Setelah sekian lama, baru kembali mencoba menulis, rada binggung sih sama tampilan bf sekarang (hampir gak pernah buka), semoga berkenan dengan cerita baru yang ane posting disini. So langsung ajah!
***
A QUESTION!
(Part 1)
"Aku menyukaimu!"
"Apa yang kamu katakan? Aku seorang pria dan kamu juga pria"
"Apa itu membatasi seseorang untuk bisa menyukai?"
"Entahlah"
****
"Silau"
Aku menutupi mataku menggunakan tangan, sambil merebahkan kepala dengan malas duduk di bangku taman.
"Kenapa awan berjalan dengan lambat hari ini" gumamku dalam hati.
Semua hal berjalan dengan sangat lambat hari ini, duduk di bangku taman sendiri, merasakan deru angin lembut dari bawah pohon besar sembari berteduh, mendengarkan kumpulan lagu ballad, entah aku menikmati setiap detik yang kulewati atau aku Benar-Benar sedang bosan.
"Ben..."
"WOI, BENNY" teriak seorang gadis yang berjalan menghampiriku.
Plak
"Sakit Dev"
Aku mengelus bahu yang baru saja di tepuk dengan keras oleh Devi.
"Ngapain disini"? Devi menarik handfree yang ku pakai.
Aku memasukan handsfree dan ponsel kedalam saku, sejenak memandang Devi dan kembali merebahkan kepalaku.
"Beeeeeen"
Devi mengguncang tubuhku.
"Dev please, ini masih jam break"
Namanya Devi, 21 tahun, teman sekantorku, diantara semua teman sejawat, mungkin hanya Devi yang bisa masuk ikut campur dengan semua yang kulakukan. Antara "kepo", terlalu perduli atau apapun istilahnya, Devi sudah jadi bagian dari keseharianku.
"Gimana?" Tanya Devi.
"Gimana apanya?" Aku balik bertanya.
"Pura-pura gak tau Ben?! Aku pergi"
"Ah, ketemu di kantor setengah jam lagi"
"Aaaaaah, Beeeeenyy" rengek Devi.
"Bye" jawabku singkat.
Entahlah, aku tidak mungkin melupakan hal yang sedikit menggangguku ini. Di banding Devi yang kaget saat melihatku, kurasa aku sendiri jauh lebih terkejut karena mengalaminya langsung. Aku ingin sekali menganggap hal inu sebagai mimpi saja, sayangnya ini Benar terjadi. Tidak ada jawaban logis ketika aku memikirkanya, bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Kurasa sekarang aku hanya bisa membawa hal ini dengan santai. Yah, entah aku terlalu cuek atau aku malas untuk berfikir macam-macam, aku menggagap tidak terjadi apa-apa, walaupun akan ada yang berubah.
"Sudah jam 2"
Aku menggeliat malas dan melangkahkan kakiku menuju kantor yang berada tepat di depan taman ini.
MERCA
Sebuah perusahan di bidang jasa perjalanan wisata, sehari-hari kuhabiskan di tempat ini, menjawab e-mail dari para klien, membuat perencanaan wisata bahkan terkadang menjadi tour guide cadangan ketika musim libur tiba.
Ting
Lift terbuka, seperti biasa aku menekan tombol 5, lantai 5 yang kutuju setiap harinya.
Apa aku terlalu malas hari ini, aku bahkan enggan untuk menginjak lantai 5 hari ini, bosan dengan semua aktifitas hari ini, atau canggung karena akan bertemu denganya.
"Laamaa" kata Devi.
Di lantai 5 ini, ada beberapa ruangan yang di batasi oleh dinding kaca, udara yang sedikit dingin karena ac yang mendapatkan perawatan rutin.
"Jadi gimana?"
"Gak mungkin Dev"
Dari semuanya, kenapa harus Devi yang melihat kejadian itu, dia hanya akan terus penasaran dan ikut terlibat.
"Ah, dia datang" Devi meninggalkanku berdiri di depan ruangan kami setelah melihat seorang pria yang baru saja datang.
"Harus gimana" gumamku dalam hati kelita membalikan tubuh melihatnya.
"Ha....hai dan, cuaca hari ini tidak mendung yah"
Arrrgh, apa yang baru saja aku katakan, aku bahkan tidak menyapanya dengan Benar.
"Iya Ben, cerah"
Danny, Danny setiawan jika aku tidak salah, teman sekantor. Danny cukup populer disini, tubuhnya yang tinggi, wajahnya yang oriental, kulitnya yang putih terawat penampilanya yang modus, kurasa semua gadis disini pasti tertarik denganya. Aku cukup minder jika di bandigkan denganya, penampilanku yang terkesan "biasa" sangat berbading terbalik denganya.
"Ben"
"Iya dan"
"Maaf, itu tidak akan terjadi lagi"
"Ah... iya"
Comments
Ditunggu kelanjutanya n mention ya.
makasih udah mampir, ini cerita pendek aja sih,
pemanasan buat cerbung yang satu lagi, ts mai adaptasi lagi disini, ^^ pinjem id kalian buat di mention disini yah,
Aku mau dimention juga donk
@tsu_no_yanyan haha typo broh
@reyhanza sippo bro
@erickhidayat makasih om bro
Happy New year 2015, maaf tulisannya masih jelek banget, masih selalu salut dengan semua penulis keren di forum ini.
__________________________
part 2
Pernah berfikir kenapa bisa menyukai seseorang?
Dari banyak jawaban, aku tidak menemukan alasan yang tepat kenapa sesorang bisa saling menyukai
***
* Beberapa hari yang lalu *
Ben atau Benny, semua orang memanggilku seperti itu. Di usiaku 20 tahun ini, tidak banyak hal menarik yang sudah kulewati, hidupku cukup membosankan, aku juga bukan tipe pemikir, aku cukup malas terlibat dengan hal yang merepotkan. Dan pacaran, aku rasa itu cukup merepotkan dan mungkin karena itu aku masih belum pernah pacaran sampai sekarang.
Tidak ada tipe khusus yang aku inginkam, dan mungkin karena aku tidak pernah terlihat bersama wanita, sebagian orang mengaggap orientasi seksual ku berbeda.
"Hey, sudah selesai Ben"
"Bentar lagi"
"Aku tunggu, kita pulang bareng"
"Apa gak merepotkan? Kalo mau duluan gak papa kok"
"Aku tunggu" kata Danny sambil tersenyum.
Sudah hampir setahun aku bekerja disini, dari sekian banyak karyawan di lantai 5 ini, aku hanya memiliki 2 orang teman yang Benar teman. Devi dan Danny, mungkin karena meja kami berdekatan, atau mereka memang mudah bergaul aku bisa dekat dengan mereka.
"Makan dulu disana Ben"
Danny menunjuk tempat makan di pinggir jalan. Di banding restoran Danny lebih suka makan di pinggir jalan seperti ini, sangat tidak kontras dengan penampilanya yang selalu rapi.
"Jadi kenapa belum pacaran dan? Banyak banget yang nitip salam ke aku, nanyain kamu udah punya pacar lah, tipe kamu gimanalah"
"Hahahahha" Danny tertawa lepas
"Kok ketawa?"
"Standart aku beda Ben, lagian gak ada yang tipe aku"
"Kamu sendiri Ben? Kali aja yang nanyain aku cuma modus aja pengen deketin kamu?"
"I'm not that attractive dan, aku gak semenarik kamu"
"Jadi aku menarik ya?"
"Banget"
Aku dan Danny teman baik, yah teman baik, kami menghabiskan akhir pekan bersama, nonton film terbaru, main game, mencicip setiap kreasi masakan Devi. Kurasa itu yang di lakukan teman dengan temanya, tertawa bersama dan saling membantu ketika kesulitan.
Setiap pagi aku menunggu di halte yang sama untuk menaiki bus menuju halte terdekat menuju kantor.
Halte ini cukup ramai, padahal baru pukul 6.30 pagi. Semua orang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Didepanku ada seorang wanita dengan makeup yang cukup tebal sedang memainkan ponselnya, beberapa pria dengan setelan kemeja melihat jam tanganya. Ada beberapa siswa lengkap dengan baju sekolahnya. Pemandangan yang sama yang kulewati seperti biasa.
"Di cek lagi sponsornya Ben"
"Iya pak"
Aku berjalan kearah meja kerjaku.
"Pak tio bilang apa Ben?"
"Biasa soal sponsor dan"
"Hei kita lunch dimana nih" Devi mendatangi meja kami.
"Kalian duluan aja, aku mau ngirim e-mail dulu ke pihak sponsor"
"Yaaah"
"Yuk dan"
"Aku nyusul deh, ada yang aku kerjakan juga"
"Kaliaaaan" rengek Devi.
Satu persatu karyawan di tempat ini meninggalkan meja kerja mereka, aku melihat jam yang tertera di layar laptop, sudah jam 12:24, wajar saja terlihat sepi.
"Gak makan siang kamu dan?"
"Kamu?"
"Ni mau turun, bareng?"
"Boleh"
Aku berjalan menuju lift, tapi Danny menarik tanganku menuju tangga darurat.
"Kok lewat sini?"
"Ada yang mau omongkan"
"Di bawah kan bisa"
"Bentar aja Ben"
Danny sedikit berbeda, entah karena panas atau apa, Danny berkeringat, bahkan dia membuka kerah bajunya. Aku sedikit melihatnya seperti ini, aku sendiri tidak berkeringat, tempat ini tidak panas.
"Kamu kenapa dan?"
"A-aku"
Aku semakin merasa aneh, dia terlihat gugup saat ini, dan ada hal yang ingin di katakanya tapi sepertinya tidak mudah untuk terucap.
"Aku menyukaimu!"
"Apa yang kamu katakan? Aku seorang pria dan kamu juga pria"
"Apa itu membatasi seseorang untuk bisa menyukai?"
"Entahlah"
Apa yang barusan terjadi, Danny mengatakan apa? Apa dia kehilangan akal sehatnya dan, apa yang kukatakan barusan.
"Sudah becandanya? Kita turun makan"
"Apa aku terlihat bercanda?"
"Dan"
Aku sangat terkejut ketika Danny memelukku, erat, pelukanya sangat erat.
"Hentikan dan"
Cup
Apa ini, kenapa bibirku terasa hangat, aku tidak bisa melihat dengan jelas, tubuhku kaku, jantungku kenapa berdebar.
Danny kenapa sedekat ini, kenapa dia menutup matanya.
Apa Danny menciumku sekarang.
"DANNY"
Aku mendorong keras tubuhnya ke dinding.
"GILA!"
Aku mengelap bekas ciuman Danny dari bibirku.
"INI GILA, aku bukan homo dan"
"Ka-kalian ngapain"
Devi tekejut, dan menjatuhkan kantong plastik yang di bawanya, Devi melihat yang barusan terjadi.
Aku tidak tahu apa yang barusan terjadi, aku hanya berjalan keluar dan menghempaskam pintu dengan kuat.
Hahaha ... mari kita saksikan next scene :> hufttt
Hmm saran dikit ya TS?gak papakan?
Klo nama/panggilan sebaiknya diawali huruf besar,apalagi panggilan untuk Danny.
iya betul apa kata atas ane ? klo nama tuh hrs d awali huruf besar dan biasanya bukan angka (ntar d sangkain 414y) ... )