“LOVE SHIP”
By: TURN
Aku tidak habis pikir, bagaimana ini bisa menjadi sebuah kebetulan yang konyol. Tepatnya kemarin saat dimana aku mendadak frustasi karena dana klubku tiba-tiba menjadi 2 juta, padahal seharusnya aku sudah menulis 15 juta untuk klubku di proposal kemarin!! dan saat itu aku buru-buru langsung lari ke ruangan OSIS dan tak peduli menabrak siapapun yang lewat setelah anggota klub memberitahu berita yang membuatku kaget seketika itu. Dan disanalah (di ruangan OSIS) terjadi sesuatu yang benar-benar membuat aku seolah berhenti berfikir kenapa orang itu memintaku melakukan hal yang tidak-terbesit-sama-sekali-dalam-otakku? Walaupun aku sendiri yang menawarkan diri untuk melakukan hal apapun asal aku bisa mendapatkan dana pengganti yang sebenarnya sudah darurat karena klubku sudah memesan drumset (seperangkat alat drum). Celakalah aku kalau barang itu datang dan uangnya belum ada!! Kalau kalian mau tahu apa yang diucapkan orang itu padaku di ruangan OSIS, aku akan coba mengingat apa yang diucapkannya. Aku masuk ke ruangan OSIS dan tak ada seorangpun disitu kecuali Si Sekretaris OSIS, Tora. Karena aku gak tahu dimana Si Ketua OSIS, aku meminta Tora untuk mengecek hasil rapat dana klub kemarin, awalnya dia sempat segan tapi setelah aku memohon-mohon akhirnya dia mengeceknya untukku.
"Benar 2 juta disini. Klubmu kemarin setahuku memang minta 15juta.Tapi kemarin anggota klubmu hanya seorang yang datang, dan klubmu hanya mendapatkan bagian 2 juta, karena klub-klub yang lain kayaknya mengintimasi anggota klubmu itu,dia terdiam sampai rapat kelar." terang Tora saat itu.
Dan aku mulai berpikir kalau yang datang saat itu Adit!!!! Dasar kampret anak itu. Kenapa dia sampai tidak bisa ngomong apa-apa!! Tapi aku tidak serta merta menyalahkannya. Karena semua anggota klub kecuali Adit ikut camping jadi hanya dia saja yang bisa datang. Untungnya tidak sampai tidak dapat sama sekali dana. Aku sudah bingung saat itu dan menumpahkan deritaku saat mengingat drumset yang klubku pesan. Saat itu mungkin Tora mendengar saat aku bilang sudah memesan drumset dan dia berkata,
"Ada jalan lain."
Oh, bagai minum air di gurun sambil berenang, aku benar-benar melihat cahaya penolong dari sosok Tora. Aku pun sesumbar akan melakukan apapun asalkan aku bisa mendapatkan uang itu. Apapun. Aku bilang padanya, merawat hewan peliharaan, menjadi badut, memukul dewan sekolahpun aku berani!!! Dan Tora memintaku untuk melakukan hal yang terakhir yang kusebutkan. Ayolah Tor, kau serius aku mau melakukan itu? Lagipula darimana aku dapat uang dari memukul dewan sekolah? Mungkin aku harus meralat yang kusebutkan terakhir itu dengan mencium lutut dewan sekolah, rasanya jadi sedikit lebih mudah? Aku rasa. Untung Tora hanya bercanda. Kelewat lucu sampai aku tidak bisa tertawa. Apa-apaan itu bercanda dalam keadaan darurat begini. Aku telah siap mendengar apa yang sebenarnya Tora inginkan sekarang.
"Vin. Jadilah pacarku."
Alamak! Demi dewi-dewi di surga! Mulutnya itu rasanya ingin aku sumpal dengan kain pel. Apa dia dalam keadaan sadar telah mengatakan hal semacam itu.
"Anjrit!! Bangke!!!!" hanya umpatan itu yang aku semprotkan padanya saat itu biar dia tahu, seberapa keras aku menolak tawaran tersebut. Aku meninggalkan orang aneh itu yang sebenarnya aku tidak terlalu dekat dengannya.
Dan mengapa kejadian itu bisa kusebut kebetulan konyol? Waktu sepulang sekolah, aku langsung ke kamarku tanpa berganti pakaian dan tertidur sampai benar-benar sampai waktu makan malam. Adik perempuanku yang masih SMP masuk ke kamarku saat aku menyuruhnya masuk karena pintunya tidak kukunci. Saat itu aku sudah terbangun tapi malas untuk bangkit. Aku memilih untuk merebahkan diri di tempat tidurku.
"Kakak keliatan aneh.Memikirkan sesuatu ya Kak?"
Memang adikku ini sangat peduli dengan kakaknya. Dia langsung tahu kalau saat itu aku memang sedang memikirkan masalah dana klub dan err... tawaran dari Tora.Tapi jangan salah sangka dulu dengan kepedulian si rubah kecil yang punya hobi aneh ini.
"Tidak, aku tidak memikirkan apa-apa. Ada apa kamu kemari, mau cerita tentang hobi anehmu itu lagi?" Rasanya aku malas meladeni adikku jika benar-benar dia ingin cerita yang berhubungan dengan hobinya itu padaku. Aku menghela napas dan memejam mata, siapa tahu aku bisa tidur lagi dan lolos dari rubah kecil ini.
"Hobiku tidak aneh kak! Enak aja. Banyak kok yang hobinya kayak aku. Aku kesini karena ini sudah waktunya makan malam. Aku disuruh mama buat bangunin Kakak.Aku tahu pasti Kakak tidur.Sana mandi dulu kak. Bau! Huh."
Benar benar ini anak. Peduli sih peduli, tapi bilang baunya jangan pakai tutup hidung segala sambil ngibasin tangan. Sebau itukah aku?
"Ntar. Sana keluar dulu. Aku nyusul." Huh, aku benar-benar malas sampai lupa apa itu makan malam. Sepertinya saat itu adikku tidak mudah menyerah.
"Eh kak, aku habis baca novel online lho. Seru banget." Ini dia yang paling aku benci dari adikku. Dia mulai bercerita tentang hobinya yang absurd itu. Aku harus bertahan agar aku tidak goyah. Mungkin adikku menggunakan cara ini untuk bisa membuatku bangkit dari tempat tidur dan lekas mandi. Dia duduk di tepi tempat tidurku sekarang. Aku membelakanginya dan pura-pura tidak mendengar.
"Novelnya judulnya Love Sick. Itu ceritanya so sweeeeeet bangeeet kaaaak." adikku tertawa cekikikan sendiri, dia sudah mulai masuk di dunia fantasinya. Aku harus hati-hati. Rubah licik ini tahu kalau aku sangat muak dengan cerita yang seperti itu.
"Ceritanya berawal dari Noh yang gara-gara anggota klubnya dibully saat rapat hanya dapat dana 5.000 bath untuk klubnya itu Kak. Padahal Noh mintanya 35.000 bath. Oya 1 bath itu berapa rupiah ya kira-kira?"
Oh?
Apa aku tidak salah dengar? Sebenarnya aku hampir terpejam karena aku sama sekali tidak berminat mendengar celotehan Fairy. Tapi kupingku bagai ditarik hanya dengan serentetan kalimat "cerita pembuka" dari apa yang diceritakan Fairy. Masa bodoh dengan berapa rupiah 1 bath itu.Siapa tadi? Nama tokohnya? Noh? Oya bukan nama tokohnya yang bikin aku langsung membuka mata tapi apa yang terjadi pada Noh sama persis dengan apa yang terjadi padaku men!! Stay cool saja. Kebetulan di dunia ini bukan semata-mata keajaiban. Hanya kebetulan, hanya kebetulan, bisa saja orang lain mengalami hal yang sama sepertiku kan?
"Noh langsung lari ke ruangan OSIS dan tanya apa benar dananya segitu. Tapi dia tidak bertemu Ketuanya, tapi ada sekretarisnya, namanya Phun. Padahal Noh kan sempat ketemu ketua OSISnya pas lari gitu Kak. Karena buru-buru jadi tidak sadar. Hahaha geblek."
A I U E O-sis? Sekretaris? Oke bisakah seseorang membantuku tidur pulas malam ini. Setidaknya aku waktu lari tadi tidak berpapasan dengan Ketua OSIS. Bisa dibantah kan kalau ini bukan kebetulan yang sempurna? Hahaha stay cool men!
Drrrrr...Drrrr...
"Uh.ganggu aku cerita aja ah. Kak hpmu bunyi tuh."
Aku langsung menyambar hpku yang ada di meja kecil disampingku, itung-itung bisa membuat Fairy berhenti ngoceh sejenak.
From: Fauzi, Ketua OSIS.
__
Hei bro. Kamu tadi lari-lari nyariin aku ya? Makanya matamu dipasang bro. Kamu tadi kan sempet nabrak aku. Gak inget kan? Ati-ati lain kali kampret. Kayaknya Tora udah jelasin tentang dana klubmu.
__
Oh Fauzi. Sepertinya tidak perlu kubalas. Apa orang yang aku tabrak waktu itu Fauzi? Masak? Kenapa aku tidak sadar ya? Hahaha Geblek. Tapi tunggu...
'Padahal Noh kan sempat ketemu ketua OSISnya pas lari gitu Kak. Karena buru-buru jadi tidak sadar. Hahaha geblek.'
Kata-kata dari Fairy berenang-renang di kepalaku.aku melihat ke arah Fairy. Dia cemberut lalu tersenyum padaku.
"Kenapa kak? Siapa yang sms? Oh ya aku lanjutin ya ceritanya. Hehehe.."
Aku hanya bisa mengangguk antara pasrah dan tidak percaya saat itu. Aku benar-benar sudah tidak bisa menyangkal kalau itu benar-benar sebuah kebetulan yang super kebetulan. Tapi boleh kan aku berharap cerita selanjutnya dari Fairy tidak sesuai dengan apa yang terjadi padaku? Aku rasa boleh karena siapapun tidak bisa melarangku. Jadi sudahkah kalian tahu hobi aneh Fairy? Sepertinya akan kujelaskan nanti. Saat ini aku meninggikan bantalku agar aku bisa melihat Fairy dengan jelas. Bisa aku lihat dia tersenyum licik padaku saat aku mulai bereaksi dengan ceritanya itu.
"Ternyata dana itu benar adanya kak. Terus Noh frustasi deh. Terus Phun menawarkan jalan lain buat Noh yaitu meminta Noh untuk.."
"Jadi pacarnya kan?"
Jawabanku sukses membuat Fairy takjub. Dia bertanya padaku darimana aku tahu. Aku bilang asal tebak saja. Karena jalan cerita itu jika disambungkan dengan hobi Fairy yang suka hal-hal yang berbau gay pasti langsung mengarah kesitu. Dan itulah hobi Fairy. Dia suka sekali dengan hal-hal yang berbau gay, entah itu film, komik atau apalah, dia pasti langsung histeris.
Apa memang sial atau kenapa hal kebetulan itu terjadi padaku. Benar-benar sama persis terjadi padaku. Aku tidak menyangka ada hal yang menarik tapi menggelikan terjadi pada kehidupan biasaku ini. Semoga saja ini hanya sekedar kebetulan sehari tanpa ada kelanjutan yang lain-lainnya. Kelanjutan dari cerita itu Noh pergi ke rumah Phun untuk memastikan apa dia tidak salah dengar dengan ucapan Phun.Hanya itu yang Fairy katakan. Aku tidak perlu dengar kelanjutannya.Atau aku akan dicap oleh Fairy kalau aku tertarik dengan cerita itu. Aku juga tidak ingin langsung percaya kalau kelanjutan ceritanya akan benar-benar terjadi padaku lagi. Gila apa kalau seandainya seluruh cerita novel akan terjadi sama persis sedetail-detailnya padaku. Cukup pembukanya saja itu sudah cukup membuatku heran kan? Tadi aku langsung buru-buru pergi mandi tanpa mendengarkan cerita Fairy lebih lanjut.Lalu, apa aku harus kesana juga?
Dan sekarang aku disini dibawah kucuran shower, untuk sejenak menyegarkan pikiran. Fairy sepertinya berhasil membuatku bangkit. Dia keluar dari kamar beberapa menit yang lalu. Saat ini aku benar-benar bingung, karena harus memikirkan tentang dana itu. Aku memijat kepala plontosku, setidaknya untuk meringankan cenut di kepala.
***
Aku bergegas turun dari kamar dengan terburu-buru setelah berganti pakaian. Tidak ada salahnya aku juga memastikan apa yang Noh juga lakukan. Masuk akal kan jika ternyata Tora tidak bermaksud berkata seperti itu. Aku lihat mamaku hanya menggelengkan kepala melihat aku terburu-buru. Apalagi Fairy yang susah-susah membuatku bangun tapi aku tidak jadi ikut makan malam dan dia hanya cemberut. Haha. Rasakan itu rubah kecil!! Tega sekali akunya. Sekali-kalilah. Aku mengeluarkan vespa sprint bagong putihku dari garasi, motor kesayanganku, masih mulus karena aku rawat dengan sepenuh hati seperti anak sendiri. Oke itu berlebihan. Aku menyalakan motor, aku slah, dan nyala sampai ada suatu "benda" tiba-tiba jatuh berada tepat di jok belakang motor. Aku menoleh dan sesosok penampakan yang tak kuinginkan tertera jelas di depan wajahku.
"Aku ikut. Yah yah yah." Fairy!!! si rubah kecil ini ternyata benar-benar membuat aku ingin sekali melemparnya ke kolam. Tapi tenang saja, aku tidak sejahat itu, hanya menggertak dalam hati karena kesal. Apa yang harus kulakukan pada adik kesayangan tapi menjengkelkan ini agar dia mengurungkan niat untuk ikut denganku?
“Ayolah kak, sekali-kali aku mau ikut. Kakak sudah lama tidak mengajakku jalan-jalan kan?” Dia mulai merajuk. Aku benci ini ketika anak ini mulai merajuk. Aku hampir selalu luluh pada rajukannya ini. Dan tak butuh lama untuk aku luluh, matanya yang mulai berkaca-kaca yang menjengkelkan itu yang membuatku membiarkan dia ikut bersamanya.
“Tidak perlu akting menangis begitu. Aku akan mengajakmu.”
“Kakak selalu tahu kalau aku lagi akting!! Huh, tapi makasih kak sudah mau mengajakku. Ngomong-ngomong sepertinya aku sadar sesuatu.” Aku masih menoleh ke kanan melihat Fairy di jok belakang memperhatikan sisi kanan kiri vespaku. Seolah melihat ada yang janggal dengan vespaku.
“Sadar apa?”
“Hmm..Oya, vespa kakak mirip sama punya Noh!!”
Oh anjrit!! Tolong jangan lagi..
****
https://www.facebook.com/turn.turn.79
Comments
apa jalan hidup -Vin akan sama kayak cerita Love Sick?
lanjut ya
***
"Aku rasa ini rumahnya."
Sekarang aku berada tidak jauh di depan gerbang yang di dalam sana sebuah rumah megah bertingkat tertangkap oleh kedua mataku. Adakah yang masih ingat tujuanku kesini? Aku ingin memastikan bahwa apa yang diucapkan Tora itu mungkin dia tidak sadar dengan perkataan itu, atau mungkin dia ingin mengerjaiku.Tapi atas dasar apa dia mengerjaiku? Mana aku tahu. Kalau sampai benar dia melakukan itu, aku tidak akan segan-segan melayangkan tinju di mukanya itu.Karena itulah aku harap dengan aku kesini, semua akan menjadi tak semenggelikan yang aku bayangkan.
"Kak ini rumah teman kakak?"
Hampir saja aku lupa kalau aku mengajak rubah kecil ini bersamaku. Kenapa aku terkesan jahat menjuluki adikku sendiri dengan rubah? Mungkin dalam bayanganku rubah itu menggemaskan tapi licik. Tak perlu aku jelaskan kenapa bisa rubah itu terkesan licik akupun tak tahu. Hanya menurutku saja. Saat aku menyadari deskripsi rubah menurut yang aku bayangkan, akan terlihat sama dengan saat aku membayangkan Fairy, apalagi kalau dia tersenyum tapi terkesan mengejek itu paling membuatku menghela nafas panjang. Nyatanya dari saat sebelum kita kesini, dia bilang vespaku ini mirip punya Noh. Dia tersenyum, dan senyumnya itu banyak mengeluarkan tanda tanya. Memang segitu miripnyakah vespaku dengan vespa Noh? Noh itu hanya satu karakter yang tidak nyata. Jangan samakan aku dengan karakter yang tidak nyata begitu. Kalaupun itu terjadi sudah kugaris bawahi kalau itu hanya kebetulan. Terlepas kebetulan yang sangat mirip itu masa bodoh dan aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu.
"Ya. Kamu tunggu disini. Biar aku kesitu dulu." Aku meninggalkan Fairy setelah mestandarkan vespaku. Aku membuka helm dan Fairy dengan gesit menawarkan diri untuk membawakan helmku. Dia masih duduk manis.Sungguh baik hati adikku ini.
Aku menuju gerbang yang tertutup itu.Sepertinya dikunci. Aku melihat dari celah atas gerbang siapa tahu aku melihat seseorang di dalam dan benar aku melihat sesosok orang yang aku kenal sedang mondar-mandir di taman agak jauh dari gerbang. Sepertinya dia sedang menerima telepon.
"Tor!! Tora!!! Tora!!!" aku memanggil orang tersebut cukup keras sambil melambai tangan kananku hingga panggilan ketiga dia baru sadar kalau ada seseorang yang memanggilnya. Dia menoleh padaku dan menuju pintu gerbang.Oh ini waktunya aku harus segera menyelesaikan masalah dana klubku. Bukannya dia kemarin mau membantuku kan? Pintu gerbang terbuka dan menampilkan sosok Tora.
"Oh. Hai Vin! Ada apa kemari? Eh dia siapa?" Tora menyapaku dan melihat ke adikku setelahnya. Jam segini Tora masih mengenakan seragam sekolahnya? Peduli apa aku.
"Dia Fairy adikku. Begini. Kau masih ingat kan aku tadi ke ruangan OSIS bertemu denganmu lalu.."
"Ya. Aku ingat."
Sial! Dia memotong pembicaraanku. Sepertinya aku langsung ke intinya saja, kalau basa-basi mungkin akan terkesan aneh di matanya.
"Kau bilang ingin membantuku mengatasi dana klubku. Kau menawarkan bantuan padaku mengatasinya tapi dengan menyuruhku jadi semacam pacar atau sesuatu atau entahlah. Waktu itu aku mungkin salah dengar, lain kali aku mungkin perlu memeriksakan telingaku ini."
"Itu benar. Kau tidak salah dengar."
"Oh. Itu memang benar? Jadi telingaku...Apa!? Kau serius?"
"Ya aku serius."
Aku tidak percaya ini. Aku mendekatinya, memegang bahunya dan menatap matanya.
"Kau tidak bercanda denganku kan? Tolong bilang kalau ini hanya bercanda." harapku.
"Aku tidak bercanda,Vin."
"Oke thanks. Goodbye!! Permisi!!" Tanpa harus meyakinkan lagi aku harus pulang sekarang juga. Sudah jelas.Dalam hati menyesal memastikan ucapan yang ternyata memang benar adanya itu.
"Vin, tunggu aku jelaskan dulu!!" Si keparat itu mencoba menahanku sampai berani menyentuh tanganku.
"Jangan menyentuhku!" Aku menggertak , aku menuju vespaku, disana aku lihat Fairy seperti bingung melihat ke arahku.
"Tolong dengarkan dulu Vin. Aku bukan orang yang seperti itu. Aku bukan gay. Jadi jangan salah paham dulu."
Aku menghentikan jalanku. Keparat ini mencoba memberi penjelasan.
"Kenapa kau bisa bilang begitu!?" Aku berhenti bersamaan dengan ucapanku ini. Maksudku bagaimana mungkin dia meminta hal seperti itu padaku dan dia bukan gay katanya?
"Kau pasti tahu kalau aku sudah punya pacar kan?"
Aku terdiam sejenak. Benar juga, Tora memang sudah punya pacar. Aku pernah datang ke ulangtahun pacarnya itu dan melihat mereka sangat serasi. Jadi mengapa dia memintaku untuk jadi pacarnya begitu?
"Lalu kenapa kau memintaku untuk jadi pacarmu?"
"Karena aku butuh bantuan Vin."
"Bantuan?"
Apa-apaan ini. Kenapa bantuan harus semenggelikan ini? Atau mungkin ada yang lain yang bisa kulakukan selain menjadi apa yang Tora mau? Mungkin tidak karena berulang kali aku meyakinkan kemungkinan ini dan zonk. Sampai tak memberi aku untuk menjawab lagi, keparat itu menarikku untuk masuk ke rumahnya.
"Aku akan jelaskan di dalam. Ayo masuk."
Lenganku ditarik. Siapa yang mau dipaksa-paksa begitu. Semakin aku ingin melepaskan diri, kekuatan Tora semakin kuat.
"Fairy ayo masuk!" berani-beraninya dia panggil-panggil adikku juga. Fairy kau bisa saja membantu kakakmu melepaskan diri dari orang ini. Tapi harapanku diruntuhkan dengan senyumanmu yang seolah-olah bahagia melihat aku menderita.
***
Beberapa menit yang lalu, Tora menarik-narikku untuk menuju kesini. Sekarang ini aku berada di kursi tepi kolam renang, sedangkan Fairy tak jauh dari tempatku memainkan air dengan kedua kaki kecilnya itu. Untunglah dia tidak mendengar apa yang aku bicarakan di gerbang tadi dan dari jauh sini dia juga tak mungkin mendengar apa yang akan kubicarakan nanti. Sesekali dia tersenyum-senyum sendiri melihat ke arahku. Sepertinya aku mulai tahu apa yang dipikirkan si rubah kecil itu.
Aku tak menyangka akan begini jadinya. Aku harus segera pergi dari tempat ini. Sekarang di sebelahku ada si brengsek yang sedari tadi masih diam. Ada apa sebenarnya dengan orang ini. Bisakah kau cepat menceritakan apa yang sebenarnya maksud dari semua ini?
"Jadi?" aku memulai pembicaraan kalau tidak aku akan mati kebosanan di sini.
"Kau sudah makan?"
"Bukan itu yang ingin aku dengar!" Pernahkah orang ini merasa kalau apa yang dikatakannya barusan malah akan membuatku semakin geram?
"Jelaskan padaku." aku mulai tak sabar ingin segera mendengar penjelasannya.
"Kau mau kan kencan denganku Vin?"
"Kau gila. Apa kau sadar apa arti dari perkataanmu itu . Kita ini teman. Kau mengerti!?"
"Aku tahu tapi aku menginginkan lebih dari itu sebagai pacar."
"Kita tidak akan selesai kalau begini terus. Aku keluar!" Aku sudah malas dengan ini. Aku bangkit dari tempat duduk dan berniat meninggalkannya. Apakah Noh juga mengalami apa yang aku rasakan sekarang. Mengapa aku mendadak teringat tokoh novel itu. Lalu kalaupun sama, bagaimana dia bisa keluar dari sini? Sial, tidak, kenapa aku terkesan mengamini kalau cerita novel itu benar-benar terjadi padaku.
"Aku akan dijodohkan dengan anak perempuan dari teman papaku. Tapi aku tak bisa, karena aku sudah punya pacar.
Langkahku tertahan dan Tora sudah mulai menjelaskan semuanya. Aku kembali ke tempat dudukku. Rasanya kolam renang di depanku ini mencerminkan pikiranku saat ini yang tak tenang.
"Kalau aku menolak, papaku pasti akan marah besar. Hanya Nesa yang bisa membantuku. Papaku akan menuruti semua kemauan Nesa."
"Nesa adikmu?"
"Ya, adikku. Nesa bilang dia akan membantuku."
"Um. Kenapa kau tak bilang pada Nesa kalau kau sudah punya pacar?"
"Tak semudah itu."
"Maksudmu?"
"Saat memasuki SMP, Nesa berubah total. Banyak sekali komik di kamarnya."
"Itu tidak aneh."
"Dia suka komik gay."
"Apa?"
"Bukan hanya itu."
"Hah?"
"Dia juga suka sekali menonton film gay, aku pernah melihatnya menonton adegan ciuman."
Aku memang kaget ternyata masih ada orang lain yang punya adik yang sama dengan kesukaan seperti itu. Tapi kesukaan yang seperti itu bukan masalah yang harus aku takuti. Itu hanya sekedar hobi walaupun aku pernah bilang hobi yang aneh. Sama-sama punya adik perempuan yang "ajaib" tetap saja aku tidak akan terima jika aku harus menjadi pacarnya.
"Sepertinya aku harus pulang sekarang. Selamat malam. Selamat tinggal. Selamanya!" Keputusanku sudah bulat aku harus pergi.
"Tunggu." Dia mulai mencegahku lagi. Baiklah aku sepertinya harus meyakinkan sekali lagi kalau aku sama sekali menolak tawaran itu.
"Kenapa harus aku!?"
"Karena Nesa akan membantuku kalau aku punya pacar cowok."
"Sialan! Masih banyak cowok-cowok lain diluar sana, apa kau sulit menemukan satu diantaranya!"
"Akan lebih mudah kalau orang itu manis dan cute. Nesa menyukai cowok yang seperti itu." Keparat itu kemudian melihatku mulai dari kaki hingga ke kepala, akupun mengikuti arah pandangan matanya. Benar-benar risih.
"Apa itu salahku kalau aku memiliki kulit putih dan bibir yang merah?" aku berkilah.
"Apa kau bisa bayangkan kalau cowok dari geng Manja bertemu Nesa?"
Memang di sekolahku ada geng Manja. Geng yang beranggotakan cowok-cowok feminim. Tapi kalau memang benar Tora memilih satu di antaranya untuk dikenalkan ke Nesa. Aku tidak bisa membayangkan akan seperti apa terpuruknya Nesa. Bukannya aku meremehkan mereka, tapi menurut yang sudah pernah berurusan dengan geng Manja, maka orang itu akan jadi bulan-bulanan anggotanya. Semacam "diperkosa" (karena bukan dalam arti yang sebenarnya, mungkin hampir). Nesa akan berpikir ulang aku rasa dengan gaya mereka. Aku hanya bisa terdiam dengan pertanyaan Tora.
"Nesa tidak suka cowok feminim dan terlalu tinggi."
"Tapi kenapa aku! Ada Nino, Rafa, Zaky, mereka manis dan pendek! Kenapa kau tidak minta mereka saja untuk membantumu!"
"Karena mereka normal. Mereka tidak akan mau membantuku."
"Lalu kau mau bilang aku tidak normal?"
"Bukan begitu."
"Sepertinya aku perlu meninjumu!"
"Tahan. Tahan."
Aku sekarang sudah benar-benar ingin meninjunya. Ini sudah jelas pemaksaan. Kenapa dia terus saja memaksaku padahal jelas-jelas aku tak bersedia. Aku menurunkan kepalanku.
"Yang aku maksudkan, saat ini kita membutuhkan satu sama lain untuk mencari jalan keluar. Bukan begitu?"
"SIAAAAALL!" Memang benar apa yang dikatakannya. Aku harus membayar drumset yang sudah terlanjur aku pesan. Seandainya ada cara lain aku pasti tidak akan terjebak bersama keparat ini.
"Kita tidak perlu melakukannya sepanjang waktu, hanya di depan Nesa saja dan aku pasti akan mengatasi dana klubmu."
Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku diam tapi bukan berarti setuju menerimanya. Atau memang harus terpaksa menerimanya? Harus apa aku sekarang. Berenang? Aku rasa aku sudah mulai gila kalau aku sampai melakukannya.
"Kak Tora!" Belum saja aku tenang dengan gejolak jiwa ini, aku melihat ada seorang gadis kecil yang datang mendekat. Aku tahu ini pasti Nesa yang diceritakan Tora tadi.
"Siapa ini Kak?" dia bertanya seolah-olah aku benar-benar orang yang sangat asing baginya.
"Kak Kevin!" Oh shit suara ini? Sudah berapa lama aku meninggalkannya? Kenapa malah kesini dan muncul di situasi yang tak pas begini. Dasar rubah!!
"Kakak sudah selesai belum sih? Aku sudah bete nunggunya." Rubah ini mulai menggerutu. Harus bagaimana ini. Jangan sampai rubah ini tahu.
"Eh Fairy? Kenapa kamu bisa ada disini?"
Nesa kenal Fairy? Ya Tuhan kalau ada tiang listrik disini aku rasa aku ingin sekali memanjatnya dan melompat kabur dari sini.
"Loh Nesa? Eh ternyata ini rumahmu? dan emm.. itu pasti Kak Tora yang sering kamu ceritakan itu ya?"
Gawat. Mereka rupanya saling kenal Apa-apaan ini? Kurang sial bagaimana lagi aku. Fairy akan tahu segalanya tentang ini. Atau bisa saja rubah ini akan mengkait-kaitkannya dengan novel Noh itu jika kejadianku ini terjadi sama dengan apa yang ada di novel.
"Iya dan itu kakakmu? Kenapa bisa sama kakakku?"
"Aku pikir kau sudah tidur Nesa." Kali ini Tora yang bersuara, semoga dia tidak akan berbuat yang tidak-tidak nantinya. Aku hanya bisa diam, tak tahu apa yang ingin aku ucapkan. Sebisa mungkin aku mencoba menghindari pandangan dari Fairy.
"Nesa ingin jalan aja, Nesa belum ngantuk. Kak Tora sendiri, apa yang sedang kalian lakukan?"
"Em..Temanku mampir ke sini."
"Teman?"
"Bukannya kamu mau ketemu Kak Kevin? Jadi aku bawa Kak Kevin kesini."
"Nesa ketemu Kak Kevin?"
Hah? Aku ketemu anak ini? Kok bisa? Aku sampai menunjuk diriku sendiri. Sepertinya Nesa juga sama bingungnya denganku.
"Kamu bilang mau ketemu dengan pacar kakak? Ya kan?"
Salah dengarkah aku saat ini? Si keparat ini lagi-lagi. Aku menggigit kencang gigi-gigiku dengan gigi-gigiku. Haruskah kau mengatakan itu! Disini ada adikku bangsat. Siapapun yang bisa menarikku pergi dari sini, lakukan sekarang juga. Aku sudah benar-benar diambang kehancuran atau apalah ungkapan yang pas untuk ini. Aku sudah tak bisa berkutik dan hoy kenapa Nesa dan Fairy malah tersenyum-senyum melihat ke arahku yang mencoba melepaskan diri dari pelukan paksa Tora. Fairy apa kau tidak malu dengan apa yang kau lihat ini! Ada apa dengan mereka. Jangan berpikir-pikir yang tidak-tidak! atau aku sudah sangat terlambat untuk mengatakan itu. Tora telah memulainya. Apa saat itu Noh juga mengalami hal gila begini?
****
https://www.facebook.com/turn.turn.79
kayak cerita drama berseri lovesick - nya yg dari thailand ya
kayak cerita drama berseri lovesick - nya yg dari thailand ya
Colek juga
ka @cute_inuyasha
Ce @d_cetya
Bang @balaka
Mas @4ndh0 @Wita
Jngan lupa di Mention
Jngan lupa di Mention
Aku suka crtany