It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75
Mana si Anton, biar gw BDSM -
-
@Akang_Cunihin
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@haha5
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Greent
@Toraa
@jimmy_tosca
@cansetya_s
@tianswift26
@zenfonepro
@bapriliano
@cela
“Pagi,” sapa Alfa tersenyum lebar begitu melihat Dimas keluar dari rumahnya. Dimas tidak menunjukkan ekspresi apapun.
“Jangan ada lagi adegan pura-pura amnesia Dimas,” ancam Alfa, Dimas melotot padanya.
“Kalau pura-pura gila boleh gak?” canda Dimas.
“Dimas...”
“Bercanda...” balas Dimas tersenyum kemudian masuk ke mobil Alfa.
Alfa tersenyum lega melihat cowok manis ini tidak bersikap aneh pagi ini. Sudah cukup ia uring-uringan seharian karena Dimas dan ia ingin agar semuanya berjalan lancar.
Tidak ingin cowok manis ini marah, kesal atau jengkel padanya. Jika dulu Alfa senang dengan semua itu, sekarang tidak lagi. Ia jera. Lebih baik berhadapan dengan sekumpulan preman pasar, daripada harus menghadapi amukan Dimas, pikirnya.
Anton dan Genk-nya seperti biasa menghabiskan waktu lebih dari yang dibutuhkan di toilet dibandingkan siswa-siswa lainnya. Hal itu tentu saja membuat banyak siswa mengeluh.
Namun tidak ada yang berani melawan Anton dan Genknya, karena mereka takut. Hanya Dimas dan beberapa teman-temannya yang berani melakukan perlawanan sengit pada mereka.
“Jadi Nton, kemarin lu sengaja ngedorong cowok petakilan itu?” tanya Budi sambil merapikan rambutnya dengan gel rambut
“Ya iyalah, gue tahu dia gak bisa berenang makanya gue sengaja dorong dia ke kolam. Untung aja gak ada yang curiga,” balas Anton sambil mencuci tangannya di wastafel, “Kenapa tuh cowok gak sekalian mampus aja ya?”
Brakk..........!!! pintu toilet didobrak dengan kasar. Rio muncul dengan wajah beringas.
“Oh, jadi lu emang sengaja dorong Dimas ke kolam? Lu gak takut ya ngelakuin tindak kriminal begitu?” ucap Rio marah. Rupanya Rio yang juga kebetulan berada di toilet
mendengar percakapan ketiga cowok itu.
“Trus mau lu apa? Mau ngaduin gue ke kepsek? Aduin sana! Lu pikir gue takut?” teriak Anton sambil mendorong pundak Rio, hingga ia terhuyung ke belakang.
“Eh, gue gak perlu ngaduin lu ke kepsek. Gue juga bisa bikin perhitungan sama lu,” desis Rio, sambil balas mendorong Anton. Anton memberikan isyarat pada kedua temannya.
Kedua cowok itu segera mencengkeram Rio dan memasukkan Rio ke dalam salah satu bilik dan menguncinya dari luar.
“Hei, lepasin gue.. keluarin gue..” teriak Rio, sementara ketiga cowok itu diluar bilik itu tertawa mengejek.
“Makanya jangan sok jagoan! Nikmatin deh waktu lu di situ, sampe ada orang yang datang buat bukain pintu..” teriak Anton.
“Bye-bye Rio...” ucap ketiganya sambil beranjak pergi dari toilet.
“Hei.. dasar Monyet lu.. beraninya main keroyokan.. buka pintunya....” teriak Rio sekerasnya. Untunglah tak berapa lama seorang siswa masuk dan membukakan pintu karena
mendengar teriakan Rio.
“Thank you ya...” ucap Rio sambil berlari keluar menyusul Anton dan Genk-nya.
Rio berusaha mencari keberadaan Anton dan Genk-nya namun ia tidak menemukan mereka.
Dengan kesal, Rio pun kembali ke kelas.
“Eh, lama banget sih dari toilet aja?” tanya Gio begitu ia tiba.
“Lu tidur di toilet?” timpal Dimas.
“Gak lah,” balas Rio.
“Dim, ternyata yang lu bilang itu bener. Anton, si monyet itu emang sengaja dorong lu ke kolam. Tadi gue denger sendiri dia ngomong. Gue mau bikin perhitungan dengan tu anak, tapi gue kalah jumlah. Akhirnya gue malah di kunciin di toilet,” jelas Rio.
Tidak berapa lama Anton dan Genk-nya muncul. Dimas dan ketiga sahabatnya pun
memperhatikan kedatangan cowok-cowok itu.
“Gue masih kesal nih,” ucap Rio lagi.
“Tenang aja, jam istirahat, kita bakal balas tuh anak,” balas Dimas.
***
Alfa duduk di hadapan Adrian sambil memutar-mutar kursinya, membuat kepala Adrian pusing melihat ulahnya.
“Stop melakukan itu Al, kepala Mas pusing lihat kamu berputar-putar terus,” pinta Adrian, dan Alfa pun segera menghentikan aksi konyolnya.
“Gimana masalah kamu dengan Dimas?” tanya Adrian,
“Beres Mas. Untung aja Dimas mau ngerti kalau enggak, euh aku gak tahu berapa lama waktu yang bakal dibutuhkan untuk membujuk anak itu,” jelas Alfa saat ia tengah mengobrol
dengan kakaknya itu di ruangan Adrian.
“Lalu, guru penggantiku udah ketemu?” giliran Alfa yang bertanya.
“Udah. Sesuai saran kamu, Mas tarik lagi Pak Beni buat ngajar di sini.”
“Oh, bagus deh, kalau gitu minggu depan aku udah bisa berhenti kan,”
TING
Tiba-tiba terdengar bunyi pesan di ponsel Alfa. Ia melihat ponselnya dan tersenyum saat membaca pesan itu.
“Siapa? Dimas?” tebak Adrian walalu ia tidak perlu menebak, karena saat ini satu-satunya yang bisa membuat Alfa tersenyum seperti orang tidak waras hanyalah Dimas.
“He eh.. dia ajak aku makan malam di rumahnya. Sekalian mau kenalin aku ke orang tuanya.”
“Wah, kemajuan besar nih, sudah pake acara ketemu camer pula.” ledek Adrian.
“Gak lah Mas. Cuma kenalan sama orang tuanya doang.”
“Emang kamu gak serius sama Dimas?”
“Aku tuh selalu serius untuk hal apapun. Tapi untuk urusan cinta, ya pasrah aja deh dengan jodoh yang di atur Tuhan. Bukannya aku mau main-main sama Dimas, tapi aku jalanin aja dulu. Kalau memang jodoh, kita pasti bakal terus sama-sama kok. ” ucap Alfa panjang lebar.
Adrian pun mengangguk setuju dengan pendapat adiknya itu.
“Udah ya Mas. Aku mau ke kantin dulu, Lapar..”
***
Dimas, Rio, Gio, dan Zacky sudah memiliki rencana untuk membalas Anton. Saat bel istirahat berbunyi, di saat kelas sudah kosong, karena anak-anak telah berhamburan keluar, mereka mulai menjalankan aksinya.
Setelah memastikan keadaan aman, mereka mengambil Gel Rambut mereka yang sering digunakan Anton dan Genk-nya untuk merapikan rambut mereka. Kemudian keempatnya berlari ke ruang Lab Kimia dan memulai aksinya. Mereka akan mencampurkan sedikit bahan dari Lab Kimia ke dalam Gel Rambut itu.
“Lu yakin ini aman Zacky? Gak akan kenapa-kenapa kan mereka?” tanya Dimas sedikit cemas.
“Aman Dim. Gue udah cari tahu. Paling cuma mengakibatkan sedikit gatal-gatal aja dan bahan ini tidak merubah warna pada gel rambut itu ,” jelas Zacky.
“Biarin deh Dim, biar tahu rasa dia,” timpal Rio geram, “Lu lupa dia coba hilangin nyawa lu?”
“Rio, gue cuma mau kita isengin dia, bukan bahayain dia. Gue gak mau kita jadi penjahat seperti dia,” jelas Dimas
“Tenang deh. Gue udah pernah melakukan tes ini sama bokap, dan hasilnya gak kenapa-napa. Paling cuma rambutnya Gatal-gatal,” Zacky mencoba menenangkan sahabatnya.
“Huh, bagus deh,” balas Gio lega.
“Gak sia-sia kita punya temen jago kimia,” ucap Dimas sambil merangkul pundak Zacky, “Gak sia-sia juga kita punya temen yang bokapnya ilmuwan,” sambungnya.
Rio pun berdehem.
“ Rangkulannya dilepas dong hanya gue yang boleh menyentuh yayang gue “jelas Rio dengan nada sedikit cemburu
“ Gitu aja cemburu lo Rio “ kata Dimas sambil melepaskan Rangkulannya
“Ayo cabut, keburu bel nih,” Gio mengingatkan.
Keempat cowok itupun segera berlari kembali ke kelas. Dan sekali lagi setelah memastikan keadaan aman terkendali, mereka mengembalikan Gel Rambut itu ke dalam tas Anton.
“Aman,” Gio yang menjaga di pintu kelas memberikan kode dengan jempolnya.
Misi selesai, tak lama bel masuk berbunyi. Para penghuni kelas 2A pun satu persatu mulai kembali. Dimas dan ketiga sahabatnya sudah duduk dengan tenang.
Mereka mengawasi Anton dan Genk-nya yang baru memasuki kelas. Dan tentu saja, ketiga cowok itu itu segera membuka tasnya, mencari Gel Rambut untuk merapikan rambut mereka seperti biasa yang mereka lakukan.
Saat ketiga cowok itu merapikan rambut, Dimas, Rio, Gio, dan Zacky saling pandang penuh arti.
Pelajaran di mulai. Bu Nova, guru Bahasa mereka tengah menjelaskan materinya di depan kelas.
Dimas dan ketiga sahabatnya mulai memperhatikan reaksi bahan kimia yang mereka campurkan ke Gel Rambut Anton. Perlahan Anton, Budi, dan Andi mulai merasakan gatal di
Rambut mereka.
“Aduh, kok rambut gue gatal ya?” ucap Anton.
“Iya nih, gue juga,”Budi pun ikut-ikutan.
“Nton, Gel lu ganti produk ya?” tanya Andi mulai menggaruk rambutnya untuk menghilangkan rasa gatal.
“Ya enggaklah. Gel gue ini mahal, Gel impor..” cecar Anton sambil mulai melakukan hal yang sama dengan Andi. Semakin lama rasa gatal di Rambut mereka makin tak tertahankan.
Ketiga cowok itupun mengerang, hingga membuat keributan di kelas.
“Anton, ada apa?” tanya bu Nova.
“Ini Bu, rambut kita gatal,” jawab Anton sambil terus menggaruk Rambutnya.
“Keturunan monyet kali,” timpal Dodi.
“Jarang cuci rambut sih, paling setahun baru cuci rambut,” sahut Raka membuat seisi kelas tertawa.
“Banyakan gaya rambut sih lu,” Gio ikut-ikutan. Seketika Anton mengarahkan pandangan pada Dimas dan sahabatnya.
“Ini pasti Lu kan?” teriak Anton menuduh Dimas.
“Hah?” Dimas bersikap seolah tidak mengerti.
“Ini semua pasti ulah lu kan? Lu dendam sama gue karena kemarin gue dorong elu ke kolam?” tanpa sadar Anton membongkar kejahatannya sendiri.
Seisi kelas memandanginya. Anton mati kutu. Dalam hati ia merutuk dirinya sendiri kenapa bisa sampai keceplosan.
“Lihatkan, akhirnya penjahat ini ngaku juga,” Dimas menyudutkannya.
“Wah, gak bisa dibiarin nih, gue bakal aduin ini ke kepala sekolah,” sahut Raka, sebagai ketua kelas.
Anton benar-benar tersudut.
“Sudah...sudah... masalah ini biar nanti diselesaikan. Anton, Budi, dan Andi, pergi ke ruang kesehatan untuk mendapat pengobatan,” perintah bu Nova.
Ketiganya pun berjalan keluar kelas diiringi sorakan dan ejekan dari teman-teman sekelasnya. Dimas tersenyum puas,
akhirnya cowok itu mendapat hukuman yang setimpal.
Setelah mendapat pengobatan dari dokter sekolah, Anton pun harus siap menghadapi sanksi karena Raka tidak main-main saat mengatakan bahwa ia akan melaporkan insiden itu pada
kepala sekolah.
“Jadi benar kamu sengaja mendorong Dimas ke kolam?” tanya Adrian, tidak percaya dengan tindakan muridnya ini.
Anton hanya menunduk tak menjawab.
“Anton, kamu tahu kalau tindakan kamu bisa mengakibatkan Dimas kehilangan nyawanya. Dan kamu bisa di jerat kasus hukum karena itu satu tindakan kriminal,” Adrian mengingatkan.
“Saya tidak akan memperpanjang lagi. Saya harap kamu bisa introspeksi diri dengan hukuman kamu ini,” ucap Adrian akhirnya setelah menjatuhkan skorsing selama 3 hari
kepada Anton. Dengan kesal Anton pun keluar dari ruangan Adrian.
“Skorsing tiga hari,” ucap Raka menginformasikan hukuman yang didapat Anton kepada Dimas dan teman-temannya.
“Yes...” desis Dimas bahagia, “Akhirnya tiga hari gue gak perlu lihat muka tuh monyet,” lanjutnya sambil ber-high five dengan Raka.
“Itu sih kurang menurut gue, tapi gak apalah, selama tiga hari sekolah bakal aman dari polusi gak jelas dari tukang usil satu itu,” balas Gio sama puasnya.
***
Dimas menatap tajam ke arah Alfa, saat mereka berdua tengah berada di mobil Alfa. Dimas menunggu Alfa memulai pembicaraan. Alfa pasti tahu kejadian apa yang baru saja menimpa Anton, dan Dimas ingin permintaan maaf dari Alfa.
“Apa?” tanya Alfa bingung melihat Dimas masih memandanginya.
“Gak ingin ngomong sesuatu?” tanya Dimas
“Harus ngomong apa? Rencana makan malam sama Mama-Papa kamu?” Alfa balik bertanya membuat Dimas mengerang sebal.
“Argh... nih orang. Ya soal Anton. Kamu pasti tahu kan kalau dia di skorsing karena kejadian kemarin, dan sekarang kamu diam aja seolah semua baik-baik aja?”
“Terus saya harus ngomong apa?”
“Minta maaf...” bentak Dimas membuat Alfa terkejut.
“Loh, kenapa saya harus minta maaf?”
“Ya, karena kamu gak percaya waktu aku bilang Anton sengaja dan kamu malah minta aku buat ngelupain semua, Harga diriku tuh udah diinjak-injak Alfa, kaya kertas selebaran
promosi...”
Alfa mengulum senyumnya, “OK. Maaf,”
“Hah? Gitu doang?”
“Terus mau apa lagi?” tanya Alfa makin bingung dengan permintaan Dimas.
“Pikir sendiri, kalau belum ketemu jawabannya, gak usah jadi datang ke rumah, makan malam, BATAL!!!” ancam Dimas kemudian keluar dari mobil dan membanting pintu mobil
mewah Alfa sekuatnya.
“Hei!!!” teriak Alfa kesal dengan sikap cowok itu, “Mau kemana?” jeritnya memanggil Dimas.
“PULANG!!!” balas Dimas dengan teriakannya, kemudian menyetop taksi yang berseliweran di jalan.
Alfa tidak percaya dengan apa yang baru disaksikannya. Dimas membentaknya, meneriakinya, membanting pintu mobil mewahnya dan kini meninggalkannya seorang diri.
Dimas satu-satunya orang yang berani berbuat seperti itu padanya dan ia tidak berkutik.
Mungkin memang benar kata orang, terkadang cinta bisa membuat kita buta. Melupakan hal-hal logis dan bertindak konyol. Seperti yang terjadi pada dirinya. Ia benar-benar tidak bisa menebak cowok manis itu.
Dan kini ia harus memikirkan cara bagaimana untuk membujuknya lagi. Baru pagi tadi mereka berdamai, dan kini mereka kembali bertengkar. Sepertinya kisah cintanya tidak akan berjalan dengan mudah bersama Dimas. Tentu saja, pihak yang mempersulit semuanya adalah Dimas.
“Huft... dasar cowok aneh...” desah Alfa kemudian menyalakan mobilnya dan bergerak pergi.
BERSAMBUNG
Hari ini aku updatenya cepat krn like banyak sekali dari pembaca bikin aku senang pertahankan ya komentarnya juga.
TERIMA KASIH SEMUANYA
semakin banyak like dan komentar aku update ceritanya secepatnya
Masih labil.. Hihi