It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@JimaeVian_Fujo widih... Jean sama kevin kedudukannya sama lho sbagai penggangu hubungan ice sama daniel
@Monic ikuti aminin dah ckckck
@lulu_75 sorry ya mengecewakan dan up nya lama untuk cerita yang satu ini
@rio_san sorry ya, tentu dong masih ingat hahaha
@Yirly sip
@balaka ini lg gua perbaiki d up slanjutnya ckckck kalo ada yang salah lg kasih tau ya ntar rada bingung juga soalnya hmmm...
@Tsu_no_YanYan
@Greent
@AryaPutra_25
@freeefujoushi
@JimaeVian_Fujo
@3ll0
@akina_kenji
@lulu_75
@Rars_Di
@Agova
@earthymooned
@boy_lovers
@rama_andikaa
@Sicilienne
@AbdulFoo
@new92
@rio_san
@omega_z
@Adi_Suseno10
@rubi_wijaya
@fauzhan
@bagastarz
@rizkhylicious
@syafiq
@jimmy_tosca
@abong
@ngehaha
@jony64
@prasetya_ajjah
@Rabbit_1397
@agungrahmat
@ricky_zega
@alfidimasm2
@adamruby92@gmail.com
@OkiMansoor
@babehnero
@abyyriza
@josiii
@Otsutsuki97S
@hendra_bastian
@Monic
@Yirly
"Oh ya?"
"Yah, tentu aja... Gua juga biasanya memperlakukan semua orang dengan cara seperti ini. Lagipula gua juga udah punya pacar" ucap gua sambil membalikkan badan guamengarah ke tempat lain. Yah sebenarnya gua gk ada pacar sampe saat ini tapi setidaknya ini adalah cara paling baik untuk gua saat ini.
"Wow.. Lu udah dewasa ya sejak 10 tahun terakhir ini sampe udah pande berbohong"
"Gua gk berbohong" ucap gua langsung beranjak pergi mau balik ke ruangan gua
"Kalo gitu coba lu ucapinnya dengan natap mata gue" ucapnya dengan mendorong gua ke tembok
"Gua.. Gua udah punya pacar!" Gua menatap mata ice dengan lekat. Sumpah gua rada terganggu bnget pas itu. Nyerah aja napa sih
"Pembohong" tanpa aba-aba dia langsung mencium gua. Dan gua mematung beberapa saat krna itu.
BUK!
Gua memukul ice tepat di bagian perutnya yang cukup membuat dia meringis kesakitan untuk beberapa waktu. Gua langsung berlari ke arah pintu. Gila! Gua gk bisa lama-lama sama dia di tempat yang sama. Ntah apa salah sama dosa gua smpe bisa ketemu lagi sama dia
"Ok gua permisi" ucap gua seraya beranjak meninggalkan ruangan ice
Sesampainya di luar ruangan kejadian lain menimpa gua lagi yaitu gua harus di pertemukan lagi sama jean yang menatap gua dengan ekspresi bingung.
"Apa yang lu lakuin di ruangan ice larut malam gini?" Ucap jean dengan nada bingung
"Ummm.. Gua hanya meminta ice mengkoreksi ini" gua mengibas-ngibaskan naskah yang tadi di koreksi sama ice
"Sejak kapan lu berprofesi jadi aktor?" Katanya sambil tersenyum ke arah gua
"Hah?" Gua bingung sama apa yang baru dia bilang. Aktor? Kapan gua jadi aktor? Akting aja gk pande
"Lu itu daniel yang sama kan? Daniel dari 10 tahun yang lalu?"
Gua terdiam. Dugaan gua benar kalo dia itu jean yang selama ini gua tau. Tapi... Kenapa sekarang dia gua rasa beda banget sama jean yang dulu?
"Lu gk usah pura-pura bego di dpan gua. Gua dari awal sejak liat muka lu juga udah tau. Emang awalnya gua juga rada ragu sama kesimpulan gua tapi rupanya gua benar stelah melihat beberapa bukti" ucapnya masih tersenyum ke arah gua
"Hanya menegaskan ke elu. Tolong jangan deketi ice lagi. Kalo lu masih bersikeras mau sama ice yang mau gua sampaikan itu hanya satu yaitu ngaca. Ngaca untuk status kelamin lu dan kalo bisa renungkan yang udah lu lakuin 10 tahun yang lalu" ucapnya masih dengan nada tenang sama tersenyum ke gua
"Tapi gua.."
PLAK
Gua mematung dan memgang pipi gua yang terasa panas karena di tampar jean
"Udah... Gua nggak mau denger penjelasan atau alasan apa-apa lagi dari lu. Cari orang lain aja yang berminat sama lu mau cwok, cwek, waria gua gak peduli asalkan jangan deketi ice lagi. Demi tuhan kalo gua mengingat apa yang udah lu lakuin ke ice... Gua mungkin bisa melakukan hal yang lebih daripada yang tadi gua kasih ke lu"
KREEEK
"Apa yang kalian lakuin?" Tanya ice yang tiba-tiba keluar dari ruangannya
"Nggak ada kok... Kami hanya berbincang-bincang sbentar. Ya kan niel?" Ucap jean menoleh ke arah ice terus tersenyum ke arah gua
"Kalo gitu gua permisi" ucap gua segera balik ke ruangan gua
"Hei apa yang lu lakuin larut malam gini?" Tanya ice ke jean yang masih bisa gua dengar
"Kan udah gua bilang tadi kalo gua bakalan datang ke tempat lu" ucap jean sambil tersenyum ceria ke ice
"Oh iya niel ntar gue bakalan telpon lu" ucap ice melirik gua
"Gua harap jangan!" Gua langsung masuk dan menutup pintu ruangan gua
Hah.. Kenapa jean harus datang ke tempat ice selarut ini? Dan kenapa ice memperbolehkan dia untuk masuk? Bahkan jean dengan sengaja datang ke tempat ice. Nggak, nggak... Yang perlu gua fokuskan sekarang itu adalah tentang naskah author gua dan gimana caranya gua ngejelasin ke author gua tentang perubahan yang udah gua buat. Tapi... Gua jadi nggak bisa konsentrasi karena ini... Padahal author gua udah bekerja dengan keras agar menyelesaikan naskahnya dengan cepat.
Gua perlu konsentrasi... Lagipula gua udah bersumpah dulu... Kalo gua nggak akan pernah jatuh cinta lagi sama ice.
"Apa? Kamu terkena demam?" Ulang gua di telfon. Duuh... Padahal inikan udah deadline dri naskahnya gimana nih...
"Umm... Saya pikir kalo anda sudah mengetahui ini tapi pihak percetakkan membutuhkan bahan itu untuk nanti jam 9 malam"
"Rey!" Teriak seseorang dari belakang
"Duh kenapa ni tempat kek tempat sampah" ucap orang itu sambil memandang gua dengan sinis lalu kembali menatap ice
"Gua denger kalo penulis terbaik kita takkan bisa tepat wktu kali ini. Demi tuhan seharusnya lu juga jasih tau pihak keuangan tentang hal ini" ucap jean sambil melipat kedua tangannya di depan dada
"Saya akan naik pesawat skitar jam 6-7 nanti dan saya pasti akan melengkapi kekurangan serta ketidak lengkapan pada novel saya" ucap author gua di telfon
"Tapi... Apakah anda bisa mendapatkan ide sbanyak itu dalam wktu yang relatif singkat ini?" Ucap gua
"Ugh..."
Kalo gua yang naik pesawat sekarang untuk ngambil naskah sama bantu nyelesaiin ada kemungkinan gua bakalan balik ke sini skitar pukul 8:30 malam dan dalam waktu stengah jam itu... Mungkin gua bisa tepat wktu
"Baiklah saya yang akan ke sana harap segera melengkapi smua naskah anda"
"Di mana dia tinggal?" Tanya jean ke ice
"Jambi"
"Serius? Kalo sperti itu mana mungkin dia bisa tepat wktu. Untuk saat sperti ini gua lebih menganjurkan buat itu naskah di berhentikan aja krna gk mungkin tepat wktu"
"Yah.. Gue setuju" ucap ice
"Permisi! Tolong berikan saya 12 jam buat menyelesaikan ini!" Ucap gua yang udah membawa smua keperluan untuk pergi
"Saya akan pergi ke jambi untuk itu. Dan saya akan meminta pihak percetakkan untuk menunda deadline nya jadi..."
"Sudahlah... Lupakan saja.. Naskah itu takkan tepat waktu" ucap ice sambil mengibas-ngibaskan tangannya
"Tunggu! Tapi Risa sudah sangat bekerja keras dalam novelnya!"
"niel! Gak penting apakah dia bekerja keras dalam pembuatan novelnya atau tidak! Lagipula ini gk bakalan tepat waktu jadi jangan kebawa suasana! Di dalam suasna krisis sperti ini hadapilah kenyataan! Itulah apa yang kita sebut sbagai seorang editor!"
Gua terdiam untuk beberapa saat tapi gua nggak bakalan ngebiarin kerja keras author gua sia-sia bgitu aja
"Gua bakalan membuatnya tepat waktu ntah dengan cara apa itu, lagipula Risa pasti sedang dalam perjalanan ke bandara sekarang ini"
"Yahh.. Sharusnya lu tau kalo naskah tak lengkap dan yang belom di ketik ulang bakaln di tolak oleh pihak percetakkan. Bagusan lu nyerah aja karena lu hanya buang-buang waktu" ucap jean yang berdiri di belakang gua Gua menatap jean sbentar
"Pokoknya gua bakalan tepat wktu! Gua nggak bakalan membuat janji yang nggak bisa gua tepati!" Sentak gua ke ice yang membuat orang² di tempat lain mulai berbisik²
"Heh... Lu percaya diri bnget ya..." Ucap jean sambil tersenyum merendahkan ke arah gua
"Cepatlah... Gua akan ambil tanggung jawab penuh kalo ada yang salah" ucap ice tiba-tiba
"Huh?" Ucap gua bingung
"Gue suruh lu buat cepet!"
"O.. Ok" ucap gua seraya pergi
"H.. Hey ice.. Apa yang lu lakuin? Lu udah kehilangan akal lu? Ini tuh perusahaan bukan taman kanak-kanak!" Ucap jean kesal sementara ice hanya diam mendengarkan kata-kata jean.
"Halo salam kenal saya daniel dari percetakkan. Saya pikir ini pertama kalinya kita bertemu kangsung karena biasanya kita hanya bisa melalui telepon" ucap gua basa-basi sdikit
"Maaf sudah merepotkan, saya risa. Skali lagi saya minta maaf karena sudah membuat kamu jauh-jauh datang kemari" ucapnya
"Gpp.. Jadi bagaimana dengan naskahnya?" Ucap gua langsung to the poin skrg
"Saya masih ada 8 lembar untuk di kerjakan... Serta saya masih harus mengecek typo serta mengetik naskah yang belum sempat saya ketik. Tolong bantu di bagian pengetikkan dan bagian pengecekan typo saja"
Dia punya kantung mata yang besar bnget di bawah matanya. Ketahuan bnget kalo dia nggak smpet tidur. Mukanya juga merah bnget. Apakah dia benar-benar terkena demam? Krna mungkin sajakan dia hanya... Ah sudahlah. Gua tau kalo dia hanya mendapatkan apa yang di tanam. Tapi ntah kenapa kalo gua liat kerja kerasnya slama ini gua rada nggak tega dan jadi merasa harus melakukan apapun buat nyelamatin dia... Mungkin gua emang terlalu lemah sama terlalu lembut.
Tunggu! Apa yang gua pikirin?! Siapa lagi yang harus berada di sisi author kalo bukan editornya? Lagipula ice tadi ada bilang kalo dia bakalan ngambil smua tanggung jawab kalo ada yang salah. Jadi gua bisa melakukan apapun dan smuanya bakalan baik-baik aja.
Eh... Tunggu... Ahh... Bodohnya gua baru tau. Kalo naskah ini tidak siap pada waktunya maka bukan gua yang bakalan kena getahnya tapi smuanya bakalan di timpakan ke ice yang bilang kalo dia bakalan ambil smua tanggung jawab.
"Oh iya saya mau berterima kasih tentang pengeditan wktu itu. Sungguh bahkan saya tidak tau kalo bagian itu masih bisa di edit menjadi lebih baik" ucap risa sambil tersenyum
"Oh benarkah? Saya senang apabila bisa membantu kamu. Tapi.. Bagusan kita konsentrasi dulu untuk menyelesaikan naskah ini" ucap gua sambil tersenyum ke dia
"Oh baik..."
Itu... Adalah bagian yang di edit oleh ice.. Bukan gua... Gua tau.. Kalo gua gk bakalan bisa mahir langsung tapi ntah kenapa gua merasa smua usaha gua kali ini bahkan tak layak mendapatkan pujian... Dan gua baru sadar kalo gua udah melakukan pekerjaan yang stengah-stengah
"Kita nggak bisa nunggu lebih lama lagi!"
"Tunggulah sbntar lagi gua tau kalo dia bakalan sampai sbntar lagi"
"Udah ice nyerah aja... Kita udah kehabisan waktu!"
"Bentar gua bakala nelepon dia"
BLAM!
"Gua dapet naskahnya!" Seru gua pas membuka pintu
"Lu telat! Telat bnget malah!" Seru salah seorang karyawan percetakkan
"Lu udah cek typo nya?" Tanya ice sambil mengecek² naskahnya
"Udah"
"Bagaimana dengan keseluruhan naskahnya udah lu priksa?"
"Udah... Bahkan udah gua cek 3x"
"Ok bakalan gua bawa ke bagian percetakkan" ucap karyawan itu sambil membawa naskahnya pergi
"Terima kasih dan maaf" seru gua pada orang itu
Gua membalikkan badan gua dan menatap jean dan ice yang sedang berdiri menatap gua
"Gua minta maaf sedalam-dalamnya...ini kesalahan gua karena nggak melakukan pekerjaan gua dengan maksimal... Gua terlalu fokus dan teroengaruh sama masalah pribadi gua.. Skali lagi gua minta maaf. Gua janji kalo kejadian ini gk bakalan terulang lagi" ucap gua ke mereka berdua
"Ah sudahlah. Gua mau balik kerja" ucapnya beranjak pergi sambil mengibaskan rambut belakangnya
"Tapi smuanya udah pulang kan? Lagipula ini udah jam 10 malam jadi mana ada orang lagi" ucap ice ke jean
"Masih ada beberapa file yang mau gua selesaiin" ucapnya sambil lambai-lambaiin tangan ke kita
"Jean nunggu gua juga d sini?" Tanya gua ke ice dengan gua masih menatap jean yang udah pergi
"Ya, mau bagaimanapun ini juga masuk ke dalam majalahnya jadi yah tentu aja dia ada kebanggan di novel itu" ucap ice sambil menyalakan sebatang rokok. Gua menoleh menatapnya
"Udah jangan di pikirin lagi lagipula trakhirnya lu tepat wktu meski rada terlambat. Meskipun smua orang rada panik gua yakin kok kalo lu bakalan datang. Bukan karena lu bisa melakukan pekerjaan lu atau tidak tapi karena gue tau kalo skali lu udah percaya lu bakalan bisa ngerjain itu mau itu ada badai atau apapun gua tau lu bakalan datang dan membawakan hasil yang bagus jadi gue gk ada apapun untuk di khawatirin. Itulah yang gue suka dari lu" ucap ice sambil menatap gua.
Gua terdiam dan langsung menoleh ke arah lain. 'Please jangan panjat lebih tinggi pembatas yang udah gua bangun dengan susah payah'
SPLASH SPLASH SPLASH SPLASH
sudahlah lupakan lupakan! Hilangkan ice dari pikiran jangan pikirin dia lagi
"Aarrrrrrghhh!" Teriak gua pas liat di kaca tenpat gua cuci muka ada bayangan seseorang yang sedang berdiri di sana
"Jean... Apa yang lagi lu lakuin ini toilet cowok kan? Oh iya lu udah siap sama pe..."
"Lu punya keberanian ya buat masuk di perusahaan ini" kata jean menghentikan kata² gua
"Lu kerja di sini karena lu tau ice kerja di sini kan?!" Ucap jean masih tetap berdiri di belakang gua sambil melipat kedua tangannya
"Sorry.. Tapi gua..."
"Lu sadar kan tentang apa yang gua bilang ke lu kemarin? Lu tau kan kenapa ice sampai bisa berubah 10tahun trakhir ini?!" Ucapnya dengan tatapan sinis ke gua
Hah? Kenapa ini kesalahan gua? Sebenarnya apa yang dia coba katakan ke gua?
"Sorry.. Tapi gua nggak ngerti sama apa yang lu bilang"
"Udahlah... Lupakan aja.. Gua nggak mau emosi gua memuncak krna orang tak berguna macem lu" ucap jean menghembuskan nafas berat terus beranjak meninggalkan toilet
@balaka makin menarik tp peminatnya udah pi dah smua -_-" efek jarang up kali ya. Jeannya brubah ya -_-"
lanjut..