BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

A Question!

15681011

Comments

  • Mention ea low updeat
  • @3ll0 @tsunami @lulu_75 @apa_aja_boleh @d_cetya @tsu_no_yanyan @reyhanza @erickhidayat @cute_inuyasha @shuda2001 @wita @haha_hihi12 @balaka @guyberryman @nick_kevin

    maaf, mention kalian buat baca cerita ini, as usual, maaf kalo cerita ini membosankan. Ini bagian terakhir dari cerita pendek ini. Mungkin berlanjut mungkin juga tidak, dari awal sih pengen pemanasan terlebih dahulu, sebelum buat cerita yang lebih panjang lagi. Happy Read guys ^^
    part 5 ( Last ( ? ) )

    Apa perasan dan logika ada untuk saling menolak?

    Ketika otak menolak kenapa hati bersikeras untuk menerima.

    ***

    "Tunggu tiara"

    "Ben?!" Tiara berhenti berjalan dan menoleh kearahku.

    "Ini"

    Aku menunjukan tiket konser band indie yang kudapatkan dari mengikuti sebuah kuis.

    "Red paper?" Kata Tiara heran melihat tiket di tanganku.

    "Mau nonton denganku"

    "Serius kamu ngajak nih Ben?"

    "Serius! Beneran"

    "Date?" Tanya tiara

    Aku menjawab dengan mengangguk lalu tersenyum. Aku merasa ini hal yang Benar, walaupun aku tidak memiliki perasaan apapun terhadap tiara, tapi ini cara yang tepat mengalihkan perhatianku. Perkataan Devi membuatku merasa kalau aku sekarang Benar menyukai Danny dalam artian yang berbeda. Aku tahu maksud Devi, dia membuatku mempercayai perasaanku bukan tentang kehilangan perhatian seorang teman, tapi penyesalan karena aku menolak Danny dan aku memang memiliki rasa yang sama untuk Danny.

    Lantai 5, tidak ada perubahan disini, hanya aku saja yang berubah. Sekarang aku mulai menjaga jarak dari Devi, ini salah! Dan aku tahu itu.

    "Besok kita berangkatnya" pemberitahuan singkat dari Devi.

    "Yay" aku bersorak seakan aku memang memantikan perjalanan ini. Entahlah.

    Dari kota menuju pulai melawai menghabiskan waktu sekitar 3 jam perjalanan darat dan 2 jam perjalanan laut menggunakan boat kecil.

    Pulau indah yang dikelilingi pasir putih, pulau yang dikembangkan menjadi tujuan wisata, dan perusahaanku ingin menjadikan tempat ini menjadi tujuan wisata romantis yang di tujukan untuk para pasangan muda. Keputusan tempat, mengingat pulau ini memang romantis.

    "Jadi begitu, kita bagi jadi dua kelompok, sore kita berkumpul disini lagi, sementara kita menginap di tempat mas Didi" kata Trio mantap

    "Biar aku, Trio sama Rika, dan kalian berdua Ben"

    "Dev" aku menatap tajam ke arah Devi.

    "Selesein disini" kata Devi tanpa mengeluarkan suara.

    Terlihat dengan jelas gerakan bibir Devi.

    "Apa keberatan Ben? Biasa kalian emang berdua kan?" Tanya Trio

    "Gak lah"

    Apa yang harus di selesaikan lagi? Aku bertanya dalam hatiku saat bersama Danny berkeliling di pulau ini. Tidak ada obrolan hangat seperti dulu lagi, sepanjang perjalanan, Danny sibuk mengambil foto dengan kamera yang di tentengnya, akupun seperti itu.

    "Setelah ini kemana Ben?" Tanya Danny

    "Ah"

    "Aku liat dulu Dan" aku mengmbil peta dan catatan lokasi dari tas punggungku.

    Tasku cukup berantakan, aku perlu waktu untuk mencari catatan lokasi yang akan kamu tuju.

    "Kita duduk disana dulu Ben"

    Bangku panjang di lorong-lorong ini jadi tempat kami beristirahat sejenak, aku masih mencari catatan yang belum kutemukan sejak tadi.

    "Ada?" Tanya Danny

    "Masih di cari"

    "Gak berubah" Danny tertawa kecil.

    "Hey" protesku.

    Danny menyenderkan tubuhnya di dinding batu tempat kami duduk. Dia terlihat kelelahan, aku mengambil minuman dari dalam tas dan memberikan padanya.

    "Makasih"

    "Ben"

    "Ya"

    "Aku capek" kata Danny

    "Ya wajar lah, jalan dari pantai kesini lumayan jauh"

    "Bukan itu Ben, aku capek sama semuanya"

    Aku terdiam, aku juga cukup lelah dengan semua perubahan ini, tidak ada solusi untuk hal ini.

    "Aku udah gak tahan dengan semua perubahan sikap aku, aku gak bisa dengan mudah membuang perasaan kalo aku sayang kamu Ben dan aku tau ini salah, aku hanya gak tau harus berbuat apa, rasanya aku ingin pergi tapi di lain sisi aku gak bisa untuk gak bisa menahan aku ingin bertemu dengamu"

    "Rumit yah dan"

    Aku mengalihkan pandanganku ke langit, menyandarkan tubuhku di dinding batu di lorong kecil ini. Terasa dingin, punggungku terasa sedikit dingin. Matahari sedikit terik, tapi aku masih bisa membuka kedua mataku melihat pergerakan awan, pelan tetapi pasti awan putih di langit biru terbawa angin, tidak ada penolakan, tidak ada perlawanan, hanya mengikuti arah angin sampai akhirnya menghilang.

    Wajah Danny terlihat begitu mempesona dari arahku memandangnya, walaupun ia sedang menunduk, aku tidak bisa memungkiri bahwa aku merasa bahagia setiap melihatnya. Tawanya, senyumnya, tingkahnya, aroma tubuhnya, raut sedih di wajahnya, semua yang ada di dirinya begitu menarik perhatianku.

    Aku sudah jatuh cinta padanya sejak lama.

    Cuup

    Dadaku terasa sesak, jantungku berdebar kencang.

    Aku memejamkan mataku, meninggalkan dingin di punggungku, menikmati rasa hangat di bibirku.

    ****

    Cinta? Apa itu cinta? Apa berbeda dengan sayang? Kenapa berbeda? Apa cinta sama dengan pengorbanan atau mungkin cinta itu perjuangan?

    Kurasa setiap orang punya jawaban yang berbeda. Untukku cinta itu....

    ***

    "Maaf"

    Aku melepaskan ciumanku dari bibir Danny, butuh waktu beberapa detik untuku bisa mengatur nafasku kembali normal.

    "Be-Ben" Danny terlihat terkejut.

    "Maaf, biarkan aku memberi jawaban dan"

    Danny melihatku tajam, kedua matanya tegas menatap mataku.

    "Hubungan seperti ini tidak akan berhasil dan, hentikanlah"

    "Apa maksudmu Ben, kamu baru saja menciumku, artinya kamu juga menyukaiku kan?"

    "Iya, aku sayang sama kamu dan, saat ini yang aku inginkan bisa selalu berada di sampingmu... tapi, ini tidak akan berhasil, banyak hal yang aku takutkan dan, aku takut perasaanku akan berubah, aku takut perasaanmu akan berub-"

    "Aku janji akan tetap menyayangimu Ben" potong Danny.

    Aku tersenyum melihat Danny yang begitu semangat.

    "Aku yakin dengan perasaanmu dan, aku yakin, setahun, dua tahun, sepuluh tahun, apa kita akan sama seperti saat ini, aku tau aku salah jika pesimis seperti ini, tapi, jika perasaan ini di atas nama sahabat, aku merasa ini akan bisa bertahan lebih lama"

    "Maksudmu Ben?"

    "Kamu tau apa yang aku maksud, dengan menerima perasaanmu, aku merasa akan aku hanya akan menyakitimu, dengan aku menolak ini juga aku menyakitimu"

    "Dan, semua gak bisa kembali seperti dulu yah"

    Aku mengambil tas punggung yang kuletakan di dekat kakiku. Mataku terasa panas, aku ingin sekali menangis lepas, tapi aku harus bisa menahanya, rasanya sudah cukup sakit. Aku berdiri dan melihat Danny masih duduk tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

    "Ini akan jadi perpisahan kita dan, aku ingin perpisahan yang keren, seperti drama percintaan yang biasa kita tonton"

    "BEN! CUKUP" Danny berdiri.

    "Benci aku dan, Benci sampai kamu tidak ingin memikirkanku lagi"

    "Apa ini Ben, kalo kamu memang menolaku, kenapa jadinya seperti ini, kenapa kamu seperti ingin pergi jauh Ben"

    Mataku semakin panas, dadaku sakit, aku bahkan mengepal kuat tangaku, menahan agar tidak ada setitik air mata yang jatuh di depan Danny.

    "Ben"

    Aku memeluk erat tubuh Danny, merasakan hangatnya tubuh Danny dalam dekapanku, merasakan nafasnya, menghirup aroma tubuhnya yang manis.

    "Sampai jumpa dan, jangan menyusulku, biarkan aku menjauh pergi, kumohon ini permintaan terakhirku dan"

    "Ben" kata Danny lemah.

    Aku melepaskan pelukanku dan berpaling dari Danny, setiap langkah membuat air mataku jatuh, aku tidak berani berbalik dan melihat wajah Danny.

    Ya, aku pengecut. Ya, aku munafik. Ya, aku membohongi perasaanku. Ya, aku salah dengan apa yang yang kulakukan. Aku bisa apa? Aku hanya bisa menyakiti Danny jika aku bersamanya.

    Cinta? Aku merasa cinta itu menyakitkan, cinta memaksa logika kalah dengan perasaan, membuatku mengambil keputusan yang menyakitkan.

    Aku tidak siap dengan cinta yang seperti itu.

    Siang itu juga aku memutuskan untuk kembali kekota membereskan semua barangku dan meninggalkan kota ini, keputusan mendadak dan bodoh, aku ingin Danny tidak melihat bayanganku lagi. Setidaknya dengan aku pergi seperti ini dia bisa memBenciku dan berfikir aku jahat, pada akhirnya dia bisa melupakanku.

    Danny? Persahabatan? Cinta? Semua akan berakhir setelah aku pergi.

    ***

    "Ben, makasih udah ngantar"

    "Sama-sama mbak" jawabku tersenyum.

    Aku melajukan motorku di jalan sepi yang hanya diter
  • ***

    "Ben, makasih udah ngantar"

    "Sama-sama mbak" jawabku tersenyum.

    Aku melajukan motorku di jalan sepi yang hanya diterangi lampu jalan. Kost yang kutempati sedikit jauh dari hiruk pikuk kota besar ini.

    Sudah 2 tahun aku tinggal di kota yang belum pernah kudatangi ini sebelumnya, membuka langkah baru, meninggalkan diriku yang lama. Waktu 2 tahun begitu cepat berlalu, memulai semua dari awal. Aku tidak bisa melupakan Devi dan yang lain, tapi aku berharap mereka bisa melupakanku. Dan Danny, sedikitpun aku tidak bisa menjauhkan banyanganya dariku. Tapi, aku harap dia bisa Benar-Benar melupakanku.

    Aku berhenti tepat di halaman kostku, memarkirkan motor dan duduk sendiri menikmati malam ini.

    Langit yang sama bertabur bintang, langit yang sama menaungi semua orang.

    "Apa Danny melihat langit malam ini? Dia begitu menyukai bintang"

    Kadang aku merasa, Danny berada disampingku, melihat langit yang sama, bintang yang sama. Entahlah, aku hanya membodohi diriku.

    Jam ditanganku sudah menunjukan pukul 9 malam lebih, sudah saatnya memBenamkan diriku dalam lelap.

    "Sudah dua tahun yah Ben"

    "Da..dany?!"

    "Akhirnya aku menemukanmu"



    END



    Maaf sudah merepotkan kalian dengan membaca karya ini, ah sekalian ntr kalo ada cerita baru boleh kan comot kalian buat baca lagi ^^, ah thanks buat my om bro @erickhidayat you always give me support om bro, di tunggu juga karya lain dr om bro


  • @arifinselalusial ini langsung update kawan
  • ah, endingnya bikin kepo gak seru *digampar ts

    boleh kok boleh bgt malah, silahkan dicomot gpp :D
  • eh?? gitu aja? kuraaaaang
  • nanggung bgt endinngnya kii.
    soal mention tentu boleh laa. gw dari duli suka sama tulisan lo. gw tunggu panggilannya di karya lo selanjutnya
  • Yahh Ts'y pinter ye buat ending'y :( sama aja nyuruh berimajinasi sesuai keinginan yang baca dong! setelah pertemuan selanjutnya :'(
  • eh?? gitu aja? kuraaaaang

    kita tunggu aja di cerita selanjutnya bang @apa_aja_boleh
  • siplah @balaka
    mention2 lagiya dikarya berikutny @ricky89
  • Kayak judul lagu Endingnya :P Tapi gak tau penyanyinya :D



    Makasih Ko @Ricky89 udah menyelesaikan ceritanya.Ditunggu karya selanjutnya^^
  • @d_cetya hahaha ide nya sih ada setelah itu, tp masih belon ada mood buat lanjutin dulu, mau pokus ke yang atu lagi.

    @apa_aja_boleh setujuh nih ane ama @wita setelahnya tergantung imaginasi masingmasing dulu

    @balaka waaah makasih makasih, ini hampir sama sih ama playful couple dulu, ending nya, trus ada lanjutanya, tp liat ntr deh, makasih udah di ijinkan mention lagi ntr

    @3ll0 bukan lagu dangdut kan didi? ^^ iyah lagi prepare nih ngpulin ide
  • Ya elahhh akhirnya kayak eksekusi mati,,,gantung,,,wkwkwk tp gpp setidaknya ini bukan sad end karna aq benci sad end.
  • Thanks dede iki udah nyomot kakak dalam cerita ini,,,dan jangan lupa senggol kakak di cerita2 yg lain,,,okehhhh!!!
  • hhaha at least lah kak yah, gak gantung kali lah kk, dia masih bisa ketemuan kak @cute_inuyasha
Sign In or Register to comment.