BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Can't

Gue member baru disini . Cerita cerita disini seru seru semua . Jadinya gue termotivasi buat bikin juga . Hehe . Masih newbie . Mohon kritik dan saran . Maaf bila ada yang salah . Oh iya satu lagi disini latarnya gue terinspirasi dari salah satu cerita di forum ini juga . Maaf yah kalau kurang ajar ngambil nama kotanya
----------------------------------

Kau tak akan pernah tau apa yang akan terjadi padamu 10 menit dari sekarang . Bisa saja Allah mencabut nyawamu 10 detik setelah kau mengatakan "Mati? Aku yakin akan mati jika aku sudah punya anak 7 nanti" didepan teman temanmu pada saat malam menuju kelulusan SMA mu?

Atau , bagaimana jika selama 10 menit tersebut kau tiba tiba mendapatkan sebuah nikmat yang sangat luar biasa dan bahkan kau sama sekali tak menyangka nyangka sebelumnya?

Bagaimana , jika selama 10 menit kedepan tiba tiba bumi bergoncang hebat dan memakan semua benda yang ada diatas keraknya ini?

I mean , of course no one knows . Hanya Tuhan yang tau itu semua .

Bahkan kalian bertanya tanya . Kenapa aku bisa berkata demikian . Aku bukanlah seorang Mario Teguh , apalagi Deddy Corbuzier yang selalu menyelipkan kata kata motivasi pada setiap acaranya . Aku juga bukan pujangga yang disebut Roma Irama dalam lagunya . Aku juga bukan Caesar Aditya -Pejoget yang tengah meroket itu- yang selalu mengoceh tanpa orang orang bisa tahu maknanya .

Simple . Karena saat ini , aku mendapatkan 10 menit yang berhasil memporak porandakan imanku .

Siapa sangka? Aku yang tengah berdesak desakan didalam bus melihat sebuah dompet yang mencuat dari dalam sebuah tas sandang hitam . Seakan akan memanggilku , "Nial.. Nial.. Aku membutuhkan belaian lembut tanganku" . Aku bisa saja langsung mencomot dompet itu dari tas dan turun di halte berikutnya .

Setan mulai membisikkan kata kata mautnya disebelah kiriku .

Tanganku semakin gatal tatkala mobil yang tiba tiba mengerem mendadak dan membuat tas itu -Wanita yang wajahnya tak bisa kuperhatikan dengan jelas- semakin menempel pada lengan kananku .

Ya Allah , aku bisa gila .

"Ambil saja , Nial . Ingat uang kuliahmu . Dan juga uang sekolah adik adikmu.."

Bisikan bisikan itu datang dari mana mana . Kututup rapat kedua kelopak mataku sembari menekan hasrat jahannam itu . Aku akan mendapatkan uang sendiri dengan cara halal! Aku menjamin itu! Lagian gajiku sebagai Operator Warnet didekat kampus kurasa cukup untuk bisa membiayai hidup kedua adikku .

Telapak tanganku kembali mencengkram pegangan dengan erat . Saking eratnya bisa kurasakan area itu basah oleh keringat .

Tidak.. ini tidak bisa . Aku tak mau menjadi seorang buron . Bagaimana jika aku mengambilnya dan tiba tiba setelah aku turun dari bus aku langsung disergap oleh semua orang dan mereka akan menelanjangiku dan mengarakku disepanjang jalan ? What a shame

Seseorang menepuk bahuku .

"Hei . Kamu kenapa?"

Aku menoleh ke sebelah kanan tepat kepada orang yang telah mendaratkan tangannya diatas bahuku . Aku memperhatikannya , bibirnya begitu tipis . Tatapannya meneduhkan . Jaraknya begitu dekat denganku . Alisnya bertaut satu sama lain . Ia memakai hoodie yang kurasa benar benar pas untuk badannya yang tinggi jangkung itu .

"E.. eh.. a..aku nggak kenapa kenapa" balasku seadanya .

Bus berhenti . Beberapa orang yang berada didalamnya keluar dan dan beberapa orang yang lainnya kembali menunggu bus jurusan yang lain .

Pria itu kembali menatapku . Kali ini ia mengintimidasi . Ekspresinya menyiratkan ketidak percayaannya padaku .

"Kau yakin?"

Aku mengangguk . Tentu saja . Aku mengerti kemana arah pembicaraan ini . Tak mungkin aku menceritakan konflik batin yang terjadi pada diriku selama 10 menit yang lalu . Oh ya , aku sudah menyianyiakannya . Sebagian diriku menyesal , namun yang lainnya bersyukur .

Ia tersenyum . Aku baru sadar kalau ia mempunyai lesung pipit . Sungguh indah dan menawan .

"You're blushing.."

Eh? Apa benar pipiku merona saat ini? Tidak pasti ini karena cuaca panas di kota Harapan .

Keheningan menyelimuti . Hanya suara riuh dan hiruk pikuk jalanan yang terdengar . Semenjak keberangkatan dari halte sebelumnya , kini bus yang kunaiki hanya mrninggalkan beberapa orang saja .

"Apa kau sakit?" Dengan lantangnya ia meletakkan telapak tangannya ke dahiku .

Aku yakin saat ini pipiku merona . Jantungku memacu lebih cepat dari yang biasanya . Ingin rasanya aku menghindar tapi ada sesuatu didalam diriku yang menikmati sentuhan pria itu .

"Kolonial Rahmat"

Aku melengok padanya . Matanya menuju kepada nametag ku pada baju . "Nama yang bagus . Aku yakin orang tuamu menginginkan kau menjadi kolonial" katanya lagi dan kembali tersenyum padaku . Ia menyingkirkan tangannya .

Lidahku kelu . Ya aku memang bukan orang yang mudah untuk diajak bicara . Bisa dikatakan aku adalah orang yang introvert . Aku terbiasa berkomunikasi dengan ekspresi , bukan dengan lisan . Jarang ada yang mengerti dengan ekspresi wajahku . Hingga tak jarang mereka meninggalkanku sendirian . Yah , i used to be alone .

"Nama aku Glenn . Glenn Hadiputro" ia menyodorkan tangannya padaku .

Tangannya trrlihat begitu kasar . Pasti ia pekerja keras . Lihat saja meski tertutupi hoodie seperti itu , aku yakin dibaliknya tersimpan sesuatu bak pahatan patung Yunani yang dipahat dengan ketelitian Ekstra oleh Tuhan .

Aku mengenggam tangannya dan kemudian kami berjabat . Aneh , rasanya hatiku begitu damai . Dan tentram ketika bersalaman dengan orang ini .

"Aku akan turun di halte depan . Kebetulan disana ada Starbucks . Gimana kalau kita ngopi dulu?"

Aku menolaknya dengan halus . Sesuatu dalam diriku memberontak . Dilemma . Karena orang yang juga baru kutemui 10 menit yang lalu .

"Baiklah.. kurasa menolak" ia tersenyum lalu berpaling . Spontan tanganku meraih lengannya . Jangan tanyakan aku yang juga tak tahu kenapa

"Ya?"

Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Aku sudah menarik lengannya dan kemudian aku tak tahu apa yang harus kulakukan? So pathetic

"Hmmm" Glenn tersenyum padaku lalu kembali memalingkan badannya padaku . Ini gila . Ia menunggu reaksiku . Ya Tuhan apa yang harus kulakukan?

"Na.. namaku Ni.. Nial"

Ya ampun Nial! Ia bahkan telah mebgetahui nama panjangmu . Dan sekarang yang bisa kau lakukan hanya menyebutkan nickname mu? Kau payah!

"Yah.. aku tau itu"

Aku kembali menunduk . Entah sudah berapa kali sembutrat kemerahn ini menyeruak jelas . Ya ampun!

"Kau tak usah malu.."

"A.. aku.."

"Kau malu Nial"

Aku semakin menundukkan wajahku . Ingin rasanya aku loncat saja dari jendela bus yang tengah melaju ini .

"Apa kau punya ponsel?"

Aku mengangguk lalu merogoh sakuku dan menyerahkan benda berbentuk persegi panjang tak lancit itu takpadanya .

"Aku akan menulis nomorku didalam kontakmu . Ingin rasanya aku mengajakmu mengopi bersama sore ini . Aku harus turun di halte depan karena aku harus segera mengurus pasien pasienku . Hubungi aku jika seandainya kau butuh bantuan" katanya panjang lalu kembali menyerahkan ponselku .

Bus berhenti dan ia turun . Aku bisa melihat ia tersenyum dari luar sana . Bahkan hingga bus sudah terpaut 10 meter dari tempat itu aku masih bisa melihat senyumannya yang menawan itu .

He left me breathless . God

----------------
«13456744

Comments

  • Hmmm belom bisa komen apa².masih nunggu chapter berikutnya aja deh.

    Ko @Tsunami nih ada karya baru.
  • cerita yang bagus ... sepertinya Glenn sudah sejak awal memperhatikan Nial ... lanjut
  • "Kamu udah makan , Nial?"

    Aku menolehkan kepala dari arah layar komputer ke sumber suara . Oh , itu kak Bima . Anak Bapak Tohar -Pemilik warnet- . Aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri . Meski bisa dihitung berapa kali aku menjawab semua pertanyaannya dengan ucapan .

    Ia menatapku dan sesaat kemudian mangut-mangut . Sesaat kemudian kak Bima meletakkan sebuah kantong dimeja tempatku beroperasi siang ini . "Makanlah , aku baru saja pulang kerja . Kau kelihatan sangat letih"

    Aku mengangguk . Aku tak sanggup menolak tawaran kak Bima . Kak Bima orangnya tuh ditakuti ama semua user di warnet . Mulai dari anak-anak SD hingga preman dilingkungan warnet ini . Mereka selalu menuruti semua kehendak kak Bima . Dulu waktu aku melamar kerja disini , kak Bima sempat menyuruhku untuk mempraktekkan demo menginstall game online karena ia yang dulunya adalah pendahuluku di warnet ini sama sekali tak mengerti . Aku menurut saja , ketika ia menyodorkanku makanan . Aku tak menyentuh itu sama sekali . Selain karena aku masih kenyang , aku juga harus fokus dengan pekerjaan . Ia sempat menawariku lagi beberapa kali tapi aku tetap tidak mengindahkannya . Hingga ia tiba tiba ngamuk dan memukul meja dan spontan membuatku terkejut dan terperenjat .

    It's a nightmare . Aku nggak mau lagi merasakan itu . Aku takut .

    Aku membuka kantong itu dan menemukan beberapa takoyaki didalamnya . Pasti saat ini Restoran tempat kak Bima kerja sedang mengadakan event yang berhubungan tentang jepang .

    "Gimana?"

    Aku masih mengunyah sushi itu . Kak Bima memperhatikanku dengan antusias . Ia seperti berbinar binar menunggu pendapatku . "

    "Aku sendiri yang membuatnya" . Dugaanku tepat .

    Kenapa aku harus memberikan pendapatku lagi jika setiap hari ia memasakkanku dan membawakanku makanan yang setara dengan makanan didalam hotel bintang 5? I mean , semua enak . Aku bingung harus mengucapkan kata yang berbeda dari kata yang kuucapkan minggu lalu tentang makanan yang dibawanya.

    " Sepertinya takoyaki itu enak sekali ya" katanya yang langsung kuikuti tentang anggukan . Ia lalu juga mengambil satu takoyaki dan memakannya .

    "Nial..."

    Aku kembali menoleh pada kak Bima .

    "Tadi aku menggosongkan sebuah Ikan Panggang" ceritanya . Ya ampun , aku yakin kepala kokinya akan sangat marah hingga ubun ubun jika mengetahui itu .

    "Ya , Taka-Sensei belum mengetahui itu . Aidil membantuku membuang ikan gosong itu" .

    Wah? Aidil baik sekali . Aku tak bisa membayangkan jika seandainya kepala koki itu emosi . Aku pernah sekali diajak kak Bima untuk makan malam bersamanya di restoran itu tepat pada saat operasinya sudah selesai pada jam 10 malam . Malam itu kak Bima meyakinkanku , hanya ada aku dan dia didalam restoran ini . Aku hanya menurut saja .

    Dan lalu kak Bima menghidupkan lilin yang diposisikan ditengah tengah meja . Ia mengambil meja yang berada tepat di dinding kaca . Kak Bima tahu kalau aku benar benar menyukai pemandangan kota Harapan pada malam hari . Maka ia memilih tempat itu untukku . Aku disuruhnya menunggu sementara ia memasakkan eksperimen Lasagnanya .

    Aku melakukan apa yang disuruhnya sambil melihat pemandangan kota Harapan . Hingga tiba tiba seseorang yang berwajah sangat oriental masuk dengan tergesa gesa . Ia melihatku sekilas lalu tersenyum dan menghilang dibalik dinding dapur .

    Sesaat kemudian aku mendengar bentakan dari dalam dapur dan sebuah piring pecah . Aku segera berlari untuk melihat apa yang sedang terjadi . Dan ketika aku sampai , aku melihat Taka-Sensei -Kak Bima memberi tahuku namanya beberapa saat setelah- sedang menginjak injak sebuah piring yang aku yakini adalah Lasagna . Aku tak mengerti apa yang diucapkannya karena ia berbicara dalam bahasa bangsanya , aku pangling apakah itu Hangul , Mandarin atau Jepang . Kejadian malam itu berakhir dengan dinner diatas atap apartemenku . Kak Bima menyulap tempat jemuranku menjadi meja makan yang indah . Aku bertanya tanya kenapa ia memilih tempatku daripada restorannya tadi . Dan ia hanya menjawab santai , "Aku jenuh dengan nasehat orang tua itu . Aku ingin berdua denganmu saja malam ini" ia tersenyum dan lalu menyajikan aku sepiring pasta yang rasanya sungguh lezat .

    Balik ke saat sekarang , seorang remaja yang kutaksir berada di bangku SMA -Karena celana abu-abunya- berjalan ke arah kami dan membayar billing . Kemudian berlalu .

    "Oh nggak ada yang ngangguin kamu lagi kan?" tanya Kak Bima sembari kembali mengambil sebuah takoyaki .

    Aku menggeleng . Selama kak Bima disini , aku pikir aku akan aman dari segala tindak kejahatan tak masuk akal yang dipikirkannya . Meski beberapa dari itu semua terjadi . Seperti percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang user kepadaku , hingga perkelahian didalam warnet yang juga berimbas padaku . Kak Bima selalu mengantisipasi itu semua dengan memasang aturan aturan di dinding-dinding warnet . Malah ia juga menyuruh Ghina -dia cowok- untuk berjaga didepan pintu masuk selama ia pergi untuk berjaga jaga .

    "Bagus" katanya tersenyum lalu berlalu masuk kedalam rumah .

    ***
    Aku berjalan sendirian menaiki anak tangga untuk menuju apartemenku yang terletak di lantai 3 . Aku melihat jam yang dipasangkan di traffic lights -jalan raya tepat berada disamping kanan apartemenku- . Pantas saja apartemen ini begitu sepi . Siapa yang masih terjaga pada jam 12 malam ? Kecuali jika ia sedang nengejar skripsi atau deadline .

    Aku membuka pintu dan meletakkan tasku diruang tamu . Gerah . Itulah yang kurasakan . Badanku terasa begitu menempel pada dalaman yang kugunakan . Akhirnya aku segera meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi .

    Beberapa saat kemudian sewaktu aku tengah mengeringkan rambutku . Aku mendengar rintikan hujan . Cukup lebat . Cuaca memang kurang bersahabat belakangan ini .

    Aku cepat cepat memakai bajuku dan segera beranjak keatas kasur . Aku hanya ingin istirahat . Dan bangun pagi pagi sekali untuk membuat jajanan . Kebiasaan sehari-hari .

    "Tok Tok Tok"

    Aku terkesiap . Ada seseorang yang mengetuk pintu depan . Aku diam sebentar untuk memastikannya .

    10 detik...
    27 detik...

    Aku terus menghitung jeda ketukan hingga aku yakin tak akan ada lagi ketukan susulan .

    "Tok Tok Tok"

    Kembali . Arrghhh! Siapa sih yang tega sekali menganggu ku? Aku keluar kamar dan menghidupkan lampu tengah .

    "Klik" dan tiba tiba aliran listrik malam itu terputus . Aku segera mengeluarkan ponsel dari saku untuk mencari senter . Ah!Kenapa senter juga sulit ditemukan pada saat seperti ini?!

    "Tok tok tok"kali ini lebih keras

    Ah! Aku mulai merasa frustasi . Kenapa orang ini begitu usil mengangguku dan bahkan kenapa listrik pakai acara mati segala?

    "Tok Tok Tok... Oeeeek"

    Hah . Badanku menegang . Kali ini beda . Aku yakin jika saat ini listrik menyala dan aku berkaca pasti akan kudapatkan wajahku begitu pucat pasi .

    Aku kembali menghitung jeda waktu ketukan di layar ponsel . 2 Menit . Suara ketukan itu tak lagi ada . Tapi aku masih mendengar suara tangisan .

    Aku takut . Ya tuhan , andai kak Bima ada disini aku pasti akan memeluk lengannya erat . Dengan segenap keberanian aku paksakan kakiku melangkah kepintu depan .

    Aku meraba raba dinding untuk mencari cari kunci pintu yang kugantungkan . Dan setelah kudapati langsung saja kubuka pintu .

    Tak ada siapapun . Aku membuka pintu lebih lebar dan mengeluarkan badanku untuk melihat kiri kanan . Benar . Sama sekali tak ada orang . Jangan bilang aku buta hanya karena penerangan yang minim . Cahaya bulan masih bisa membuatku melihat .

    Aku berjalan sedikit keluar . Kakiku terasa menendang sesuatu . Aku menundukkan kepalaku dan aku menemukan sesuatu disana .

    Oh tidak. Jangan. Jangan lagi.

    Itu darah!

    TIDAAAAAKK!!!!

    Aku langsung berlari mmasuk kedalam apartemen . Lututku semakin lemas ketika benda yang berdarah darah itu kembali menangis .

    Kak Bima..

    Kak Bima..

    Ya Tuhan!

    Aku mengeluarkan ponsel dan mencari cari nomor kak Bima . Tunggu , darah? . Ya . Aku harus meminta bantuannya!
  • Ini cerita berada di Indo ato luar?



    Ajak juga @d_cetya Bang @balaka @Wita
  • Seperti percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang user kepadaku , hingga perkelahian didalam warnet yang juga berimbas padaku ... Sebentar! Ini kerjaanya beneran tukang jaga warnetkan? Pe-percobaan pembunuhan??? O.O :shock:

    Itu apa tuh yg berdarah?? Orang? Kok nangisnya 'Oeeeekkk'? Bayi ya?.... Berdarah?? Bayi baru lahir?? O.O Siapa yg tega buang bayi yang baru lahir! :shockagain:

    Hahaha itu apa sih yang berdarah? Siapa sih yg ngetok2... Ihh penasaran gue! ><

    Lagihhhhhhh
  • @3llo gue buta tempat . gue ngga pernah pergi keluar kota bahkan di kota ndiri suka tersesat . daripada repot2 nyari latar tempat mending gue bikin kota ndiri aja . hehehe . tapi kotanya itu gue terinspirasi dari lapak sebelah . kotanya doang ceritanya nggak
  • @Tsu_no_YanYan gue yang nangkis nih . Bingung mau nonton harimau apa serigala apa sinema derita keluarga . Hahaha.

    Oh jadi gini . Si Nial tu orang yang introvert dan pendiaaaaam banget . Dia tu paling ngga bisa diajak ngomong ama paling ngga bisa bohong dan ngelawan . Di beberapa kesempatan kan warnet pasti sepi pengunjung ato si Ghina malah pulang bentar buat mandi . waktu itu ada perampokan , eh tapi malah ujung-ujungnya kayak percobaan pembunuhan gitu sih
  • Oke lanjut aja deh.udah mulai seru soalnya.
  • "Hei. Bangun"

    "Nial..?"

    "Hei ini sudah pagi..." kali ini suara suara itu seakan akan mampu menggoyang goyangkan badanku .
    Aku membuka mata perlahan dan merasakan terpaan sinar matahari pagi masuk melewati jendela kaca yang berada tepat di sebelah kiriku . Ah iya , aku sedang berada di ruang praktik Glenn .

    "Kau begitu lelah. Apa tadi malam kau sudah makan?"

    Makan? Aku bahkan sampai lupa apa aku sudah makan apa belum . Ya ampun hidupku memang benar benar merepotkan orang saja!. Aku harus banyak banyak menulis memo lain kali di setiap sudut dan sisi dinding kamar .

    "Yasudah kalau begitu kita ke kantin bawah dulu yuk" ajak Glenn . Ah aku baru sadar kalo ternyata saat ini Glenn memakai kacamata dan juga jas putih . Ia mirip seperti dokter di sinetrin yang pernah aku lihat . Tunggu , oh benar! Cinta Henny .

    Aku menurunkan kakiku dan baru sadar bahwa aku kemari hanya memakai sepasang sendal tidur bermotifkan The Pink Panther yang bisa berbunyi jika diinjak. Aku lalu menengahkan kepala dan memperhatikan Glenn . Ia telah membuka kacamata dan jasnya . Dan ia tertawa! Ya ampun! Nial , kau benar benar memalukan!

    "Kau terlihat seperti anak berumur 13 tahun jika menggunakan itu" katanya setengah tertawa .

    Ah! Aku teringat kenapa aku bisa mengenakan sendal ini kemari . Saat aku didalam apartemen ketakutan melihat sosok bayi yang berdarah darah . Aku langsung menelfon Glenn secepatnya . Aku masih ingat kalimatnya kemarin siang , "....aku harus mengurus pasien pasienku..." dan aku langsung berkesimpulan kalau ia adalah dokter .

    Padahal bisa saja kan ia adalah tukang servis komputer yang sedang terbengkalai dengan "pasien-pasien"nya ?

    Atau bisa saja kan ia adalah dokter penyakit jiwa yang tengah disibukkan karena angka penyakit kejiwaan mulai menunjukkan grafik naik belakangan?

    Atau.. dia adalah dokter kandungan yang siap membelah perut wanita dengan guntingnya? Membayangkan darah saja aku mual , apalagi menggunting perut wanita .

    aku bersyukur jika Glenn masih berpraktik hingga malam hari dan aku juga bersyukur bertemu dengannya siang tadi . Diseberang telfon , Setelah Glenn bertanya apa yang terjadi . Aku terbata bata mengucapkan 3 kata yang menurutku sangat simple , "Ada bayi berdarah" . Dan aku mendengar suara Glenn langsung menjadi panik setelah aku mengucapkan itu . Ia meminta alamat apartemenku dan menyuruhku untuk membersihkan bayi tersebut dan memberikannya pakaian agar tak kedinginan .

    Kau tahu aku tak suka darah kan? Aku membenci darah lebih dari apapun . Dan saat itu aku harus berhadapan dengan darah . Apa tidak bisa dengan saus tomat saja!?

    Sudahlah aku tak mau membahas itu , pokoknya setelah Glenn datang . Ia langsung memelukku yang terkulai lemas diatas kursi tamu dan langsung menggendongku keluar bersama keranjang bayi yang dibawanya .

    "Belakangan kasus kasus seperti ini banyak terjadi" ucap Glenn lalu menyuap bubur kacang hijaunya .

    Ya. Aku tahu itu , Glenn . Aku menoleh padanya mencoba untuk menyampaikan itu semua dari mataku .

    "Hanya saja kali ini aku tak menyangka kau menjadi korbannya , Nial"

    Aku kembali menyendok buburku itu . Ya , kau benar Glenn . Kenapa harus aku?

    "Oh sebentar" katanya dan diikuti dengan tangannya menggapai kepalaku lalu menyeka pelan sudut bibirku . "Kau terlalu bersemangat makan" . Ya ampun apa pipiku terlihat merona saat ini? Tidaak!

    "Kau tahu , aku bingung dengan apa yang akan terjadi selanjutnya"

    Maksudmu?

    "Yah.. kita tak bisa begitu saja memberikan bayi itu pada orang tuanya . Polisi masih menyelidiki kasus ini . Kau juga tak bisa pulang ke apartemenmu selama beberapa hari kedepan" Ia kembali menyuap buburnya

    Tunggu dulu . Kenapa aku tak boleh pulang? Itukan apartemenku! Aku menyewanya! Mereka akan membunuhku saat aku pulang jika tak menemukanku membayar uang sewa pada awal bulan!

    "Ada banyak garis polisi disana . Dan juga ada banyak darah didepan apartemenmu , dan juga tangga yang berada beberapa pintu dari tempatmu . Kau tahu sendiri berapa banyak awak media yang langsung kelaparan menuju kesana"

    Ah hidupku memang menuai banyak masalah . Aku harus tinggal dimana . Aku hanya bisa membatin dan kembali menikmati bubur kacang hijauku .

    "Bukan . Bukan kau yang salah , Nial . Hanya saja kau belum beruntung" katanya lalu membelai lembut tangan kananku yang kubiarkan terletak diatas meja . Apa aku terlihat merona sekarang, Glenn?

    "You're blushing . Again . Hahaha" Ya tuhan! "Kau bisa tinggal di rumahku dulu untuk sementara waktu"

    Tunggu . Tinggal bersama Glenn? Selama beberapa hari kedepan?

    "Yah.. baru ada satu kamar sih . Kau tidur bersamaku saja dulu . Kau tak keberatan kan?"

    "Uhuk uhuk" Aku terbatuk mendengar ucapannya . Aku? dan Glenn? Tidur sekamar? Is this even real?

    ********
    "Bang beli voucher 100 ribu 3 b
  • siip ell @3ll0 danke yee.
    seperti biasa, save dulu baca nanti
  • "Hei. Bangun"

    "Nial..?"

    "Hei ini sudah pagi..." kali ini suara suara itu seakan akan mampu menggoyang goyangkan badanku .
    Aku membuka mata perlahan dan merasakan terpaan sinar matahari pagi masuk melewati jendela kaca yang berada tepat di sebelah kiriku . Ah iya , aku sedang berada di ruang praktik Glenn .

    "Kau begitu lelah. Apa tadi malam kau sudah makan?"

    Makan? Aku bahkan sampai lupa apa aku sudah makan apa belum . Ya ampun hidupku memang benar benar merepotkan orang saja!. Aku harus banyak banyak menulis memo lain kali di setiap sudut dan sisi dinding kamar .

    "Yasudah kalau begitu kita ke kantin bawah dulu yuk" ajak Glenn . Ah aku baru sadar kalo ternyata saat ini Glenn memakai kacamata dan juga jas putih . Ia mirip seperti dokter di sinetrin yang pernah aku lihat . Tunggu , oh benar! Cinta Henny .

    Aku menurunkan kakiku dan baru sadar bahwa aku kemari hanya memakai sepasang sendal tidur bermotifkan The Pink Panther yang bisa berbunyi jika diinjak. Aku lalu menengahkan kepala dan memperhatikan Glenn . Ia telah membuka kacamata dan jasnya . Dan ia tertawa! Ya ampun! Nial , kau benar benar memalukan!

    "Kau terlihat seperti anak berumur 13 tahun jika menggunakan itu" katanya setengah tertawa .

    Ah! Aku teringat kenapa aku bisa mengenakan sendal ini kemari . Saat aku didalam apartemen ketakutan melihat sosok bayi yang berdarah darah . Aku langsung menelfon Glenn secepatnya . Aku masih ingat kalimatnya kemarin siang , "....aku harus mengurus pasien pasienku..." dan aku langsung berkesimpulan kalau ia adalah dokter .

    Padahal bisa saja kan ia adalah tukang servis komputer yang sedang terbengkalai dengan "pasien-pasien"nya ?

    Atau bisa saja kan ia adalah dokter penyakit jiwa yang tengah disibukkan karena angka penyakit kejiwaan mulai menunjukkan grafik naik belakangan?

    Atau.. dia adalah dokter kandungan yang siap membelah perut wanita dengan guntingnya? Membayangkan darah saja aku mual , apalagi menggunting perut wanita .

    aku bersyukur jika Glenn masih berpraktik hingga malam hari dan aku juga bersyukur bertemu dengannya siang tadi . Diseberang telfon , Setelah Glenn bertanya apa yang terjadi . Aku terbata bata mengucapkan 3 kata yang menurutku sangat simple , "Ada bayi berdarah" . Dan aku mendengar suara Glenn langsung menjadi panik setelah aku mengucapkan itu . Ia meminta alamat apartemenku dan menyuruhku untuk membersihkan bayi tersebut dan memberikannya pakaian agar tak kedinginan .

    Kau tahu aku tak suka darah kan? Aku membenci darah lebih dari apapun . Dan saat itu aku harus berhadapan dengan darah . Apa tidak bisa dengan saus tomat saja!?

    Sudahlah aku tak mau membahas itu , pokoknya setelah Glenn datang . Ia langsung memelukku yang terkulai lemas diatas kursi tamu dan langsung menggendongku keluar bersama keranjang bayi yang dibawanya .

    "Belakangan kasus kasus seperti ini banyak terjadi" ucap Glenn lalu menyuap bubur kacang hijaunya .

    Ya. Aku tahu itu , Glenn . Aku menoleh padanya mencoba untuk menyampaikan itu semua dari mataku .

    "Hanya saja kali ini aku tak menyangka kau menjadi korbannya , Nial"

    Aku kembali menyendok buburku itu . Ya , kau benar Glenn . Kenapa harus aku?

    "Oh sebentar" katanya dan diikuti dengan tangannya menggapai kepalaku lalu menyeka pelan sudut bibirku . "Kau terlalu bersemangat makan" . Ya ampun apa pipiku terlihat merona saat ini? Tidaak!

    "Kau tahu , aku bingung dengan apa yang akan terjadi selanjutnya"

    Maksudmu?

    "Yah.. kita tak bisa begitu saja memberikan bayi itu pada orang tuanya . Polisi masih menyelidiki kasus ini . Kau juga tak bisa pulang ke apartemenmu selama beberapa hari kedepan" Ia kembali menyuap buburnya

    Tunggu dulu . Kenapa aku tak boleh pulang? Itukan apartemenku! Aku menyewanya! Mereka akan membunuhku saat aku pulang jika tak menemukanku membayar uang sewa pada awal bulan!

    "Ada banyak garis polisi disana . Dan juga ada banyak darah didepan apartemenmu , dan juga tangga yang berada beberapa pintu dari tempatmu . Kau tahu sendiri berapa banyak awak media yang langsung kelaparan menuju kesana"

    Ah hidupku memang menuai banyak masalah . Aku harus tinggal dimana . Aku hanya bisa membatin dan kembali menikmati bubur kacang hijauku .

    "Bukan . Bukan kau yang salah , Nial . Hanya saja kau belum beruntung" katanya lalu membelai lembut tangan kananku yang kubiarkan terletak diatas meja . Apa aku terlihat merona sekarang, Glenn?

    "You're blushing . Again . Hahaha" Ya tuhan! "Kau bisa tinggal di rumahku dulu untuk sementara waktu"

    Tunggu . Tinggal bersama Glenn? Selama beberapa hari kedepan?

    "Yah.. baru ada satu kamar sih . Kau tidur bersamaku saja dulu . Kau tak keberatan kan?"

    "Uhuk uhuk" Aku terbatuk mendengar ucapannya . Aku? dan Glenn? Tidur sekamar? Is this even real?

    ********
    "Bang beli voucher 100 ribu 3 bji yah"

    Aku menarik laci meja dan mengeluarkan beberapa lembar voucher game seharga Rp.100 ribu dari sana .

    "Nih bang , makasih" kata anak tersebut dan lalu mengambil spot .

    Aku diantar Glenn ke warnet bersama mobilnya . Awalnya ia menyuruhku untuk beristirahat dulu dan menemaninya sampai shift kerjanya datang jam 3 sore nanti . Tapi aku menolak karena harus bergantian shift dengan kak Putra -dia cewek- . Kasihan kan kalau misalnya harus menjaga warnet seharian jika aku ngga datang?

    Aku menerima usulan Glenn untuk tinggal bersamanya . Yah mau gimana lagi . This situation leaves me no choice . I mean , ya keadaan ini membuatku serba salah . Kau tahulah maksudku.

    Kak Bima keluar dari dalam rumah dan menghampiriku .
    "Ada ada saja kejadian di kota ini . Perasaan baru 2 hari yang lalu aku menonton berita tentang bayi yang ditemukan tak bernyawa dalam kardus didekat TPS . Sekarang malah didalam apartemen" Celotehnya disampingku.

    Itu apartemenku kak .

    "Apa?" ia memelototiku . Ya ampun

    Itu apartemenku!

    "Bayi? Apartemen? Ada apa dengan apartemen? Apa itu apartemenmu?"

    Aku mengangguk . Akhirnya ia sadar .

    "Aku turut berduka cita" dan kemudian ia merangkul leherku dengan tangan besarnya .

    "Trus tadi kamu tidur dimana?" tanyanya

    Dirumah sakit . Sudahlah aku tak mau membahas itu .

    "Dimana?" tanyanya lagi . Aku menggelengkan kepala . Aku tak mau lagi membahas itu . Secara liar mataku memutar mutar pada layar monitor . Pukul 11:39 . kak Bima harus kerja .

    "Err.. hh. ka.. kak" apa kakak nggak kerja hari ini?

    "Nggak . Aku akan menemanimu saja hari ini"

    Hah?

    Hah?

    Hah?
  • "Hei. Bangun"

    "Nial..?"

    "Hei ini sudah pagi..." kali ini suara suara itu seakan akan mampu menggoyang goyangkan badanku .
    Aku membuka mata perlahan dan merasakan terpaan sinar matahari pagi masuk melewati jendela kaca yang berada tepat di sebelah kiriku . Ah iya , aku sedang berada di ruang praktik Glenn .

    "Kau begitu lelah. Apa tadi malam kau sudah makan?"

    Makan? Aku bahkan sampai lupa apa aku sudah makan apa belum . Ya ampun hidupku memang benar benar merepotkan orang saja!. Aku harus banyak banyak menulis memo lain kali di setiap sudut dan sisi dinding kamar .

    "Yasudah kalau begitu kita ke kantin bawah dulu yuk" ajak Glenn . Ah aku baru sadar kalo ternyata saat ini Glenn memakai kacamata dan juga jas putih . Ia mirip seperti dokter di sinetrin yang pernah aku lihat . Tunggu , oh benar! Cinta Henny .

    Aku menurunkan kakiku dan baru sadar bahwa aku kemari hanya memakai sepasang sendal tidur bermotifkan The Pink Panther yang bisa berbunyi jika diinjak. Aku lalu menengahkan kepala dan memperhatikan Glenn . Ia telah membuka kacamata dan jasnya . Dan ia tertawa! Ya ampun! Nial , kau benar benar memalukan!

    "Kau terlihat seperti anak berumur 13 tahun jika menggunakan itu" katanya setengah tertawa .

    Ah! Aku teringat kenapa aku bisa mengenakan sendal ini kemari . Saat aku didalam apartemen ketakutan melihat sosok bayi yang berdarah darah . Aku langsung menelfon Glenn secepatnya . Aku masih ingat kalimatnya kemarin siang , "....aku harus mengurus pasien pasienku..." dan aku langsung berkesimpulan kalau ia adalah dokter .

    Padahal bisa saja kan ia adalah tukang servis komputer yang sedang terbengkalai dengan "pasien-pasien"nya ?

    Atau bisa saja kan ia adalah dokter penyakit jiwa yang tengah disibukkan karena angka penyakit kejiwaan mulai menunjukkan grafik naik belakangan?

    Atau.. dia adalah dokter kandungan yang siap membelah perut wanita dengan guntingnya? Membayangkan darah saja aku mual , apalagi menggunting perut wanita .

    aku bersyukur jika Glenn masih berpraktik hingga malam hari dan aku juga bersyukur bertemu dengannya siang tadi . Diseberang telfon , Setelah Glenn bertanya apa yang terjadi . Aku terbata bata mengucapkan 3 kata yang menurutku sangat simple , "Ada bayi berdarah" . Dan aku mendengar suara Glenn langsung menjadi panik setelah aku mengucapkan itu . Ia meminta alamat apartemenku dan menyuruhku untuk membersihkan bayi tersebut dan memberikannya pakaian agar tak kedinginan .

    Kau tahu aku tak suka darah kan? Aku membenci darah lebih dari apapun . Dan saat itu aku harus berhadapan dengan darah . Apa tidak bisa dengan saus tomat saja!?

    Sudahlah aku tak mau membahas itu , pokoknya setelah Glenn datang . Ia langsung memelukku yang terkulai lemas diatas kursi tamu dan langsung menggendongku keluar bersama keranjang bayi yang dibawanya .

    "Belakangan kasus kasus seperti ini banyak terjadi" ucap Glenn lalu menyuap bubur kacang hijaunya .

    Ya. Aku tahu itu , Glenn . Aku menoleh padanya mencoba untuk menyampaikan itu semua dari mataku .

    "Hanya saja kali ini aku tak menyangka kau menjadi korbannya , Nial"

    Aku kembali menyendok buburku itu . Ya , kau benar Glenn . Kenapa harus aku?

    "Oh sebentar" katanya dan diikuti dengan tangannya menggapai kepalaku lalu menyeka pelan sudut bibirku . "Kau terlalu bersemangat makan" . Ya ampun apa pipiku terlihat merona saat ini? Tidaak!

    "Kau tahu , aku bingung dengan apa yang akan terjadi selanjutnya"

    Maksudmu?

    "Yah.. kita tak bisa begitu saja memberikan bayi itu pada orang tuanya . Polisi masih menyelidiki kasus ini . Kau juga tak bisa pulang ke apartemenmu selama beberapa hari kedepan" Ia kembali menyuap buburnya

    Tunggu dulu . Kenapa aku tak boleh pulang? Itukan apartemenku! Aku menyewanya! Mereka akan membunuhku saat aku pulang jika tak menemukanku membayar uang sewa pada awal bulan!

    "Ada banyak garis polisi disana . Dan juga ada banyak darah didepan apartemenmu , dan juga tangga yang berada beberapa pintu dari tempatmu . Kau tahu sendiri berapa banyak awak media yang langsung kelaparan menuju kesana"

    Ah hidupku memang menuai banyak masalah . Aku harus tinggal dimana . Aku hanya bisa membatin dan kembali menikmati bubur kacang hijauku .

    "Bukan . Bukan kau yang salah , Nial . Hanya saja kau belum beruntung" katanya lalu membelai lembut tangan kananku yang kubiarkan terletak diatas meja . Apa aku terlihat merona sekarang, Glenn?

    "You're blushing . Again . Hahaha" Ya tuhan! "Kau bisa tinggal di rumahku dulu untuk sementara waktu"

    Tunggu . Tinggal bersama Glenn? Selama beberapa hari kedepan?

    "Yah.. baru ada satu kamar sih . Kau tidur bersamaku saja dulu . Kau tak keberatan kan?"

    "Uhuk uhuk" Aku terbatuk mendengar ucapannya . Aku? dan Glenn? Tidur sekamar? Is this even real?

    ********
    "Bang beli voucher 100 ribu 3 bji yah"

    Aku menarik laci meja dan mengeluarkan beberapa lembar voucher game seharga Rp.100 ribu dari sana .

    "Nih bang , makasih" kata anak tersebut dan lalu mengambil spot .

    Aku diantar Glenn ke warnet bersama mobilnya . Awalnya ia menyuruhku untuk beristirahat dulu dan menemaninya sampai shift kerjanya datang jam 3 sore nanti . Tapi aku menolak karena harus bergantian shift dengan kak Putra -dia cewek- . Kasihan kan kalau misalnya harus menjaga warnet seharian jika aku ngga datang?

    Aku menerima usulan Glenn untuk tinggal bersamanya . Yah mau gimana lagi . This situation leaves me no choice . I mean , ya keadaan ini membuatku serba salah . Kau tahulah maksudku.

    Kak Bima keluar dari dalam rumah dan menghampiriku .
    "Ada ada saja kejadian di kota ini . Perasaan baru 2 hari yang lalu aku menonton berita tentang bayi yang ditemukan tak bernyawa dalam kardus didekat TPS . Sekarang malah didalam apartemen" Celotehnya disampingku.

    Itu apartemenku kak .

    "Apa?" ia memelototiku . Ya ampun

    Itu apartemenku!

    "Bayi? Apartemen? Ada apa dengan apartemen? Apa itu apartemenmu?"

    Aku mengangguk . Akhirnya ia sadar .

    "Aku turut berduka cita" dan kemudian ia merangkul leherku dengan tangan besarnya .

    "Trus tadi kamu tidur dimana?" tanyanya

    Dirumah sakit . Sudahlah aku tak mau membahas itu .

    "Dimana?" tanyanya lagi . Aku menggelengkan kepala . Aku tak mau lagi membahas itu . Secara liar mataku memutar mutar pada layar monitor . Pukul 11:39 . kak Bima harus kerja .

    "Err.. hh. ka.. kak" apa kakak nggak kerja hari ini?

    "Nggak . Aku akan menemanimu saja hari ini"

    Hah?

    Hah?

    Hah?
  • "Ya . Memangnya kenapa?"

    Aku menundukkan kepala tanda tak bisa lagi melawan . Memangnya siapa yang berani melawan kak Bima?

    Sepanjang hari aku ditemani oleh kak Bima . Itu sudah menjadi hal yang biasa sih . Dulu . Tapi tidak saat kak Bima sengaja mengambil cuti hari ini demi aku . Ya ampun!

    "Ntar malem aku kerumahmu yah?" katanya setelah kembali dari dalam rumah mengenakan baju kaus Kiddrock nya .

    Aku menggeleng .

    "Kenapa?"

    Sudah jelas kan kalau aku tak bisa memasuki apartemenku?

    "Kenapa? Apa ini ada sangkut pautnya dengan apartemenmu?"

    Aku mengangguk .

    "Oh . Pasti banyak garis polisi disana . Kalau be.. " Kalimatnya menggantung . "Lupakan"

    Dan setelah itu kami sama-sama sibuk sendiri . Aku dengan komputerku dan kak Bima yang kembali kedalam rumah yang katanya untuk memasak sesuatu .

    "Drrrrt" ponselku berdering . Oh SMS . Dari Glenn .

    From: Glenn
    Aq lg break nh.. sndrian . Km lg ap? Udh mkn blm?

    To: Glenn
    Lg jaga warnet . Blm

    From: Glenn
    Aq jg blm . Mw mkan breng?

    To: Glenn
    Gak bisa...

    From: Glenn
    Kenapa?

    "Ini dia Spagetti La Fonte a La Chef Bimaa" kata kak Bima sedikit berteriak dari balik pintu sambil membawa sebuah piring yang berisikan pasta diatasnya .

    "Kamu lagi sms-an sama siapa?'"

    Aku langsung meletakkan ponselku diatas meja dan menggeser duduk sedikit . Dan kak Bima kemudian duduk .

    "Cobain deh . Tadi aku bikinnya pasta kemasan deh . Pasti rasanya beda" tawarnya . Dan aku mencobanya . Kak Bima bohong , pasta ini rasanya benar benar lezat .

    "Terimakasih!" dan lalu ia juga mencoba pasta masakannya .

    "Drrrt" ponselku berbunyi . Aku melirik ponselku . Dari Glenn.

    "Glenn? Siapa Glenn?"

    "Ah.. i.. itu"

    Kak Bima lalu mengambil ponselku dan dengan lancangnya membaca semua pesan pesanku kepada Glenn .

    "Siapa Glenn?" Ekspresinya tampak berubah . Aku menangkap ada raut tidak senang dalam wajahnya

    Oh tidak . Apa kak Bima akan mengamuk lagi? Ta.. tapi kenapa? Apa salahku?

    "JAWAB!" kali ini suara kak Bima sukses membuat seisi warnet terkaget kaget

    "Di.. di.. dia.. te.."

    "Kau yakin dia temanmu?"

    Aku mengangguk . Pastinya . Aku tak mungkin mempunyai hubungan lebih dari itu darinya , kak Bima! Aku nggak bohong!

    Sesaat kemudian kak Bima membawa piring pasta kedalam sambil mendengus kesal . Aku bingung . Apa yang ia kesalkan?

    Aku membaca pesan yang Glenn kirim barusan

    From : Glenn
    Aq sdg OTW ke t4 mu , tgg aq dsna

    ********
  • edited December 2014
    Cinta Henny?season berapa nih? =))

    Ghina tu cowok eh Putra malah Cewek #Weleh-weleh
    Kak Bima klo lagi ngamuk nakutin.

    Nial tu irit omongan kah?ato gimana?


    @Moccachiino bagi² mention klo update yuaaa^^
  • bima cemburu,
    eh, itu si nial kok sampek segitunya ya ngelebihin org bisu *maaf

    thank's ya didi @3ll0 :*
Sign In or Register to comment.