BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

TEMPEST OF LOVE

1246727

Comments

  • percayalah kalau cerita ini bagus, i like it.
    so lanjutkan ok ;)
  • percayalah kalau cerita ini bagus, i like it.
    so lanjutkan ok ;)
  • @boy :)
    @arieat trimaksih atas kepercayaannya
  • TOL2-THE BITTER REALITY

    “Dia kakakmu” Untuk beberapa saat seolah dunianya berhenti. Kenapa kebahagiaan itu hanya ia dapatkan sementara. Ingin rasanya ia menyumpal mulut yang berbicara itu tapi ia juga sangat tahu kalau suara itu adalah kenyataan yang memang harus ia hadapi dengan hati yang mungkin telah tak bersisa. Memang nyatanya ia baru mengenal pemuda bermata grey itu tapi kenapa seolah hatinya berontak untuk menerima kenyataan yang ada.

    Kini semua persendiannya terasa merosot, ia bagaikan sebuah lilin yang telah terbakar oleh api. Api cinta yang ia kobarkan dan langsung padam oleh derasnya air hujan. Jangankan untuk menatapnya lagi, untuk mengingatnyapun ia terasa tak akan sanggup.

    Tapi kenapa pemuda bermata grey itu terus menatap kearahnya? Tidak tahukan dia kalau dirinya adalah adiknya, anak dari sang ayah. Ataukah mungkin ia sememangnya tak tahu, tapi sulit di percaya kalau sang ayah tak memberitahu.

    “Pengawal, bisakah aku pulang istrirahat sekarang?” Ucapan Brian mampu membuat si pengawal yang langsung menyadari perubahan mood majikannya. Dia berpikir apakah ia salah telah mengatakan kalau pemuda bermata grey itu adalah saudara kandungnya. Rasa-rasanya ia tak salah, cepat atau lambat tuan mudanya pasti akan mengetahuinya juga.

    “Kita tidak bisa pulang sebelum pesta selesai karena itu akan sangat tidak sopan” Pengawal terus berkata sopan. Kini suara desahan dari bibir Brian terdengar juga, suara desahan atas rintihan hatinya. Bagimana bisa cinta begitu menguasainya dan menenggelamkannya dalam waktu yang begitu singkatnya.

    Jika memang pemuda bermata grey itu saudara kandungnya kenapa rasanya tak ada hubungan bathin antara dia dan sang kakak, kenapa malah jantungnya yang seolah membuat hubungan itu.

    “Brian, sudah bertemu dengan kakakmu?” Sontak mata biru itu menatap sang ayah yang masih setia dengan senyumannya.

    “Yang di sana kan?” Tunjuk Brian dengan berat dan berharap seolah ayahnya akan menggeleng tapi tidak karena ayahnya mengangguk dengan mantap dan juga pengawalnya tak mungkin salah mengenal orang.

    “Zac! kemarilah” Alex memanggil anak sulungnya itu yang langsung melepaskan gelas winenya dan menghampiri ayah dan adiknya.

    “Dia adikmu, kamu tak ingin memeluknya?” Terdengar nada antusias di suara Alex.

    “Tidak usah” Hanya kata itu dan pemuda bermata grey itu berlalu meninggalkan dua orang yang sekarang hanya bisa terpaku. Alex sangat tahu tabiat dingin putra sulungnya tapi yang tak ia sangka kalau ternyata sang putra juga bersikap dingin pada adik yang dari dulu ingin ia lihat.

    “Maafkan sikap kakakmu, ia tak bermaksud seperti itu. kalau kamu sudah mengenalnya tentu kamu akan akrab dengannya karena setahu papa kalian memiliki hoby yang sama” Brian hanya tersenyum atau pura-pura tersenyum kalau ada yang mengartikan lebih dalam lagi tentu mereka akan tahu kalau ada kehancuran di dalam hati Brian tentang sikap dinginnya itu. Bukan karena hanya dinginnya sang kakaklah yang membuat ia hancur, tapi lebih kepada, untuk apa tatapan itu ia berikan pada Brian kalau nyatanya ia membenci dirinya.

    “Papa tinggal sebentar. Setelah ini kita langsung pulang” Alex meninggalkan putra bungsunya yang sedang termangu.

    “Pengawal!” Panggil Brian pada pengawal pribadinya yang sekarang sudah berdiri di dekatnya.

    “Ya tuanku”

    “Bisakah aku mendapatkan segelas minuman? tubuhku seperti hilang cairannya.” Pengawal langsung pergi mencarikan tuan mudanya minuman yang bisa menggantikan cairan tubuh.

    “Brian!” Panggilan itu membuat cowok bermata kucing itu langsung menengok dan mendapati wanita dengan dress pendek berwarna hitam dengan manik-manik dan bagian dada yang terbuka. Senyumnya seolah ia begitu mempu menakhlukkan setiap mata yang melihat.

    “Ya?” Brian sedikit heran dengan wanita yang sekarang ada di depannya. Apakah wanita itu juga saudara yang tak di ketahui Brian.

    “Aku Amber, mamamu.” Untuk kesekian kalinya keterkejutan kembali menghampiri dirinya, dia bukan sedang berada di dunia yang seakan mampu membuat dadanya panas kan? Bagaimana bisa seorang wanita yang lebih bisa di panggil kakak malah memperkenalkan dirinya sebagai seorang mama atau mama tiri lebih tepatnya. Tentu tak akan semudah itu seorang Brian mempercayainya.

    “Sayang sudah bertemu Brian ternyata” Suara sang ayah yang mampu maembuat keraguannya hilang dalam sekejap dan juga bagaimana sang ayah menggandeng pinggang wanita itu juga mampu mengatakan lebih dari yang ingin di ketahui Brian.

    “Iya sayang. Matanya sama dengan Zac, hanya berbeda warna saja. Aku rasa kami akan akrab.” Ucap wanita bernama Amber itu dengan penuh keyakinan. Tentu saja Brian tak pernah berniat untuk akrab dengan wanita yang terkesan iblis itu.

    “Brian, papa harap kamu bisa terima Amber sebagai ibumu karena papa-“ Suara Alex tercekat saat Brian malah meninggalkannya tanpa mengatakan apapun. Untuk kesekian kalinya Alex mengerti penolakan putra bungsunya itu sama dengan penolakan yang di terima dari anak sulunya tapi nyatanya kebencian sang putra sulung tidaklah lama setelah mreka saling mengenal.

    Alex mengelus bahu Amber seolah berkata maaf, Amber hanya tersenyu kearah suaminya. Tanpa mereka sadarai kalau dari tadi mata grey itu terus mengawasi mereka, lebih tepatnya mengawasi pria bermata biru yang sekarang sedang berdiri seorang diri di pinggir taman dengan memegang pinggangnya dan mondar-mandir seolah ada yang membuatnya tak tenang.

    “Saya dari tadi mencari anda tuanku” Brian menatap pengawalnya yang datang dengan membawa segelas minuman berwarna putuh, mungkinkah itu susu. Tanpa peduli dengan minuman itu Brian membawa sang pengawal entah kemana, asal jangan diam di sana karena dia akan menjadi gila jika tinggal di sana.

    “Bawa aku dari sini pengawal, kumohon!” Ucapan Brian terdengar masih dengan menyeret tangan sang pengawal yang terlihat gelagapan.

    “Anda mau kemana tuanku?” Tanya sang pengawal masih dengan sikap tegas tapi sopannya.

    “Terserah”

    ***

    Disinlah mereka di belakang bangunan mewah dengan air mancur yang begitu indah berada di tengahnya dan di kelilingi oleh bangku dengan bermacam warna. Sepi mampu membuat Brian berpikir jernih sekarang walau nyatanya hatinya tak semudah itu menerima kenyataan pahit itu. Dia sangat sadar kalau ayahnya pasti sudah menemukan pengganti mamanya seperti mama juga menemukan Martin sebagai pengganti ayahnya tapi yang tidak bisa di terima oleh Brian adalah kenapa mama tirinya itu malah tak lebih tua dari kakaknya sendiri.

    “Ceritakan padaku semuanya pengawal?” Kini suara Brian terdengar tegas, dia ingin tahu semua tentang keluarganya. Adakah mama yang lain atau malah saudara yang lain.

    “Apa yang harus saya ceritakan tuanku?” Pengawal bertanya balik tak mengerti dengan arah pembicaraan tuan mudanya.

    “Tentang keluargaku, tentang semua yang tak ku tahu” Jawab Brian mengejar.

    “Hanya anda mempunyai dua mama dan satu saudara.”

    “Dua mama?” Pengawal mengangguk. “Dimana yang satu?” Pertanyaan beruntun meluncur dari bibir segar Brian.

    “Nyonya Selena sedang tak enak badan , makanya dia tak datang ke acara ini dan setahu saya hanya nyonya Amber yang datang” Jawab sang pengawal yang masih setia berdiri di dekat Brian yang sedang duduk dengan bertopang.

    “Jadi bagimana ayahku bisa menikahi wanita bernama Amber itu? dan usia mamaku yang satu itu apa sama dengan Amber?”

    “Nyonya Selena lebih tua dari Amber bahkan mungkin nyonya Selena berusia sama dengan mama tuanku. Tuan besar menikahi nyonya Amber dua tahun yang lalu. Saya juga kurang tahu kejadiannya karena sejak saya bekerja jadi pengawal di sini itu sudah ada nyonya Amber” Brian hanya manggut-manggut mendengar penjelasan sang pengawal. “Setahu saya tuan Zac awalnya tidak suka dengan nyonya Amber tapi entah beberapa bulan ini semuanya berbeda” Ucap pengawal melanjutkan penjelasannya. Jadi wanita itu wanita yang baik hingga membuat sang kakak yang awalnya membenci malah berbalik menyukai.

    ***

    “Anda ingin langsung istirahat?” Tanya sang pengawal setelah mereka hampir mendekati kawasan rumah keluarga prion tapi Brian hanya terdiam entah pikiran apa yang menguasainya hingga ia tak mendengar pertanyaan dari pengawalnya. Sang pengawal hanya diam mengingat tadi bagaimana sang tuan muda memaksanya untuk pulang.

    “Apa yang kamu katakan pengawal?” Ternyata pendengaran Brian baru meresfon membuat si pengawal mengulang tanyanya.

    “Aku ingin istirahat pengawal. Banyak drama yang ku hadapi hari ini. Semua terasa membuatku lelah” Sang pengawal juga mampu melihat kalau tuan mudanya sekarang sedang mengalami pergulatan batinnya. Jika dia juga menjadi tuan mudanya tentu tak semudah itu bisa menerima tapi yang tak di ketahui pengawal kalau pergulatan yang paling membuat Brian tersiksa adalah sang kakak yang memang tak pernah ia inginkan sebagai kakaknya.

    “Baik tuanku” Ucapan pengawal menjadi akhir dari percakapan mereka karena Brian kembali masuk ke dunianya sendiri.

    ***

    Mata Brian menangkap gerbang yang sangat besar dan dapat di lihat di sana ada tulisan nama sang ayah yang menjadi nama belakangnya tertulis dengan indah dan mempunyai ukiran yang unik. Tak lama pintu gerbang terbuka tanpa ada yang membukanya. Tentu saja rumah orang kaya tidak perlu menggunakan tenaga manusia hanya untuk membuka gerbang sebesar itu, gerbang dengan warna gold yang sangat mencerminkan kemewahan pemiliknya.

    Brian kembali tercengang karena saat masuk Brian tak langsung melihat rumah malah ada jalan seperti jalan raya yang di kelilingi dengan pepohonan yang terlihat sangat terawat, Brian juga mampu melihat ada beberapa orang yang sedang membersihkan pinggiran jalan yang memberikan hormat pada mobilnya seakan tahu kalau pemiliknya adalah orang penting di keluarga ini.

    Brian mulai berdecak kagum saat mobil yang ia tumpangi sudah berada di parkiran luas dan ada rumah besar di sana. Inikah yang di sebut istana? Rumah dengan beberapa tingkat dan memiliki jendela di mana-mana dengan pintu depan dua pintu yang tinggi berwarna sama dengan warna gerbangnya. Sungguh Brian tak pernah menyangka kalau ayahnya akan sekaya ini, dia memang tahu kalau ayahnya kaya tapi tidak sehiperbola ini.

    “Silahkan tuan” Tanpa sadar ternyata sang pengawal sudah membukakan pintu untuk tuan mudanya. Brian hanya mampu tersenyum kaku pada sang pengawal yang sekarang sedang berdiri di sampingnya. Mereka berjalan bersama menuju rumah besar itu.

    Pintu terbuka dan menampakkan pria paruh baya dengan jenggot tebalnya sedang tersenyum dengan jaz hitamnya dan tangan yang ia sarung. Senyum manis dari pria paruh baya itu menyambut kedatangan Brian atas suruhan tuan besarnya.

    “Selamat datang tuan Brian dan perkenalkan nama saya Marques, kepala pelayan di sini. Saya sangat senang bisa berjumpa dengan anda tuan muda. Sebagaimana dari cerita tuan besar kalau anda memiliki mata yang indah dan itu sangat benar adanya karena saya begitu suka dengan mata anda itu” Pujian sang kepala pelayan membuat Brian tersenyum canggung.

    “Terimakasih Marques” Ucap Brian tak bisa menyembunyikan kesenanganya atas pujian yang di lontarkan sang kepala pelayan.

    “Baik, mari saya kenalkan anda pada yang lainnya” Perkenalan lagi, Brian membatin tapi tak urung ia melangkah juga dan mendapati beberapa orang yang berseragam seperti pelayan sedang berdiri dengan kepala tetunduk hormat.

    “Ini Dakota, dia adalah penyaji makanan” Ucap Marques pada wanita yang juga sama tuanya dengan dirinya. Wanita itu tersenyum memberi hormat dan di balas Brian dengan cepat.

    “Ini Lola, Tukang bersih-bersih kamar” Semua terus di perkenalkan oleh Marques tak ada yang terlewat bahkan Brian tahu siapa yang membersihkan pinggir jalan yang dia lihat tadi. KIni semua semakin terlihat berlebihan di mata Brian. Kenapa ayahnya memperkerjakan orang sebanyak ini, bahkan pekerjaan yang biasanya mampu di kerjakan oleh satu orang malah di kerjakan pleh dua orang.

    “Jadi tuan adakah yang bisa saya bantu hari ini. Atau tuanku ingin makan sesuatu?” Tanya Marques saat semua orang sudah ia perkenalkan kepada tuan mudanya.

    “Aku hanya butuh istirahat kepala pelayan” Tentu akan menjadi cirri khas Brian memanggil orang-orang itu dengan jabatannya.

    “Terserah tuanku” Marques undur diri dan memberikan tugas pada Moses untuk mengurus tuan muda bermata kucing itu.

    “Ikut saya tuan” Ucap Moses berjalan mempersilahkan tuan mudanya. Brian mengikuti arah tangan yang di tujukkan oleh pengawal pribadinya.

    Kini matanya dapat menangkap tujuannya, yaitu ruangan yang ada di lantai atas dan pengawalnya membukakan pintu di sebelah kananya. Ada dua pintu disana dan sudah tentu juga ada dua kamar tapi milik siapa yang satu lagi?

    Kini Brian tak sanggup lagi menahan keterkejutannya mendapati kamar yang begitu luas. Kamar luasnya bahkan mampu mengalahkan rumahnya martin. Untuk kesekian kalinya Brian tak dapat menelan ludah dan hanya mampu terheran denga sifat hiperbola sang ayah.

    Ada ranjang super besar disana dengan tiang di masing-masing sudut ranjang dan tirai yang di ikat ke kepala tiang. Dapat ia lihat kemewahan ranjang di kamarnya, sungguh semua tak sampai di situ karena Brian memiliki komputernya sendiri dan juga kamar madi yang ada di sudut ruangan. Dia jadi ingat Joy, bagaimana mereka sering berebut untuk mandi bersama tapi sekarang dia tak akan bisa melihat saudaranya lagi karena terhalang jarak yang begitu jauh.

    “Tinggalkan aku sendiri pengawal” Ucap Brian menatap kearah pengawal pribadinya itu. Moses beranjak tapi saat teringat sesuatu ia menghentikan langkahnya.

    “Kalau anda butuh sesuatu ada intercom di dekat ranjang anda. Saya akan datang secepat yang saya bisa.” Ucap Moses dan berlalu pergi setelah mendapatkan anggukan dari tuan mudanya.

    Kini Brian sudah duduk di tepi ranjangnya yang begitu empuk dan menatap kosong kearah sofa tunggal yang ada di depan televise kamarnya. Entah kemewahan ini akan mampu membuat lupa kalau dia begitu menginginkan kakaknya, pemuda bermata grey dengan tatapan setajam elang itu kembali berkelebat di kepala Brian dan juga kedinginan pemuda itu membuat tatapan kosong Brian menjadi tatapan nanar.

    ***
  • sorry kalo banyak typo.. sumpah lagi males baca.. tolong mengerti :D
  • ibu tirinya misterius ... Zach dan Brian itu asli kaka adek atau beda ibu ...
  • ibu tirinya misterius ... Zach dan Brian itu asli kaka adek atau beda ibu ...
  • BunBun
    edited April 2015
    hmmmm....aku baru baca nih...

    aku curiga Amber sama Zach ada main dibelakang papanya...

    oke...lanjut deh @yeniariani
  • incest kah entar?
  • ya @3ll0 ini incest
  • cuek banget si zach
  • cuek banget si zach
  • I like blue eyes... :D
Sign In or Register to comment.