It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hahaha. bisa aja kau yo. penasaran sama foreplaynya panji gimana. wkwkwk. masa iya ngomongin hak angket. kira2 rolenya panji ape ye?
oot di lapak rika. maap yee
kabuuuur
duh sorry numpang rusuh di lapakmu mbak rika. Lapakku udah terlalu menggila..
@cute_inuyasha abis gemes coyy.. aku pernah nonton film gay kanibal, abis iwi2an, salah satu partnernya dimakan, kentinya digigit sampe lepas dan berdarah-darah, lol
@balaka sebelum kabur jitak dulu..huhu
@MarioBros sok atuh aku mah..hehe aduh kmu kok serem amat nontonnya yg begituan, aku dengernya aj udah ngilu, apalagi nntonnya, gak akan sanggup.. Aku gak bisa nnton yg ada kekerasanya apa lagi smpe bgtu.. nnton video kecelakaan aj aku gak sanggup dah..haha
rika: hey jitak jitak *jitak
Wiii gak sabar menantikan chapter 17. Dengan cara apa diungkapnya,,, sekedar pengakuan atau ada tindakan nyata yg sedang dilakukan wkwkwk
Maaf ya kalau sequelnya gak begitu bagus.. :x
@moccaking @3ll0 @cute_inuyasha @balaka @Tsunami @raden_sujay @harya_key @Different @muffle @AbdulFoo @kaka_el @Adamx @JNong @Unprince @kristal_air @d_cetya @lulu_75 @4ndh0 @Cyclone @Vanilla_IceCream
@Adityaa_okk @Tsu_no_YanYan @arGos @RenoF @arifinselalusial @Widy_WNata92 @Ndraa @Sicilienne @nakashima @Lonely_Guy @Adiie @BangBeki @Rifal_RMR @Adi_Suseno10 @rone @MarioBros @mbush @aldino_13 @andi_andee.
Lelaki itu... (2)
-Rangga Dwiputra
Dua tahun kemudian..
Sore ini aku duduk di taman komplek rumah baruku. Rumah yang aku beli dengan penghasilanku selama hampir dua tahun ini menjalani usaha online yang cukup sukses.
Aku bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini, meski hatiku terasa kosong mengenang lelaki itu..
Melihat dua orang lelaki anak SMA yang sedang bercanda tidak jauh dari tempatku duduk, membuatku mengenang kembali masa-masa indah saat aku bersama lelaki itu..
Lelaki itu menatapku canggung saat mata kami bertemu untuk pertama kalinya..
Lelaki itu tersenyum kaku saat pertama kali aku menyapanya..
Lelaki itu begitu senang membaca buku pelajaran sekolah dari pada ikut bermain bola kaki bersama anak-anak lelaki lainnya..
Lelaki itu terlalu pendiam untuk menjadi seorang lelaki..
Lelaki itu biasa saja, tetapi dia memiliki mata yang teduh..
Lelaki itu membuatku penasaran tentangnya..
"Dia anak beasiswa dari panti asuhan.." Begitu kata salah satu temanku saat aku menanyakan tentang lelaki itu..
Aku tahu dia bekerja di bengkel karena aku pernah mengikutinya saat pulang sekolah.
Aku ingat ekspresi terkejutnya yang melihatku datang membawa mobil tua papaku yang memang sering mogok-mogokan. Saat itu aku juga berusaha memperlihatkan ekspresi terkejutku agar dia tidak curiga.
Sejak pertemuan kami itu, hari-hariku menjadi lebih indah. Aku selalu ingin bersamanya setiap waktu, aku ingin selalu melindunginya dan menjaganya setiap detik, menit dan setiap jam.
Uwel Pashanandre, nama lelaki itu yang saat ku sadari, nama itu sudah terukir begitu indah di dalam hatiku.
Saat petir menggelegar dalam derasnya hujan di malam hari. Pasha akan meringkuk di dalam selimut dengan tubuh yang gemetar. Aku akan selalu memeluknya saat itu, dan dia pun akan kembali tenang dalam pelukanku.
Dia akan terduduk ketakutan menutup wajahnya rapat dengan kedua tangannya saat tiba-tiba lampu padam yang membuat ruangan menjadi gelap. Aku pun akan selalu memeluknya saat itu untuk menenangkannya, dan perlahanan ketakutannya menghilang dalam pelukanku.
Aku merasa ada sesuatu yang belum diceritakan Pasha kepadaku. Tetapi aku tidak pernah menanyakan apapun tentang itu padanya. Karena aku percaya, suatu saat Pasha pasti akan menceritakan semuanya padaku.
Aku ingat pada malam setelah perayaan ulang tahunku. Saat itu Pasha terlihat berbeda dari biasanya dengan setelan jas yang dibelikan mamaku. Saat itu Nadia sepupuku yang juga datang ke pestaku terus mendekati Pasha. Sampai mas Ringgo kakak kandungku bilang kalau Pasha sangat cocok dengan Nadia.
Hatiku panas melihat mereka, aku sudah tidak bersemangat melanjutkan pestaku lagi! Aku cemburu..! Aku tak bisa lagi menahan perasaanku..!
Malam itu saat kami tertidur, aku menangis di punggung Pasha. Dengan rasa takut akhirnya aku bisa mengungkapkan perasaanku padanya.
Aku takut Pasha akan kecewa mendengarnya. Aku takut setelah itu Pasha tidak mau bertemu aku lagi. Aku takut akan kehilangan Pasha..
Siapa sangka? Pasha membalas perasaanku. Ciuman lembut dalam hitungan detik darinya, meyakinkanku bahwa Pasha telah menjadi milikku..
Aku teringat saat pertama kali kami saling menelanjangi diri setelah melewati masa berpacaran satu tahun, dan aku bisa menciumi tubuhnya dari ujung rambutnya sampai ujung kakinya.
Malam itu dia gemetar hebat, tubuhnya tiba-tiba menggigil dan dia terlihat sangat ketakutan saat aku ingin memasukan milikku ke dalamnya. Aku tidak pernah melihat dia seperti itu sebelumnya!
Pasha menangis hebat di malam itu saat menceritakan masa lalunya yang membuat dia trauma dengan petir dan gelap. Darahku mendidih, hatiku perih mendengar Pashaku pernah mengalami hal itu di usianya yang bahkan belum genap 12 tahun. Aku ingin sekali membunuh bajingan itu saat itu juga!
Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi meminta apalagi memaksa Pasha untuk anal seks. Walaupun terkadang nafsuku yang berlebih membuatku sangat menderita dengan itu, tetapi cintaku padanya bisa membuatku meredam itu.
Selama lima tahun, aku bahagia dan sangat bersyukur memiliki lelaki itu di dalam hidupku.
Semakin tahun bertambah, pengetahuan dan pergaulanku di dunia abu-abu menjadi lebih luas. Aku semakin ingin merasakannya! Aku ingin tahu bagaimana rasanya kalau aku memasukan milikku kedalamnya Pasha! Aku ingin raga dan jiwa kami benar-benar menjadi satu!
"Kasih aku waktu sayang.."
Itulah jawaban yang selalu diberikan Pasha saat aku menanyakan akan kesiapannya. Karena rasa cintaku padanya, aku bersabar dan mencoba tetap setia terhadap pasha. Terkadang aku juga tak tahan menahan godaan yang datang. Tetapi sesaat kemudian, wajah Pasha yang tersenyum manja melintas dibenakku dan menyadarkan ku untuk tidak mengkhianati lelaki itu yang sangat aku cintai.
Sampai suatu malam aku datang ke kostan Pasha untuk melepaskan rasa rindu. Kami sudah tidak bertemu selama 2 minggu karena kami sama-sama sibuk dengan skripsi kami masing-masing.
Saat itu hujan turun sesaat aku baru sampai di kostan Pasha. Di kostan Pasha aku hanya bertemu dengan Gian. Gian bilang malam ini Pasha dan beberapa temannya tidur di rumah dosen pembimbingnya.
Aku pun terpaksa menunggu hujan sampai reda di sana dan menikmati segelas teh hangat yang disiapkan Gian sambil menunggu hujan reda. Aku membawa motor kesayanganku saat itu, yang pasti akan membuatku basah kuyup kalau aku memaksakan diri untuk pulang.
Entah karena hujan atau apa, nafsuku tiba-tiba membuncah tak tertahan. Nafasku memburu menahan hasrat yang sudah hampir meledak!
Tiba-tiba tangan Gian menyentuh milikku dan aku tak bisa menolaknya! Hatiku ingin menyingkirkan tangan itu dari milikku, tetapi tubuhku berkata lain. Aku menikmatinya! Aku membiarkan Gian bermain dengan tubuhku, sampai akhirnya kami bercinta begitu hebat malam itu, dan aku merasakan nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Photo aku dan Pasha yang terbingkai indah di samping komputernya, membuat penyesalan yang teramat dasyat dalam diriku! Aku merasa hina, merasa tak pantas lagi bersama malaikat seperti Pasha!
Di kamar kost ini tempat aku dan Pasha meluapkan rasa cinta kami, kini tempat ini sudah terkotori olehku!
Aku merasa bersalah, aku tak sanggup bertemu dengan Pasha! Selama 2 bulan aku menghindarinya...
Aku pusatkan perhatianku hanya pada Skripsiku. Sampai aku tak bisa menahan rinduku lagi. Tengah malam aku datang ke kostan Pasha.
Wajah malaikat Pasha langsung menyambutku dengan senyumannya. Pelukan hangatnya menyayat hatiku. Hatiku sakit tersayat saat mengingat penghianatanku. Penghianatanku dengan sahabatnya sendiri.
Saat Pasha tertidur, aku beranjak untuk mengambil bingkai photo kami berdua di dekat komputernya.
Mataku tertuju pada buku seperti jurnal kecil yang terletak di belakang bingkai photo itu. Aku pun membuka jurnal itu karena aku yakin jurnal itu adalah diary Pasha.
Aku tercengang melihat salah satu lembar tulisan Pasha yang menceritakan tentang seseorang.
Rasya Arizal, nama lelaki itu..
Cinta pertama pasha saat mereka masih di panti dulu. Semua perasaan cinta Pasha terhadap Rasya diceritakan di dalam jurnal itu.
Pasha berpisah dengan Rasya saat Pasha duduk di kelas 3 SMP, sementara Rasya masih duduk di kelas 1 SMP. Mereka berpisah karena ada pasangan suami istri yang mengadopsi Rasya.
Rasya, lelaki itu yang menjadi cinta pertama Pasha..
Ah, aku cemburu...! Aku tidak rela Pasha pernah mencintai lelaki lain selain aku! Aku merasa sangat tidak adil karena aku tidak pernah mencintai lelaki lain selain Pasha.
Dari saat itu, aku mengabaikan rasa bersalahku. Aku tak pernah menolak saat beberapa kali Gian mengajakku bertemu dan pertemuan kami berakhir dengan bercinta!
Sampai malam itu tiba. Malam yang merubah seluruh kehidupanku dan duniaku.
Malam yang membuat orang yang kucintai itu merasakan sakit yang teramat dasyat karena penghianatanku.
Malam itu aku tidak lagi melihat mata sendu milik Pasha. Yang ada hanya mata merah penuh amarah, kekecewaan dan kesedihan.
Saat itu kurasakan hatiku hancur berkeping-keping karena baru menyadari betapa kejam dan bodohnya aku sampai mengkhianati Pashaku. Aku merasa akan kehilangan Duniaku saat ku lihat Pasha keluar dari pintu kamar hotel tanpa menoleh lagi ke arahku.
Hampir selama satu jam aku dan Gian menangis di dalam kamar hotel itu. Kami menyesali karena telah menyakiti seorang malaikat dan juga menangisi kehilangan seorang malaikat.
Setelah tangisku tenang, aku langsung bergegas keluar hotel untuk menemui Pasha. Aku tidak peduli jika aku harus memohon sampai aku mati untuk mendapatkan Pashaku kembali.
Malam itu aku mengalami kecelakaan parah saat aku mengendarai motor Gian yang aku Pinjam. Aku mengendarai motor itu dengan kecepatan tinggi melewati tengah malam.
Tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah mobil dalam kecepatan tinggi kehilangan kendalinya dan menabrak motorku. Ku rasakan sakit yang teramat dasyat saat roda mobil itu melindas kedua kakiku.
Aku fikir aku akan mati saat itu, aku fikir aku tidak bisa melihat Pashaku lagi. Aku fikir aku tidak akan sempat meminta pengampunan pada Pasha..
Aku terbangun setelah koma selama 7 hari. Hal pertama yang ada di benakku saat itu adalah wajah Pasha. Aku mengumpulkan seluruh tenagaku untuk bisa beranjak bangun. Aku ingin segera berlari pergi menemui Pasha. Tetapi seketika aku membatalkannya saat ku rasakan ada yang berbeda pada diriku.
Mama bilang, mama tidak bisa menghubungi Pasha. Gian juga mengatakan kalau Pasha sudah pindah dari kostannya. Sepertinya Pasha benar-benar mau menghilang dariku. Aku mengerti, sangat mengerti. Inilah kharma yang aku dapatkan karena menyakiti seorang malaikat.
Pasha pantas bahagia dengan orang yang jauh lebih pantas untuk bisa membahagiakannya.
*****
"Lu di sini rupanya?" Gian menyadarkan ku dari lamunan ku.
Aku tersenyum melihat Gian. Dia duduk di rumput disampingku.
"Lu kangen dia?" Tanya Gian sambil menatap lurus ke depan.
"Setiap detik.." Jawabku jujur.
"Gw ketemu dia kemarin.." Kata Gian memberitahuku.
"Apa dia bahagia?" Tanyaku lagi.
"Sangat..! Sudah hampir tiga bulan ini mereka resmi berpacaran.." Gian menjelaskan.
"Syukurlah.." Aku tersenyum lirih.
Jujur aku bahagia mendengar kabar ini. Akhirnya selama hampir dua tahun, Pasha bisa membuka hatinya untuk lelaki itu. Lelaki yang memang pantas untuk Pasha, dan aku yakin Pasha akan lebih bahagia bersama lelaki itu.
Satu tahun lalu Gian bertemu lagi dengan Pasha. Sejak saat itu hubungan Pasha dan Gian mulai membaik walaupun hubungan mereka tak sedekat dulu.
Pasha menceritakan kepada Gian tentang lelaki itu. Lelaki yang tak sengaja bertemu dengannya di hotel malam itu saat Pasha memergoki aku dan Gian.
Reza adalah teman kuliahku dan malam itu dia juga menginap di hotel yang sama denganku untuk mempersiapkan wisuda kami yang tak sempat aku hadiri.
Dari status-status Reza di FB aku tahu dia sedang mengejar seorang lelaki yang tak lain adalah Pasha.
Reza sudah tidak menutupi keadaan dirinya. Semua orang sudah mengetahui dan menerima keadaan Reza yang tidak menyukai perempuan.
Semua teman-temanku, dan orang-orang yang mengenalku tidak mengetahui tentang kecelakaanku. Aku menutup diri dari lingkunganku.
"Lu beneran gak apa-apa?" Tanya Gian yang lagi-lagi membuyarkan lamunanku.
"I'm fine!" Jawabku tersenyum.
"Pasha tahunya lu di LN. Lu benaran gak mau kasih tahu dia keadaan lu yang sebenarnya?"
"Untuk apa? Untuk mengganggu kehidupannya lagi, untuk menghancurkan kebahagiaannya lagi, atau untuk meminta belas kasihannya?" Aku menarik nafasku dalam.
"Paling gak dia harus tahu keadaan lu dan dia juga harus tahu kalau lu begitu cinta sama dia."
"Gak perlu dia tahu! Yang terpenting dia bahagia saat ini, itu udah lebih dari cukup untuk gw merasa tenang." Jelas ku.
"Hati lu gak sakit?"
"Sakit.. Tapi melihat dia bahagia itu lebih dari apapun!" Siapa yang tidak merasakan perih mengetahui orang yang kita cintai bersama orang lain. Tapi aku sadar aku memang tak pantas untuknya, dan dengan keadaanku yang seperti ini, aku juga tidak bisa membahagiakannya.
"Ternyata kalian di sini?" Seseorang menghampiri kami.
"Eh, pak dokter kok nyusul ke sini?!" Gian berkata manja pada lelaki yang sudah setahun menjadi kekasihnya ini.
"Karena kamu lama banget.." Lelaki itu merangkul bahu Gian.
Lelaki itu adalah dokter pribadiku. Kami memanggilnya dokter Erick. Hebatnya Gian yang bisa meluluhkan hati si dokter Erick. Dan hebatnya dokter Erick yang bisa menjinakan Gian yang liar. Mereka berdua sangat cocok. Dan aku juga bersyukur akhirnya Gian menemukan orang yang tepat untuknya.
Siapapun punya kesalahan dan masa lalu kan? Dan saat seseorang sudah berubah dan menyesali kesalahannya, mereka juga berhak mendapatkan kebahagiaan di masa depan bukan?
Lalu bagaimana denganku? Aku bahagia dengan caraku. Menerima keadaanku saat ini dan hidup dalam kenangan bersama Pasha adalah cara diriku untuk memaafkan diriku sendiri.
"Ayo kita ada dinner kan malam ini.." Ujar dokter Erick memberitahu.
Gian pun membantuku mendorong kursi rodaku..
Ya, kecelakaan malam itu yang membuatku harus kehilangan kedua kakiku.. Ini hukuman yang memang pantas aku dapatkan bukan?
*****
Aku tercekat saat mataku menangkap lelaki itu yang sedang berjalan masuk kedalam restoran aku bertemu dengannya lagi setelah 2 tahun ini aku hanya bisa menahan rinduku.
Tapi lelaki itu tidak sendiri. Seorang lelaki yang gagah dan nyaris sempurna berjalan mendampinginya. Aku bahagia melihat lelaki itu terlihat bahagia. Walaupun tak ku pungkiri ada sisi lain di hatiku yang terasa begitu tersayat.
Aku ingin menyentuhnya dan memeluknya, tetapi aku tahu batas kemampuanku.
Yang bisa aku lakukan saat ini adalah aku harus berusaha terlihat bahwa aku baik-baik saja.
Matanya menatapku canggung saat mata kami bertemu. Tatapan yang sama seperti dulu saat mata kami bertemu pertama kali.
"Rangga..!" Reza yang berjalan bersama Pasha melambaikan tangannya saat melihatku.
Aku tersenyum dan melambaikan tanganku pada Reza.
"Singkirin kursi rodanya!" Kataku berbisik pada Gian. Gian yang mengerti, dengan cepat memasukan kursi rodaku yang terlipat ke bawah meja. Untungnya meja ini cukup bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan kursi rodaku.
"Hay Bro! Udah lama banget gak ketemu..!" Reza menyapaku dan menjabat tanganku.
"Hehe iya nih.. Gimana kabar lu?" Tanyaku sedikit gugup dan sekilas melirik Pasha yang sedang menyapa Gian dan dokter Erick.
"Baik dong gw! Kenalan someone special..!" Reza memperkenalkan ku pada Pasha.
Pasha tersenyum kaku dan menjabat tanganku. Ah, dia masih Pashaku yang sama. Hanya yang berbeda dia bukan lagi Pasha milikku!
'Aku merindukanmu..' kata batinku.
Pasha dan Reza lalu bergabung di meja kami untuk dinner bersama.
Ku rasakan sesak di dadaku saat melihat kemesraan Reza terhadap Pasha. Aku memandang lirih melihat mereka berdua.
Aku merasakan perih saat tangan Reza menyentuh bibir Pasha untuk membersihkan pasta yang belepotan di bibirnya. Biasanya aku yang melakukannya untuk Pasha.
Aku merasakan sakit saat terkadang tangan Reza menggenggam tangan Pasha. Biasanya aku yang menggenggam tangan itu.
Kalau saja aku masih memiliki kaki, aku pasti sudah berlari pergi dari sini!
Pasha banyak diam saja dari tadi, dia sesekali tersenyum canggung saat menanggapi Reza, Gian dan dokter Erick. Aku pun bersikap sama sepertinya.
Sesekali mataku dan mata Pasha juga bertemu. Mata sendu itu seperti menyimpan sesuatu..
Belum memaafkan ku kah dia?
"Aku ke toilet dulu.." Pamit Pasha.
Aku melihat punggunya yang berjalan membelakangiku. Dulu aku selalu berlari merangkulnya saat melihat punggung itu dihadapanku.
"Gian lu kan sahabat Pasha dulu, lu tahu gak mantan Pasha dulu?"
Deg.. Pertanyaan Reza menohok dadaku.
Gian sekilas melirikku, dan aku hanya menggeleng pelan memberikan isyarat padanya.
"Emang kenapa? Pasha gak pernah cerita apa-apa sama lu tentang mantannya?" Gian bertanya kembali pada Reza.
"Pasha gak pernah mau ngebahas tentang itu! Dan gw juga udah bongkar kostannya untuk mencari tahu tentang mantannya, tapi gw gak nemuin apa-apa!"
Deg.. Apakah aku sudah benar-benar dilupakan dan dibuang dari hidupnya?
"Tapi gw tahu Pasha masih cinta mantannya itu! Dia sering melamun, dan gw tahu saat itu dia pasti lagi mengenang mantannya. Pernah beberapa kali gw melihat ada air mata yang mengalir dari matanya saat dia tertidur.." Reza melanjutkan kata-katanya.
Deg.. Dadaku semakin sesak mendengar Reza mengatakan semua itu!
'Apakah Pasha masih menggigil saat mendengar petir?'
'Apakah Pasha masih gemetar ketakutan saat gelap?'
Kataku yang hanya bisa menanyakannya dalam hatiku.
"Duh Gw gak berani nih kasih info apa-apa..Hehe" Jawab Gian terkekeh.
"Zaa, aku harus balik ke kantor lagi sekarang!" Kata Pasha saat kembali dari toilet.
"Dia lebih cinta sama kerjaannya dari pada sama gw.." Kata Reza bercanda.
Lalu merekapun berpamitan pada kami. Sekali lagi mata kami bertemu sebelum akhirnya Pasha berbalik dan berjalan pergi menjauh bersama Reza.
"Lu gak apa-apa?" Tanya Gian yang mengalihkan perhatianku yang sedari tadi terus melihat ke arah Pasha dan Reza yang berjalan keluar restorant.
Mereka berdua terlihat sangat serasi. Pasha pantas bersama dengan lelaki hebat seperti Reza.
Ku hapus air mataku yang baru saja terjatuh dari pelupuk mataku.
"Bisa kita pulang sekarang?" Pintaku.
Gian mengambil kursi rodaku dari kolong meja. Dokter Erick membantu aku memindahkan tubuhku ke kursi roda.
Baru kali ini aku merasa begitu sangat menyedihkan dengan keadaanku. Beberapa orang yang berada di restorant menatapku penuh iba.
Bagaimana bisa aku dibandingkan dengan seorang Reza? Walaupun Pasha sudah memaafkan ku dan dia masih memiliki rasa cinta terhadapku, aku tetap tidak pantas untuknya!
*****
Malam ini hujan sangat deras dan suara petir menggelegar hebat. Jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari dan aku masih saja terjaga.
Aku beranjak dari ranjangku dan memindahkan tubuhku ke kursi roda yang berada tepat disamping ranjangku.
Aku mengarahkan kursi roda ke jendela kamarku. Ku buka tirai jendela kamarku agar aku bisa leluasa melihat hujan di luar.
Kulihat kembali cincin tanda cinta aku dan Pasha yang melingkar di jari manisku. Aku teringat saat itu aku memberikannya kepada Pasha saat ulang tahun Pasha yang ke 19 tahun.
Ku cium cincin di jariku seperti aku mencium jari Pasha setelah memakaikan cincin miliknya.
'Apa Pasha sedang meringkuk menggigil mendengar petir yang menggelegar saat ini?'
Dulu aku yang memeluk erat tubuh Pasha saat seperti ini. Tetapi sekarang sudah ada lelaki lain yang memeluknya. Sudah ada lelaki lain yang melakukan semua yang biasa aku lakukan untuk Pasha.
Andai aku masih memiliki kaki, aku akan berjalan ke tengah hujan agar air mataku bisa bercampur dengan air hujan yang turun dengan deras saat ini.
Inilah hukumanku.. Aku rela menerima hukuman ini sampai akhir nafasku, kalau saja itu bisa membuat Pasha mengampuni kesalahanku. Memaafkan kebodohanku yang sudah mengkhianatinya sampai dia terlepas dariku.
Semoga air hujan yang turun malam ini bisa menghapus kesedihan lelaki itu sampai tidak bersisa.
Biar cukup aku saja yang merasakan semua kesedihan ini.
Ku tutup kembali tirai jendela kamarku.. Ku arahkan kursi rodaku menuju ranjangku..
Ku baringkan tubuhku di ranjangku.. Aku memejamkan mataku sambil memeluk photo lelaki itu..
'Tuhan jaga selalu lelaki itu untukku..'
tuhkan aku sedih. Rangga juga sedih. Apalagi Cinta. Oh, Rangga. Oh, Cinta. :"") Rangga kuat, Rangga setrong, Rangga Orapopo. :""") Nyes banget kalo inget mantan yang udah move on, meski gak tau move on apa engga atinya.
ada salah nama nih
"Baik dong gw! Kenalan someone
special..!" Gian memperkenalkan ku pada Pasha.
harusnya reza kan bukan gian
@Vanilla_IceCream haha udah kelar kan janji aku :-*
@Ndraa hehe maksih ya, cma mw berbagi kemelowan )