BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Divine (By. Kim Hye Soo)

2

Comments

  • Part 3A

    Hari seminarpun tiba, antusias para pebisnis
    pun sangat luar biasa. Gedung yang
    disewapun luar biasa padatnya. Tempat itu
    dipenuhi dengan orang-orang berjas rapi
    dan berdasi, serta berdress cantik. Well
    kecuali Afif, dia tidak begitu suka dengan
    jas. Dia lebih nyaman menggunakan kemeja
    biasa yang dia padukan dengan celana
    berbahan denim dan sepatu cats biasa.
    (Pebisnis ala-ala).
    Inez dan Seger stand by di pintu masuk,
    mereka tampak serasi. Seger menggunakan
    jas, yang pokoknya terlihat sekali kalau ia
    memang pekerja kantoran lahh pokoknya.
    Sedangkan Inez menggunakan dress warna
    coklat di atas lutut, senada dengan dasi
    yang dikenakan Seger. Mereka menyambut
    para tamu dengan sangat pantas.
    Di sisi lain, Imam tengah mengobrol dengan
    Ulum. Juga Irma yang tengah berbincang
    dengan MC dan Afif yang sedang mem
    briefing para nara sumber. Mereka sedang
    bersiap-siap. Tepat pukul 09.00 waktu
    setempat, acarapun dimulai.
    Di tengah acara, Afif hendak berjalan keluar
    ruangan karena ia ingin menelpon klien.
    Saat ia hendak sampai di pintu, tepatnya di
    deretan kursi paling belakang yang
    beberapa kosong, ia melihat Seger dan Inez
    duduk bersisian, berbincang dengan
    tampak akrab.
    Afif yang sudah jengah dengan mereka pun
    mendekat, dan mencoba untuk
    mengkonfrontir itu pada keduanya.
    “Excuse me!” Afif berucap setelah ia sempat
    berdehem.
    Seger dan Inez menoleh padanya, dan Afif
    benci melihat ekspresi ‘ketahuan deh’nya
    Seger.
    “Oh Fif, Hai..! Baru datang?” Inez buka suara
    dan Seger memilih diam.
    “Yahh, aku baru datang ke tempatmu
    ‘bermesraan’ ini.” Inez tertawa menanggapi
    karibnya. Afif sengaja menekan kata
    bermesraaan dan menghujam
    pandangannya pada Seger, agar Seger tahu
    apa maksud dari kata-katanya.
    ‘Semoga ia tidak begitu bodoh!’ Begitu
    rutuknya dalam hati. Well, jika kalian di
    posisi Afif, pasti juga kalian akan bisa salah
    mengartikan perhatian Seger pada kalian.
    Kata-kata romantis dan bentuk perhatiannya
    itu tidak bisa dianggap biasa saja, ada
    sebarang maksud dari perhatiannya itu.
    “So?” Inez bertanya lagi.
    “Aku udah datang dari tadi pagi, mungkin
    saat aku datang kalian masih berbincang
    hangat di suatu tempat.” Dan Inez kembali
    tertawa mendengar kalimat sahabatnya itu.
    Afif masih memandang tajam Seger, dan
    Seger hanya bisa menatapnya memohon
    yang seolah berucap, ‘Jangan salah paham
    dulu, nanti aku jelaskan! Please!’
    “Aku lihat kalian semakin dekat ya?” Afif
    memulai.
    Keduanya tampak canggung, dan tersenyum
    kikuk.
    “Emmh tidak juga…” Inez yang menjawab.
    “Well, have fun ya…” Dan Afif pun beranjak
    dari tempat itu. Inez yang benar-benar tidak
    menangkap sebarang ekspresi
    mencurigakan dari Afif pun bersikap biasa
    saja. Kemudian ia fokus ke acara. Sedangkan
    Seger berdiri dan berniat menyusul Afif.
    “Nez, aku toilet sebentar!” Pamitnya pada
    Inez dan Inez mengangguk.
  • B

    Afif berjalan tergesa keluar ruangan. Ia
    sungguh marah dan kecewa pada Seger.
    ‘Dasar laki-laki kurang ajar! Buaya air!
    Hidung bengkak! Jidat lebar! Alis tebal!
    Haiissh!’ Makinya dalam hati.
    Ia berjalan tergesa sambil sesekali menoleh
    ke belakang, dia tidak terlalu fokus melihat
    ke depan. Hingga,
    ‘Brukk!’
    Afif menabrak sesuatu yang lebih besar dari
    pada dirinya, dan dirinya merasa kalau
    kemeja bagian dadanya sedikit basah
    berwarna kecokelatan.
    ‘Oopps!’ Afif lekas menoleh ke depan,
    “Oh My God, I’m sorry.” Afif langsung
    menjangkau tissue yang ada di atas meja di
    dekatnya dan segera membersihkan baju
    orang yang ditabraknya.
    “Ah, its okay. Gak papa, biar aku bersihin
    sendiri.” Kata laki-laki itu, dan Afif masih
    berusaha membersihkan tumpahan es teh
    di kemeja hitam orang dihadapannya.
    Sampai ia terpaku pada name tagnya yang
    dikalungkan oleh pria itu pada lehernya.
    ‘Y. Wahyu J.’ Dan Afif langsung mendongak
    dan tersenyum kikuk.
    “Emmh, Mas yang waktu itu ya? Sorry ya
    Mas?” Ucap Afif sambil masih menggosok
    baju di bagian dada Wahyu dengan lebih
    pelan. Still remember him right?
    “Ahh, tidak apa-apa kok Fif. Santai saja,”
    Kata Wahyu yang juga ikut membersihkan
    tumpahan minuman di baju kerjanya. Dan
    memang tumpahan di baju Wahyu lebih
    banyak daripada Afif.
    Tiba-tiba ada yang menarik lengan Afif
    sehingga membuatnya menoleh ke
    belakang.
    “Aku ingin bicara Fif.” Seger.
    “Tidak ada yang perlu kita bicarakan.” Ucap
    Afif dingin sambil menepis tangan Seger.
    “Aku ingin menjelas…”
    “Aku tidak butuh penjelasanmu, memang
    kau ingin menjelaskan apa hah? Tak perlu!”
    Tandas Afif.
    “Fif!” Seger memaksa.
    “Aku bilang tidak! Kau tak lihat aku sedang
    apa? Pergi lah!” Seger menoleh sebentar
    pada laki-laki di belakang Afif, lalu pergi
    dengan ekspresi kesal.
    “Emmh, maaf sekali lagi ya Mas?” Afif
    meminta maaf sekali lagi. Laki-laki itu
    tersenyum sambil menggeleng.
    “Call me Wahyu, jangan panggil Mas lagi!
    Kesannya aku tua sekali.” Canda laki-laki
    bernama lengkap Yanuar Wahyu Julianto itu.
    Afif terkekeh.
    “Iya, baiklah Wahyu.”
    “That’s better.”
    “Emmhh, sebagai permintaan maaf,
    bagaimana kalau ku traktir minum kopi di
    café depan?” Tawar Afif.
    “Emmh, actually aku nggak minum kopi.”
    Kata Wahyu.
    “Well, aku juga sih. Hehe,” Afif malah tertawa
    aneh.
    “Lalu kenapa kau menawariku minum
    kopi?”
    “Emmh, tadi kalau misal kau mau, aku
    berencana pesan yang lain. Teh atau susu
    mungkin, hehe…” Laki-laki tersenyum,
    tampan, pikir Afif. Bahkan lebih tampan dari
    Seger.
    “Tidak usah, kalau kau ingin ku maafkan,
    cukup berikan aku pin atau WA atau Line
    mu saja.”
    “Baiklah, dengan senang hati. Ini pin, WA
    dan Line ku,” Afif menyodorkan HP nya dan
    Wahyu menginvite ke semuanya.
    “Thanks Afif.” Ucap Wahyu.
    “Ini berarti aku dimaafkan?” Afif bertanya.
    “Tanpa kau memberiku pin, WA atau Line
    mu pun pasti sudah ku maafkan.” Kata
    Wahyu tertawa pendek.
    “Ya sudah sini in HP nya kamu, aku delete
    semua pin dan contact ku tadi.” Afif berniat
    mengambil HP Wahyu, namun Wahyu
    dengan cepat mengantongi HP nya.
    “Heyy!” Sedangkan Afif tertawa.
    “Aku nggak serius Yu,” Afif mulai akrab.
    Keduanya tertawa, dan kemudian mereka
    lanjut ngobrol sampai beberapa lamanya.
    ***

    “Seger!”
    Yang punya nama menoleh. Dia melihat
    seorang gadis berdiri tidak jauh darinya.
    “Hey Ca!” Caca mendekat ke Seger, lalu
    menarik pria itu ke tempat yang agak sepi.
    “So how then?”
    “Emmh, sepertinya so far run well,
    menurutku.” Caca mengernyit dengan
    jawaban Seger.
    “Afif sudah mulai terjebak, ia mulai
    terpancing dan mulai panas.” Kali ini
    tersenyum senang mendengar jawwaban
    yang memuaskan dari Seger.
    “Then?”
    “Tinggal Inez, dia sepertinya sudah nyaman
    denganku. Tinggal membuatnya aware
    tentang Afif, dan kita akan berhasil.”
    “Bagus, berarti tidak akan butuh waktu
    yang lama untuk menghancurkan mereka.”
    Seger mengangguk.
    “Jika mereka berdua bertengkar dan
    berpisah, tidak akan sulit untuk
    menghaancurkan bisnis mereka berdua
    juga Sastro yang lain.” Keduanya tersenyum
    penuh kemenangan, seperti habis ikut
    olimpiade dan memenangkan semua
    cabang yang dipertandingkan.
  • B

    Afif berjalan tergesa keluar ruangan. Ia
    sungguh marah dan kecewa pada Seger.
    ‘Dasar laki-laki kurang ajar! Buaya air!
    Hidung bengkak! Jidat lebar! Alis tebal!
    Haiissh!’ Makinya dalam hati.
    Ia berjalan tergesa sambil sesekali menoleh
    ke belakang, dia tidak terlalu fokus melihat
    ke depan. Hingga,
    ‘Brukk!’
    Afif menabrak sesuatu yang lebih besar dari
    pada dirinya, dan dirinya merasa kalau
    kemeja bagian dadanya sedikit basah
    berwarna kecokelatan.
    ‘Oopps!’ Afif lekas menoleh ke depan,
    “Oh My God, I’m sorry.” Afif langsung
    menjangkau tissue yang ada di atas meja di
    dekatnya dan segera membersihkan baju
    orang yang ditabraknya.
    “Ah, its okay. Gak papa, biar aku bersihin
    sendiri.” Kata laki-laki itu, dan Afif masih
    berusaha membersihkan tumpahan es teh
    di kemeja hitam orang dihadapannya.
    Sampai ia terpaku pada name tagnya yang
    dikalungkan oleh pria itu pada lehernya.
    ‘Y. Wahyu J.’ Dan Afif langsung mendongak
    dan tersenyum kikuk.
    “Emmh, Mas yang waktu itu ya? Sorry ya
    Mas?” Ucap Afif sambil masih menggosok
    baju di bagian dada Wahyu dengan lebih
    pelan. Still remember him right?
    “Ahh, tidak apa-apa kok Fif. Santai saja,”
    Kata Wahyu yang juga ikut membersihkan
    tumpahan minuman di baju kerjanya. Dan
    memang tumpahan di baju Wahyu lebih
    banyak daripada Afif.
    Tiba-tiba ada yang menarik lengan Afif
    sehingga membuatnya menoleh ke
    belakang.
    “Aku ingin bicara Fif.” Seger.
    “Tidak ada yang perlu kita bicarakan.” Ucap
    Afif dingin sambil menepis tangan Seger.
    “Aku ingin menjelas…”
    “Aku tidak butuh penjelasanmu, memang
    kau ingin menjelaskan apa hah? Tak perlu!”
    Tandas Afif.
    “Fif!” Seger memaksa.
    “Aku bilang tidak! Kau tak lihat aku sedang
    apa? Pergi lah!” Seger menoleh sebentar
    pada laki-laki di belakang Afif, lalu pergi
    dengan ekspresi kesal.
    “Emmh, maaf sekali lagi ya Mas?” Afif
    meminta maaf sekali lagi. Laki-laki itu
    tersenyum sambil menggeleng.
    “Call me Wahyu, jangan panggil Mas lagi!
    Kesannya aku tua sekali.” Canda laki-laki
    bernama lengkap Yanuar Wahyu Julianto itu.
    Afif terkekeh.
    “Iya, baiklah Wahyu.”
    “That’s better.”
    “Emmhh, sebagai permintaan maaf,
    bagaimana kalau ku traktir minum kopi di
    café depan?” Tawar Afif.
    “Emmh, actually aku nggak minum kopi.”
    Kata Wahyu.
    “Well, aku juga sih. Hehe,” Afif malah tertawa
    aneh.
    “Lalu kenapa kau menawariku minum
    kopi?”
    “Emmh, tadi kalau misal kau mau, aku
    berencana pesan yang lain. Teh atau susu
    mungkin, hehe…” Laki-laki tersenyum,
    tampan, pikir Afif. Bahkan lebih tampan dari
    Seger.
    “Tidak usah, kalau kau ingin ku maafkan,
    cukup berikan aku pin atau WA atau Line
    mu saja.”
    “Baiklah, dengan senang hati. Ini pin, WA
    dan Line ku,” Afif menyodorkan HP nya dan
    Wahyu menginvite ke semuanya.
    “Thanks Afif.” Ucap Wahyu.
    “Ini berarti aku dimaafkan?” Afif bertanya.
    “Tanpa kau memberiku pin, WA atau Line
    mu pun pasti sudah ku maafkan.” Kata
    Wahyu tertawa pendek.
    “Ya sudah sini in HP nya kamu, aku delete
    semua pin dan contact ku tadi.” Afif berniat
    mengambil HP Wahyu, namun Wahyu
    dengan cepat mengantongi HP nya.
    “Heyy!” Sedangkan Afif tertawa.
    “Aku nggak serius Yu,” Afif mulai akrab.
    Keduanya tertawa, dan kemudian mereka
    lanjut ngobrol sampai beberapa lamanya.
    ***

    “Seger!”
    Yang punya nama menoleh. Dia melihat
    seorang gadis berdiri tidak jauh darinya.
    “Hey Ca!” Caca mendekat ke Seger, lalu
    menarik pria itu ke tempat yang agak sepi.
    “So how then?”
    “Emmh, sepertinya so far run well,
    menurutku.” Caca mengernyit dengan
    jawaban Seger.
    “Afif sudah mulai terjebak, ia mulai
    terpancing dan mulai panas.” Kali ini
    tersenyum senang mendengar jawwaban
    yang memuaskan dari Seger.
    “Then?”
    “Tinggal Inez, dia sepertinya sudah nyaman
    denganku. Tinggal membuatnya aware
    tentang Afif, dan kita akan berhasil.”
    “Bagus, berarti tidak akan butuh waktu
    yang lama untuk menghancurkan mereka.”
    Seger mengangguk.
    “Jika mereka berdua bertengkar dan
    berpisah, tidak akan sulit untuk
    menghaancurkan bisnis mereka berdua
    juga Sastro yang lain.” Keduanya tersenyum
    penuh kemenangan, seperti habis ikut
    olimpiade dan memenangkan semua
    cabang yang dipertandingkan.
  • C

    Di ruang kerjanya, Afif tampak menikmati
    waktu senggangnya dengan menonton
    tayangan di tv. Ia tampak berdecak
    beberapa kali menyaksikan tontonan di
    salah satu channel. Ia tampak jengah.
    “Apa-apaan sih ini? Kasus kematian bocah,
    udah hampir satu bulan belum juga tuntas.”
    Komentarnya pada berita yang ditontonnya.
    ‘Tok-tok-tok!’ Afif menoleh dan mendapati
    karib sekaligus sekretarisnya, Ferry,
    memasuki ruangannya. Ia tampak
    tersenyum.
    “Sedang apa? Terlihat serius sekali?” Tanya
    Ferry.
    “Ini, lagi ngelihat kasus pembunuhan anak
    kecil di Bali itu loh.” Jawab Afif.
    “Masa’, hampir satu bulan belum juga jelas.
    Orang yang nonton ngerasa di php tau’,”
    Sungut Afif.
    Ferry terkekeh, lalu Afif mengganti channel
    nya. Dan ia terlihat semakin jengah
    setelahnya,
    “Ini apalagi, astaga!”
    Afif tampak semakin ndongkol, ia melihat
    berita dimana anggota DPR meminta dana
    aspirasi pada pemerintah.
    “Lihat lah mereka! Betapa mereka tampak
    sangat ambisius terhadap dana aspirasi itu.
    Buat apa sih? Mereka membuang-buang
    waktu saja membahas hal itu,”
    Ferry tertawa, lalu menanggapi Afif.
    “Tidak tahu, yang jelas mereka punya
    maksud dan tujuan kenapa mereka
    meminta dana itu. Jangan berburuk sangka
    dulu!” Afif melengos.
    “Malah ada yang terbaru,” Ungkap Ferry.
    “Apa?”
    “Pemerintah berniat memberikan dana
    pembinaan atau apalah itu istilahnya pada
    parpol, akan diniatkan 10 kali lipat dari
    sebelumnya. Itu wacananya,”
    “Yaa, selama bisa dimanfaatkan dengan baik
    dan transparan, juga selama berdampak
    positif untuk rakyat, why not?” Afif
    menanggapi. Ferry tersenyum.
    “Apa yang kau yang bawa itu?” Tanya Afif
    pada Ferry. Ferry lalu menyerahkan
    dokumen yang dibawanya pada Afif yang
    duduk manis di belakang meja kerjanya.
    “Itu proposal sponsorship yang diajukan
    The Socialist padamu.” Jawab Ferry, Afif
    mengernyit.
    “Sponsorship? Mau ada acara apa mereka,
    mendadak sekali?” Lalu Afif membuka dan
    membaca proposal sponsorship itu
    sebentar lalu kemudian beralih pada Ferry.
    “Apa ada lagi?” Tanyanya pada Ferry, laki-
    laki itu menggeleng.
    “Tidak ada. Aku keluar dulu kalau begitu.”
    Ferry pergi keluar dan Afif melanjutkan
    membaca proposal itu. Ia tampak serius dan
    teliti membaca proposal itu. Yahh walaupun
    ia sudah biasa memberi bantuan berbentuk
    dana dengan bentuk nominal yang variatif,
    tapi ia tidak mau dengan mudah
    memberikannya.
    Ia selalu meneliti dengan benar, setiap kata-
    kata begitu juga dengan rancangan
    anggaran dananya. Apakah cukup realistis
    atau tidak jika dilihat dan dipadukan
    dengan jenis acaranya. Karena tak sedikit
    pula ia menemukan beberapa proposal yang
    diajukan padanya, anggaran dananya
    sangat tidak realistis dan pembengkakan
    yang dibuat terlalu over.
    Kali ini proposal yang diajukan kepadanya
    berasal dari salah satu komunitasnya yakni
    The Socialist. Isinya berisi tentang sebuah
    acara yang direncanakan akan diadakan di
    Bali, acara outbond yang katanya untuk
    mempererat ‘hubungan’ tiap member The
    Socialist setelah adanya beberapa
    pengusaha baru yang bergabung dengan
    The Socialist.
    Afif mengambil HP nya kemudian
    menghubungi seseorang, setelah cukup
    lama baru telpon itu diangkat.
    “Hallo Mas Imam…!”
    “(……)”
    “Eh ini, aku dapat proposal untuk acara
    outbond atau apalah ini dari The Socialist.
    Mas Imam tau?” Tanya Afif yang ternyata
    menelpon kakaknya.
    “(……)”
    Afif mengangguk-angguk mendengar
    penjelasan kakaknya.
    “Begitu? Mereka minta sedikit dana
    sekaligus mereka ijin, mau pakek villaku
    yang di Bali.”
    “(……)”
    “Baiklah, dan sepertinya kita akan terlibat
    dalam acara ini?”
    “(……)”
    “Alright, ya sudah kalau begitu. Aku tutup
    dulu, bye!” Afif menutup telpon nya setelah
    mendapat jawaban dari kakaknya. Ia
    menghela napas sejenak.
    Kemudian Afif beranjak dari tempat
    duduknya keluar dan pergi menemui Ferry
    di ruangannya. Sesampainya disana, tanpa
    mengetuk pintu Afif langsung masuk ke
    ruangan Ferry. Ternyata Ferry tengah
    menerima telpon. Ia menunggu sejenak
    sampai Ferry selesai menelpon.
    “Ada apa Fif?”
    “Ini proseslah! Segera transfer dana nya
    pada mereka dan siapkan villa ku yang
    cukup luas! Jangan lupa minta laporannya
    jika acaranya selesai!” Pinta Afif pada Ferry,
    “Yossh!” Ferry mengangkat jempolnya, Afif
    tersenyum.
    Afif keluar dari ruangan Ferry dan berniat
    kembali ke ruangannya. Ditengah
    langkahnya, HP nya bergetar. Ada pesan
    BBM.
    ‘PING!’
  • wah mantab...makasih udah d mention
    kayaknya ceritanya udah jadi ya
    sekali update banyak banget
    tinggal copy paste
    jadi gak khawatir bakal gantung ceritanya
    semangat ya !!!!! :)
  • wah mantab...makasih udah d mention
    kayaknya ceritanya udah jadi ya
    sekali update banyak banget
    tinggal copy paste
    jadi gak khawatir bakal gantung ceritanya
    semangat ya !!!!! :)
  • Haha sebenar nya masih part 11 sih... Hehe tapi mudah2an gak gantung...
  • tak menyangka kalo Seger jahat nih sama Afif ... sms dari Wahyu kah ...?
  • Lanjutan...

    ‘PING!’

    ‘HAII…!’ pesan dari seseorang yang bernama
    Y. Wahyu J. Afif tersenyum kemudian
    membalas pesan itu.
    Afif Sastrowardojo: Yes?
    Y. Wahyu J. : Sedang apa? Sibuk kah?
    Afif Sastrowardojo: No, sedang menganggur
    ria di kantor. Hihi…
    Y. Wahyu J. : Benarkah? Kalau begitu bisa
    kah kita bertemu dan makan siang
    bersama? Teman-temanku meninggalkanku.
    ( huhu
    Afif Sastrowardojo: Haha, pukpuk! Kasian
    sekali! Emmh, bagaimana ya?
    Y. Wahyu J. : Ayolah! Biar aku yang traktir,
    Afif tersenyum sejenak sebelum mebalas
    pesan dari teman barunya itu.
    Afif Sastrowardojo: pleasurely. So, dimana
    kita harus bertemu Wahyu?
    Y. Wahyu J. : Biar aku yang menjemputmu.
    Aku akan sampai 15 menit lagi! Wait me!
    Afif terkekeh sebentar, kemudian masuk ke
    ruangannya untuk bersiap-siap. Saat ia
    duduk di kursinya untuk sambil menunggu
    kedatangan Wahyu, tiba-tiba ia teringat
    sesuatu.
    “Fif, aku jatuh cinta padamu. Aku sudah
    menyadari hal ini semenjak pertama kita
    bertemu, saat kita berjabat tangan saat itu.
    Maukah kau jadi kekasihku? Bisakah aku
    jadi pemilikmu? Bolehkah aku memiliki
    hatimu Fif?”
    Itu adalah yang diucapkan Seger padanya
    beberapa hari yang lalu. Afif sendiri belum
    memberi jawaban, ia meminta waktu untuk
    berpikir dulu pada Seger, karena sejujurnya
    ia merasa ragu. Sedikit rasa curiganya
    mengahantui dan ia tidak yakin dengan
    ketulusan serta kejujuran Seger.
    Kebersamaan Seger dan Inez sedikit banyak
    mempengaruhi perasaannya. Sehingga ia
    tidak ingin terburu-buru. Seandainya Seger
    tak sedekat itu dengan Inez, tentu Afif akan
    bisa dengan mudahnya mengiyakan
    tawaran Seger. Dan Afif pun terlalu ragu
    untuk bertanya langsung pada Inez tentang
    hubungannya dengan Seger.
    Apa sebaiknya ia tolak saja tawaran Seger?
    Tapi ia sejujurnya sudah jatuh cinta dan
    nyaman dengan Seger, masa’ harus ia
    bersaing dengan Inez? Logiknya, ia pasti
    kalah dengan Inez. Apa dia menyerah saja,
    dan membiarkan Inez jadian dengan Seger.
    But wait! Bukankah Inez masih punya
    kekasih? Ya Tuhan, dasar Inez! Nggak cukup
    dengan satu jakunnya orang. Tapi Afif tidak
    mau terlibat urusan pribadinya Inez,
    walaupun ia sepupu sekaligus karibnya
    Inez. Itu murni urusan Inez.
    ‘Ahh, aku pikir nanti sajalah!’ Batinnya.

    ***
  • Ini ada di fb dan dah lumayan jauh... Q pkir dsini bh jauh
  • Hehe baru di posting di bf...
  • kasihan Afif ...
  • kasihan Afif ...
Sign In or Register to comment.