It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@fian_gundah @d_cetya @4ndh0 @jacksmile @abdulFoo @Cyclone @muffle @haha_hihi12 @lulu_75
Aku berada di pinggir pantai, pantai yang indah dengan pasir putih, pantai yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya.
Sepi.. Tidak ada siapapun di sini kecuali aku, bahkan suara ombak saja tidak terdengar, laut begitu tenang seperti tidak ada kehidupan di sini kecuali aku. Atau bahkan aku juga sudah tidak berada di dunia ku lagi?
Aku terus menyelusuri pantai itu, mencari tanda-tanda yang bisa aku temukan untuk mencari jawaban.
Aku melihat seseorang dari kejauhan, orang itu berdiri menatap lurus ke lautan yang ada di hadapannya. Siapa dia?
Ku langkahkan kaki ku mendekati orang itu, 'akhirnya bukan aku sendiri yang berada di tempat ini'. Semakin dekat aku seperti mengenali pakaian yang di kenakan orang itu, Switter rajut halus, garis-garis memadukan warna moca, marun dan hitam.
"RIZKY!!" Aku berteriak memanggil orang itu, setelah aku paham orang itu adalah orang yang begitu sangat aku cintai.
Rizky menoleh, dia memandangku tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya yang lucu.
Aku berlari menuju ke arah Rizky, dan aaakh..
Aku terjatuh, seperti ada yang menyandung kaki ku. "Aauuw" aku merintih.
Ku bersihkan butiran pasir putih yang berada di celanaku, lalu aku berdiri lagi dan ingin melanjutkan langkahku, tapi...
Tidak ada siapapun di sana, Rizky kemana?
"RIZKY!! RIZKY!!" aku berteriak memanggilnya. Aku berlari menyelusuri pantai untuk mencarinya, tetapi tidak aku temukan siapa-siapa.
Rizky menghilang..
Air mataku terus bercucuran mengikuti teriakanku memanggil namanya.
"RYZKY!!"
...........
Perlahan aku membuka mataku, sebuah cahaya menusuk ke dalam mataku.
'Dimana aku?'
"Sayang kamu sudah sadar?" Kulihat mama di sampingku memegang erat tanganku.
"Cepat panggil dokter!!" itu suara nenek berada di sisi ku yang lain.
Infus sudah terpasang di tanganku, ada alat-alat semacam kabel yang menempel di dadaku. Ruangan putih dan bau obat yang begitu aku kenal. 'Rumah Sakit' fikirku menyadari dimana aku berada sekarang.
Aku ingin berbicara kepada mama, tapi sedikit sulit aku mengeluarkan kata-kata.
Tidak lama datang seorang dokter dan perawat untuk memeriksaku. Aku masih berusaha untuk mencoba mengeluarkan kata-kata dari mulutku.
"Ta-nggal be-rapa seka-rang ma?" akhirnya dengan susah payah aku bisa mengeluarkan kata-kata. Aku harus tahu, sudah berapa lama aku berada di sini. Aku harus menemui Rizky, aku sudah berjanji untuk mengantarnya. Rizky pasti menungguku.
"Kenapa sayang?"
"......"
"Sekarang tanggal 6, sudah hampir satu minggu kamu koma. Untung malam itu waktu Rika kembali kerumah sakit untuk memberi tahu kalau kamu ingin tidur di rumah, perasaan mama saat itu tidak enak. Jadi mama memutuskan untuk pulang melihat kamu. Tapi.." mama diam sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Mama lihat kamu sama teman kamu di depan rumah nenek, namanya Rizky ya? Mama lihat semuanya, jadi saat kamu pingsan, mama sangat takut dan langsung berteriak minta tolong. Dan akhirnya orang-orang membantu mama membawa kamu kerumah sakit." mama menjelaskan sambil terisak, tangannya tidak lepas dari tanganku.
Apa maksud mama melihat semuanya? tadi mama bilang hampir seminggu aku koma. Jadi Rizky?
Aku mencoba menggerakan tubuhku walaupun sulit, ku coba menarik jarum infus di tanganku.
Mama mencegahku. "Sayang kamu kenapa?"
Aku sudah tidak memperdulikan teriakan mama dan nenek yang coba menahan tubuhku. Dengan sekuat tenaga yang aku punya, aku berusaha melepaskan semua alat yang terpasang di tubuhku.
Aku meronta, menjerit walau mungkin hanya gerangin kecil yang keluar dari mulutku. Rizky pasti menungguku, aku harus bertemu Rizky!
Rizky tunggu aku, jangan pergi!
Hatiku menjerit terus memanggil Rizky, aku terus meronta walaupun kini orang-orang itu memegangi tubuhku. Aku harus segera pergi keluar dari sini, kenapa mereka tidak mengerti?!"
Ku rasakan sebuah suntikan di lenganku, dan kemudian tubuhku melemas, pandanganku memudar, dan gelap.
..........
Sudah dua bulan aku keluar dari rumah sakit, dan berarti sudah empat bulan Rizky pergi. Aku masih harus bolak balik ke rumah sakit, dan kemarin mama memberi kabar, kalau ada seseorang yang akan mendonorkan jantungnya. Aku biasa saja menanggapi kabar itu, mungkin karena aku sudah sering menerima kabar itu, dan selalu di batalkan kemudian oleh pihak pendonor, jadi aku tidak begitu bersemangat lagi menanggapinya.
Hari ini di temani Rika, aku kembali lagi ke rumah Rizky, ya setiap hari aku selalu ke rumah ini. Rumah yang belum juga di huni oleh penghuni lain, setelah penghuni lamanya telah pergi. Aku pandangi setiap sudut, berharap aku menemukan sosok Rara yang sedang bermain, atau sosok bunda yang tersenyum menyambut kehadiranku. Atau aku menunggu seseorang yang begitu sangat aku rindukan untuk muncul di rumah ini.
Aku mengenang kembali semua tentang Rizky.
Aku duduk di pantai di sisi tepi yang Rizky telah patenkan untuk kami berdua, tetapi yang berada di sampingku sekarang, buka Rizky, tetapi Rika.
Rika selalu berada di sisiku, dia membantuku memberi kekuatan untuk bisa bertahan agar aku bisa betemu lagi dengan Rizky bulan juni nanti. Ya aku juga memberi tahu Rika, kalau Rizky akan berjanji kembali bertemu denganku di sini, untuk membongkar hadiah yang di simpan Rizky di bawah pohon itu.
"Kamu nanti akan kuliah dimana Ka?" aku menoleh ke arah Rika, entahlah apa hanya perasaan aku aja. Tapi Rika terlihat sedikit pucat, walaupun senyumnya yang ceria selalu menghiasi wajahnya.
"Dimana kamu kuliah, berarti di sana aku kuliah..hehe"
"Hehe kamu tuh cinta mati ya sama aku? Sampai mau mengikuti aku kemana pun.” aku memulai untuk bercanda.
Rika merangkulkan tangannya keleherku. "Iya cinta mati..haha"
"Haha ada-ada aja kamu, kamu kan harus punya kehidupan sendiri Ka, udah cukup aku merepotkan kamu selama ini."
Rika memandangku, lalu tersenyum manis.
"Aku gak merasa di repotkan kok, aku bahagia Ta, sungguh aku benar-benar bahagia bisa menjadi sahabat kamu. Kamu lelaki terbaik dan sahabat terbaikku Ta."
"......"
"Saat hari pertama kita bertemu, saat itu juga aku seperti mempunyai tujuan dalam hidupku, aku bahagia bisa dekat dan menjadi orang yang paling kamu percaya, aku bahagia Ta." mata Rika berkaca-kaca.
Aku terharu, tidak ada kata-kata yang bisa aku katakan. Hanya sebuah pelukan yang bisa mewakili perasaanku, kalau aku merasa sangat beruntung, memiliki seorang sahabat seperti Rika.
"Ta, kapan operasi jantung kamu?" Rika bertanya setelah kami melepaskan pelukan.
"Kata mama bulan depan, itu juga kalau pendonornya tidak membatalkannya."
"Berarti sebulan sebelum kamu bertemu Rizky ya?"
"Ya, begitulah kalau semua berjalan dengan lancar."
"Kok kamu gak semangat gitu sih Ta?"
"......" aku hanya tersenyum lirih.
"Ta, kamu harus semangat ya, kamu harus yakin sama kebahagiaan kamu!"
"......"
"Ta, kalau misalnya nanti aku sudah gak bisa lagi berada di sini, kamu jangan pernah merasa sendiri ya?!" Rika meletakan telapak tangan kanannya di dadaku. "Aku selalu berada di sini bersama kamu."
"Ngomong apa sih kamu Ka? Katanya tadi mau ikut aku kemana pun!" perasaan ku tidak enak mendengar kata-katanya.
"Hehehe" Rika hanya tertawa kecil menanggapiku.
Rika menyandarkan kepalanya di bahuku, kami berdua masih berada di pantai melihat matahari yang hampir tenggelam. Langit senja berwarna orange menghias begitu indahnya.
..........
8 Juni 2008
Hari ini aku kembali dari menjalani operasi di Jakarta. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, walaupun aku masih harus sering kontrol ke dokter, paling tidak 80% aku sudah sembuh dengan jantung orang lain di tubuhku. Aku ingin berterima kasih dengan malaikat itu, sehingga dua hari lagi aku bisa bertemu dengan Rizky dengan Tirta yang baru, bukan lagi Tirta yang lemah dan penyakitan.
Mama mengantarku kerumah orang yang menjadi pendonorku, walaupun aku tidak bisa bertemu langsung dengan orang itu, aku ingin bertemu keluarganya untuk berterima kasih.
Oya, Rika menemaniku saat aku menjalalani operasi, tetapi saat aku sadar setelah menjalani operasi, mama memberi tahu ku kalau Rika harus kembali pulang, sehingga tidak bisa menemaniku sampai aku sadar. Dan aku mengerti, Rika mau menemani saat aku menjalani operasi di Jakarta saja, aku sudah sangat berterima kasih. Aku akan menemui Rika nanti, aku akan memberikannya kejutan kalau aku sudah kembali, aku sengaja tidak menghubungi Rika atas kepulangan ku. Aku tertawa kecil membayangkan kehebohan Rika saat melihatku nanti.hehe
..........
Aku dan mama sedang menuju ke rumah pendonorku, dari dalam taksi, aku memperhatikan jalan yang kami lewati. 'Aku tidak merasa asing dengan jalan ini' fikirku.
Perlahan taksi berhenti di depan perumahan yang sangat aku kenal.
Deg
Perasaan aku berubah menjadi tidak enak, sesak sekali rasanya.
Satu-satu aku dan mama melewati rumah rumah yang sering aku lewati juga. Sampai mama berhenti di depan rumah berpagar hitam, rumah yang sering aku datangi untuk menemui seseorang.
"Ini rumahnya sayang." mama memberi tahu tepat saat kami berada di depan rumah itu.
Dadaku sesak, nafasku tercekat.
Ya Tuhan..... 'Rumah Rika'
tp aku kok kurang rela yah.....
kok samaan yah????
jangan2 kita jodoh #ditendang @3ll0