It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Royno hihi iyah, zizi masih cinta cma dilema aja..
zizi dah ada yg bru ya?
Kalo suka cerita aku, boleh kan aku minta likenya :x kecup :-*
Because I Love You
Kalau cinta itu mudah, sudah pasti tak akan ada yang terluka.
Kalau cinta itu hanya bahagia, sudah pasti kita tak akan menghargai dan belajar dari sebuah kesedihan.
Cinta itu sulit, tapi kita tetap menikmati cinta meski pernah terluka.
Cinta itu indah, karena kesedihan dalam cinta adalah salah satu warna dari cinta.
Ada yang menunggu bertahun-tahun tanpa kepastian hanya karena satu alasan yang disebut, cinta..
Ada yang masih berharap meskipun sudah ditolak hanya karena satu alasan yaitu, cinta..
Ada yang tetap bertahan meskipun hati tersakiti hanya karena satu alasan bernama, cinta..
Mulut bilang pergi, tetapi hati bilang kembali.
Bibir tersenyum ikhlas, tetapi hati menangis tersayat.
Hati tersenyum melihat senyumnya, tetapi ekspresi wajah datar.
Itu semua karena cinta..
-
-
Bagaimana dengan Zizi? Seorang remaja SMA yang jatuh bangun hanya karena mencintai Irga, kakak kelasnya.
Bertemu..
Mengenal..
Dekat..
Jatuh cinta..
Menyatakan cinta..
Diabaikan..
Diberi harapan..
Ditinggalkan..
Penantian..
Kerinduan..
Kesedihan..
Lelah..
Tersakiti..
Dan akhirnya Irga kembali menawarkan cintanya, tetapi Zizi malah menolaknya setelah melewati banyak proses dan rasa dalam cintanya. Menolak, karena hatinya sudah berubah..
Hatinya sudah berubah.. Itu benar..
Kalau dulu Zizi memilih tetap menunggu meski Irga yang tak pasti datang, saat ini dia yang melepaskannya pergi meskipun dalam kepastian Irga datang padanya.
Bukan karena cintanya telah mati, hanya saja cintanya sudah tersakiti..
-
-
"Kenapa Kak Farid selama ini gak pernah kasih tahu Zizi, kalau Kak Irga sudah punya pacar?" Tanya Zizi kecewa pada Farid setelah beberapa menit lalu Farid datang dan duduk di dekatnya tanpa bersuara. Saat ini mereka sedang berada di tengah-tengah acara perpisahan anak kelas 12.
Farid yang dari tadi mencari-cari Zizi, akhirnya menemukan anak itu yang sedang duduk sendiri di ruang osis.
Dulu Zizi tetap menjadi anak yang ceria, walaupun Farid tahu, dalam hati anak itu menyimpan satu kesedihan yang ditutup rapat olehnya. Tapi, semenjak 5 hari lalu, dimana Irga datang dan pergi lagi setelah mendapatkan penolakan Zizi, Zizi menjadi pendiam, tak banyak bicara dan terkesan dingin.
"Jadi kamu dengar semua pembicaraan kami malam itu?" Tanya Farid yang seolah sudah menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri.
Zizi hanya diam, menunggu Farid untuk bisa menjelaskan semuanya.
"Zii, kamu tahu kalau dalam hal cinta, kamu lebih beruntung dari pada Kakak." Farid membuang nafasnya berat, dia mendongakan kepalanya dan menghelas nafasnya untuk mengurangi beban yang menyesakan dadanya.
Zizi menoleh melihat Farid. Zizi baru sadar, mungkin saja Farid menyimpan kesedihan yang lebih mendalam dari pada yang dia rasakan. Waktu enam tahun bukan waktu yang sebentar untuk menyimpan sebuah cinta pada orang yang setiap hari selalu bersama-sama dengan kita. Selama enam tahun, Farid tak pernah menunjukan sedikitpun luka di hatinya. Mencintai sahabat sendiri yang jelas tak akan bisa mencintai kita, adalah hal yang paling menyakitkan.
Hampir setiap hari Farid selalu mendengar curhatan Anjas tentang pacarnya. Seringkali Farid melihat Anjas bermesraan dengan pacarnya. Tapi, tak pernah ada kesedihan yang diperlihatkannya meskipun luka sudah memenuhi seluruh hatinya.
"Gak mudah untuk Irga bisa menerima cinta seperti ini dari yang awalnya dia menyukai perempuan. Gak semua orang bisa dengan mudah menerima keadaan, dimana dia mencintai seseorang yang gak seharusnya dia cintai. Ada tahap dimana dia belum bisa mengerti untuk bisa mengambil keputusan yang tepat."
"Sakit banget Kak rasanya! Dia bahkan gak berusaha lebih untuk meyakinkan Zizi!"
"Dia cuma merasa gak pantas karena udah buat kamu terluka, Zii.."
"Dia bahkan sekarang menghilang lagi.."
"Dia gak menghilang, bukannya kamu tahu nomor Hp-nya sekarang?"
"Dia juga punya nomor Zizi, kenapa bukan dia yang hubungi Zizi duluan? Kenapa harus Zizi? Ya, di sana dia udah punya pacar cewek, jadi dia pasti akan cepat melupakan Zizi! Zizi juga pasti akan bisa melupakan dia!" Dengan emosi Zizi sampai mengganti sebutan 'Kak' menjadi 'dia'.
Zizi langsung berlalu keluar dari ruang osis meninggalkan Farid. Farid hanya menghela nafasnya dalam karena tak mampu menenangkan Zizi saat ini. Ya, dia juga tak bisa menghubungi Irga semenjak lima hari lalu.
Masih terekam jelas obrolannya dengan Irga dan Anjas, saat mengantar Irga ke Bandara lima hari lalu. Irga bahkan pergi sewaktu Zizi masih berada di sekolah.
"Lu gak nunggu Zizi?" Tanya Anjas yang waktu itu juga ikut mengantar Irga.
"Gw titip dia yah.." Ucap Irga tersenyum simpul.
"Udah saatnya lu yang jagain dia!" Ucap Farid menimpali ucapan Irga.
"Gw cuma bikin dia sedih aja, rasanya gw gak punya hak buat minta dia ngasih kesempatan buat orang brengsek seperti gw!" Irga menjelaskan dengan lirih.
"Ya, lu emang brengsek! Lu datang ke sini untuk Zizi, tapi status lu masih pacar orang."
Irga tersenyum lirih seolah membenarkan sindiran dari Anjas padanya.
"Ga, lu harus inget, cinta itu perjuangan! Kalo lu merasa Zizi layak diperjuangakan, lu jangan menyerah sampai lu emang gak sanggup lagi buat memperjuangkannya. Sekarang belum terlambat karena dia belum punya orang lain, kalo lu gak memperjuangkannya sekarang, mungkin nanti sudah ada orang lain yang memperjuangkan dia. Saat itu, semuanya sudah benar-benar terlambat buat lu."
Irga dan Anjas terkesima mendengar Farid mengatakan semua itu. Ya, yang mana mereka berdua tahu, Farid tak pernah berpacaran dan juga tak pernah bercerita tentang orang yang dia suka. Jadi sangat mengherankan orang yang diketahui tak pernah mengenal cinta, bisa berbicara tentang cinta seperti itu.
-
-
"Gimana Zizi?" Tanya Anjas yang seketika melihat Farid kembali dari mencari Zizi.
"Ya, gitu deh. Mungkin Zizi lagi mau sendiri sekarang ini. Rosa tadi mana?" Tanya Farid yang tersadar kalau saat ini dia tak lagi melihat sosok Rosa di dekat Anjas.
"Pulang dia.." Jawab Anjas datar.
Farid menautkan alisnya menatap Anjas heran.
"Gw udah putus sama Rosa." Ucap Anjas lagi yang sedikit membuat Farid terkejut.
"Lu kok biasa aja?"
"Maksud lu?"
"Ya aneh aja, biasanya lu langsung nangis-nangis kalo diputusin Rosa. Heheh." Sindir Farid dengan terkekeh.
"Gw yang mutusin kok!" Kali ini Farid tak bisa menutupi keterkejutannya!
"Kok bisa?" Tanya Farid heran.
"Karena dia gak layak untuk gw perjuangin! Heheh!" Anjas menjelaskan dengan singkat sambil terkekeh seolah itu adalah sebuah lelucon. Farid hanya tersenyum lirih melihat orang yang sudah selama 6 tahun ini dia cintai dengan diam-diam.
Farid memikirkan cintanya pada Anjas, apakah layak untuk diperjuangkan atau tidak. Bukan karena dia ragu kalau Anjas layak untuk diperjuangkan, tapi hanya saja dia tak ingin merusak persahabatan yang sudah mereka miliki saat ini.
"Rid, walaupun nanti kuliah kita beda Universitas dan jurusan, gw mau kita tetap berada di kota yang sama." Ucap Anjas yang mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya itu sih gampang, tapi masalahnya tetap aja nanti kita disibukin sama kuliah masing-masing walaupun tinggal satu kota. Jadi mungkin kita gak bisa seperti sekarang, yang bisa ketemu setiap hari." Ucap Farid realitis.
"Kalo gitu kita tinggal bareng aja nanti biar bisa ketemu tiap hari! Hahah!" Anjas tertawa memberi usul. Farid ikut tertawa menanggapi usul konyol Anjas.
Panggilan dari teman-teman mereka, mengakhiri pembicaraan Farid dan Anjas. Anjas langsung merangkul bahu Farid, mengajak Farid untuk sedikit berlari menghampiri teman-teman mereka.
Ya, seperti ini saja sudah cukup. Bisa bersama orang yang kita cintai setiap hari dan bisa melihat senyum serta canda tawanya setiap hari, itu sudah lebih dari cukup untuk Farid.
-
-
Zizi terpesona melihat jingga yang berbeda di senja saat ini. Dia mencoba melupakan bahwa sekarang dia sendiri. Sekali lagi, dia membiarkan senja mendengarkan isi hatinya.
'Semuanya kini sudah berakhir! Gw gak akan peduli lagi tentang dia! Gw pasti bisa melupakannya!'
Sedetik kemudian setelah hatinya mengatakan semua itu, air matanya terjatuh dari sudut matanya, seolah mengatakan bahwa itu sesuatu yang sulit untuknya. Dalam hatinya sesungguhnya dia berharap orang itu datang kembali padanya.
Malam itu setelah mereka berdua saling melepaskan, Zizi dan Irga tak saling bicara lagi. Mereka berdua tetap tidur satu ranjang malam itu, tapi kali itu berbeda karena tak ada lagi pelukan atau usapan lembut dari Irga untuk Zizi. Zizi pergi sekolah pagi-pagi sekali sebelum Irga bangun. Sesungguhnya saat itu, Irga mengetahui kalau Zizi sudah terbangun dan buru-buru berangkat ke sekolah, karena dia tidak tidur malam itu.
Saat Zizi pulang, Irga sudah pergi. Saat itu Zizi meyakini dirinya sendiri bahwa itulah yang terbaik untuk mereka berdua. Walaupun Zizi berharap saat dia pulang sekolah, Zizi masih bisa melihat Irga di rumahnya.
-
-
Satu minggu ini, seperti melebihi waktu 19 bulan yang terlewati untuknya menunggu Irga. Ya, ternyata lebih menyakitkan saat kita melepaskan seseorang yang kita cintai setelah mengetahui dia juga mencintai kita.
"Zizi pikir, Zizi hampir gila karena merindukan Kak Irga.. Zizi pikir, Zizi punya cukup keinginan untuk melupakan Kak Irga, tapi sulit untuk Zizi bisa menghentikan air mata ini.. Zizi harus gimana?"
Seperti orang bodoh, dia mengambil ponselnya lagi lalu berbicara sendiri dan dijatuhkan-nya lagi. Hal itu terjadi selama satu minggu ini. Bahkan dulu selama 19 bulan dia tak pernah sampai seperti orang bodoh begitu.
Zizi sudah tak bisa tidur selama berhari-hari, itu karena dia tak bisa melupakan Irga. Hatinya kini mencair seperti es, begitu nyeri terasa sangat menusuk.
-
-
Suara bel rumah Zizi berbunyi sudah beberapa kali. Zizi masih enggan membuka pintu rumahnya terhadap tamu yang tak diundang, yang tanpa sopan santun bertamu di waktu dini hari seperti ini.
Ya, saat ini sudah lebih jam dua malam. Sudah dua hari keluarga Zizi sedang pergi ke rumah neneknya, Zizi ditinggal sendirian untuk jaga rumah. Farid dan Anjas yang tadi siang berjanji untuk menginap di rumahnya malam ini juga tiba-tiba membatalkan janjinya karena alasan yang mengada-ngada.
Sepertinya tamu yang tak punya sopan santun itu belum menyerah juga. Zizi dengan sedikit takut berjalan mendekati pintu rumahnya untuk melihat siapa tamu tak tahu sopan santun itu. 'Gimana kalo tamunya bukan manusia?' Pikir Zizi mulai ragu lagi untuk membukakan pintu.
Dengan ragu, Zizi mencoba membuka pintu rumahnya sedikit.
Deg!
"Braakk!"
Seketika melihat sosok sang tamu yang membuat jantungnya nyaris terjatuh, Zizi menutup pintunya lagi dengan kuat!
1 detik..
2 detik..
3 detik..
Jantungnya terus terpacu melewati detik-detik jarum jam yang berdetak.
"Tok.. Tok.. Tok.. Zii!" Tamu itu kali ini mengetuk pintu dan memanggil namanya dari balik pintu.
"Krekk!" Tamu itu berhasil membuka pintu yang belum dikunci oleh Zizi.
"Ngapain ke sini? Pulang sana!" Ucap Zizi sinis terhadap sang tamu.
Tamu itu terlihat lelah dengan memakai kaos putih yang dilapisi kemeja kotak-kotak yang dikenakannya, dia juga membawa tas ransel di punggungnya.
"Gak mau!" Ucap tamu itu dengan senyuman menantang.
Zizi langsung berbalik meninggalkan sang tamu dengan debaran jantung yang terpacu cepat. Sungguh dia merasa senang saat ini melihat tamu itu, tapi dia merasa malu menunjukan hal itu setelah dia menolaknya seminggu yang lalu.
Ya, tamu itu adalah Irga. Orang yang membuatnya tak bisa tidur dan seperti orang bodoh seminggu ini.
Irga menutup pintu rumah Zizi dan menguncinya. Setelah itu dia mengikuti langkah Zizi, masuk ke dalam kamar Zizi.
Irga membuka kemeja dan celana panjangnya, menyisakan kaos dan boxer yang masih menempel di tubuhnya. Dia lalu menghampiri Zizi yang tidur membelakanginya di sudut ranjang.
Irga langsung memeluk tubuh Zizi dari belakang yang langsung mendapat respon penolakan dari Zizi.
"Pulang sana! Ngapain ke sini?" Zizi mengerang dengan masih memunggungi Irga.
"Kakak kangen Zizi.." Bisik Irga tetap mencoba terus memeluk Zizi.
Akhirnya Zizi mengalah dan membiarkan Irga memeluknya.
"Pacar kakak gimana?"
"Udah putus.."
"Kenapa?" Tanya Zizi dengan menyembunyikan wajahnya di balik bantal.
"Because i love you.." Bisik Irga lagi di telinga Zizi. Zizi langsung terisak mendengar itu, tapi dia masih menyembunyikan wajahnya dari balik bantal.
Irga yang mengetahui kalau saat ini Zizi sedang menangis, langsung membalik tubuh Zizi menjadi terlentang.
Irga menyingkirkan bantal yang menutupi wajah Zizi. Zizi masih terisak dengan air mata yang terus mengalir.
Irga mengusap air mata Zizi dengan tangannya. Zizi hanya terdiam sambil masih terisak menahan gejolak kebahagiaan yang dia rasakan saat ini.
"Kamu tahu gak Zii, seminggu ini waktu terasa seperti tujuh tahun. Makanya Kakak langsung berangkat habis Isya dan pesan tiket biar cepat bisa ketemu kamu. Kamu tahu Kakak bahkan gak bisa nunggu sampai pagi, karena kakak udah gak sanggup melewati satu detikpun lagi tanpa kamu." Bisik Irga lagi di telinga Zizi. Zizi langsung terkekeh dan berhenti terisak mendengar Irga sedang meng-gombalinya.
Irga menindih tubuh Zizi yang terlentang dan mendekatkan wajahnya mendekati wajah Zizi. Kedua tangannya memegang sisi wajah Zizi dan matanya menatap tajam mata Zizi.
"Zizi masih sayang kan sama Kak Irga?" Tanya Irga pelan.
Zizi menjawabnya dengan anggukan dan melingkarkan tangannya di pinggang Irga.
"Zizi, mau jadi pacar Kak Irga gak?"
"Hmm, tapi ada syaratnya.." Ucap Zizi malu.
"Apaan?" Tanya Irga menaikan kedua alisnya.
"Cium Zizi.." Pinta Zizi dengan malu-malu.
"Hahah!" Irga tak bisa menahan tawa melihat ekspresi Zizi seperti itu.
"Ya udahlah, gak jadi!" Zizi yang kesal karena ditertawakan Irga, langsung mendorong Irga menjauh dari tubuhnya.
Irga menghentikan tawanya dan tetap menahan tubuhnya tetap berada di atas tubuh Zizi. Dan sedetik kemudian, Irga langsung mencium Zizi, bukan hanya ciuman biasa, tetapi kuluman-kuluman lembut darinya yang bergantian memainkan bibir atas dan bibir bawah Zizi. Irga menggigit-gigit kecil bibir Zizi dan kemudian Irga memasukan lidahnya menerobos mulut Zizi dan mencari-cari lidah Zizi.
Zizi kelabakan mengimbangi ciuman Irga. Ya, tubuhnya menjadi kaku menerima sensasi seperti itu. Dan ini yang pertama kalinya untuknya merasakan sensasi seperti itu.
"Kak.." Ucap Zizi mengakhiri ciuman Irga yang sudah mulai memanas.
"Kenapa?" Prores Irga pada Zizi yang menghentikan ciumannya.
"Ajarin.." Bisik Zizi malu.
"Ah?" Irga belum mengerti maksud Zizi.
"Ajarin ciuman gitu, Zizi bingung.." Ucap Zizi dengan polos. Irga mencoba menahan tawanya yang hampir meledak mendengar itu, dia tak ingin merusak suasana saat ini kalau tawanya sampai keluar.
Ya, Irga pikir juga, Zizi memang harus belajar ciuman yang benar, karena ciumannya sangat berantakan walaupun Irga tetap menikmatinya.
Jadi malam itu mereka berdua menghabiskan waktu beberapa jam untuk berciuman dan berpelukan, berciuman lagi dan berpelukan lagi. Begitu seterusnya sampai mereka tertidur.
Cinta itu rumit tapi indah.. Cinta tak akan bisa dimengerti kalau diri kita sendiri tak mencoba untuk bisa mengertinya..
@Bun @ardavaa @alvin21 @moccaking @3ll0 @cute_inuyasha @balaka @Tsunami @raden_sujay @harya_kei @Different @muffle @AbdulFoo @kaka_el @Adamx @Unprince @kristal_air @d_cetya @lulu_75 @4ndh0 @Cyclone @Vanilla_IceCream
@Adityaa_okk @Tsu_no_YanYan @RenoF @arifinselalusial @Widy_WNata92 @Sicilienne @nakashima @Lonely_Guy @Adiie @BangBeki @Rifal_RMR @Adi_Suseno10 @rone @animan @Roynu @mbush @CurhatDetected @SteveAnggara @Anne @zeva_21 @abyyriza @meandmyself @ArDewa @aldino_13 @andi_andee @Rikadza @galaxy_meja @hendra_bastian @DM_0607 @ardi_yusman @hananta @Asu12345 @PeterWilll @Zimmy Zayn @Otho_WNata92 @Kibosuke @khieveihk
Makasih udah baca :x
Nasib farid sma anjas gmna kak?