It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75 hmmm.. Kira-kira menurut kakak siapa yang di sukai Ara?
Iya. Ricky emang suka sama Rio.
Hmm.. Kayaknya pada pengen Dave sama Dimas ya?
#mikirkeras
@andre_patiatama siap! Di tunggu aja ya..
Update kali ini intinya cm "kejer2an" yak ... (:|
*
Rio Pov
Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Aku hanya terdiam di kelas ku, enggan beranjak ke mana pun.
Mengingat apa yang terjadi diantara ku dan Ricky tadi pagi, membuatku enggan melihat wajahnya saat ini.
Alasanya, wajahku akan memerah jika bertemu tatap dengannya dan itu sangat memalukan.
('aku gak akan nyentuh bibir ini..'
'sebelum kamu jadi milik ku.')
Ugh!
Dari perkataannya tadi pagi aku sudah mengira kalau dia juga punya perasaan yang sama denganku.
Cinta.
Tapi yang jadi pertanyaanya. Apa yang Ricky tunggu? Kenapa tadi dia tak langsung nembak saja?!
Aku tersentak dengan pemikiranku sendiri.
'Kok. Kesannya gue ngebet banget pengen di tembak Ricky ya?'
"Aarrgh.!" kuacak-acak rambutku gemas.
" Hey, Yo!. Kamu kenapa? "
Aku tersentak saat ku dengar seseorang menegurku.
Ku alihkan tatapanku, tepat di arah dua bangku sebelah kiriku, Bilal menatapku aneh sekaligus khawatir.
*
Bilal ini ketua kelasku yang murah senyum, paling rajin dan ramah di kelas, tinggi badanya tak jauh beda denganku- ah, mungkin lebih tinggi dia sedikit. Kulitnya agak pucat, dan kalo tersenyum akan muncul satu lesung pipi di pipi kanannya.
kami sempat berteman cukup dekat di semester awal aku sekolah di sini, tapi kemudian Bilal menghilang di semester berikutnya dan masuk sekolah lagi di tingkat-2 sebagai murid baru di kelas lamanya.
Ku sebarkan pandanganku ke penjuru kelas memastikan tak ada orang lain selain Bilal yang melihat kelakuan anehku.
Aku menghela nafas lega. Cuma ada aku dan Bilal di kelas ini.
" Hehe.. Gue nggak kenapa-napa kok Bil. Rambut gue gatel tadi. " jawabku konyol.
Sontak Bilal tertawa mendengar jawabanku.
" Hahahaha, ya ampun Rio.. Rio. Kamu ini aneh-aneh aja. Kamu jarang keramas ya? Kok bisa gatel gitu kepalanya." kata Bilal penuh humor.
Aku hanya tersenyum kikuk menanggapi Bilal. Sadar akan jawaban konyol macam apa yang ku katakan pada Bilal tadi.
' Bego!' rutukku dalam hati.
Dugghh!!
" Aduh! "
Tawa Bilal sontak berhenti saat kami berdua mendengar suara benturan dan mengaduh dari arah pintu masuk kelas.
Dan di depan pintu kelas , kulihat Alfa tersenyum bodoh ke arah kami sambil mengusap-usap dahinya yang memarah karena berbenturan dengan kusen pintu.
" S-sorry. " katanya pelan sambil menatap kusen pintu.
Aku menatapnya aneh, sedangkan Bilal, tertawa tertahan.
" Bil ! Ke kantin yuk. "
tiba-tiba dua orang laki-laki memangil Bilal lalu melongokan kepala mereka ke dalam kelas, sambil sesekali melirik Alfa aneh karena masih terdiam di depan pintu menghalangi jalan masuk dengan tangan masih mengusap dahinya yang memerah.
" Ah, ayok! Duluan ya, Yo. "
Aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum menanggapi Bilal.
Bilal lalu berjalan ke arah pintu, dan raut wajah Alfa langsung langsung tegang.
Wajahnya terlihat gugup dan salah tingkah.
Aku mengernyitkan dahiku bingung melihat pemandangan langka itu.
" Eerr.., bisa minggir sebentar?" tanya Bilal ke arah Alfa yang dengan bodohnya masih terdiam di depan pintu.
" A-ah, i-ya. Sorry. "
Alfa lalu sedikit meminggirkan tubuhnya menyisakan celah untuk Bilal keluar pintu.
Lalu Bilal pun keluar kelas mengikuti ke dua temannya yang sudah berjalan duluan.
Alfa masih diam di ambang pintu dengan pandangan terus menatap punggung Bilal.
" Woy!! Kenapa lo Fa? Masuk sini, jangan ngejogrog aja di depan pintu."
Alfa tersentak saat aku menegurnya.
Ia lalu menatapku dan tersenyum bodoh.
" Ngapain lo kesini? "
tanya ku kearah Alfa yang tengah berjalan ke arah bangku ku.
" Ngajak lo ke kantin. Apa lagi? "
Aku menghela nafas malas mendengar jawaban Alfa.
" Nggak ah, gue lagi males ke kantin. "
" Lah. Kenapa? Tumben banget lo males ke kantin. Biasanya paling semangat."
" Males aja. Udah, kalo mau ke kantin, Ke kantin aja sana sendiri."
" Yah.. Kok gitu sih yo. Males ah kalo sendirian. "
" Kan masih ada Dave, "
" Dave sibuk di Perpus tadi, ngurusin buku-buku baru. "
" Eerr.. Ricky? "
" Di udah ngilang duluan sebelum gue ajak. Gak tau kemana rimbanya tuh anak. "
" Fanny? "
"...."
Alfa tak mengatakan apapun saat ku tanya soal pacarnya itu.
" Ck.. Gak jadi deh ke kantinya." jawab Alfa sambil mendudukan dirinya di sebelahku, lalu menatap coklat yang ku letakan di meja dengan berbinar.
" Wah, coklat dari siapa nih Yo? Gila gede banget. Gue minta dikit ya. " Alfa langsung membuka tutup coklat itu dan memakannya dengan lahap.
" Emm~ Enak. Lo udah coba, Yo? Enak banget sumpah! Emm..nyam, nyam."
Aku hanya tersenyum menanggapi Alfa. Seleraku memakan coklat itu sudah hilang, saat aku tau siapa pengirim coklat itu.
Ku tatap note yang tadi sempat ku ambil dari dalam kotak coklat itu.
Tulisannya tetap sama, tak berubah.
Tapi satu hal yang tak kusadari, di belakang note itu masih ada sesuatu yang tak kubaca tadi pagi.
Nama si pengirim coklat.
' Kenda.'
Aku menghela nafas lelah.
'Begonya gue. Kenapa tadi pagi gak gue cek belakang note nya.'
Sebenarnya apa maksudnya?, kenapa Kenda memberiku coklat ini?
_
"Eh? Apa?"
Aku tersadar dari lamunanku, saat ku dengar suara Alfa di sebelahku.
Alfa menatapku aneh.
Mulutnya yang dari tadi mengunyah coklat terdiam.
"Dari tadi Lo gak dengerin gue, ya. Yo?" tanyanya dengan raut wajah ganas bak naga.
Aku hanya tersenyum kikuk menanggapi tatapan ganas Alfa.
"Hehe.. Sorry."
"Sialan lo, Yo! Gue cape-cape curhat panjang lebar, eh. lo malah anggap angin lalu!"
Gyut!
"Auuh!"
"Rasain nih!"
"Auuh! Auhkit Fha! Luhphathin!" (aduh! Sakit fa! Lepasin!)
"Gak! Ini hukumannya karena ngambing congek in gue. Hahaha"
"Luphathin bhegho!!" (lepasin bego!)
Bug!
Bug!
Kupukul-pukul tangan Alfa yang terus mencubit pipiku.
Dugh!!
"Auugh!"
Alfa sontak melenguh kesakitan sambil melepaskan tangannya dari pipiku, saat ku tendang kakinya dengan keras.
"Aduh, Hahaha! Pipi lo jadi makin lebar, Yo. hahaha"
ku tatap Alfa bengis sambil sesekali mengelus pipiku yang ku pastikan memerah karena Alfa cubit dengan cukup keras.
"Uhh.. Sialan lo! Sakit tau!"
"Hehe.. Sorry, sorry. Abis lo kan, yang rese duluan. Hehe.. Eh tapi lo jadi makin imut kalo pipi lo merah gitu. Jadi makin gemes gue sama lo!"
kata Alfa sambil menatapku dengan tatapan om-om mesum.
Aku merinding.
"Apaan sih Fa! Mau gue tendang lagi hah!?"
gertakku siap menendang kakinya.
"E-eh! Jangan! Ampun,ampun bos, hehe.. Walaupun kaki lo pendek tapi tendangan lo itu udah kayak Ronaldo. Ngena banget sakitnya!"
Aku memejamkan mataku menahan kesal.
'Dia bilang apa tadi? Kaki pendek?!'
DUGH!!
"AARRGGHH!"
**
Alfa dengan lebaynya terus menggumam
'kaki ku, oh kaki ku jangan mati dulu, aku tak bisa hidup tanpamu.'
Aku memutarkan mataku malas mendengar gumaman lebay Alfa, Alfa terduduk di lantai kelas bersandar di kaki bangku sambil mengelus-elus kakinya, menatapku tajam.
"Ck.. Iya deh, iya. Sorry. gue tadi keterlaluan nendang kaki lo nya."
"Sigh!" Alfa mendengus mendengar perkataanku.
Aku menghela nafas.
'satu-satunya cara buat Alfa gak ngambek lagi cuma 'itu''
Ku pasang wajah seimut-ugh!sial- mungkin di depan Alfa.
"Alfa~ maafin aku ya. Kakinya sakit ya? Maaf ya. Abis kamu tadi ngejekin aku sih. Aku kan jadi kesel~"
kataku pelan sambil memasang wajah cemberut.
Alfa tertegun sebentar, lalu menatapku lama.
'Ught! Tampang om-om mesumnya kembali lagi'
"E-ehehe. Gak apa-apa kok. Udah agak mendingan kok. Tapi tadi kan aku bilang sesuai fakta. Lo kan emang pendek yo." kata Alfa dengan wajah cengengesan.
Aku tatap Alfa tajam.
Ku angkat kakiku siap menendangnya lagi.
Tapi dengan gesit Alfa melindungi kakinya.
"Nah, nah. Baru aja gue maafin, eh, udah mau nendang lagi aja!" kata Alfa memasang wajah waspada.
"Makanya kalo gak mau gue tendang jangan pernah ngejek gue pendek."
"Gue kan gak ngejek. Lo kan emang pe-- e-eh. Ia. Ia, sorry, sorry. Gue gak sebut lo gitu lagi deh!" seru Alfa saat kaki ku benar-benar siap menendangnya lagi.
"Ya udah, sini duduknya di sebelah gue. Katanya lo mau curhat."
dengan wajah di tekuk Alfa menurut. Ia lalu duduk lagi di bangku di sebelahku.
"Jadi..?" tanyaku saat Alfa hanya diam.
"Apa?" dahiku berkedut mendengar perkataannya.
"Katanya lo mau CURHAT! Ya udah ayo. Gue dengerin."
"Bukan curhat lah. Perasaan kaya cewek aja curhat-curhatan. Hehe"
Aku memutarkan mataku mulai bosan.
'Padahal tadi dia sendiri yang bilang curhat.'
"Ya udah jadi apa?"
"Haah.. Gue cuma mau bilang gue sama Fanny putus."
"Hah? Kok bisa? Perasaan kalian lengket terus deh, kok gak ada hujan gak ada petir, tiba-tiba putus."
"Ya bisa lah, terlihat selengket apapun satu pasangan. Kalo salah satunya ada yang selingkuh, ya bubar aja akhirnya. Sigh!" kata Alfa sambil mendengus kesal.
"Hah? Selingkuh. Maksud lo Fanny selingkuh gitu?"
"Ya iya, siapa lagi. Masa gue. Lo tau kan se busuk-busuknya gue, gue gak pernah selingkuh."
Ya itu memang benar, Walaupun Alfa sering di cap Play boy, dia tak pernah berselingkuh. Dia akan setia sama pacar resminya. Kalaupun dia putus dengan pacarnya, itu pasti karena si cewek/cowoknya yang selingkuh. Aku gak ngerti deh. Apa sih kurangnya Alfa sampai hampir semua mantan pacar Alfa selalu berpaling darinya.
Tampan? Iya.
Kaya? Jangan ditanya.
Romantis? Iya.
"Lo tau dari mana si Fanny selingkuh?"
"Gue liat sendiri, dia ciuman sama cowok di caffe bibi gue."
"Hah? Ciuman di caffe? Apa gak malu dia?" tanyaku terheran-heran.
"Orang keburu nafsu mah, gak peduli tempat. " jawab Alfa ketus.
"Hah?" aku semakin bingung dengan perkataan Alfa.
"Gila! Aneh banget omongan lo Fa. Jangan bilang lo pernah juga ciuman sama Fanny di tempat umum!?"
"...."
Alfa tak menjawab. Ia memalingkan mukanya yang memerah dariku.
Aku bisa menebak jawabanya.
"Kalian berdua emang gak tau malu!" cibirku.
"Hehe."
"Terus gimana?"
"Gimana apanya? Ya udah bubar."
"Lo gak sedih gitu?"
"Ya sedih lah, tapi lebih ke kecewa sih. Tapi udalah." Alfa menundukan kepalanya.
Puk. Puk.
"Yang sabar ya Fa."
"Ya udah lah, lagian gue udah ada gebetan baru ini." katanya tersenyum cerah.
"Hah? Siapa?"
_
"Ogah! "
"Nah kan, gue yakin lo bakalan nolak. Lagian gue juga gak mau mati di tangan si Ricky kalau ngegebet elo. Sigh!"
Wajahku sontak memanas mendengar nama Ricky di sebut-sebut Alfa.
"Tuh kan. Padahal gue cuma sebut namanya. Muka loh udah merah aja. Kaya pantan bayi kalo di tepok!" kata Alfa ketus.
dugh!
Ku tendang kaki Alfa pelan.
"Auuh!"
"Apaan sih Fa, enak aja muka gue lo samain sama pantat!"
"Tapi kan pantat bayi. Masih mulus-mulusnya itu."
"Tetep aja pantat! Yang namanya pantat tetep pantat. Arrgh! Kok malah ngomongin pantat sih?"
Alfa terkekeh.
"nah loh. Siapa yang duluan argumenin soal pantat? Hehe"
"Ck.. Udah lah. Jadi siapa gebetan baru lo?"
"Yakin pengen tau?"
"Iya."
"Yakin?"
"Iyaaa."
"Gak akan cemburu kan?" kata Alfa menatapku usil.
"Ngak Akan!" jawabku mulai kesal.
"Yah~ kok gak cemburu? Cemburu lah." kata Alfa dengan suara ia buat se melas mungkin.
"Kasih tau sekarang atau gue lempar lo ke luar jendela!" ku tatap Alfa kesal, sambil menunjuk ke arah jendela kelasku yang ada di lantai 3.
"Ehehe.. Ia, ia. gitu aja ngambek. Lo udah kaya cewek PMS kalau ngambek, Yo."
Ku tatap Alfa dengan tatapan membunuh.
" Ia, ia. Gue kasih tau. Jangan liat gue kaya gitu, ntar gue malah nafsu lagi kalo lo tatap terus. Hahaha"
Sigh!
"...."
Alfa menopang dagunnya menatap ke atas seolah sedang menghayal. Lalu tiba-tiba Alfa tersenyum-senyum sendiri.
Aku menatapnya ngeri. Takutnya kesurupan ni anak. Soalnya ruangan kosong di sebelah kelasku katanya banyak hantunya. Ya kali aja, salah satu dedemit di sana masuk ke tubuh Alfa.
" Orangnya.. Manis, sama kaya lo. "
Aku menghela nafas lega, saat Alfa membuka suaranya dan tidak keluar suara-suara berat mengerikan.
' Berarti dia gak kesambet dedemit ruangan sebelah. Syukur deh'
"Kalo senyum makin manis, Ada lesung pipinya,"
'Lesung pipi? Jadi inget Bilal.'
"Jago maen musik."
"Orangnya Ramah, Murah senyum, tapi sayangnya gue belom tau siapa namanya."
'Hah?'
"Namanya siapa sih, Yo?." tanyanya tiba-tiba padaku.
Aku menatapnya aneh.
"Ya, mana gue tau. Kenal aja kagak sama orang yang lo sebutin tadi." jawabku bingung.
"Kenal kok. Dia temen sekelas lo, yang tadi ada disini." kata Alfa kalem sambil tersenyum lembut.
'Hah?' Otak ku langsung loading.
'Tunggu! Lesung pipi? Bilal punya lesung pipi. Ramah? Murah senyum? Kedua hal itu melekat di diri Bilal. Jago maen musik? Bilal kan ketua club musik, jelas lah di jago maen musik. Satu kelas. Terus, yang tadi ada di kelas sama gue kan.. BILAL!?'
"BILAL MAKSUD LO?" teriak ku spontan, sampai membuat Alfa terlonjak dari kursinya.
"Hah? Bilal apa?" kata Alfa linglung, sepertinya dia masih kaget. Pfft~
"Orang yang tadi ada di kelas sama gue kan? Namanya Bilal." jawabku tegas.
"Bilal ya..." Kata Alfa mengulang perkataanku lalu tersenyum aneh.
"Nama panjangnya apa, Yo?" tanya Alfa antusias.
"Hmmm, kalo gak salah, Sabilal Nur Ramdhan."
"Sabilal Nur Ramdhan?. Namanya udah bagus gitu, hah~"
Alfa tersenyum cerah dengan mata menerawang.
Teeetttt.. Teeetttt..
Bunyi bel tanda istirahat telah berakhir berbunyi, tapi Alfa masih duduk di kelasku.
" Fa-- "
BRAK!!
Aku tersentak kaget saat Alfa tiba-tiba saja berdiri sambil menggebrak meja.
"Oke! GUE PASTI DAPETIN LO, SABILAL NUR RAMDHAN!" teriak Alfa keras dengan senyuman lebar mengembang di bibir merahnya.
Cup..
Aku membulatkan mataku kaget.
"Makasih informasinya Honey." Bisik Alfa di telingaku.
Setelahnya Alfa berlari keluar kelas.
Aku mengedip-ngedipkan mataku.
Ught!
"ALFA!!!" teriak ku kesal.
dan setelahnya ku dengar tawa Alfa membahana di kolidor luar kelas.
**
Alfa benar-benar mencoba dekat dengan Bilal. Sempat ku lihat beberapa kali mereka terlihat mengobrol, yah walau terkesan agak kaku dan kikuk.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku takjub, ternyata orang se rame Alfa bisa kikuk juga.
" Hey!" aku tersentak kaget saat seseorang menepuk bahuku.
Sekarang ini aku tengah menunggu Ricky yang tengah berdiskusi dengan Pak Gatot (guru pembimbing Osis), di depan ruang Osis.
Ku tengokan kepalaku yang dari tadi melihat ke arah lapangan sekolah yang tengah di pakai club sepak bola latihan.
Aku sedikit membulatkan mataku saat tau siapa yang berdiri di belakangku.
Kenda. Dia berdiri menghadapku dengan senyuman lembut di bibirnya.
'Mau apa dia?'
"Bisa ngomong bentar, Yo?"
aku mengernyitkan dahiku.
"Ngomong aja."
"Nggak disini. Ikut gue."
Kenda memegang tanganku, lalu menarik ku mengikuti langkahnya.
"Hey! Kalo mau bicara disini aja!" protesku, mencoba melepaskan tanganku dari Kenda.
Kenda menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatapku melas.
"Please Yo. Kali ini aja lo ikut gue. Bentar kok, Ya? Gue janji nganterin lo kesini lagi, gue tau kok lo lagi nungguin Ricky kan?"
Aku mengalihkan pandangan ku, mencoba tak luluh oleh pandangan memelasnya yang dulu sering meluluhkanku.
"Ya udah." jawabku pelan.
Sialnya aku selalu bisa dia buat luluh.
Beberapa kali ku tatap gusar pintu Osis yang semakin jauh.
'Ricky'
_
Ku lihat langit pun mulai berubah menjingga. segerombolan burung terbang kembali kesarang mereka, siap saling menghangatkan diri dengan keluarga mereka di malam dingin yang akan segera muncul.
Aku dan Kenda berdiri berhadapan di bawah pohon besar yang ada di halaman belakang sekolah. Tempat yang tepat jika Kenda bermaksud mengajak ku bernostalgia.
Sigh!
Kami sampai beberapa menit yang lalu dan sampai sekarang kenda tak bicara sepatah katapun. Dia hanya diam dan terus menatapku, sampai membuat ku risih.
Kenapa orang-orang mulai bersikap seperti Ricky. Menatapku lama, seolah ada yang salah di wajahku.
"Jadi? Lo mau ngomong apa?" Tanyaku mulai jengah.
"Eh? Eeerrr.. Gue.. I-itu. Eh, lo suka kan coklat yang gue kasih pas valentine lalu?" tanya Kenda gugup.
"Oh. Emm, ya, makasih."
jawabku sekenannya.
' Makasih karena udah bikin Alfa kenyang makan tuh coklat jumbo bin norak kiriman lo'
" Ah.. Syukur deh, kalo lo suka."
Kenda lalu mengusap tengkuknya gugup.
" Lo cuma mau ngomong itu?" tanya ku bingung.
"...."
"...."
"...."
"Ck.. Ya udah, kalo cuma itu. Gue udah jawab kan?" Aku membalikan tubuhku, bermaksud kembali ke ruang Osis.
Srreett!
"Ah!"
Aku tersentak kaget, saat kurasakan tanganku di tarik dengan keras kearah Kenda.
Greb!
Deg!
Aku membelalakan mataku, saat kurasakan sepasang tangan kekar memelukku dengan erat.
Dadaku berdesir hebat, saat kurasakan kembali kehangatan yang dulu sempat menghanyutkanku, membuaiku dalam mimpi indah yang semu.
Pikiranku blank seketika.
Entah berapa lama kami berpelukan, yang pasti Kenda mulai asik mengelus rambutku sambil sesekali menciumnnya.
"Albi."
Deg!
Aku langsung tersadar, saat Kenda memanggilku dengan nama tengahku. Nama yang memang lebih sering ia gunakan padaku di banding nama depanku.. Dulu.
Bugh!
Dengan cepat ku dorong Kenda menjauh dariku.
" Sebenernya mau lo apa sih?! "
teriak ku kesal dengan nafas tak teratur, menahan gejolak aneh yang mulai mengusikku.. Lagi.
Kenda hanya terdiam menatapku sendu.
"Aku mau kamu kembali padaku Al."
katanya pelan.
Mata ku memanas.
" Hahahaha! Apa? Gue gak salah dengerkan? Lo bilang, lo mau gue balik lagi ke lo?! Hahahaha! Gue gak tau lo punya bakat ngelawak. " Aku tertawa sarkastik, sambil perlahan memundurkan tubuhku.
Kenda menatapku sendu.
" Aku bersungguh-sungguh Al, Aku menyesal. Maafkan aku. Aku baru sadar betapa pentingnya kamu buat aku, saat aku benar-benar kehilangan kamu."
Kenda melangkahkan kakinya mendekatiku, mencoba mempersempit jarak kami.
Mataku berkaca-kaca dan tiba-tiba saja dadaku terasa sesak.
" Sigh! "
"...."
" BASI! Percuma lo mau ngomong apapun, gue gak bakalan pernah pernah! Gue gak mau percaya sama apapun yang lo bilang. Cukup. Gue mohon jangan seperti ini.. Ken. Lo yang mau semua ini terjadi kan?.
Lo berhasil bikin gue tau gimana Rasanya di angkat kelangit terus di jatohin dengan kasar ke bumi. Gue cukup tau sakitnya sekali dari lo. Dan gue gak mau ngerasain itu lagi."
Ku tundukan kepalaku menghindar dari tatapan sendu sarat penyesalan yang Kenda layangkan padaku.
' Cukup gue gak mau ketipu lagi!'
"Maafin aku Al."
Dada ku berdesir lagi dan memang akan selalu seperti itu jika dia sudah memangilku dengan panggilan 'sayang'nya.
" Albi, please. "
" Berhenti manggil gue begitu. "
" Albi. "
" Gue bilang berhenti!!"
" Aku masih mencintaimu, Albi."
ucap Kenda pelan.
Kaki melemas.
" A-apa?"
" Aku-- "
Sreet!
GREB!
Seseorang menarik tubuhku menjauh dari Kenda dan memeluk tubuhku erat, penuh perlindungan.
Perlahan ku rasakan kehangatan yang baru kurasakan beberapa minggu ini, menyebar ke tubuhku.
" Berapa kali gue harus gue bilang sama lo. MENJAUH dari Rio! "
suara tetahan dan sarat akan kemarahan itu terdengar dari tubuh yang tengah memeluk ku ini.
Aku membulatkan mataku, dan setelahnya ku rasakan cairan hangat mengalir dari mataku.
Ku balas pelukan hangat yang di berikan oleh orang yang tengah memeluk ku ini.
Ku genggam dengan erat seragam bagian punggunnya, saat kurasakan cairan hangat itu semakin deras keluar dari mataku.
" Hiks.. R-ricky.. "
-TBC-
Maaf kalo ceritanya makin aneh, absurt, abal, and lebay.
@Tsu_no_YanYan @3ll0 @Yuuki @Arie_Pratama @Wita @Centaury @lulu_75 @kristal_air @cute_inuyasha @balaka @4ndh0 @d_cetya @Cylone @DoniPerdana @Widy_WNata92 @Unprince @Tsunami @Adityaa_okee
@akina_kenji
silahkan~
/pelukin/
minta coklat kaya punya Rio bisa gak, Ken? /kedip maut/
/kabur/
Owww Ricky jantan sekali!
Ada flashback-nya Kenda-Albi gak sih nanti? Penasaran ;;)
Akhhh Ergha-Dave gak muncul!