BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Froz(oneshoot)



Suasana yang sangat berisik memenuhi setiap sudut ruang kelas, siswi-siswi sibuk bergosip dan siswa sibuk membicarakam olahraga,game atau semacamnya, kelas sudah masuk sejak 30 menit yang lalu tapi guru pengajar belum memasuki kelas membuat kelas tidak beda jauh dengan mall yang sedang mengadakan diskon besar-besaran sebagian besar didominasi suara siswi penggosip tapi ada yang sama sekali tak terpengaruh dengan hal itu, dia lebih memilih diam sambil memainkan ponsel yang tak lepas dari tanganya, wajahnya datar dan seperti tidak terganggu sama sekali.

Laki-laki bername tag Jerrvi Ervevous benar-benar hidup seperti didunia sendiri, dia terus saja mainkan ponselnya entah untuk apa dia bahkan tidak sadar seseorang sudah duduk disampingnya menatap lekat kearahnya.

"Jerrvi apa yang kau lakukan?", merasa diajak bicara Jerrvi hanya bergumam tidak peduli dia bahkan tidak melihat ke lawan bicaranya.

"Hufh kau selalu saja mengabaikan orang lain", merasa tetap diabaikan dia hanya diam melihat Jerrvi yang bahkan tidak melihatnya dia memilih pergi bergabung dengan yang lain.

"Semua kalian harus ke showroom karena akan di adakan penyuluhan dari dinas kesehatan", seorang laki-laki masuk ke kelas dan berteriak memberi pengumuman membuat suasan jadi hening.

"Veoul kenapa showroom", seorang yang tadi duduk di samping Jerrvi menyela ucapan orang yang di panggilnya Veoul, laki-laki bernama Veoul memiliki wajah ramah yang terus tersenyum pakaian rapi dan terlihat berwibawa inilah salah satu alasan para siswi penggosip diam saat Veoul datang wajah malaikatnya sangat memikat.

"Casse, diamlah..! aku ketua kelas disini", Casse seketika bergidik ngeri dengan ucapan Veoul meski tidak terdengar seperti ancaman tapi ekspersi ramah sang malaikat sudah berubah serius dan mematikan.

"ahh Veoul baikalah", Casse menatap Jerrvi disebelahnya yang masih saja memainkan ponselnya.

"Tidak perlu bertanya kalian segeralah kesana...", dengan tertib siswa siswi keluar kelas dan menuju showroom bahkan Casse yang tadinya menyela hanya bisa menurut apa kata Veoul.

"Jerrvi kau juga, meski kau tidak tertarik", Jerrvi menatap Veoul sekilas lalu pergi, Veoul hanya tersenyum melihat bagaimana sifat Jerrvi.

"Haah bagaimana orang tuanya hidup denganya".

♠♠♠

Suasan showroom tidak terlalu penuh karena hanya beberapa kelas yang hadir Jerrvi memilih duduk dideretan belakang wajah dingin tanpa ekspresi hanya melihat selilas disekelilinganya sebentar dan kembali memainkan ponsel bahkan lagi-lagi dia tidak sadar Casse duduk disebelahnya, laki-laki urakan itu hanya mendengus melihat Jerrvi duduk disebelahnya.

"Prince....Prince...huaaa prince datang" , tiba-tiba seisi ruangan menjadi sangat ribut terutama para siswi saat sekelompok laki-laki masuk.

"Haaah Prince sekolah datang, aku tidak suka dia", Casse bergumam bosan melihat keributan yang terjadi karena kedatangan orang yang di panggil Prince.

"Bahkan Veoul lebih tampan dan malaikat dari dia", Jerrvi menatap Casse yang duduk disebelahnya.

"Sejak kapan kau duduk di sebelah ku?", pertanyaan polos Jerrvi membuat Casse sweetdrop dan kesal.

"Jerrvi bahkan aku lebih dulu duduk disini", Casse menunjuk Jerrvi dengan jarinya karena kesal.

"Aku tidak melihat mu", Casse menatap tajam pada Jerrvi dan yang ditatap tidak berekspresi sama sekali.

"Jerrvi ahh kau...", Casse belum selesai bicara dan Jerrvi sudah memalingkan wajahnya kearah lain.

"Itu keributan apa?", tanya Jerrvi membuat Casse tidak jadi memakinya.

"Prince sekolah ini, idola para gadis karena tampan dan segala kesempuranaanya Jake Votage haah aku membencinya", Jerrvi menatap dingin ke arah Jake yang terus tersenyum kesemua orang membuat gadis-gadis histeris.

"Bagaimana menurutmu tentang dia?", Casse bertanya dengan nada merendahkan dan tidak suka pada Jake.

"Aku tidak mengenalnya, jangan lampiaskan tidak suka mu tentang dia pada ku Casse", Casse memutar matanya bosan Jerrvi selalu begitu pada orang lain dan selalu tanpa ekspresi.

Selama acara dimulai Casse terus menahan kantuk dia merasa sangat bosan ditambah Jerrvi lagi-lagi bahkan selalu menatap ponsel saat siswa siswi sibuk memperhatikan dengan serius Jerrvi lebih serius memainkan ponselnya benda persegi panjang layar touchscreen lebih menarik dari dunia sekitarnya.

"Baiklah sesi tanya jawab dibuka, kami persilahkan jika ada yang ingin bertanya", seluruh siswa dan siswi sibuk memperebutkan kesempatan bertanya dan Prince ikut bertanya.

"Baiklah perkenalkan dirimu sebelum bertanya", Jake berdiri dari kursinya melempar senyum pada semua orang.

"Perkenalkan nama saya Jake Vontage, saya ingin bertanya apa salah satu cara agar siswa siswi tidak terjurumus kenakalan remaja, sekian pertanyaan saya", Jake melepar senyum lagi dan membuat siswi kembali histeris.

"Baik bagi yang ingin menjawab kami persilahkan", Jerrvi mengangkat tangannya.

"Ohh ada yang ingin menjawab,baik silahkan perkenalkan diri dulu", Jerrvi berdiri dari kursinya seluruh orang didalam ruangan menatap Jerrvi dengan intens, Jake bahkan membalik badannya untuk melihat Jerrvi yang duduk dideretan belakang.

"Perkenalkan nama Saya Jerrvi Ervevous, saya ingin menjawab pertanyaan baik saya langsung saja, salah satu caranya adalah dengan mengikuti ekstrakulikuler disekolah karena siswa siswi mengahbiskan sekitar 7 jam disekolah untuk belajar sepulang sekolah adalah celah siswa bertindak nakal dan untuk mengurangi hal sepertu itu sekolah mengadakan wajib mengikuti ekstrakulikuler untuk mengisi celah dengan hal yang bermanfaat, tapi bukan berarti saat jam sekolah siswa tidak bisa bersikap nakal oleh sebab itu adanya peraturan dan sangsi yang nyata, sekian jawaban menurut saya", Jerrvi kembali duduk dan memainkan ponselnya padahal seisi ruangan masih menatapnya.

"Jerrvi, seisi ruangan menatapmu", Casse mengusap matanya dia baru selesai mengusir rasa kantuknya.

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin segera pergi dari sini", Casse tersenyum simpul mendengar ucapan Jerrvi, setidaknya mereka punya keinginan yang sama saat ini pikirnya.

"Jerrvi ini hanya perasaanku atau Jake si Prince terus melihat mu sejak tadi", Jerrvi melihat Casse dari atas hingga bawah, Casse menghela nafas menyiapkan diri karena Jerrvi akan menusuknya dengan ucapanya, Casse sudah lama mengenal dan sekelas dengan Jerrvi bahkan mereka selalu duduk bersebelahan membuat Casse sedikit hafal dengan tingkah dan sifat Jerrvi, tapi baik Jerrvi atau Casse bukan teman akrab.

"Aku mengerti kenapa kau membenci orang itu, kau seperti berandal yang suka bicara seenaknya dan orang itu seperti bangsawan", Casse ingin memukul laki-laki berkulit pucat di sebelahnya ini tapi dia menahan diri demi zeus ucapan Jerrvi berhasil menusuknya.

***
"Kenapa kau terus melihat kebelakang Jake?", Niel menatapku heran karena terus melihat kebelakang.

"Siapa dia?", Niel menaikan alisnya, mengikuti arah pandanganku.

"Laki-laki berkulit pucat itu, aku yakin dia tidak mendengarkan apapun sejak acara dimulai dan hanya fokus pada ponselnya tapi dia menjawab pertanyaan ku Niel", wajah tanpa ekspresi miliknya terus menatap ponsel bahkan saat bicara dengan teman disebelahnya dia tetap tidak mengalihkan pandangan dari ponselnya, tampan dan menarik kulit pucatnya menambah kesan dingin tanpa ekspresinya.

"Aku tidak mengenalnya, tapi yang ku tau dia seangkatan kita, Ada apa Jake?", Aku tidak tau tapi rasanya anak itu sangat menarik, tunggu..diangkatan yang sama? tapi bagaimana bisa aku baru melihatnya disekolah ini.

"Rasanya aku pernah melihatnya", Niel menatap bosan pada ku.

"Kita satu sekolah Jake, tentu saja pernah", benar kami satu sekolah tapi bukan disekolah aku melihatnya.

"Bukan disekolah Niel", Niel melihatku.

"Lalu dimana?", benar dimana aku melihatnya.

"Baiklah kami akhiri acara ini, terimakasih atas partisipasinya", tanpa terasa akhirnya acara selesai juga, aku bergegas ingin keluar dan menyapa anak itu tapi terhalang karena para gadis mengelilingi ku menjadi populer tidak sepenuhnya menyenangkan.

"Ahh akhirnya lepas juga dari para gadis itu", setelah akhirnya bebas dari gadis-gadis itu aku langsung kembali ke kelas.

"Dasar prince..., ini kau pasti haus", Neil melepar soda kaleng pada ku, dia termasuk teman baik ku Neil Vor drog ahh namanya sangat aneh aku seperti berbicara tidak sopan.

"Kau pasti hiri kan Neil?", aku mengangkat tangan ku meremehkanya dan wajah Neil tampak kesal.

"Ah Neil apa kau tau para gadis tadi benar-benar besar...mmh maksud ku dada mereka",
Plak...pukulan cukup keras menghantam kepala ku dan Neil pelakunya, dia pasti hiri.

"Dasar mesum", Neil memukul kepala ku lagi, membuat ku hanya bisa meringis.


"mmhh Hisca, apa kau tau anak yang tadi? yang menjawab pertanyaan ku tadi", Hisca diam sejenak, ah ia dia Hisca Colroses teman baik ku juga dan dia berbeda dengan gadis lain Hisca kadang punya tempramen buruk dia pemegang sabuk hitam di karate dan selalu tampil cantik dengan rambut pendek Hisca juga siswi pintar dibagian Teknologi informasi komunikasi.

"Aku tau, Jerrvi Ervevous dia seangkatan kita dia bukan siswa yang menonjol juga tipe antisosial tidak banyak yang mengenalnya isu yang ku tahu hanya dia memiliki otak yang jenius dia juga tergabung di esktrakulikuler perpustakaan", aku dan Neil hanya bisa terkejut mendengar info tentang Jerrvi.

"Apa hanya itu? tidak ada yang lain? dan apa itu ekstrakulikuler perpustakaan?", aku tidak tau ada ekstrakulikuler perpustakaan maksud ku apa yang mereka lakukan? Jerrvi membuat ku penasaran, tunggu apa tidak salah? aku penasaran pada orang yang gendernya sama dengan ku ini aneh ah tidak aku hanya sedikit ingin tau tentangnya ya sedikit.

"Entahlah, tapi Jerrvi adalah pendiri esktrakulikuler itu dan semua anggotanya adalah nerd, tapi Jerrvi tidak terlihat seperti nerd dia bahkan sangat dingin dan tanpa ekspresi", dia sangat menarik ucapku dalam hati.

Sekolah akhirnya berakhir untuk hari ini, aku bergegas menuju parkiran dan pergi dengan motor sport ku sebelum gadis-gadis mulai menghadang ku lagi. Selama perjalanan menuju rumah aku benar-benar terus memikirkan Jerrvi dan ini mengerikan seorang Prince sekolahan memikirkan laki-laki dan bukanya wanita berpayudara besar dengam lekuk tubuh yang indah laki-laki pucat itu...., bagus aku bertemu denganya tapi apa yang dilakukanya di komplek perumahan ini.

"Hei Jerrvi...", Aku menghentikan motor ku dan memarkirkanya ditepi jalan.

"Apa aku mengenalmu?", wajah pucat tanpa ekspresi itu bertanya polos pada ku, apa tu-tunggu d-dia tidak tau siapa aku? padahal aku yakin aku sangat populer disekolah.

"Aku Jake Votage, mmhh apa yang kau lakukan disini Jerrvi?", dia sangat minim ekspresi.

"Ini rumah ku", jawabnya datar, ahh jadi benar aku pernah melihatnya bagus ternyata kami bertetangga.

"Waah ternyata kita bertengga Jerrvi...", dia mengankat tangannya sebelah dan sebelahnya lagi mengambil ponsel.

"Tunggu sebentar", dia menelpon seseorang.

"Halo? ahh ma, kapan kalian akan pulang?", ternyata dia menelpon mamanya, bisa tertengar suara mamanya dari telpon Jerrvi dan sepertinya mamanya belum terlalu tua.

"Baiklah, Ma belikan rumah baru untuk kami", Aku terkejut mendengar ucapanya apa dia gila, rumah baru?

"Ada apa sayang bukan kah rumah yang sekarang sesuai keinginan mu? apa Revil rewel?", Aku masih terkejut dan semakin terkejut mendengar jawaban Jerrvi.

"Tidak Revil tidak rewel lagi pula dia tidak akan berani, emmh mama tetangga ku tidak suka aku tinggal disini dia baru saja mengatakanya", apa aku boleh menghajar anak ini? aku tidak bilang begitu.

"Maaf tante, Jerrvi tidak serius dengan ucapanya tante tidak perlu membelikamya rumah baru, saya senang menjadi tetangganya", aku merebut ponsel Jerrvi sebelum mamanya bilang akan membelikanya rumah.

"Ahh baguslah...ah ia sudah dulu ya bye", Jerrvi menatap ku datar hey men sangat datar tapi aku merinding dibuatnya.

"Aku tidak bilang tidak suka kita bertetangga", dia menatap ponselnya sebentar ahh matanya indah ternyata mata itu berwarna biru yang indah sekali.

"Wajah mu bilang begitu", apa? wajahku? dia gila?sungguh.

"Aku senang kita bertetangga, bagaimana bisa kau bilang wajah ku mengatakan tidak suka", dia menatapku dengan mata biru tanpa ekspresi miliknya.

"Kau ragu..aku harus masuk, Alex pasti lapar", aku hanya bisa tertegun dengan reaksinya, tapi siapa Alex?.

"Jerrvi boleh aku mampir ya sebagai perkenalan sebagai tetangga", dia melihat ku dengan intens.

"Masuklah, tapi kau harus pergi jika Alex tidak suka pada mu, aku tidak suka jika Alex mulai berisik", dia membuka pagar putih kami memasuki pekarangan rumahnya yang tidak terlalu luas tapi tertata rapi dan juga bersih
dari luar rumah ini tidak beda jauh dengan rumah lain yang ada dikomplex perumahan ini.

"Alex...aku pulang", lagi-lagi aku terkejut dengan Jerrvi baik Jerrvi sangat menarik dan diluar dugaan Alex ternyata seekor anjing siberian husky peranakan asli berukuran sedang bukan adik atau kakaknya.

"A-alex adalah anjing?", Jerrvi mengangguk lemah.

"Aku harus ganti baju", Jerrvi pergi meninggalkan aku yang duduk di sofa ruang tamu, dia dan anjing yang dipanggilanya Alex menaiki tangga menuju lantai dua kamarnya pasti di sana, rumah ini penuh dengan warna putih dimana-mana bahkan furniture interiornya seluruhnya berwarna putih Jerrvi penyuka putih ternyata.

Tidak lama Jerrvi turun dari tangga dengan Alex mengikutinya, melihat penampilan Jerrvi sekarang benar-benar membuat akal sehat ku tidak berfungsi aku benar-benar memuji dan terpesona dengan orang bergender sama dengan ku oh men dia laki-laki tapi lihat dia memakai kemeja putih yang sediki longgar dua kancing teratas tidak di kancing memamerkan leher jenjang berkulit pucat nan mulus dia juga mengenakan jeans berwarna cream yang cocok dengannya rambut hitamnya acak-acakan dan jangan lupa wajah tampan tanpa ekspresi berhias mata biru tenang.

"Cantik ...", tanpa sadar aku bergumam dia cantik saat dia duduk di sofa di depan ku dan dia mendengarnya dia melihatku seolah bertanya ' apa '.

"Uhh...penuh dengan warna putih apa kau penyuka warna putih?", dia mengangkat Alex dan menduduknya di pangkuanya ahhh calon isteri yang baik lihat dia bahkan mengelus Alex, apa yang ku fikirkan.

"Lebih menenangkan", dia mengangkat Alex keudara dan bermain denganya ah tapi tetap tidak ada ekspresi disana.

"Alex, Revil belum pulang?", menggemaskan dia bicara dengan anjingnya tapi siapa lagi Revil?.

"Siapa Revil?", Jerrvi meletakan Alex di pangkuanya.

"Adik angkatku, secara hukum dia adik ku", uh mereka sepertinya tinggal berdua aku jadi hiri dengan Revil bisa selalu bersama Jerrvi dengan Alex sebagai anak.

"Kalian hanya tinggal berdua?", Jerrvi menggeleng lemah.

"Ada pekerja rumah tangga yang mengurus dapur, pekarangan dan rumah aku,Revil dan Alex", ahh tetap saja mereka hanya berdua jika dilihat ini terlalu besar untuk mereka berdua.

"Aku pulang...", seorang laki-laki datang perawakanya lebih pendek dari aku dan Jerrvi rambut anak itu berwarna coklat dia terlihat manis dan menggemaskan wajahnya tersenyum berbanding terbalik dengan Jerrvi yang dingin.

"Ahh ada tamu...hai aku Revil salam kenal", dia membukuk sopan pada ku lalu duduk dan memeluk Jerrvi sekarang aku semakin hiri dengan Revil bahkan Jerrvi hanya diam dipeluk oleh adik angkatnya.

"Aku jake, aku satu sekolah dengan Jerrvi dan aku juga tetangga kalian", aku memperkenal kan diri ku pada Revil dan dia memberi senyumannya.

"Kakak aku liat ramalan cuaca dan akan ada badai malam ini, aku tidur dengan mu ya?", wajah manis Revil yang tak kehilangan senyumnya menatap Jerrvi penuh harap.

"Baiklah, tapi kau harus tidur sendiri jika sampai aku mendengar mu menangis", Revil tersenyum puas dengan jawaban Jerrvi lalu dia menatap ku.

"Kak kau keterlalun, tidak memberi tamu minum atau cemilan, baiklah akan aku ambilakan", Revil meninggalkan kami berdua setelah sebelumnya bertanya apa yang ingin ku minum.

"Kalian sering tidur bersama?", Jerrvi tidak menatap ku dia sibuk menggendong dan memperhatikan Alex.

"Revil takut pada badai, aku tidak ingin tangisnya memenuhi seisi rumah, hanya jika dia takut dia boleh tidur di kamar ku", ternyata bukan karena dia sayang Revil tapi karena tidak ingin tangis Revil memenuhi rumahnya, dasar ahh tapi dia sangat menarik, bagaimana jika Jerrvi begitu ya datang pada ku dangan wajah memerah dan mata berkaca-kaca karena takut dia akan memeluk ku dengan tubuh kurusnya itu. Asik membayangkan tentang Jerrvi aku tersadar saat seseorang menarik pipi ku cukup keras dan ternyata Jerrvi lah pelakunya dan sekarang dia berjongkok di depan ku dengan Alex yang terus ada di gendonganya mata dingin terkesan polos itu menatap ku intens, dia manis sekali.

"Kau memerah, jika sakit pulanglah...akan merepotkan jika Revil ingin merawat mu", ahh Jerrvi dibalik wajah mu ternyata ucapannya begitu tajam. Tidak tahan melihat wajah Jerrvi yang masih berjongkok aku menarik lenganya dengan keras hingga Alex terlepas dan Jerrvi kehilangan keseimbangan dan jatuh disofa yang kududuki lalu aku langsung menindihnya.

"Apa kau menguji seorang Prince sekolah seperti ku?", dia menatap ku datar ini sangat dekat nafasnya teratur menyapu wajahku dia tidak lebih tinggi dari ku ternyata.

"Menyingkirlah...! kau menindih ku", aku menggeleng dia memalingkan wajahnya, kita lihat apa aku menyukainya atau tidak karena jantung ku tidak bisa berdetak normal mungkin ini salah satu cara lain membuktikanya, aku memegangi kedua tanganya dan menipiskan jarak perlahan tapi pasti bibir pinknya menempel dengan bibirku dan keadaan jantung ku semakin memburuk detaknya semakin tidak terkendali tapi aku enggan melepaskanya secepat itu sampai sekitar 10 detik aku akhirnya melepaskanya dan kami pun duduk bersebelahan, dia mengusap bibirnya dan lagi-lagi menatap ku datar.

"Baju ku jadi kusut...kau tetangga yang buruk jadi pergilah", aku menatapnya tidak ada kemarahan atau senang di wajah Jerrvi, saat aku akan pergi Alex menggigit celana bagian bawah ku menahan ku.

"Alex...", panggilan Jerrvi tidak di dengar Alex dan dia masih menggigit celana ku.

"Lihat dia tidak ingin aku pulang", aku menggendong Alex dan tersenyum pada Jerrvi dan dia hanya memalingkan wajahnya.

"Kurasa aku akan sering kesini", Jerrvi melihat kearah ku.

"Lihat Alex suka pada ku", dia hanya menganguk lemah hanya aku atau memang benar aku melihat pipinya memerah meski wajahnya tetap datar tanpa ekspresi.
Hari itu aku menghabiskan waktu dirumah Jerrvi meski baru sehari mengenal dan rasanya tidak sopan langsung main kerumahnya hingga sore hari tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tetap disini. Revil sangat periang dan banyak bicara dia berbicara banyak hal dari situ aku tau dia baru 7 tahun menjadi anggota keluarga Jerrvi alasan dia diangkat adalah karena orang tua Jerrvi ingin dia punya teman di rumah ini, aku cukup tertegun melihat hubungan mereka ya Revil tidak sungkan membicarakan Jerrvi di depannya dan Jerrvi pun tidak peduli dia lebih memilih duduk dengan tenang memainkan ponselnya, Revil mengatakan banyak hal tentang Jerrvi, Jerrvi punya ratusan kemeja putih yang sama dan jeans berwarna cream dan putih dia tidak punya pakaian lain selain itu Revil juga bilang sejak mereka menjadi kakak adik Jerrvi tidak pernah marah tersenyum tertawa pada Revil atau orang lain Jerrvi juga tidak suka suara berisik jadi dia tidak pernah membiarkan Revil menangis karena dulu ketika saat pertama datang Revil sering menangis dan tangisanya sulit di hentikan Revil juga bilang tidak peduli semanja apa dan seberisik apapun dia tidak pernah di bentak oleh Jerrvi itulah kenapa Revil akan selalu menuruti apa kata Jerrvi. Mendengar cerita Revil membuat ku semakin hiri denganya.

♠♠♠

"Berhenti lah mengikutiku", Aku menggeleng sebagai jawaban, sudah hampir sebulan sejak aku merasa tertarik pada Jerrvi, seorang Prince sekolah seperti ku terus mengikutinya di sekolah dan selalu mampir kerumahnya, meski dia menyuruh ku berhenti aku tetap tidak melihat ekpresi kesal atau marah darinya.

"Revil bilang kau tidak pernah berekspresi Jerrvi, dan aku akan membuat mu tertawa", Jerrvi membalik halaman buku yang dia baca, sekarang kami di perpustakaan dan dia tidak memegang ponsel tapi fokus pada buku sejarah inggris yang setebal kamus.

"Revil pernah katakan hal yang sama, jangan katakan juga, kalian tidak akan berhasil", dia berbicara dengan datar dan tanpa melihat lawan bicara, aku meneliti wajahnya hidung mancung bibir pink yang lembut aah mengingatkan aku saat aku menciumnya baik ini semakin parah aku ingin mencium bibir selembut kapas itu lagi yang bahkan itu milik laki-laki dingin yang aku yakin dia tidak tau apa itu cinta, jika dia tersenyum pasti dia sangat manis dan tampan dia dengan wajah datar saja bisa membuat ku kehilangan kendali seperti ini apalagi jika dia bertingkah manis seperti adiknya, Revil.

"Jerrvi....", aku mendengus kesal melihat siapa yang datang menganggu suasana damai aku dan Jerrvi, Casse aku yakin dia akan membawa Jerrvi kembali ke kelas dan sebelum itu terjadi aku menarik lengan Jerrvi dengan kuat dan mendorongnya ke sudut perpustakaan yang gelap sepi dan hanya penuh dengan buku, aku menutup mulutnya dengan tangan ku kami betatapan, mata birunya sangat teduh tanpa emosi apapun.

"Jerrvi aku tau kau disini dan kau harus kembali ke kelas ini perintah Veoul", aku mendengar Casse berteriak dan suara langkahnya, dia masih mencari Jerrvi dan ini membuat ku kesal ku lihat dia bahkan bersi keras untuk menemukan Jerrvi.

"Aku harus kembali ke kelas, apa mau mu?", suara Jerrvi hanya seperti bisikan tapi aku bisa mendengarnya karena jarak wajah kami hanya beberapa senti, kulihat wajahnya sedikit merona meski disudut perpustakaan ini gelap aku bisa melihat wajah tanpa ekspresinya merona dan itu terlihat menggoda.

"Tidak akan ada jam pelajar tenang saja, guru sedang sibuk meeting", dia kembali diam, dan aku menatap mata itu mata biru yang begitu indah, aku sering melihat orang dengan mata berwarna biru tapi milik Jerrvi adalah yang paling indah birunya begitu tenang dan mempesona.

"Casse sudah pergi", mendengar perkataanya aku baru sadar kalau Casse sudah menyerah mencari Jerrvi lalu aku membawa Jerrvi pergi meninggalkan perpustakaan aku membawanya ke kantin.

"Kau tanya apa mau ku kan? aku lapar jadi ayo makan", Jerrvi melihat ku tatapannya seperti ini cukup mengerikan bukan karena dia marah atau kesal karena pada kenyataanya masih sama dia tak punya emosi dan dia jadi seperti mayat hidup.

"Makanlah sendiri, aku tidak suka keramaian", ucapnya tenang dan bersiap melangkah pergi tapi aku menahan lenganya sebelum itu terjadi dan menyeretnya kebangku dimana ada Neil dan Hisca disana, aku tidak peduli dengan tatapan para gadis yang melihat aku membawa seorang laki-laki dengan paksa untuk makan dengan ku.

"Hay men apa ini kau membawa Jerrvi? apa lelah menjadi penguntit?", ucap Neil dengan candaan yang ku balas tatapan tajam.

"Tidak ku sangka Prince akhirnya lepas kendali", sekarang Hisca yang berbicara dengan tenang sambil menyesap kopi hangat dan matanya menatap laptop miliknya, aku hanya mendengus mendengar apa yang dikatakan Hisca bagaimana pun aku memang sudah lepas kendali karena Jerrvi dan yang kulihat dia kembali tidak peduli dengan sekitarnya.

Kami sedang menikmati makan siang dan suasana kantin pun semakin lama semakin penuh tapi ini belum seberapa aku malah dikejutkan oleh seseorang gadis cantik yang tidak ku kenal dia memakai seragam khusus siswi dengan rok yang sangat pendek dan belum lagi baju seragam yang ketat mempertontonkan bentuk payudaranya yang besar dia menarik lengan Jerrvi cukup keras sampai ponsel yang di pegangnya terlepas dan jatuh belum selesai gadis itu mencium bibir Jerrvi dan melumatnya melihat Jerrvi milik ku dicium gadis murahan membuat darah ku mendidih Jerrvi hanya diam tidak membalas aku dapat melihatnya tapi gadis jalang itu malah semakin ganas dia bahkan mendorong dadanya yang besar itu ke Jerrvi.

"Woow tontonan yang hot lihat Jake dadanya sangat besar", bagus Neil ucapan mu membuatku semakin marah dan berikutnya ku tarik lengan Jerrvi dengan kasar dan langsung membawanya dalam pelukan ku, persetan dengan mereka yang melihat ini aku sudah sangat marah gadis tidak ku kenal mencium dan melumat bibir kapas Jerrvi ku.

"Apa yang kau lakukan pada Jerrvi milik ku wanita jalang!!", ucap ku sarkas pada gadis sialana itu dan dia malah tersenyum menyebalkan.

"Menenangkan taruhan ", ucapnya tenang, bagus aku semakin ingin marah dan rasanya akan ku robek mulut nista itu.

"Awww apa ini Prince sekolah menatap ku tajam seolah aku sudah merebut pacarnya.... tunggu apa jangan-jangan Prince adalah gay? dan Jerrvi adalah pacarnya?", aku masih memeluk Jerrvi dan kebenamkan wajahnya didada ku sukurlah dia tidak memberontak mungkin dia shock karena gadis gila itu.

"Tenang Prince tidak baik melawan wanita jadi biarkan aku yang urus dia", Hisca tersenyum pada ku sebelum menyeret rambut gadis itu dengan kuat dengan tangan kanannya dan tangan kiri membawa kopi, Hisca bisa saja kejam dan menghilangkan nyawa orang lain aku jadi kasihan melihat gadis itu.

"Hisca sangat cantik bahkan dalam keadaan semarah itu, haah aku haru menyusulnya sebelum dia menghilangkan nyawa orang lain dan Jake ada baiknya segera resmikan, Jerrvi mulai menarik perhatian mereka yang lapar", Neil menepuk pundak ku dan pergi meninggalkan aku yang masih memeluk Jerrvi.

"Apa kau takut?", aku melepaskan pelukan untuk melihat wajahnya dan memastikan dia baik-baik saja.

"Dia seperti Alex, gila dan suka mencium sembarangan", ucapnya datar membuat ku senang.

"Apa kau menikmati ciuman tadi?", tanya ku hati-hati dan dia menggeleng lemah. Kulihat sekitar kami masih penuh dengan siswa siswi dan ku fikir ini kesempatan bagus untuk mengikuti saran Neil.

"Baik akan ku umumkan satu hal penting pada kalian semua untuk menghindari Jerrvi ku di ganggu manusia lapar yang mulai terpesona olehnya seperti aku", aku menarik nafas dalam dan melihat Jerrvi yang tetap saja tidak berreaksi apapun cukup membuat kecewa tapi aku tidak akan menyerah.

"Mulai hari ini Aku Jake Votage resmi berpacaran dengan Jerrvi Ervevous dan tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh Jerrvi ku", hening....tak seorang pun bersuara aku yakin mereka shock karena dua pria tampan berpacaran dan mengurangi stok pria normal untuk wanita cantik.

"Apa yang kau lakukan!!", aku terkejut mendengar suara bentakan yang ternyata berasal dari Jerrvi.

" Kau fikir aku mainan mu? ada apa dengan mu?!! kenapa kau merusak ketenangan dalam hidup ku!!! aku bahkan tidak tau siapa namamu!!", aku tertegun mendengar dia marah wajah pucatnya sampai memerah karena marah dan dia semakin terlihat manis, aku membawanya kedalam pelukan hangat ku membuat dia berhenti marah dan tentunya terkejut.

"Lihat Jerrvi aku berhasil membuatmu marah...aku berhasil membuat wajah dingin mu berekspresi", aku melepaskan pelukan dan mendaratkan bibirku di bibirnya yang selembut kapas, setelah aku melepaskan bibirnya yang lembut, kantin menjadi sangat ribut mereka bertepuk tangan dan beberapa gadis terlihat pingsan.

"Wajah mu merah....apa kau senang? ", Jerrvi memalingkan wajahnya dan melihat ke arah lain dan itu sangat manis.

♠♠♠

"Veoul lihat pangeran akhirnya meresmikan hubunganya dengan Jerrvi si es itu, apa kita perlu melakukan hal yang sama? ", "Untuk apa? ", "Hey aku tidak ingin ada yang menyentuh mu Veoul!".
«13

Comments

Sign In or Register to comment.