BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

SEMANIS CINTA UNTUK BRUDER RAKA [TAMAT]

1356711

Comments

  • @farizpratama7 kakakk cetarrr, kpn lnjut? jngan lama2 donk, keliatnnya ini bgus.. ini cerpen kan?? cepet dikelarin dan kapan when bule meet local update??? keep mention ya kakak cetarrrrrr
  • Berhubung ini cerpen yang hanya ada 3 part jadi harus sampai tamat doong :) berarti tinggal 2 part lagi? atau part satunya masih nyambung?

    Aldy songong pasti karena naksir Raka :D
    ricky si mantan datang lagi...

    penasaran2.. lanjuuut..
  • Cerita baru..;)
    Harus pnya kesabaran extra klo pasiennya gitu :(
  • WBML jgn ditinggalin yah
  • CINTA 2

    Bimbang

    Baru saja aku mendorong masuk troli berisi air hangat, namun pemandangan dihadapanku membuatku nyaris menumpahkan air yang aku bawa ini. Ditempat tidur dia berbaring hanya dengan sehelai handuk kecil yang menutupi bagian pribadinya. Kuteguk ludah untuk menutupi kegelisahan yang tiba-tiba muncul.

    'Apa harus setelanjang itu?' Gumamku sambil menyeka keringat di dahi, entah kenapa tiba-tiba ruangan berAC ini serasa begitu panas.

    Padahal ini bukan kali pertama aku dihadapkan dengan situasi semacam ini, tapi entahlah pesonanya seolah mampu membangkitkan kembali sisi lain didalam diriku.

    Tubuhnya yang sempurna ditunjang dengan rupa yang menawan membuatku harus menyicil nafas yang terasa semakin menyesakan. Sepertinya aku butuh oksigen lebih banyak, jangan sampai aku hipoksia hanya karena pemandangan ini.

    'Ahk bukan saatnya aku memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, melihat sorot matanya saja seharusnya sudah membuatku muak'

    "Kunci saja pintunya" perintahnya terdengar laun namun seolah menuntutku untuk melakukannya.

    DEG...

    Sudah 10 menit berlalu dan yang dia lakukan hanya terdiam sambil sesekali memejamkan mata, irama nafasnya terdengar konstan seolah menikmati sentuhan tanganku disetiap inci tubuhnya, meskipun kadang tersendat ketika aku mengusap bagian tertentu yang membuatnya sedikit meringis geli.

    Entah perasaanku atau memang dia benar-benar memusatkan pandangannya kearahku, kerap kali aku mendapati sorot matanya tengah menatapku tajam namun seketika membuang muka ketika aku menatapnya balik. Dia sendiri seperti bayi besar, hanya patuh ketika aku mengusapkan washlap ke tubuh telanjangnya.

    Dengan hati-hati aku membasuh lalu menyabuni tubuh bagian kirinya lalu beralih ke bagian kanan, memandikan pasien di tempat tidur bukan hal sulit untukku, di pendidikan dulu aku dididik untuk bisa merawat pasien secara head to toe.

    Sebenarnya sedikit heran juga karena sedari tadi orang ini hanya diam tidak seperti biasanya, bahkan beberapa kali aku mendapatinya seolah tenggelam dalam lamunan. Tapi jujur saja aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya kali ini, tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Membuatku sedikit jengah...

    'Ah mungkin hanya perasaanku saja'

    "Kamu sudah lama jadi perawat?" Tanyanya tiba-tiba. Kali ini aku kembali terkesiap bukan karena pertanyaannya melainkan karena nada bicaranya yang terdengar lain. Bahkan setelah dipikir-pikir dia tak lagi menggunakan kata panggil 'lu-gue' seperti tadi.

    "Hmmm?"

    "Tanganmu terampil, bahkan ketika memandikanku pun kau begitu berhati-hati" lanjutnya.

    "Baru setahun" jawabku singkat, aku berusaha untuk kembali fokus namun sia-sia, sorot matanya membuatku sedikit terintimidasi. Kuabaikan semua hal tentang pasienku ini sambil tetap menyabuni tubuhnya lalu membilasnya dengan air hangat. Otot lengannya yang liat terasa padat ketika aku basuh dengan washlap.

    "A... Apa sikapku selama ini terlalu kasar?" Tanyanya random. Untuk sepersekian detik tanganku yang sedang mengusapkan sabun ke dada kirinya terasa begitu kaku. Ditambah dengan sentuhannya di lengan kananku yang semakin membuatku bingung.

    "Kenapa anda menanyakan itu?" Aku bertanya berusaha terdengar wajar meskipun pertanyaan yang dia lontarkan diluar kewajaran.

    "Aku butuh jawaban Ka.. Bukan pertanyaan balik seperti ini, apa aku terlalu mengintimidasimu?" desaknya.

    'Ka? Raka? Apa barusan dia memanggil namaku? Meskpun seragam kerja ku ini dilengkapi dengan name tag tapi tetap saja sangat aneh rasanya ketika ada pasien yang memanggil namaku secara langsung, bagaimanapun ikatan yang terjalin antara aku dan pasien hanya karena pekerjaan dan profesionalitasku saja. Dan aku sendiri tidak terbiasa dipanggil nama oleh klienku. Terdengar terlalu intim ketika lidahnya melafalkan namaku.

    "Apa yang harus saya jawab?"

    Dia terdiam. "Aku menyukaimu" dia berucap tanpa ragu, mengabaikan pertanyaanku. Sorot matanya yang bening membuatku kaget setengah mati, aku hanya bisa memandang jauh kedalam matanya mencoba untuk menyelami arti dari ucapannya barusan.

    "Bahkan dihari pertama aku masuk ke ruangan ini kau sudah menyita perhatianku. Kupikir kau berbeda denganku makanya aku tidak berani mengatakan apapun selain umpatan kasar"

    "..........."

    "Lagipula kau selalu hilang fokus setiap kali aku memanggilmu, dan asal kau tahu hal itu sedikit banyak membuatku emosi. Kupikir dengan membentak dan memakimu aku bisa mendapat perhatian darimu, dan ternyata aku berhasil" akunya panjang lebar.

    Entahlah, aku bingung harus bertindak seperti apa. Jujur, sebagai perawat aku merasa gagal karena hubungan yang terjalin antara aku dan pasienku ini sudah diluar hubungan terapeutik.

    Tangannya kembali menyentuh lenganku, terlihat ragu namun begitu pasti "Kamu tidak perlu menjawab sekarang, paling tidak dengan menyatakan perasaanku sudah membuatku sedikit tenang. Masalah hati mana bisa kutahan lebih lama"

    Aku membisu, seolah ada gumpalan daging yang menghambat pergerakan laringku "..............."

    Melihatku terdiam dia kembali menghela nafas "Maaf selama ini sudah membuatmu marah, aku hanya.... Entahlah, kau membuatku bingung dan setiap kali melihatmu..... Aku menjadi.... Serba salah" akunya, bahkan aku sendiri tak begitu yakin kalau orang ini adalah orang yang sama dengan orang yang tadi berdebat denganku.

    "Mungkin wajahku tidak cukup menarik, makanya anda selalu memarahiku" sial. Kenapa malah kalimat seperti itu yang keluar dari mulutku. Sontak aku merasakan wajahku memanas.

    Kulihat dia tersenyum "Tidak juga, daya tarikmu sungguh kuat Ka, bahkan ada beberapa hal di dirimu yang begitu mirip dengan mantan kekasihku, membuatku merasa begitu dekat bahkan disaat kita masih berjarak" jawabnya masih mengulas senyum.

    "Aku yakin mantan bapak sangat cantik, mendengar bapak membandingkannya denganku membuatku merasa tidak jantan" jawabku tersipu. Entahlah, pengakuannya tadi membuatku gugup, takut sekaligus penasaran.

    Kudengar dia terbahak "Ternyata kamu lucu juga, dan tolong jangan panggil aku bapak karena sepertinya umur kita tidak berbeda jauh. Panggil nama saja... kau tidak keberatankan kupanggil nama? Raka?"

    "I..iya Aldy.. Aku tidak keberatan"

    "Nah bruder Raka, apa kau mau menerimaku?" Tanyanya mengulas senyum, yang terlihat semakin memikatku.
  • "Ti.. Tidak secepat itu Al, lagipula aku belum lama mengenalmu.. A.. Aku butuh waktu" ucapku.

    "Oh ia, maaf aku terlalu terburu-buru. Tentu saja kau boleh meminta waktu, aku akan menunggumu"

    Aku tersenyum, ah tidak kami berdua sama-sama mengulas senyum. Tanpa terasa aku sudah membersihkan bagian atas tubuhnya, dan sekarang tinggal menuju bagian bawah. Dan itu artinya aku harus......

    "Ayo bagian bawahnya juga" ucapnya sambil melepas handuk kecil yang ia kenakan.

    Aku tercengang, ini memang bukan kali pertama aku memandikan pasien. Tapi baru kali ini aku mendapatkan pasien yang bisa dibilang 'spesial'. Dan sebentar lagi aku harus dihadapkan dengan piranti paling pribadi miliknya. Mau tidak mau Raka kecil sedikit terusik ketika aku melihat sesuatu yang menggantung dibawah sana.

    'Be..besar'

    ................*****.................

    14.15 WIB

    Hari yang melelahkan. Setelah mengganti pakaian di loker akupun bergegas turun. Tindakan yang banyak membuatku ingin cepat sampai di rumah. Mengistirahatkan tubuh dan beban hatiku.

    Sesampainya dibawah, aku terkesiap kaget begitu merasakan tarikan yang cukup kuat di lengan kiriku.

    "Kita harus bicara Ka" ujarnya tanpa merasa bersalah, tentu saja dia harus merasa bersalah karena sudah tega mencampakanku.

    Tapi.. Tatapan itu...

    Aku tertegun, ada bongkahan es yang seolah mencair begitu kulihat dia berdiri sedekat ini denganku, setelah sekian lama.

    "Ka..." Panggilnya lembut. Lembut? Ah sudah lama aku tidak dipanggil semesra ini.

    "Mau apalagi Ky? Apalagi yang harus kita bicarakan?" Tanyaku gusar. Mencoba membunuh rasa rindu yang ternyata masih ada.

    "Benny.. Benny ninggalin aku Ka.. Bahkan dia tidak pernah mencintaiku sama sekali"

    Ah bahkan disaat seperti ini pun kau masih membicarakan lelaki itu. Aku tidak cemburu, hanya saja aku benci mendengar Rizky menyebut nama itu dihadapanku.

    "Aku memergokinya tidur dengan lelaki lain, aku hancur Ka" sambungnya pilu. Aku tersenyum kecut, bukan bermaksud mengejek hanya saja ini terdengar seperti lelucon.

    "Seperti kita dulu.." Ucapku gamang

    "Maksudmu?"

    "Ya.. Seperti kita dulu. Dulu aku memergokimu tidur dengan Benny. Dan sekarang kita sama-sama tahu bagaimana sakitnya orang yang kita cintai dengan tulus tapi lebih memilih orang lain, sakitkan Ky?

    "Lagipula apa hubungannya denganku? Itu urusanmu dengan Benny mu itu, seperti katamu dulu aku tidak berhak mencampuri urusan kalian. Jadi buat apa lagi kamu menemuiku"

    "Aku tidak bermaksud mengungkit luka lamamu. Kau satu-satunya orang yang terlintas dikepalaku saat aku terpuruk Ka"

    "Lalu apa mau mu sekarang? Aku tidak bisa membantu apapun, jangankan membantumu.. Menyelesaikan masalahku saja aku butuh waktu setahun lebih. Kau tidak bisa datang padaku begitu saja seolah aku ini siapamu, ingat Ky aku bukan siapa-siapa mu lagi. Kau tidak bisa datang lalu memintaku ini itu, urusi saja masalahmu!" aku terengah-engah. Pembicaraan yang menguras emosi membuat nafasku tersengal.

    "Maafin aku Ka... Aku mau kita seperti dulu lagi, aku mau menebus semua kesalahan yang kuperbuat dulu. Aku sudah membuangmu demi cinta yang ternyata tidak pernah ada. Kamu mau kan Ka?"

    'Ya tuhaan'

    ..............*****..............
  • Jangan mau Ka...
  • sakitkan sakit pasti
  • Jangan di terima >< Lanjut kan ^^
  • hhhmmm...... bagus suka sm ceriitanyaa
    thx dah di mention, tp WBML di lanjut ga nih?
  • yuliantoku wrote: »
    hhhmmm...... bagus suka sm ceriitanyaa
    thx dah di mention, tp WBML di lanjut ga nih?

    Mau dilanjut kok
  • syukurin deh..gmn rasanya di khianati...
    klo raka menerima kembali rizky berarti raka bener2 goblok
  • so drama sih kesannya. gpp tetap mau kuikutin kok nih cerita. asal bahasa yg dipakai jgn lebay aja, krn ide ceritanya udah so drama... #sekadarcelotehanaja
  • Ga tau malu.ludah yg udah dibuang masak mau dijilat lagi.:(
    Tolak ja kk
Sign In or Register to comment.