BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

REASONS TO LOVE A NERD LIKE ME

1232426282940

Comments

  • Chapter 33: Eavesdropping

    Kepalaku jadi berdenyut denyut saat berjalan keluar sekolah. Aku tak mengerti dengan jalan pikiran seorang Taylor Raven. Setelah semua yang dia lakukan padaku dan dia masih berpikir bahwa masih ada kesempatan baginya untuk kembali bersamaku? Atau mungkin dia sombong sekali sampai berpikir takkan ada orang lain yang akan mampu menyainginya? Jika saja dia sadar kalau Vincent jauh lebih baik dari apa yang pernah kurasakan di masa lalu, dan dia sangat terbuka serta perhatian. Dia memberikanku semua yang kubutuhkan dari sebuah hubungan. Dan aku pantas untuk dapat diperlakukan dengan respek dan kebahagiaan. Aku takkan membiarkan siapapun menghancurkannya, tidak Alexis, apalagi Taylor!

    Tiba tiba saja aku jadi kepikiran Alexis, Vincent bilang dia akan menemuinya setelah kelas berakhir. Aku tak bisa menahan diri lagi, dan lalu menyusuri jalan setapak di lapangan dan memperhatikan dari jauh pohon favorit Vincent, dan melihat apa ada mereka yang sedang berbicara disana.

    Tentu saja, aku dapat melihat Vincent yang sedang bersandar dibawah pohon, sedang menunggu Alexis kayaknya. Dia tampak sangat tenang, tapi aku tahu aslinya dia sangat gugup. Lihat, sekarang dia sedang menghisap rokoknya dan juga memukul-mukul jemarinya di tanah.

    Aku berada sangat jauh dari pohon dan Vincent agaknya tidak menyadari keberadaanku. Aku baru saja akan melambaikan tangan dan menghampirinya, sebelum kemudian Alexis datang dari arah yang berlawanan di lapangan. Aku lalu bersembunyi di sudut sebuah gedung sekolah, jadi mereka berdua takkan mengetahui keberadaanku. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi, tapi aku bisa mendengar dengan jelas suaranya. Alexis yang bersuara terlebih dahulu.

    "Nah, katakanlah,.. ayo kita selesaikan masalah ini"

    Ada jeda panjang setelah itu, aku jadi merasa bersalah telah menguping pembicaraan ini. Tapi aku tak tahan untuk tak mendengarkan. Suara Vincent terdengar sangat tenang saat akhirnya dia bersuara.

    "Alexis.... aku tau ini sulit untukmu. Kau sahabatku dan aku tak pernah sedikitpun berniat untuk menyakitimu.. tapi aku tak bisa membiarkan masalahmu mengacaukan semuanya... Scotty benar benar berharga bagiku... Tidakkah kau ingin melihatku akhirnya bahagia?"

    Alexis merengek. "Tentu saja aku ingin melihatmu bahagia!!! Tapi kenapa harus dia???"

    "Kau tak perlu tahu kenapa" Jawab Vincent tegas. "Yang harus kau lakukan hanyalah menerimanya"

    Lalu jeda lagi. Jantungku berdetak sangat cepat, tak yakin bagaimana ini semua akan berakhir nanti. Alexis berbicara lagi.

    "Bagaimana jika aku tidak mau? Karena ini sangat menyakitkan bagiku, Vincent...."

    Rasanya aneh mendengar Alexis mengutarakan perasaannya yang sesungguhnya. Aku agak merasa sedikit cemburu sekarang. Tapi aku memilih untuk menahannya dan berharap ini akan segera berakhir.

    "Jika kau tak bisa bersikap lapang dada..." lanjut Vincent. "Mungkin kita harus mengakhiri semuanya"

    Alexis bersuara lagi, kali ini dengan intonasi yang cemas. "Tapi.. bagaimana dengan musik kita?"

    Ada jeda lagi dan aku asumsikan sekarang Vincent kembali mengangkat bahunya yang khas.

    "Well, aku tak bisa berada dalam sebuah band bersama seseorang yang tak bisa menerima hubunganku"

    Kedengarannya Alexis mulai menangis. "Kenapa kau tega sekali melakukan ini semua padaku?? Tak bisakah kita kembali seperti dulu lagi?? Apa kau sudah dengar semua rumor tentangmu hari ini? Aku tak mengerti kenapa ini semua terjadi!!"

    Vincent menghela nafas berat. "Alexis, kau tahu cepat atau lambat aku pasti akan menemukan seseorang yang benar benar kusayangi. Dan sekarang aku sudah siap untuk orang orang mengetahui semuanya. Lagian itu bukanlah sesuatu yang penting. Aku mencintai Scotty, dan aku pikir aku bisa melihat masa depan kami berdua bersama"

    Kalimatnya yang barusan membuatku merasa seperti tersengat listrik. Kami belum belum pernah membicarakan apapun tentang masa depan, tapi aku tahu kalau aku selalu menginginkan suatu hubungan yang bertahan lama dengan Vincent. Tahu kalau dia juga merasakan hal yang sama membuatku merasa menakjubkan, dan yang bisa kulakukan adalah menahan diriku agar tidak berhamburan dari tempat ini dan menuju Vincent dan memeluknya erat disana dan tetap menguping pembicaraan mereka.

    Lagi lagi ada jeda. Lalu terdengar seperti suara Alexis yang sudah mulai terisak. Vincent menghela nafas, kali ini terdengar lebih gentle daripada yang tadi.

    "Look, Al. Aku minta maaf. Aku tau ini bukanlah yang ingin kau dengar, tapi jika kau peduli dengan persahabtan kita, maka kau harus mencoba dan menerima ini semua. Aku tidak mengharuskanmu untuk menyukai Scotty, tapi kau juga tak bisa mencakarinya seperti waktu itu saat aku tak ada. Itu mengerikan sekali. Dan aku tahu kau sebenarnya lebih baik dari pada itu semua. Aku tau kadang kau juga sangat menyebalkan, tapi kau tidak menakutkan"

    Alexis tertawa dan aku bisa mendengar dia masih terisak. "Diam!! Dasar bajingan!"

    Aku lalu mengintip sedikit dan melihatnya memukul bahu Vincent. Vincent tak merespon candaannya balik, dia tampak serius.

    "Jadi masalah ini selesai sekarang? Aku tak mau hal yang seperti kemarin terjadi lagi"

    Susah mendengarkan gumannya, tapi agaknya sih Alexis menjawabnya seperti ini: "well, mungkin seharusnya kau tak bohong padaku selama ini..."

    "Aku minta maaf karena sudah membohongimu" balas Vincent datar. "Aku benar benar minta maaf. Tapi setelah melihat semua sikapmu, aku tak menyesal"

    Kalimat Vincent terdengar seperti peluru yang menerobos dada Alexis.

    "Aku minta maaf... aku cuma merasa dibohongi dan kesal... dan itu salah... bisakah kita melupakan itu sekarang?"

    Aku melihat Vincent menarik kotak rokok dan mengeluarkan satu batang sebelum kemudian membakar ujungnya. "Kau harus minta maaf pada Scotty"

    "Apa yang harus kukatakan?!" Pekik Alexis. "Oh, aku minta maaf karena sudah mencakar punggungmu, kuharap kau mau memaafkanku?!!"

    "Yeah,.. itu awal yang bagus"

    Alexis memasukkan kedua tangannya kedalam jaket gothic yang sedang ia pakai. "Fine.. akan kukatakan sesuatu saat bertemu dengannya nanti"

    Kalimat itu menggodaku untuk berlari kesana dan membongkar persembunyianku. Tapi kupikir itu bukan ide yang bagus. Aku harus mengaku kalau aku begitu terkejut mendengar Alexis mengalah. Kupikir dia tadi bakal marah marah dan meminta Vincent untuk putus denganku. Dia pasti benar benar peduli pada Vincent, dan itu membuatku agak sedikit kesal untuk memaafkannya.

    Beberapa waktu berlalu dan lalu dia kembali bersuara pada Vincent.

    "Kau ingin pulang? Atau mungkin kita bisa jalan jalan dulu...."

    "Tinggalkan aku sendirian dulu" balas Vincent.

    Alexis menundukkan kepalanya, "baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok.."

    Jelas sekali kalau percakapan itu berakhir. Alexis menyembunyikan tangannya di dalam jaket dan lalu berjalan menyeberang lapangan keluar. Sedangkan Vincent berjalan ke arah yang berlawanan, dan artinya dia akan melintasi tempat aku sedang bersembunyi saat ini.

    Aku mencoba untuk tampak sebiasa mungkin, sebiasa mungkin bagi orang yang sudah menguping dan lalu pura pura berdiri di sudut bangunan tanpa alasan yang jelas. Dia terkejut saat melewatiku.

    "Scotty? Apa yang kau...."

    Aku lalu menarik tas ku, berpura pura sedang mencari sesuatu didalamnya. "Oh Vincent! Kau masih disini... kebetulan sekali..."

    Dia menaikkan sebelah alisnya. "Kau disini untuk mengupingku dan Alexis, kan?"

    "Uhmm... nggak nguping kok.. aku.. cuman penasaran kalau..." aku tercekat sendiri mendengar apa yang keluar dari mulutku.

    Vincent memutar matanya. "Jadi seberapa banyak yang kau dengar?"

    "Err... semuanya?"

    Dia tampak kesal dan itu membuatku merasa bersalah.

    "Maafkan aku, Vincent! Aku cuma khawatir.. dan aku ingin tau apa yang akan dikatakan Alexis... tapi kau menanganinya dengan sangat baik! Beneran! Aku tak bermaksud untuk menganggu privasimu.. aku cuma.. "

    Aku tak tahu lagi harus mengatakan apa sebagai ucapan maaf. Aku kemudian mendongak khawatir pada Vincent, dan melihat ekspresi kekesalannya tadi berubah jadi sebuah senyuman kecil.

    "Fucking hell Specs, kadang aku nggak mengerti kenapa kau bisa jadi sangat menggemaskan"

    Aku tersipu dan lalu tersenyum dengan canggung. "Jadi... kau nggak marah?"

    Dia menggeleng. "Nggak. Sini, kuantar kau pulang"

    Dia meraih tanganku dan menarikku menuju tempat parkir sekolah. Kami kemudian bergandengan tangan di sepanjang jalan.

    "Jadi..." kataku pelan. "Kau bisa melihat masa depanmu bersamaku ya..?"

    Vincent terbatuk kaget. "Ka.. kau mendengarnya?"

    Aku mengangguk saat sudah mendekati mobilnya. "Yap"

    Dia menoleh padaku, mengangkat kepalaku dan lalu menyelipkan rambutku ke belakang telinga. "Apa itu salah?"

    Aku menatap matanya yang sekarang malah tampa tak nyaman dan kemudian mengenggam kedua tangannya.

    "Tentu saja tidak.. aku juga bisa melihat hal yang sama kok"

    Perasaan tak nyaman itu lalu lenyap dari matanya, dan dia kemudian tersenyum lebar. Dia mendorongku menuju mobilnya dan kemudian mencium bibirku. Aku lalu melingkarkan kedua tanganku ke lehernya, menariknya agar bisa sedekat mungkin denganku.

    Semuanya kemudian terasa seperti sedia kala. Kami tak harus menyembunyikan apapun lagi, Alexis mungkin tak senang tapi dia agaknya sudah bisa menerimanya, dan kini aku tau kalau Vincent ingin kami selalu bersama. Aku tak tahu akan berada dimana kami jika sudah dewasa nanti, apalagi saat saat masuk Universitas, tapi aku yakin kami pasti bisa mengatasinya bersama.

    Dan kini hanya tersisa satu saja masalah yang menghantuiku selama ini. Dan masalah itu selalu menghampiri kapanpun kami tengah bahagia.

    "Ewww!! Kekamar sana!! Menjijikkan!!"

    Kami lalu mengangkat kepala dan menemukan Taylor Raven beserta gang nya sedang berdiri di sudut parkiran dengan raket mereka.

    Aku merasa... mereka pasti kesini bukan untuk sesuatu yang bersahabat.
  • @adamy @Risqi @Bib_Ung @NanNan @harya_kei @Kirangan @ffirly69 @freeefujoushi @lulu_75 @Alvin21 @Rikadza @Rezadrians @JengDianFebrian @putrafebri25 @lucifer5245 @ardavaa @centraltio @new92 @raw_stone @balaka @akina_kenji @Andyanz @AlmeraVan @Zhar12 @fery_aditya @phanthek @Toraa @arya_07 @Seiranu @mmdd90 @cute_inuyasha

    Maaf baru update... kemarin gue ada acara kelas dan itu sampai subuh acaranya.. dan hari ini gue cape banget dan seharian tidur mulu kerjaannya. Baru sempqt deh update lagi. Maap maap
  • hm.... jadi kepikiran cerita yang don't apakah terinspirasi dari ini juga? :-?
  • gpp, dimaklumi ko' :d btw, thx tuk ke sekian x nya.. haha
  • gpp, dimaklumi ko' :d btw, thx tuk ke sekian x nya.. haha
  • gpp kok @AbdulFoo ....wooooow romantis part ini ....
  • @Kirangan wah ngga.. Don't gue tulis jauh sebelum gue tau wattpad.

    @Seiranu hehehe

    @freeefujoushi masa sih romantis??? hahahahaha
  • Yang kuat ya taylor, mungkin itu cobaan untuk mu..
  • nah lo apa yang akan dilakukan Taylor ...
  • Wah taylor pasti sakit hati melihat mereka...biar aja deh :v
    Satu masalah lagi yang menghantui? Hmmm taylor n d geng ck...
    Gpp @AbdulFoo yang penting ada lanjutannya dan sampai tamat nanti
  • wah cipokan diparkiran, mauu
  • wah cipokan diparkiran, mauu
  • sweet bgt scooty..
    Taylor blg sj cemburu..hihi
  • Ahhh... taylor sini aku peluk...
  • Vincent benar2 luar biasa dan taylor semakin terluka....
Sign In or Register to comment.