BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Freak!

124»

Comments

  • Part Tujuh

    Author Pov#



    Duk!


    "Aawww....!"


    Razel shock bukan main. Bagaimana bisa? Bola yang tadi dia tembak ke arah ring malah mengenai kepala Vigo. Sampai-sampai Vigo terjengkang ke lantai.


    Buru-buru Razel dan Vino menghampiri Vigo.


    "So-sorry, gu-gue ng-nggak sengaja." ucap Razel terbata-bata karena merasa bersalah. Dia kalau lagi merasa bersalah emang suka gugup. Dia kan orangnya aneh.


    Di kepala Vigo tumbuh sebuah benjolan yang lumayan besar. Ughh! Pasti rasanya sakit. Tapi Vigo gak nangis, hanya menjerit-jerit kesakitan serta badannya kejang-kejang.


    Tak lama pak Cogan dan anak-anak X-school basket yang lain membantu menggendong tubuh Vigo yang kejang-kejang seperti orang kesurupan. Mereka membawa Vigo ke UKS.


    Sesampainya di ruang UKS, mereka membaringkan tubuh Vigo yang kejang-kejang itu di kasur. Di ruang UKS itu, biasanya ada dokter sekolah yang menjaga ruangan tersebut. Tapi kayaknya dokter tersebut sudah ke ruang guru.


    Razel dengan gesit meninggalkan yang lain di ruang UKS untuk memanggil guru agama bukannya dokter sekolah. Ketika tiba di ruang guru, dia langsung menarik pak Jenggot, selaku guru agama.


    Namanya pak Jenggot bukan karena jenggotan, malah pak Jenggot gak punya jenggot sedikitpun. Katanya sih dia jijik sama 'jenggot', tapi suka dipanggil Jenggot.


    "Hei! Hei! Ada apa ini? Kenapa kamu tarik-tarik tangan bapak?" tanya pak Jenggot dalam perjalanan menuju ruang UKS.


    "Udah deh pak! Jangan banyak tanya." bentak Razel. "Teman saya ada yang kesurupan!"


    "Oh!"


    "'Oh' 'oh'. Buruan jalannya."


    "Ini udah cepet!"


    "Ih lelet banget sih pak jadi orang!"


    "Kok kamu jadi bentak-bentak bapak sih?! Dasar murid nggak sopan!" bentak pak Jenggot.


    "Sorry deh pak!" ujar Razel sambil meringis kecil.


    "Dimana orang yang kesurupannya sih?"


    "Udah deh pak, jangan banyak tanya! Jalan aja terus!"


    "Saya kan cuma tanya."


    "Saya nggak peduli, pak!"


    "Seharusnya kamu peduli, karena kalau kita jalan nggak tau arah, kita bisa tersesat."


    "What?! Kita? Bapak aja deh sendiri, bapak kan yang nggak tau arahnya. Kalau saya kan tau pak, jadi jangan ajak saya pak."


    "He-eh!" Pak Jenggot menghela nafasnya dengan kesal.


    Sesampainya di UKS, Razel langsung menatap Vigo yang lagi berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya. Dilihatnya hanya ada Pak Cogan dan beberapa anak basket yang ada di UKS, sedangkan Vino tak tahu kemana.


    Hal itu membuat Razel kesal. Gimana gak kesal coba? Kakaknya lagi sakit, dia malah keluyuran gak jelas.


    "Mana yang kesurupan Pak Cogan?" tanya Pak jenggot.


    Pak Cogan menatap Pak Jenggot heran. "Tidak ada kok Pak! Ada juga yang lagi sakit."


    Pak Jenggot menatap Razel dengan kesal. "Kamu ngerjain Bapak ya?" matanya melotot, bentar lagi juga copot matanya.


    Razel menatap Pak Jenggot dengan pandangan sok polos. "Nggak kok Pak, saya kan tadi panik, kirain saya Kakak itu kesurupan atau apa." Razel menunjuk Vigo sambil ngeles.


    "Ka-"


    "Aahhhkkk!!!" teriak Vigo kenceng banget. Membuat Razel dan orang-orang yang berada disana terkejut.


    Razel panik bukan kepalang. Ini semua salahnya. Ya, coba kalau tadi dia gak nge-


    Brak!!


    Pintu ruang UKS di dobrak oleh seseorang yang paling menyebalkan bagi Razel, siapa lagi kalau bukan Vino bin Fulan.


    Vino berlari ke arah Vigo sambil memberikan sebuah pil. Lebih tepatnya sih, memaksa Vigo untuk menelan pil itu.


    Razel menatap kejadian itu dengan seksama. Di otaknya sedang nge-dance pikiran-pikiran keponya.


    "Itu pil apa ya yang dikasih Vino ke Vigo? Apa obat-obatan terlarang?" pikir Razel.


    Tiba-tiba saja Razel tersentak kaget, ketika tangan Vino mencengkeram lengannya, lalu menariknya keluar. Vino terus menarik Razel dan Razel sendiri berusaha melepaskan cengkeraman tersebut.


    "Woyy! Lepasin! Vino! Lepasin nggak!" teriak Razel sambil meronta-ronta minta dilepaskan.


    "Gue nggak akan ngelepasin lo!" bentak Vino tanpa memandang Razel yang mukanya memerah menahan amarah.


    "Lepasin! Sekarang juga!" ujar Razel dengan intonasi yang lebih enak didengar.


    "Nggak akan! Sampai kapanpun! Nggak akan gue lepas! Sampai si Buta melihat si Buntung memeluk si Bisu yang berbicara pada si Tuli yang mendengar kalau si Gila pengen sekolah!" ujar Vino keras, sambil mempererat cengkeramannya.


    Razel menatap Vino dongkol. "Gue nggak ngerti apa yang lu omongin, tapi kesabaran gue udah abis." setelah itu Razel langsung memukul Vino dengan tangannya yang tidak dicengkram.


    Razel kan seorang Atlet beladiri, jadi tak ada hal yang sulit, jika hanya untuk memukul Vino yang notabene (???) seorang Atlet basket.


    Pukulan itu melesat tepat ke rahang vino dengan keras. Hal itu menyebabkan Vino melepaskan cengkramannya.


    "Rasain! Sakit kan gue tonjok?" tanya Razel sambil tersenyum penuh kemenangan.


    Vino menatap Razel dengan dongkol. "Udah aneh, kasar lagi!" cibir Vino sambil mengelus rahangnya. Rahangnya memang tak berdarah, tapi sakitnya tuh disini!


    Razel membelalakkan matanya mendengar cibiran Vino. "Apa? Kasar? Yang ada juga lo yang kasar sama gue!" dengus Razel menahan Amarah yang kembali meluap.


    Vino menghela nafasnya pelan. "Gue pengen ngomong sesuatu ke lo." ujar Vino dengan mata memandang ke halaman sekolah.


    "Dari tadi juga lo ngomong!" ujar Razel sengit.


    Vino menatap Razel dengan sendu. "Gue pengen ngomong. Kalau gue sayang banget sama ———"



    *****



    (Revel POV)




    Huffft!!!
    Akhirnya selesai juga. Badan gue rasanya kayak habis dilindas tank baja. Capek banget.


    "Revel! Kesini sebentar." panggil Pak Freedy, dia adalah guru paling muda dan hot. Dia itu guru olahraga disini sekaligus pembina Xscool Basket.


    "Iya, Pak!" gue berlari-lari kecil menghampiri Pak Freedy. Ketika sampai dihadapannya, gue langsung bertanya. "Ada apa Pak?"


    Gue melihat Pak Freedy menghela nafasnya sebelum berbicara. "Kamu tahu kan kalau kamu itu Kapten Tim Basket Putra?" tanyanya.


    Gue mengangguk pelan. "Iya Pak, Saya tahu!" gue pandangi Pak Freedy dengan penasaran. "Memangnya ada apa ya Pak?"


    Pak Freedy balas memandang gue. Dia memandang gue dengan serius. Matanya yang tajam seakan menusuk tepat ke mata gue yang keren ini.


    "Bapak ingin kamu sebagai Ketua Tim untuk bisa mengatur anak-anak yang lain."


    Gue mengangguk meng-iya-kan. "Oke Pak!"


    "Satu lagi, habis latihan ini, kamu ada acara nggak?" tanya Pak Freedy


    "Memangnya kenapa Pak?" tanya gue bingung.


    Pak Freedy tersenyum ke gue dengan sangat manis. Ugghhhh!!!! Bisa diabetes gue kalau gini terus.


    "Bapak ingin mengajak kamu untuk menemani Bapak." ujarnya.


    Gue mengernyit kan alis gue bingung. "Maksud Bapak apa? Saya nggak ngerti!" gue pandangi Pak Freedy dengan tajam. Dia kelihatan sedikit nervous dan mukanya sedikit memerah. Menahan amarah kah?


    "Bapak ingin kamu menemani Bapak mencari tempat untuk membuat kaos untuk kalian nanti tanding."


    "Ohhh! Bilang dong Pak dari tadi, tapi kenapa harus nanti malam? Memangnya Bapak nggak malam mingguan?"


    "Lebih cepat lebih baik dan Bapak belum punya pacar, jadi Bapak bebas berkeliaran di malam minggu."


    "Oke Pak, Saya pamit dulu."


    Gue menggaruk tengkuk gue yang nggak gatal. Sebenarnya gue males banget nganter Pak Freedy, apalagi malam minggu. Nanti dikira ngapa-ngapain lagi, tapi kalau di apa-apain gue mau kok!


    Ketika sampai diparkiran gue langsung mencari mobil jemputan. Gue belum boleh bawa mobil ke sekolah sama Mama, dia takut gue jadi anak nggak bener dan nakal. Padahalkan gue udah jadi anak nggak bener. Hehehe........


    Gue terus menunggu mobil jemputan di parkiran, tapi mobil tersebut nggak muncul-muncul. Mungkin telat?


    Gue ambil HP gue di saku celana Abu-abu gue. Setelah HP tersebut menyala, gue langsung mencari kontak Mama dan langsung menelpon nomor tersebut, setelah menemukannya.


    "Halo Ma? Ma? Mama?" ujar gue memanggil Mama yang berada tak tahu dimana dari HP yang gue pegang.


    "Ehhh iya? Ada Pak Rev? Mama lagi sibuk nih!" ujar sebuah suara yang udah sangat gue kenal.


    "Mama nggak jemput aku?" tanya gue.


    "Mama lagi sibuk Rev, kamu bisa kan nebeng temenmu atau naik taksi. Kamu kan udah besar dan cowok, jangan takut. 'Itu' kamu aja besar, masa kamu takut!" cerocos Mama tanpa henti.


    Gue kaget banget, kok bisa Mama tau kalau 'itu' gue gede. Jangan-jangan Mama pasang CCTV di kamar mandi gue lagi? Kan bisa jadi!


    "Mama tau dari mana kalau 'itu' aku gede?" tanya gue penasaran.


    "Mama cuma nebak aja kok. Soalnya kan punya Papamu juga gede."


    Eh? Cuma nebak? Tapi kok bisa lang-, tapi tunggu dulu. Mama bilang punya Papa gede?


    "Oh kirain. Yaudah, aku naik taksi aja."


    "Kirain apaan Rev?."


    "Nggak kok Ma, nggak papa! Bye Mama!"


    Gue langsung memutuskan sambungan, kalau nggak gitu gue bakal dibom bardir sama cerocosannya yang ngelantur itu.


    Setelah itu gue langsung pergi ke halte dekat sekolahan gue. Gak mungkin kan gue nunggu taksi di parkiran sekolah.


    Sesampainya di halte, keadaannya sangat sepi, tak ada orang satupun yang menghuninya. Sudah kayak rumah hantu aja. Gue langsung duduk di bangku halte, menunggu taksi yang lewat.


    Sekitar setengah jam gue menunggu taksi yang lewat, tapi nggak ada satupun yang lewat. Gue bener-bener bete nunggu taksi.


    Gue nyesel nggak bawa motor. Padahalkan motor kesayangan gue ada di rumah. Nggak ada yang pake.


    Gue jadi inget sama kejadian waktu gue kecil dulu. Kejadian gue sama Razel. Si cowok aneh yang gue tinggal pergi gitu aja. Gue nyesel waktu itu gue ninggalin dia sendirian.


    Gue nggak tau dia masih tinggal di rumahnya yang dulu atau sudah pindah. Gue juga nggak tau dia masih hidup atau nggak.


    Gue selalu ngerasa bersalah, ninggalin dia gitu aja. Dia masih inget nggak ya sama—.


    Tiitttt!!!! Tiiittttiiitttt!!!!


    Suara klakson mobil membuat gue kaget. Gue menatap mobil yang pintu kaca supirnya terbuka.


    Ragu-ragu gue menghampiri si pengendara mobil tersebut.


    "Ya? Ada apa?" tanya gue setelah berada didekat pintu pengemudi.


    "Yuk pulang bareng aja, lagi pula nggak ada taksi."


    Gue mengangguk dengan semangat. Gimana nggak semangat? Dapet tumpangan gratis boo~~~

  • Makasih ya yg udah komen, sorry gue baru update. sibuk soalnya.

    @Tsunami @lulu_75 @3ll0 @SeamusFinn @Earthman @kjkoook @ocep21mei1996_ @o_komo @RifRafReis

    makasih ya~~~
    sorry klo ceritanya nmbah gak jelas atau susah dimengerti. soalnya gue aja gk ngrrti~~~
  • @Revel_AS wah,,,, kita sama sama ga ngerti.... 8-) ;(
  • RifRafReis wrote: »
    @Revel_AS wah,,,, kita sama sama ga ngerti.... 8-) ;(

    hahaha
    mohon dimaklumi!!!
  • ko belum di lanjut lagi ...@Revel_AS ...?
  • Iya belum, aku baru buka bf lagi... huhu... sibuk bgt banyak tugas, dan nilai sekolahku juga ada yg turun jdi stop dulu, ditambah aku lupa jalan ceritanya wkwkw (edisi ngeles)
  • Baru2 ini sih mau di lanjut lagi, tapi mungkin akan ada sedikit revisi, karna setelah kubaca ulang aku sadar. Ceritaku aneh bgt wkwk
Sign In or Register to comment.