It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
abang turn nih yg nulis? kereeen. suka gw bang. udah lama gak baca karya2 abang setelah roku nino itu.
punya adik fujo pasti lucu plus ngeselin juga. hahaha. sepertinya mereka suka tuh klo kakaknya pada pacaran. hehehe.
minta dimention yee
***
Aku tak percaya ini. Apa sekiranya yang tidak kupercayai saat ini? Seperti berada di sebuah gua dengan seekor serigala besar dan serigala kecil yang siap menerkamku jika aku melakukan gerakan tak wajar. Gerakan wajarpun aku rasa sama saja akan menerkamku. Jika ada yang tak paham maksudku, tidak usah dipermasalahkan, aku tak memaksa semuanya untuk tahu. Oh jangan lupa dengan si rubah kecil. Lahir dengan orang tua yang sama tapi menikung dari belakang. Inikah yang namanya arti keluarga sesungguhnya yang kurasa. Hahaha.
Sialan, bukan saatnya aku untuk hahaha, dua gadis jelmaan serigala dan rubah telah menuntunku kemari, di kursi (tepatnya sofa) bak duduk di singgasana raja. Sepertinya ini ruang tamu. Apa pemilik rumah ini keturunan bangsawan? semua barang di sekitarku sama seperti aku melihatnya di museum. Antik, royal dan mungkin mahal. Tak perlu aku sebutkan barang apa saja yang ada di sini. Aku bukan penjual barang antik men!
Setelah adegan "negosiasi" yang berujung dengan -aku-yang-tak-berdaya-, aku dihadapkan dengan kenyataan bahwa adikku sendiri sepertinya tidak terkejut dengan perlakuan Tora padaku. Atau jangan-jangan karena dia sama "ajaib"nya dengan Nesa maka segala yang kutahu dari Fairy adalah untuk menarik kesimpulan sementara kalau Fairy akan membiarkan ini terjadi.
Saat ini aku tidak tahu dia dimana, Fairy maksudku. Aku masih duduk di kursi yang kubicarakan tadi.
Sepi,
rumah sebesar ini?
Sunyi,
sampai suara nyamuk tertangkap telingaku, kau mau menggigitku!! Tidak akan bisa karena aku akan terlebih dulu membunuhmu!! Dengan kedua tanganku aku menepuk nyamuk malang itu. Jika kau tak nyaman disebelahku kau bisa menyingkir dariku! karena aku merasakan gerakan tak nyaman dengan orang yang di sebelah kiriku saat ini. Bukannya yang harus merasa tidak nyaman itu aku. Si brengsek ini duduk terlalu dekat denganku, benar-benar risih menurutku, aku memilih untuk menggeser sedikit tubuhku ke kanan, aku harap dia tidak tersinggung ataupun apa karena kulakukan dengan sewajarnya. Dasarnya aku sudah sial dari awal aku sebelum kesini, tak ada yang pernah bilang kalau tubuhku ini sebuah magnet tapi kenapa Tora mengikuti pergerakanku!! Dia ikut menggeser tubuhnya ke arahku. Oya ampun. Apa maunya si brengsek ini!! Sekali lagi aku bergeser ke kanan, aku lihat masih ada cukup ruang untuk bergeser. Njirrr, dia mengikuti lagi, kali ini kali ketiga aku bergeser sampai hampir kesulitan karena sudah tak memungkinkan pantatku untuk mendarat, aku sampai berpegangan pada sisi kursi. Dan lagi keparat ini mengikutiku.
"Sialan. Apa yang kau lakukan!"
Tentu saja aku protes. Tak perlu dengan nada halus juga aku bicara dengan orang ini. Dari awal juga cara bicaraku dengan keparat ini begitu.
"Kenapa kau mencoba menjauh?"
"Panas. Menjauhlah dariku!"
Aku juga heran kenapa suhu malam ini begitu panas.
"Kau kepanasan? Biar aku nyalakan ACnya."
"Tidak perlu. Kau hanya perlu menjauh dariku!" Daripada aku harus memilih Tora menyalakan AC, alangkah jauh lebih baiknya orang ini menjauh dariku, tidak akan ada gunanya juga menghidupkan AC dikala aku sedang frustasi begini. Aku memukul-mukul tangannya ketika orang ini mencoba mengambil remot AC di meja kecil sebelah kananku.
"Kita perlu melakukan ini agar Nesa percaya."
"Apa maksud yang kau bicarakan itu!!"
Siaaal. Lagi-lagi membahas itu lagi. Lalu bukannya aku masuk ke rumah ini karena hal itu. Adakah tongkat Harry Potter saat ini yang bisa kugunakan untuk memantrainya? Ayolah mana ada tongkat seperti itu. Konyol.
Aku sebisa yang kubisa membuang nafas panjang, menghempaskannya, dan mencoba mengatur irama pikiranku semulus mungkin. Ternyata sulit!
"Kak Tora, Kak Kevin, aku bawakan snack. Ini enak." Nesa aku lihat dia membawa nampan berisi minuman (dengan mug) dan snack entah apa itu. Dan si rubah yang membuntuti Nesa ikut melangkah mendekat. Oh lihat lihat senyumnya itu, sudah sering aku melihatnya tersenyum, tapi kali ini kelihatan ada makna tertentu yang belum jelas kupahami.
Mereka duduk di sebelah kiri tak jauh dari Tora. Jika kuhitung kursi ini atau sofa ini cukup untuk 5 orang, urutan dari kanan ke kiri, aku, si brengsek, kosong, nesa lalu si rubah licik. Bisa-bisanya aku menghitung disaat begini. Apa kau lupa dengan apa yang terjadi padamu saat ini!!
Tora mengambil snack yang diletakkan Nesa di meja tadi. Karena sudah dibuka kemasannya jadi tinggal mengambil isi dari snack itu. Dia memakan satu buah, berikutnya dia mencoba menyuapiku. Aku mendelik menatapnya dan berkata pelan -memang-aku-tak-bisa-makan-sendiri?- yang hampir tidak terdengar oleh dua orang yang lain. Mengabaikan dua orang yang lain itu, aku terfokus dengan aksi si keparat ini. Saat remah-remah snack itu jatuh di pahaku, dia dengan santai menepuk-nepuk pahaku. Sampai aku hampir susah menelan snack stik jagung yang kumakan karena paksaan dari keparat ini.
"Apa yang kau lakukan brengsek. Kau mau kutendang!!!" aku jengkel dan tentu saja tak langsung ingin menendangnya walaupun aku sempat memajukan lututku untuk mencontohkan caraku menendang. Jika aku serius menendangnya dapat dipastikan itu bukan cara yang bagus untuk mengakhiri ini.
"Kak Kevin nanti pulangnya gimana?" Nesa bertanya padaku setelah beberapa saat. Dari pertanyaan Nesa ini, mungkin aku bisa mencari alasan untuk cepat pulang ketimbang harus berlama-lama di lingkungan absurd ini.
"Aku meninggalkan vespaku di depan. Sepertinya kita harus pulang sekarang, ayo Fairy."
Aku berdiri dan langsung berniat pergi. Tora ikut berdiri. Semoga Fairy mengikutiku dari belakang. Tiga langkah maju ke depan,
"Tidak boleh!" aku mendengar teriakan. Aku mundur selangkah. Nesa berteriak. Sekarang apa lagi? Nesa mendekatiku diikuti Fairy. Semoga dia tidak langsung menggorokku atau apa. Begitu dekat denganku, mimik wajah Nesa seperti orang melas.
"Ini sudah malam kak. Aku takut nanti terjadi apa-apa sama Kak Kevin. Kak Kevin sama Fairy menginap disini saja."
Wow, menginap. Sama sekali tak terbesit dalam pikiranku tentang acara menginap. Aku rasa rumahku lebih nyaman beratus-ratus kali daripada rumah ini. Namun masalahnya bukan kenyamanan rumah tapi tentang kekhawatiran yang terlalu berlebih padaku dari Nesa. Segitunya?
"Ini baru jam 8 Nesa. Aku akan mengantarkan mereka pulang."
Tak perlu kujawab, kakaknya sendiri yang menjawab. Dia mengatakan itu dengan melihat jam tangannya. Jawaban bagus bro.
"Kak Tora!" sepertinya Nesa menolak dan tak terima dengan jawaban kakaknya.
"Atau supir yang akan mengantar mereka."
"Tidak..Kakak jangan hanya mengenalkan Nesa pacar Kakak saja lalu Nesa mau bicara pada Papa tapi juga harus perhatian sama Kak Kevin."
Hening.
Kenapa si brengsek ini jadi diam. Apa kau tidak bisa menjawabnya lagi brengsek! Tapi sepertinya kalau dibiarkan malah akan membuat semakin tambah tidak jelas.
"Fairy kan besok sekolah jadi kita harus pulang sekarang."
"Aku besok libur kak."
Anjir. Rubah itu! Aku memelototinya dan memberi tanda -kenapa-kau-bilang-begitu!!- dengan bahasa mukaku tapi hanya tanda piece yang aku terima. Sial, sepertinya dia bersekongkol dengan rekan sehobinya itu.
"Nah kan. Fairy juga setuju kalau menginap disini kok, sekolah kita kan libur besok."
Aku harus memikirkan alasan lain. Tiga lawan satu? oh tak masalah asal aku bisa pergi dari sini.
"Aku tidak bawa seragam."
"Kak Tora punya banyak seragam cadangan."
"Aku tidak bawa.."
"Tas, buku dan sepatu juga..."
Oh shit dia tahu isi pikiranku. Aku sudah mulai terpojok. Oya kalau dengan alasan aku belum mengerjakan PR pasti Nesa akan berpikir ulang.
"Kakak tak perlu khawatir dengan PR kakak, Kak Tora itu pintar, nanti Kakak minta bantuan saja sama Kak Tora. Bukannya itu yang mau kakak katakan?"
Sialan! Kenapa rubah itu yang menjawab! Bagaimana rubah ini tahu kalau aku memikirkan tentang PR? Aku rasa aku sudah benar-benar di ujung tanduk.
"Menginap ya kak." rengek Nesa.
"Sepertinya kau harus menghabiskan malam disini." Kata-kata Tora ini seperti penutup debat tadi dan membuatku mengumpat di depan wajah si brengsek ini dengan mimik wajahku tapi hanya dibalas senyuman yang seolah-olah aku ini dianggapnya lucu. Brengsek.
***
Aku menatap wajahku di depan cermin. Entah apa yang kupikirkan saat ini, semua berlalu begitu saja. Jika saja bukan karena dana klubku itu dan memastikan apa yang diucapkan Tora aku tidak akan berada di sini. Sekarang aku ada di kamar mandi di kamar Tora. Bisa-bisanya aku sampai di sini. Aku tidak terlalu akrab dengan Tora dan kalau teman-temanku tahu aku di sini pasti mereka akan bertanya-tanya terutama Yon yang mulutnya hampir seperti lubang toilet itu akan cerewet dan menghabisiku dengan ocehannya. Aku keluar kamar mandi setelah membasuh mukaku. Aku sudah mandi dari rumah tadi dan sekarang tinggal menunggu mata ini tertidur. Aku lihat si brengsek itu sedang sibuk, entah apa yang dilakukannya.
"Kau sedang apa?" aku bertanya lalu mendekat ke arahnya. Ada banyak kaset film disana, aku rasa DVD. Apa sebelumnya DVDnya berantakan?
"Bersih-bersih. Aku tidak mau kau berpikir kalau kamarku berantakan."
"Aku pernah tidur di tempat yang lebih buruk di kamarnya Yon."
"Mau coba mengatakan kamarmu bersih?"
"Tentu saja.Aku orang yang sangat bersih." Apa dia sangsi kalau aku memang suka bersih. Bagaimana mungkin aku suka kalau kamarku berantakan. Bukannya akan lebih nyaman kalau semua barang tertata rapi di kamar yang bersih. Dia tidak menjawab hanya sibuk merapikan DVD film dan buku-buku. Aku melihat banyak buku komik juga. Sampai aku melihat buku yang pernah aku baca. Aku mengambilnya dari rak di depan Tora. Apa orang ini juga membacanya?
"Kau membaca ini juga?"
"Ya, tapi aku tidak tahu sudah berapa volume sekarang."
"Oh, aku sudah baca semuanya. Aku tahu ending komik ini. Mau aku ceritakan?"
"Hey itu tak akan seru. Aku akan membacanya sendiri."
Baiklah memang benar juga, akan lebih seru kalau membacanya sendiri daripada orang lain yang cerita. Aku mengembalikan komik ini di tempat semula.Aku melihat-lihat lagi, siapa tahu ada yang menarik.
"Eh, aku juga suka ini. Ada sekuel dari film ini yang segera ada di bioskop. Kau mau nonton?"
Aku duduk di kursi balon di belakangku setelah mengambil DVD film yang masih ada di lantai. Tunggu, dasar sial karena terlalu bersemangat dengan sekuel film ini sampai aku tak sadar kalau aku secara tidak sengaja mengajaknya nonton. Bukankah aku hanya perlu melewati malam ini dan tidak akan lagi berhubungan dengan orang ini lagi. Semoga saja dia tak menganggapnya serius.
"Kau mau nonton bersamaku nanti?" Sepertinya dia mencoba memastikan apa yang kuucapkan tadi.
"Uh. Ya ya kalau kau yang bayar!" aku ngeles.
"Oke oke."
Dia bersedia dan siapa juga yang mau.
Aku mengulurkan DVD yang kuambil tadi pada Tora, dan dia menerimanya dan menatanya kembali.
"Oh bisa aku pinjam game itu. Aku ingin memainkannya."
"Ambil saja. Aku akan menyiapkan peralatan sekolahmu. Mainlah sesukamu."
Tentu saja aku akan memainkannya. Apa kau akan membiarkan aku bosan di sini. Dia pergi setelah selesai membereskan apa yang dibereskannya tadi. Uh aku belum bisa tidur, aku mengambil game yang kumaksud tadi, aku rasa aku perlu memainkan beberapa permainan dari PSP ini. Siapa yang peduli dia mau pergi kemana.
***
Aku memang fokus dengan PSP ini di tempat tidur Tora tapi kenapa aku masih mendengar suara orang bicara di arah pintu kamar setelah Tora keluar? Ah mungkin hanya perasaanku saja, game ini lebih menarik daripada aku harus peduli dengan suara itu. Aku melanjutkan permainan sampai seseorang masuk ke kamarku, kamar Tora maksudku.
"Kak Keviiiin...."
Suara itu, si rubah licik! Dia langsung berlari dan duduk disampingku. Apalagi sekarang. Apa dia mau minta maaf telah membuat kakaknya berada di kamar ini? Aku pura-pura tak menghiraukannya dan masih sibuk dengan PSPku. Aku melirik sedikit ke arahnya sepersekian detik lalu aku mengalihkan kembali mataku ke PSP. Dia sesekali tertawa kecil, aku benci itu kau tahu! Dia melihatku seperti ingin mengungkapkan sesuatu.
"Hm..aku pikir ini hanya perasaanku saja. Tapi kenapa rasanya kakak benar-benar mirip sama Noh di Love Sick ya..?"
Lagi. Novel itu. Noh. Apakah ada topik lain selain ini? Aku pikir ini akan selesai, tentang novel itu, aku kira sudah berakhir kemiripannya denganku. Aku tidak percaya sampai sejauh ini Fairy masih mengkait-kaitkan aku dengan Noh dan Love Six? Love Shit? Love... entahlah apa judul novel itu. Bukankah Fairy hanya bilang vespaku saja yang mirip dengan vespa Noh lalu kenapa Fairy bisa beranggapan seperti itu? Aku tidak memberi tahu masalah danaku dan apa yang terjadi di ruang OSIS padanya. Hanya itu saja kan yang mirip di novel? Aku benar-benar tak mengerti.
"Lalu apa benar Kak Tora itu pacar Kakak?"
-GAME OVER-
****
https://www.facebook.com/turn.turn.79
Ka @cuta_inuyasha
Ce @d_cetya
Ko @Tsunami
bang @balaka
@Wita
@JimaeVian_Fujo
mas @harya_kei
@lucifer5245
@Akang_Cunihin
@ardi_yusman
Noh tu Seme apa Uke?
thanks @3ll0