BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Froz(oneshoot)

13»

Comments

  • suka sm cerita yg lngsg tamat bgini
  • well unstructured, unconsolidated.
    terlalu banyak karakter tanpa ada batasan yg jelas. ceritanya lari2.
    banyak yg perlu dibenerin sih kayanya.
    model ceritanya sebenernya punya potensi tapi cara penulisannya kurang kena.
    keep doin it :)
  • well unstructured, unconsolidated.
    terlalu banyak karakter tanpa ada batasan yg jelas. ceritanya lari2.
    banyak yg perlu dibenerin sih kayanya.
    model ceritanya sebenernya punya potensi tapi cara penulisannya kurang kena.
    keep doin it :)

    terimakasih kritikanya ^_^ aku newbie jadi masih jauh dari kata bagus, selanjutnya aku usahakan bikin yang lebih baik,
    maaf atas typo dan lainya dan makasih udah mau baca
  • aku suka aku suka :x
  • Triangel 12
    ♠♠♠

    "Aku akan pergi keluar kota beberapa hari", aku mengangkat kepalaku untuk melihat wajah Xavier karena aku berbaring di pangkuanya yang hangat , saat ini kami berada di kamar hotel untuk menghabiskan waktu bersama, kami berbohong demi waktu bersama yang berharga ini, terutama aku, sejak pria bernama Carl datang dan tinggal bersama kami, dia suka mengikuti aku atau Dyllou dan itu membuat aku sulit bertemu Xavier.

    "Berapa lama? ", tanya ku, dia membelai rambutku dengan lembut.

    "Satu minggu Darren", aku meringkuk dan semakin menempelkan diri pada badan Xavier.

    "Apa Viona dan anak mu ikut? bolehkah aku berkunjung? ", aku menatapnya penuh harap dan dia hanya tersenyum lembut.

    "Mereka tidak ikut, Rui harus sekolah dan kau jangan jadi manja Darren, kita sudah biasa terpisah kan ?", aku menganguk lemah dan memalingkan wajah ku.

    "Hey !jangan palingkan wajah tampan mu sayang", Xavier menarik wajah ku mempertemukan hidung kami dan menggesekanya.

    "Aku mencintaimu", aku memeluknya erat.

    "Apa Viona tidak curiga? kau sering menghabiskan waktu akhir pekan mu bersama ku? ", Xavier masih setia membelai rambut ku dengan sebelah tanganya dan sebelahnya lagi memeluk perutku.

    "Dia bukan wanita yang suka mencurigai suaminya", aku sebenarnya tidak nyaman dengan wanita sebaik Viona tapi perasaanku pada Xavier membuatku menyingkirkan tentang Viona.

    "Kau beruntung mendapat kekasih setampan aku dan isteri cantik dan baik seperti Viona, tidak peduli sesibuk apa kau Viona tidak menyudutkan dan menuntut waktu mu", Xavier mengecup kepala ku, sejak tadi dia bermain dengan rambut dan kepala ku.

    "Apa kau ingin Viona mhh? tidak menginginkan aku lagi ?", aku mengecup bibir Xavier.

    "Tidak, tentu saja tidak". Kami tidur bersama satu kamar satu ranjang dan satu selimut, kami tidur berpelukan berbagi kehangatan.

    ♠♠♠

    "Apa Viona tidak mengantar mu ?", kami sekarang berada di bandara, Xavier punya beberapa kepentingan di luar kota dan aku mengantarnya, ini sedikit aneh karena bukannya Viona isterinya yang mengantar tapi malah aku.

    "Kau tidak suka ? apa perlu ku telpon dia dan minta dia kesini?", dia tau aku tidak sungguh-sungguh menanyakan Viona karena bagaimana pun aku bangga seperti ini, meski hanya mengantarnya.

    "Jangan paksakan dirimu peduli padanya, aku tidak pernah memintamu kan?", dia mengusap kepala ku.

    "Aku tidak ingin menyakitinya, dia wanita yang luar biasa", tiba-tiba jari telunjuk Xavier berada di bibirku memaksa aku terdiam.

    "Wanita itu milik ku dan kau milik ku sampai kau bosan dan pergi meninggalkan ku, jadi diamlah aku tidak pernah suka wajah tampan mu murung di depan ku", dia membawaku dalam pelukannya, hangat... sayangnya dia bukan milik ku sepenuhnya dan hingga waktunya tiba aku akan benar-benar melepaskanya.

    ***
    Semua terjadi begitu saja entah ini apa, Xavier baru pergi 5 jam yang lalu dan Viona menghubungi ku ingin bertemu dan disinilah kami, di coffe shop pinggir jalan yang kecil dan sepi namun cukup nyaman di jam seperti ini.
    Wajah cantiknya terlihat menahan sesuatu, dia belum bicara apapun sejak kami sampai disini dan dia sendiri masih menatap kopi panas yang mengepulkan asap kecil menandakan itu masih panas.

    "Aku tidak tau harus mulai dari mana", dia mengangkat wajah cantiknya dan menatap ku. Aku tidak heran Xavier jatuh cinta padanya dia begitu cantik dan anggun, rambut hitam kemerahan itu dibiarkan tergerai memanjang hingga sebatas pinggang, dia tidak terlihat sudah pernah melahirkan seorang anak perempuan karena badannya terlihat seperti model.

    "Aku tidak ingin percaya ini, tapi aku melihatnya tadi saat di bandara", tubuh ku menegang sempurna, apakah ini akhir dari semua perjalanan cinta ku dengan Xavier?.

    "Darren katakan? apa kalian...", matanya terlihat berkaca-kaca menatap ku.

    "Sungguh aku bahkan tidak sanggup menyebut hubungan kalian....terdengar menjijikan dan hina", aku masih terdiam tidak bisa mengatakan apapun, Viona benar aku hina dan menjijikan. Aku melihat Viona dia berusaha menahan tangisnya dia marah dia kecewa tapi dia memang wanita luar biasa dia tidak membentak ku, suaranya masih lembut seperti biasa, demi tuhan aku begitu tega menyakiti wanita luar biasa pendamping kekasih ku ini dan ini menyakiti ku juga, ku fikir aku egois demi cinta ku tapi wanita di depan ku? harusnya cukup menunjukan sesalah apa perbuatan ku.

    "Aku mi...minta maaf Viona", dia menggelengkan kepalanya lemah dan memaksakan untuk tersenyum.

    "Tidak Darren bukan itu yang ingin ku dengar...", air mata itu akhirnya keluar dari sana dari matanya meski begitu dia terlihat berusaha tersenyum.

    "Kau tampan Darren, pintar, memimpin perusahan, kau sempurna...tapi kenapa Xavier? ada banyak wanita atau pria di luar sana yang belum terikat, lalu kenapa kau memilih pria yang sudah terikat? ", dia mulai terisak kecil emosinya meluap meski tetap dia berusaha menahannyan.

    "Aku tidak tau, aku jatuh cinta begitu saja padanya saat kami pertama bertemu denganya", Viona tersenyum pada ku di tengah isakanya, aku tidak habis fikir dia tersenyum selembut itu dan itu mengiris hati ku.

    "Darren jika kau wanita, aku pasti menapar mu karena sudah membuat celah besar di ikatan pernikahan kami...tapi kau seorang laki-laki dan aku yakin kau cukup waras dan tidak akan melakukan hal gila dan berniat memiliki Xavier sepenuhnya kan? aku bohong jika tidak curiga Xavier sering meminta ijin ku untuk pergi bersama mu, dia tidak pernah berbohong dan membuat alasan tapi dia juga tidak terus terang...", Viona menghentikan bicaranya dan menyesap kopi yang sudah tidak lagi mengepulkan asap.

    "Rui... apa yang akan terjadi jika Rui tau hal ini? ayahnya berselingkuh dengan seorang laki-laki, Darren ini bukan tentang pendapat orang lain tapi dia... mental anak usia 7 tahun Darren", aku tidak bisa berkata apa-apa semua perkataan Viona berputar di kepala ku.

    "Ku mohon Darren, aku tau ini jahat tapi ku mohon akhiri hubungan terlarang mu Darren", Viona meraih tangan ku dan menggengamnya, tanganya begitu dingin. Apa yang harus ku lakukan? aku belum siap mengakhirinya.

    "V..Viona beri aku waktu untuk benar-benar mengakhirinya, aku...perlahan aku akan mengakhiri hubungan ku dengan Xavier t...tapi ku mohon beri aku waktu", dia masih menggenggam tangan ku, aku siap jika emosi yang dia tahan akhirnya meledak karena perkataan ku tadi aku siap karena aku benar-benar akan mengakhirnya.

    "Baiklah kau punya waktu kurang dari satu bulan Darren, aku berterimakasi kau mau memahami apa yang ku katakan Darren dan aku minta maaf harus meminta mu mengakhirinya karena Rui pun membutuhkan ayahnya", aku tidak menyangka Viona mau memberi ku waktu.

    ♠♠♠

    "Aku pulang", Darren baru saja menginjakan kakinya di rumah dan tiba-tiba Carl berlari dan memeluk Darren erat, Darren yang tidak lebih tinggi darinya memudahkanya memeluk sesuka hatinya.

    "Darren aku merindukan mu haah aku sangat bosan sendirian, Dyllou meninggalkan ku", Darren berusaha mendorong Carl tapi Carl semakin mengeratkan pelukan dan hampir meremukanya.

    "Darren? ", Carl menunduk melihat wajah Darren yang ternyata sudah mulai pucat karena sulit bernafas.

    "Darren ada apa dengan mu? huaaa kau pucat? ", Carl histeris dan mulai berteriak.

    "Kak kau ingin membunuh ku ?", Darren menatap tajam pada Carl yang sudah berhenti histeris.

    "Jangan bilang begitu, aku tidak mungkin ingin membunuh laki-laki manis seperti mu Darren," Carl tersenyum ceria seperti biasa seperti bocah kecil usia 5 tahun.

    "Kau memeluk ku seperti ingin aku hancur", Carl mencondongkan wajahnya ke Darren hingga wajah mereka sangat dekat.

    "Uhhh kau sangat manis, aku tidak akan sanggup menghancurkan mu, uhh aku lebih memilih membunuh ayah mu", Carl pergi ke arah dalam setelah bergumam di depan Darren.

    "A...apa ? hey kak apa yang barusan kau katakan? ", Carl berlalu masuk ke ruang tamu begitu saja dan Darren mengejarnya.

    "Kak apa yang tadi kau katakan? ", Darren mengikuti Carl duduk di sofa empuk, dan di depannya ada layar LED ukuran besar.

    "Darren...aku tidak setua itu jangan panggil aku kakak tapi panggil aku Carl", Carl memasukan sepotong coklat kemulutnya dan mengunyahnya perlahan.

    "Eumh baiklah...eumh Carl", Carl tiba-tiba memeluk Darren lagi, kali ini Darren sudah terbiasa dengan tingkah Carl yang suka memeluk orang.

    "Huuh Dyllou lama sekali...padahal dia hanya menonton dan mendengarkan dari jauh", Darren menatap Carl tidak paham dengan apa maksud perkataan Carl.

    "Kemana kak Dyllou? ", Carl belum melepaskan pelukanya pada Darren dan tidak berniat menjawab, membuat Darren memukul dadanya dengan kuat.

    "Hey itu menyakiti ku Darren", Carl melepaskan pelukan dengan terpaksa karena Darren terus memukulnya dengan brutal.

    "Kau....sejak kau datang kenapa rasanya atmosfer disini jadi aneh...siapa kau?!", Darren menatap tajam pada iris mata kuning cerah Carl.

    "Aku? ahhh hey Darren bukan kah kau besok harus kuliah? jadi tidurlah", Carl mendorong Darren dengan paksa ke kamarnya, tidak peduli dengan Darren yang sudah sangat kesal.

    "Hey Carl...ada apa dengan mu? kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku", Darren menghentakan tangan Carl dengan kasar saat Carl sudah mendorongnya hingga pintu kamarnya.

    "Darren...aku tidak akan menjawab pertanyaan itu...aku tidak suka jadi diamlah, kau akan tau perlahan, lagipula aku ini sepupu mu", belum sempat Darren menimpali perkataan Carl, dia sudah di dorong dengan kasar masuk ke kamarnya.

    "Merepotkan saja, ciiih andai aku tau dimana persis si tua itu berada...", Carl pergi ke ruang tamu, wajahnya terlihat lebih serius, dia hanya duduk diam disofa dan menutup matanya erat.

    "Aku akan menunggu Dyllou, dia harus tau apa yang terjadi", Carl beranjak dari tempatnya pergi kearah pintu utama rumah dan tepat saat itu mobil berwarna hitam milik Dyllou tiba dan memasuki pekarangan rumah.

    "Dyllou...", Carl memeluk Dyllou secara tiba-tiba tepat saat Dyllou didepannya membuat tubuh Dyllou hampir kehilangan keseimbangan.

    "Kau lama sekali padahal hanya menonton dari jauh", Dyllou mendorong Carl melepaskan pelukanya, pria yang hanya beberapa centi tingginya dibawahnya itu menatap Dyllou berbinar dengan iris mata kuning yang sangat jarang ada.

    "Aku ke kantor, dimana dia? ", Dyllou berlalu masuk kedalam tanpa melihat Carl yang ada dibelakangnya memberi seringai aneh.

    "Aku memaksanya tidur, bukanakah dia mahasiswa? jadi dia tidak boleh telat", Carl mengekor dibelakang Dyllou dan lagi-lagi membuat gerakan tiba-tiba dengan cepat dan menarik pria beriris hitam itu duduk disofa dengan paksa.

    "Carl Deviar...apa mau mu? ", iris hitamnya menatap dingin pada Carl yang tersenyum bodoh.

    "Kau pernah tanya kenapa aku kembali kan?, akan kuberi tahu", hitam bertemu kuning cerah, mata mereka berpandangan, Dyllou berusaha menebak apa yang difikirkan si kuning yang tepat disebelahnya itu.

    "Atas dasar apa kau jadi berniat memberi tahu ku? aku mungkin akan mengusir mu", Carl tersenyum mendengar perkataan sinis dari sepupunya itu.

    "Kau tidak akan mengusirku", dengan percaya diri yang kuat dari Carl membuat Dyllou menghela nafas dan memilih mendengarkan Carl.

    "Paman Luke adalah pembunuh ", Carl menatap dingin Dyllou mata kuningnya menyiratkan keseriusan.

    "Candaan yang kau buat tidak lucu", Carl tersenyum sinis bahkan dia terlihat berusaha menahan tawa.

    "Ahahaha Dyllou apa kau akan tetap berpihak padanya jika tau yang sebenarnya", suasana hening sesaat Dyllou tidak berniat menjawab dan memilih bangkit ingin meninggalkan Carl tapi detik itu juga Carl menahan lenganya dengan kuat.

    "Duduk...!!", Carl menyuruh Dyllou duduk dengan nada memerintah dan Dyllou menurut.

    "Kau cukup pintar Dyllou jadi dengarkan...", Dyllou hanya diam melihat Carl yang tampak serius, surai belondenya beberapa menutupi matanya.

    "Sekitar dua bulan sebelum Paman Luke kembali aku masuk ke hotel Ocepa dan meretas komputer dan mengcopy semua file mereka", Dyllou menatap Carl heran.

    "Kenapa kau meretas hotel Ocepa? ", tidak seperti sebelumnya dia akan tersenyum Carl sekarang tampak seperti memikirkan sesuatu.

    "Aku dibayar seseorang, rival dari Ocepa, aku tidak peduli untuk apa mereka lakukan itu yang ku tau aku dibayar", Carl mengehela nafas berat.

    "Dan saat aku memeriksa file yang ku copy aku menemukan rekaman cctv yang berisi pembunuhan sadis", Dyllou menatap Carl horor, iris hitamnya terlihat mengkilap terkena sinar lampu.

    "Jangan bilang Ayah pelaku pembunuhan itu....its not funny Deviar", Carl tersenyum sinis mendengar nada panik Dyllou bahkan saat dia memanggilnya dengan nama belakangnya.

    "Secara teknis dia pembunuhnya, tapi tidak... bibi Lili lah yang membunuh dan yang dibunuh adalah Ceo Ocepa yaitu Kris dahven. Di video itu awalnya hanya ada paman Luke,bibi Lili dan Kris...bibi menembak Kris dengan pistol hingga dia mati lalu mencongkel matanya dengan garpu karena kulihat saat itu mereka diruang makan dan bukan hanya itu bibi Lili juga menusuk perut Kris dengan pisau berkali-kali dan paman Luke hanya melihat ", Dyllou mencengram leher baju Carl .

    "Hentikan omong kosong itu, Ocepa adalah milik ayah", mereka sama-sama menatap dingin dan dengan perlahan Carl menyingkirkan tangan Dyllou.


    "Dengarkan hingga aku selesai Dyllou", jika dikatakan Dyllou dan Keanu sama dinginya itu tidak benar juga tidak salah karena kenyataanya Dyllou juga cukup ekspresif dibanding Keanu seperti sekarang terlihat jika dia dalam kebingungan.

    "Setelah beberapa menit dalam video itu seorang anak laki-laki seumuran aku saat itu ya sekitar 16 tahun muncul dan aku melihat wajah histerisnya, dia bahkan terlihat berteriak. Awalnya aku tidak tau siapa orang yang ada di dalam video tapi aku tau karena 2 bulan setelahnya paman Luke muncul dan aku tau persis dia,bibi Lili dan Keanu lah yang ada di video itu dan itulah penyebab utama aku dibawa ke Perancis oleh ayah, identitas ku diketahui olehnya sebagai peretas dan sudah melihat video itu. Setelah Kris meninggal kasus hanya berlangsung beberapa saat lalu entahlah kurasa paman menyuap kepolisian dan dia jadi Ceo Ocepa karena saham dia berada diurutan kedua terbanyak setelah Kris", Dyllou tercengang mendengar cerita Carl, dia tidak percaya orang yang dia fikir lebih baik dari papanya ternyata lebih buruk dan bahkan dia pembunuh.

    "Aku yakin baik kau,Darren atau Keanu tidak tau dimana paman Luke sekarang meski aku melihat dia dibandara paris, orang suruhan ku tidak bisa menemukanya padahal ku yakin dia bahkan bukan mafia, ah kau tau Dyllou? sejak kejadian pembunuhan itu Keanu tau ternyata ibu yang dia cintai sudah dicuci otaknya dan menjadi boneka pemunuh milik paman Luke, jadi Keanu membuat kesepakatan dengan paman Luke untuk menghentikan agar ibunya tidak lagi menjadi boneka pembunuh dan isi kesepakatan itu Keanu bersedia melakukan apa saja agar ayahnya itu tidak menyentuh bibi Lili atau Darren itulah sebab utama kekacauan tersembunyi ini dan Keanu akan melakukan apapun agar Darren tidak tau hal itu", Dyllou tertawa sinis menanggapi cerita dari Carl yang terdengar tidak masuk akal baginya.

    "Bagaimana kau tau itu Carl? ", Carl memejamkan matanya menyembunyikan iris kuning itu dibalik kelopak matanya.

    "Keanu...dia yang mengataknya dia sadar tidak ada gunanya melawan paman Luke sendirian karena Darren menjadi taruhanya", Dyllou memijit pelipisnya, berfikir apa sikuning disampingnya bisa di percaya atau tidak.

    "Kenapa Darren? ", Carl tersenyum, dia tau Dyllou mulai tertarik.

    "Jika paman Luke tau aku disini cepat atau lambat Darren akan terancam, paman Luke bisa melepaskan Keanu dan menggenggam Darren, ini akan jadi perang keluarga sedarah, tugas ku membantu Keanu dan membuat mu percaya, Dyllou...apakah kau akan tetap di pihaknya? " Dyllou tidak tau apa yang akan dia lakukan, ini Darren...dia baru saja membuat Darren harus lepas dari Xavier dengan rencanya memberi tahu Viona dan sekarang dia harus mendengar mungkin saja Darren akan hilang sebelum dia genggam.

    "Carl ini terlalu mengejutkan dan mendadak, aku tidak percaya bagaimana bisa itu terjadi dan kenapa Keanu memilih percaya padamu", Dyllou menunduk dan Carl menatap dingin Dyllou, dimatanya ini sulit karena tugasnya dari Keanu adalah melindungi nyawa orang lain dan itu lebih sulit daripada menghilangkan nyawa orang.

    "Dyllou, kau harus lakukan sesuatu, nanti ...baik aku dan Keanu harus menghentikan kegilaan paman Luke, Keanu sudah mengamankan bibi Lili agar tidak terjangkau paman Luke, mama mu dan Winona mungkin akan jadi sasaran jadi aku mengirim orang untuk menjaga mereka dan Darren adalah bagianmu...ini saatnya membuktikan perasaan mu padanya", Carl memeluk Dyllou dan menenggelamkam dirinya dalam pelukan sepupunya itu, menenangkanya yang terlihat masih bingung.

    "Aku akan tidur", Dyllou melepaskan pelukan Carl meninggalkan Carl diruang tamu dan masuk kekamar Darren, tidur akan sedikit membantunya menenangkan fikiran. Dia masuk ke kamar yang dia tempati selama Carl ada disini, Dyllou mendekati ranjang dan duduk di samping Darren yang tertidur.

    "Jika Carl benar maka aku akan berusaha menjagamu Darren, dari jangkauan ayah, entah atas dasar apa ayah melakukan itu, kurasa kita akan tau nanti", Dyllou membelai surai coklat milik Darren dengan lembut.

    "Maafkan aku, memberi tahu Viona hubungan mu dengan Xavier", Dyllou berbisik sepelan mungkin agar tidak membangunkan Darren dan perlahan dia mengecup bibir Darren.

  • Hahaha salah kamar,,,
  • Nah ini ceritanya kok sama dengan " Triangle"......
Sign In or Register to comment.