokok tapi aku memintanya agar tidak merokok di kamar itu saja kok dan kawan kamu tadi juga tidak mempermasalahkannya”
“itukan menurut lo”
“ya itu menurut aku, kamu sajakan yang bikinnya jadi rumit! Lagian ini kan juga sudah jadi kesepakatan kita dahulu kalau khusus dalam kamar no smoking area”
Kataku kesal
Katanya lagi mencemooh
“apalagi sih Rik, aku capek berdebat kayak gini tau”
“kayak lo aja yang capek, gue juga dah muak tau”
“lalu mau kamu apa sih sebenarnya? To the point ajalah”
“Ok lo pingin tau apa mau gue kan, Dengarkan! gue atau lo yang harus angkat kaki dari kos ini!”
Katanya sambil menunjuk kea rah aku kemudian menunjuk dirinya sendiri, jujur aku terkejut mendengar apa yang dia katakana tadi, aku terdiam beberapa saat.
“dah jelaskan apa maunya gue!”
Katanya lagi
“ya udah, kamu ngak usah kawatir biar aku saja yang pindah dari sini, besok pulang sekolah akan aku lakukan”
“Ok”
Aku segera mengakhiri obrolan aku dengannya karena aku sudah jelas apa yang dia mau, kemudian aku mengambil buku untuk pelajaran esok dan juga mengambil seragam dan memasukkannya ke dalam tas. Malam ini aku berencana nginap di kos Yudi sekalian mengatakan padanya bahwa aku akan pindah ke tempat kos dia. Sebelum aku ke tempat Yudi hari itu aku juga menemui ibu kos aku untuk memberitahu bahwa aku akan pindah. Tentu saja ibu kos terkejut karena aku pindah mendadak, aku katakan padanya bahwa adik sepupu aku mau pindah sekolah yang dekat dengan tempat kos Yudi, kita di suruh kos bareng karena dia masih baru di kota ini maka aku yang harus pindah ke tempat dia. Hal yang sama juga aku katakana pada pak Indra ketika beliau bertanya kenapa aku pindah yang terkesan mendadak begini.
***
iya ni, tu anak sgat menyebalkan skli saat itu, butuh ksabaran tngkt tinggi menghadapinya kalau tidak bisa perang dunia jadinya
bukan Yudi yg keluar tp TS yg pindah ke kosnya Yudi, waktu itu aku memang sudah memutuskan pindah walaupun sbenarnya masih berat
Flashback
Flashback
Hari ini aku lagi beres-beres menyusun barang-barang di kamar, ya hari ini aku pindah kos ke tempat kos Yudi dan mulai dari sekarang aku resmi jadi penghuni baru di kos ini. Badanku terasa capek sekali karena sejak siang tadi sibuk dengan kegiatan pindahan ini. Untungnya tadi abang tukang becak mau membantu mengangkat barang-barang mulai dari keluar dari kos lama sampai memasukkan ke dalam kos baru ini, walaupun masih ada tip yang harus aku keluarkan diluar biaya sewa antar sih tapi aku sangat bersyukur sekali coba kalau abang tukang becak itu tidak mau membantu bisa dibayangkan repotnya aku sendirian. Aku duduk bersandar ke dinding di atas tempat tidur lalu menjulurkan kakiku untuk merenggangkan otot-ototku. Tok...tok…tok terdengar suara pintu kamarku diketuk dari luar
“masuk, ngak di kunci”
Sahutku dari dalam lalu terdengar suara pintu di buka
“masuk Yud”
Kataku ketika orang yang mengetok pintu tadi muncul
“gimana dah selesai beres-beresnya?”
Katanya bertanya setelah duduk di tepi ranjangku
“dah hampir selesai Yud, tinggal menaruh buku-buku itu saja lagi”
Jawabku sambil menunjuk sebuah kotak yang di dalamnya berisi buku-buku aku.
“sory ya pas pindahan tadi aku tidak bisa bantu karena aku ada kelas sore”
“ngak apa-apa Yud”
“kita cari makan di luar Yuk, kamu pasti laparkan aku juga tadi gak sempat masak karena tadi ada kelas dari siang sampai sore”
Ajaknya
“ya tapi tunggu sebentar ya aku mau mandi dulu gerah soalnya”
“ok aku tunggu di depan saja ya”
Lalu Yudi segera berlalu dari kamarku akupun segera mandi.
Setelah selesai mandi aku dan Yudi keluar membeli makanan, setelah pulang akupun langsung tidur karena kecapean
***
“Dal ke kantin Yuk”
Ajakku kepada Afdal setelah bel istirahat berbunyi
“Ok yuk”
Jawab Afdal, kemudian kami segera pergi ke kantin
“Dal ramai amat, kamu saja yang pesan”
Kataku pada Afdal ketika sampai di kantin kulihat banyak anak-anak yang jajan juga di kantin.
“kamu mau pesan apa?”
“mi goreng tambah nasi putih aja”
Kataku lagi, kemudian aku mencari tempat duduk yang agak di sudut, tidak lama berselang Afdal datang membawa pesanan kami, kulihat ia membawa dua piring di tangannya yang satu nasi goreng dan satu lagi mi goreng tambah nasi putih pesanan aku.
“ni pesanannya bos”
Katanya sambil memberikan satu piring kepadaku
“thank’s ya pak”
Jawabku menggoda sambil menerima piring tersebut
“tunben kamu ngajak ke kantin?”
Tanya Afdal lagi setelah ia duduk
“aku cuma ngajak bukan traktir lo”
Jawabku
“ye memang siapa juga yang minta ditraktir”
Jawab Afdal pura-pura kesal
“ngak aku bercanda kok, aku lapar tadi ngak sempat sarapan karena bangun kesiangan”
Kataku lagi
“kamu kesiangan kenapa?”
“kecapean karena kemaren aku pindah kos”
“ya udah nak jangan bicara dulu sekarang makan yang banyak ntar sakit”
Katanya lagi sok perhatian
“anak ?”
Tanyaku sambil mengedipkan mata
“kan tadi kamu panggil aku Pak! Hehe…”
Jawabnya tak mau kalah
“mmm…”
aku hanya tersenyum
Kemudian kami sibuk memakan makanan kami masing-masing. Terlihat kantin masih ramai dengan anak-anak yang silih berganti lalu aku juga melihat Erik duduk 2 meja dari tempat duduk aku, ia bersama 3 orang temannya termasuk temannya yang di kos waktu itu. Kami saling cuek seperti orang yang tak kenal meskipun kami menyadari keberadaan kami. Di tengah asik-asiknya aku makan terdengar suara mereka bicara sambil tertawa-tawa.
“ni bro makanan nya dah sampai ayo sikat”
Kata salah seorang dari mereka
“masih panas bro”
Kata kawannya yang lain sambil mengipas-kipas bakso
“ih jangan kipas-kipas ah, nanti asapnya kesini”
Kali ini terdengar suara Erik
“lo kenapa bro”
Kata temannya yang ngipas-ngipas bakso tadi
“aku alergi asap tau… huk….huk…huk”
Kata Erik lagi sambil batuk pura-pura dengan nada mencemooh
Aku terkejut melihat dan mendengar apa yang dilakukan Erik tadi, apakah dia sengaja menyindir aku. Apa dia sengaja menyindir aku yang alergi dengan asap rokok dan ini juga yang membuat kami bertengkar kemaren.
“sok manja lo bro, asap bakso ni alergi pula”
Kata temannya lagi, mungkin ia kurang tau apa maksud perkataan Erik tadi.
“Dal cabut Yuk”
Kataku lagi pada Afdal
“kamu udahan”
Kata Afdal
“dah aku dah kenyang”
Jawabku
Kemudian kami segera pergi dari sana setelah membayar makanan kami, aku memilih pergi dari sana agar aku tidak mendengar lagi kata-kata Erik tersebut, tujuan kami berikutnya adalah pustaka.
Setelah sampai pustaka aku mengambil beberapa buah koran yang berbeda yang terbit dalam seminggu ini, ada sekitar 5 buah jumlahnya. Setelah itu aku mencari tempat duduk yang kosong, suasana di pustaka tidak begitu ramai hanya ada beberapa siswa yang mencari-cari buku di rak.
“kamu cari apa sih kok bawa korannya banyak gitu?”
Tanya Afdal
“anu aku lagi cari berita persiapan Tim Thomas dan Uber Cup Indonesia untuk Thomas Uber Cup bulan depan”
Jawabku sambil membalik-balik Koran yang tentunya aku langsung mencari halaman bagian sportnya. Koran pertama dan kedua tidak ada berita bulutangkisnya baru pada Koran yang ketiga ada.
“kejuaraanya kan bulan depan kenapa cari beritanya sekarang?”
“ngak aku hanya ingin tahu siapa saja pemain yang dikirim ke TUC tersebut karena aku penasaran, lagian kita di sini juga ngak ada tujuan kan! mau baca buku 1001 malam juga tinggal di kos jadi legih baik baca koran saja”
“ooo…”
Jawabnya
“yeah kayaknya Cina bakalan dengan mudah untuk juara Piala Uber tahun ini”
Kataku berkomentar setelah membaca berita bulutangkis di salah satu Koran nasional yang membahas berita bulutangkis.
“kamu kok yakin amat gitu”
Kata Afdal bertanya
“ya lah, secara China pemain putrinya sekarang ngeri dan kuat-kuat Ye Zhao Ying, Gong Zhi Chao, Daiyun dan Zhang Ning mereka sering gentian juara belakangan ini di berbagai turnamen dan bahkan finalnya terjadi sesama pemain China antara mereka berempat. Cuma Camilla martin dari Denmark dan Mia Audina sesekali masuk nyempil diantara mereka. Apalagi ganda putrinya Ge Fe / Gu Jun yang sampai sekarang ini belum ada tandingannya. Dua tahun yang lalu saja saat Indonesia masih diperkuat Susi Susanti dan Mia Audina kita masih kalah dengan skor 4 – 1 apalgi sekarang Susi Susanti sudah pensiun dan Mia Audina juga sudah pindah ke Belanda, sedangkan ganda putri juga sama Eliza Natanael juga belum kembali ke performa terbaik setelah cidera panjang. Kalau Thomas sih masih yakin sekrang Indonesia tetap akan juara selain masih kuat di dua nomor ganda Riki/Rexi dan Candra/Toni Indonesia juga diperkuat sang Raising Star Taufik Hidayat.
“kayaknya kamu cukup tahu ya dengan perkembangan bulutangkis”
“iya semenjak pertama kali melihat bulutangkis dua tahun lalu di Piala Thomas Uber aku jadi hobi nonton bulutangkis, apalagi kalau dikampung setiap ada siaran langsungnya aku selalu nonton. Kalau sekarang di kos cuma sesekali itupun jika ada keluarga ibu kos yang nonton, makanya kalau tidak nonton aku lihat di Koran saja”
“eh Ju aku boleh Tanya ngak?”
Tanya Afdal lagi
“apa?”
“kamu lagi ada maslah ya sama Erik?”
“kenapa memangnya?”
“ngak aku lihat kalian ngak pernah lagi bersama akhir-akhir ini”
“iya, aku dengan Erik lagi ada masalah tapi never mind ngak perlu dibahas! yuk cabut”
Kataku lagi karena sebentar lagi jam istirahat bakal habis
***
Flashback
Hari sabtu adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh sebagian orang karena keesokan harinya adalah hari libur. Dan malam minggu merupakan malam yang cukup spesial, sebagian ada yang memanfaatkan untuk wakuncar, jalan-jalan bersama teman, liburan dan kegiatan pelepas penat lainnya yang biasanya mereka lakukan untuk melepaskan diri dari kesibukan selama seminggu. Sedangkan bagiku dan anak kos pada umumnya hari sabtu adalah hari untuk pulang kampung terutama sekali bagi anak kos yang jarak kampungnya tidak terlalu jauh. Malam minggu adalah malam untuk berkumpul dengan keluarga, ya bagiku malam minggu adalah malam dimana aku berkesempatan untuk berkumpul bercengkrama dengan keluarga karena kalau tidak libur sekolah hanya malam minggulah aku dapat berkumpul dengan keluarga. Sementara minggu sore aku biasanya sudah kembali ke Solok, sebenarnya sih hari senin pagi juga bisa tapi aku memilih untuk pergi minggu sore karena aku tak mau tergesa-gesa bila pergi senin pagi.
“yah”
Kataku pada ayah ketika kami sedang santai
“ya dek, ada apa? Ada yang ingin adek bicarakan?”
Tanya ayah, aku hanya mengganggukan kepala menjawab pertanyaan ayah
“ayo silahkan”
Kata ayah lagi
“adek kemaren pindah kos yah”
“adek pindah kos! kenapa? ada masalah dengan kos lama?”
“ngak yah”
“terus kenapa kok adek pindah atau adek ada masalah dengan teman adek?”
“ngak juga yah, begini yah adekkan pulang sekolah jam 2, sorenya jam 4 adek juga les Bahasa Inggris”
“yaaa… terus “
Kata ayah mangguk-mangguk mendengar ceritaku
“jarak tempat les adek dengan tempat kos lumayan jauh yah berlainan arah lagi dari tempat les kadang adek agak terburu-buru pergi les, kemaren adek main ke tempat kos teman adek dan kosnya dekat dengan tempat les adek dan searah lagi dari sekolah jadi adek tertarik pindah kesana”
“ayah sih setuju saja kalau itu baik menurut adek, tapi adek pindah sendiri atau berdua dengan teman adek itu?”
“adek pindahnya sendiri aja yah”
“lo kenapa bukannya teman adek itu juga les di tempat yang sama dengan adek kenapa dia ngak sekalian pindah?”
“dia ikut latihan bola yah, dia latihan jam setengah 5 sore dan dia latihan dekat kos yang lama jadi dia tidak pindah karena ngak mau repot bolak-balik”
Jawabku sedikit berbohong kepada ayah
“ooo… begitu! ya ngak papalah tapi …!”
Kata ayah tanpa meneruskan kalimatnya
“tapi kenapa yah?”
Tanyaku heran
“benarankan adek ngak ada maslah dengan teman adek itu?”
“ngak yah! Kenapa sih yah kok ayah nanyanya begitu?”
Kataku lagi berbohong kepada ayah
“bukan kenapa-napa dek ayah kira kalian ada masalah, ayah maklum usia kalian ini kan sedang labil jadi mudah sekali terjadi masalah antara kalian, tapi syukurlah bila kalian tidak ada masalah”
“mmm…”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk mendengar perkataan ayah tadi
“andaikan kalian ada maslah ayah minta kepada kamu jangan menyelesaikan maslah dengan emosi karena dengan emosi tidak akan menyelesaikan maslah tapi malah tambah bikin masalah jadi runyam. Kalau maslah itu tidak bisa di selesaikan lebih baik sabar dan mengalah, ada saatnnya kita mengalah agar masalah tidak semakin runyam karena mengalah bukan berarti kita salah dan kalah”
“ya yah”
Kataku lagi menanggapi apa yang ayah katakana tadi, aku akan selalu mendengar kata-katamu yah, aku akan selalu berusaha jadi orang yang sabar yah kalau bukan karena itu mungkin sudah aku labrak si Erik dari dulu
“adek ke dalam dulu yah, sudah ngantuk soalnya”
Kataku lagi pada ayah
“ya silahkan dek ayah sebentar lagi juga sudah mau tidur”
Jawab ayah
Aku kemudian masuk ke kamarku dan segera berbaring di tempat tidur, ketika aku tengah berbaring pandanganku tertuju pada sebuah trophy yang aku letakkan diatas lemari pakaian aku. Aku kemudian berdiri dan mengambil trophy tersebut. trophy ini adalah trophy yang aku dapatkan ketika menjadi juara 3 lomba cerdas cermat tingkat kabupaten dimana ketika itu aku, Erik dan Rani mewakili kecamatan kami.
Terbayang oleh ku kenangan waktu SD dulu ketika kami mengikuti lomba Cerdas Cermat dimana ketika kami pulang kami di guyur hujan. Karena kami Cuma di boncengi dengan motor oleh guru kami badan kami jadi sedikit basah dan kami memutuskan untuk berteduh.
“siapa sih tadi yang tidak mandi sampai kita dimandikan hujan begini?”
Kata pak guru sedikit bercanda
“Ju kali Pak”
Jawab Erik menggoda sambil menyenggol badanku dengan sikunya
“eee… enak aja, Erik kali Pak”
Jawabku ngak mau kalah
Ketika hujan mulai kecil tapi tidak berhenti pak guru memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena katanya kalau menunggu hujan berhenti pasti lama sedangkan hari sudah sore. Aku sudah mulai merasa kedinginan karena aku memang sedikit alergi dingin apalagi waktu itu aku tidak bawa jaket. Erik kemudian membuka jaketnya dan memberikannya padaku”
“ni jaketku ini pakai aja untukmu!”
Kata Erik sambil memberikan jaket itu padaku
“kamu sendiri pakai apa? “
Kataku
“aku ngak terlalu dingin lagiankan aku juga duduknya di tengah sedangkan kamu dibelakang jadi kamu yang lebih butuh”
Katanya lagi, aku menagmbil jaket tersebut dan memakainya.
“Ju kamu masih kedinginan”
Kata Erik lagi ditengah-tengah perjalanan
Akun hanya menganggukkan kepalaku menjawabnya
“kalau begitu sini tanganmu peluk aja aku biar kamu ngak kedingainan”
Katanya lagi, kemudian aku memeluk Erik dari belakang tanganku kulingkarkan di perutnya.
Tanpa sadar airmataku jatuh membasahi trophy yang aku pegang tersebut.
“Rik …”
Aku berguman
6 tahun sudah kita berteman selalu kita lalui dengan gembira, semenjak kamu pindah ke SD aku hampir tidak pernah kita bertengkar sama sekali. Semua orang salut melihat keakraban kita mereka mengatakan kita adalah dua sahabat sejati yang kompak, mereka mengatakan demikian karena memang kita tidak pernah bertengkat buktinya semenjak kamu pindah kelas 3 dulu kita selalu duduk bareng, Rik tahukah engkau andaikan waktu bisa di putar aku ingin mengulang masa-masa itu lagi Rik.
Setelah tamat dari SD kita berdua juga melanjutkan ke sekolah yang sama Rik. Hanya kita berdua Rik, hanya kita berdua yang dari SD kita melanjutkan ke SMP ini bahkan tidak hanya dari SD tapi dari kampung kita ini hanya kita berdua. Masih teringat jelas olehku saat-saat kita mau melanjutkan sekolah dulu, betapa antusiasnya kamu ingin kita satu melanjutkan sekolah di sekolah yang sama dan kamulah yang paling terlihat senang ketika mendapat kabar bahwa aku juga akan melanjutkan sekolah yang sama dengan sekolah yang akan kamu tuju. Sekarang kita seperti tidak pernah saling mengenal, kenapa bisa begini Rik? aku juga tidak mengerti Rik. Apa ya tanggapan mereka ketika mengetahui apa yang terjadi pada kita saat ini?.
***